Anda di halaman 1dari 4

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Alhamdulillah, kita semua diberikan nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala, nikmat
iman, nikmat sehat, sehingga bisa menjalankan ibadah shalat Jumat sembari
bersilaturrahim dengan keluarga kita, kerabat kita, dan tetangga kita. Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat kita harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib tidak jemu-jemu untuk mengingatkan kita
semua, marilah kita meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu
wata’ala, dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangannya; takwa di
mana pun kita berada : di tempat kerja, di jalan raya, di tempat-tempat umum, di
tempat sepi semoga kita tetap menjalankan ketakwaan kepada Allah subhanahu
wata’ala.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang tanda-tanda


kebesaran Allah yang berkaitan dengan benda-benda langit, yang berkaitan dengan
disiplin ilmu Falak atau ilmu astronomi. Di dalam surat Yasin ayat 38-40 yang sering
sekali kita baca, Allah subhanahu wata’ala berfirman

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah,

Semua benda langit beredar pada orbitnya

“Peredaran benda langit, terutama bumi, bulan, dan matahari ini digunakan oleh
manusia sebagai penanda waktu, penanda hari, penanda bulan, dan penanda
tahun.” Baru saja beberapa waktu yang lalu tepatnya tadi malam tepatnya dini hari
pukul 00.00 WIB telah terjadi pergantian tahun baru syamsiyah yang didasarkan atas
revolusi bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari dalam setahun.

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah,

Beberapa di antara kita merayakan tahun baru syamsiyah 2021. Beberapa di antara
kita melakukan refleksi akhir tahun, lalu membuat perencanaan-perancanaan di awal
tahun 2021, menyampaikan resolusi di tahun 2021, berharap tahun ini lebih baik dari
tahun kemarin dan semua terget kita bisa tercapai.

Hadirin jamaah jum’at yang dimuliakan Allah,

Tidak ada salahnya membuat perencanaan-perencanaan duniawi. Namun kita telah


diingatkan agar mengarahkan semua aktivitas hidup kita untuk kepentingan ukhrawi.
Kita diciptakan hanya untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala.

“Aku (kata Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
menyembahnya.”

Hadirin sekalian, khatib mengingatkan, marilah kita melakukan tajdîdun niyat,


memperbaharui niat hidup kita, mengubah orientasi kita, memperbaharui orientasi
duniawi kita menjadi orientasi ukhrawi. Para ulama kita, sebagaimana dalam kitab
Ta’limul Muta’allim yang diajarkan kepada santri di pesantren mengingatkan kita:

“Banyak sekali amal duniawi kita yang seakan-akan merupakan amal dunia semata,
seperti makan dan minum, berkerja dan beraktifitas sehari hari yang seakan-akan
merupakan amalan duniawi namun menjadi amalan ukhrawi dengan niat yang baik,
niat melakukan sesuatu perbuatan karena Allah.” Sebaliknya, banyak sekali amalan
kita yang seakan-akan amalan akhirat namun dengan niat yang tidak tepat, semua itu
menjadi amalan duniawi belaka. Shalat kita, zakat kita, wakaf kita untuk pembangunan
masjid dan pesantren, haji kita, santunan kita terhadap fakir miskin dan anak yatim
yang seakan-akan merupakan amalan akhirat bisa jadi merupakan amalan duniawi
semata, hanya gara-gara kita salah dalam menata niat kita. Kita melakukan shalat,
zakat, haji, santunan yatim hanya untuk orientasi duniawi, agar dipuji orang, disegani
orang dihormati orang. Kita sering salah dalam menata niat ibadah kita.

Hadirin sekalian, jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah, Niat adalah urusan
hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anh:
“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-
tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Dalam
kajian fiqih, niat didefinisikan dengan “menyengaja sesuatu dengan disertai
perbuatannya”. Niat kita ada bersamaan dengan permulaan kegiatan kita. Ketika
melakukan shalat, sama-sama kita mengerjakan shalat empat rakaat, tapi niatlah yang
membedakan antara shalat dzuhur, ashar, dan shalat isya’. Sama-sama shalat dua
rakaat, niatlah yang membedakan antara shalat subuh dengan shalat sunnah tahiyatul
masjid, dan seterusnya. Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah Niat inilah juga yang
akan mengubah aktivitas duniawi kita menjadi aktivitas akhirat. Makan kita, minum
kita, jalan kita, kerja kita, semua aktivitas kita yang berupa aktivitas duniawi akan
menjadi aktivitas akhirat apabila kita niatkan semuanya dalam rangka untuk beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala. Keberangkatan kita ke kantor atau ke pasar, ke
tempat kerja masing-masing akan bernilai ibadah apabila kita niatkan untuk mencari
nafkah guna menghidupi keluarga dalam rangka menjalankan perintah Allah
subhanahu wata’ala.

Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah,

Kalaupun kita ingin melakukan refleksi atas semua yang sudah kita lakukan maka
sebenarnya refleksi yang tepat kita lakukan, bukan setiap tahun, tapi setiap hari
sebelum tidur. Setelah kita mengambil air wudlu, kita melakukan shalat isya’, kita
jauhkan hanphone dari tempat tidur kita, lalu kita berdoa sembari kita merefleksikan
apa yang selama sehari ini sudah kita perbuat. Sebelum tidur, kita meminta ampun
kepada Allah atas semua kesalahan yang kita perbuat dan berkomitmen untuk
memperbaiki diri di esok hari.

Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah,

Keesokan harinya, setelah kita bangun tidur, sebelum kita memegang hanphone, kita
berdoa, mengambil air wudhu, shalat shubuh, kemudian berzikir seraya berdoa, dan
menata niat kita. Kita berangkat kerja dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Kita
mulai aktivitas kerja kita dengan niat mencari nafkah, guna memenuhi perintah Allah,
guna ibadah kepada Allah. Semua aktivitas kita di tempat kerja, di lembaga pendidikan,
di rumah tangga atau dimanapun, kita niatkan semuanya untuk beribadah kepada
Allah subhanahu wata’ala. Inilah hakikat tajdînun niyat. Dengan menata niat, kita juga
akan tertuntun untuk senantiasa takwa kepada Allah. Kita tidak akan terjerumus dalam
tindakan-tindakan curang, menipu, atau tindakan lain yang dilarang oleh Allah
subhanahu wata’ala. Dengan menata niat, semua aktifitas kita akan dibimbing oleh
Allah; akan sesuai dengan apa yang dikehendaki olehnya. Hadirin sekalian yang
dimuliakan Allah, Marilah kita senantiasa memperbaharuni niat kita. Bisa jadi, sempat
terbesit niat kita yang kurang bagus di suatu aktivitas kita, atau kita lupa dengan Allah
di tengah aktivitas kita, namun tidak tertutup bagi kita untuk bisa memperbaharui niat
kita dengan mengorientasikan kembali semua aktifitas kita agar sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala. Akhirul kalam, mudah-mudahan apa
yang khatib sampaikan bermanfaat buat diri pribadi dan buat kita semua. Âmîn yâ
rabbal ‘âlamîn.

Anda mungkin juga menyukai