Anda di halaman 1dari 6

KEUTAMAAN MUHASABAH *

( Upaya meningkatkan kualitas personality muslim )

Muhammad Subhan,S.Ag**

A. Makna dan Urgensi Muhasabah

Muhasabah secara umum berarti intropeksi, menhitung atau mengevaluasi

diri. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan memaknai muhasabah sebaigamana diisyaratkan

dalam surat al-Hasyr ayat 18, yaitu hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya

ketika selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan

ridha Allah atau ada unsur riya, dan apakah dia sudah memenuhi hak-hak Allah dan

hak-hak manusia?1

Dari makna di atas kita memahami bahwa setiap individu hendaklah

melakukan evaluasi diri baik terhadap niat, pikiran dan perbuatan ( amal ) kita yang

terkait dengan ibadah, interaksi sosial, keluarga, pekerjaan dan lain-lainnya.

Diantara dasar perintah muhasabah yaitu firman Allah SWT dalam surat al-

Hasyr ayat 18 :

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.

Dan hadits Rasulullah SAW :

Dari Syadad bin Aus ra., dari Rasulullah SAW., bahwa beliau bersabda ; “ Orang
yang pandai (sukses ) adalah yang menghisab dirinya sendiri serta beramal untuk
kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah (gagal ) adalah yang
dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah
SWT.”(HR.ImamTurmudzi)

Kemudian perkataan Umar bin Khatab r.a :

“ Hisablah diri kalian sebelum kalian di hisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang dan bersiap-siaplah untuk pertunjukkan yang agung (hari Kiamat). Di hari

1
Dr.Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah, Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa, Robbani
Press,2005,h.15.
itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian
barang satupun”.

Dari ayat, hadits dan perkataan sahabat di atas saling terkait dan menguatkan

serta memperinci sehingga ada titik temu pelajaran yang bisa diambil, yaitu bahwa

setiap orang akan sukses hidup di dunia dan akhirat jika mempunyai visi, terutama

visi kehidupan akhirat nanti. Kunci kesuksesan yang pertama adalah dengan

melakukan evaluasi (muhasabah) tiada henti terhadap diri demi persiapan menghadap

Allah SWT nanti. Sedangkan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after

evaluation, maksudnya adanya amal perbaikan setelah melakukan evaluasi

( muhasabah ). Dengan melakukan dua kunci tersebut, maka akan mewujud dalam

setiap diri menjadi pribadi bercitra Robbani, Qur’ani dan Islami yang dicintai Ilahi

Rabbi dan insan di dunia ini. Sebaliknya orang yang gagal di negeri fana ini dan

negeri abadi nanti mempunyai ciri-ciri ; pertama, selalu mengikuti hawa nafsu, tidak

memiliki visi, tidak punya planning dan tidak pernah menghitung (memuhasabahi)

diri. Ciri Kedua, orang yang banyak angan-angan terhadap Allah SWT dan suka

berkhayal. Maksud berangan-angan di atas, sebagimana dijelaskan oleh Imam Al-

Mubarokfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi adalah bahwa Allah SWT akan

mengampuni segala dosanya selama di dunia padahal ia sangat lemah ketaatannya

kepada Allah SWT.2

Menapaki kehidupan di dunia ini tentu setiap manusia tidak luput berbuat

maksiat bernilai dosa, baik kecil maupun besar, terencana maupun tidak terencana,

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu agar terselamat dari terus

mermaksiat kita harus berupaya untuk memahami urgensi muhasabah.


2
Muhammad Bugi, Syarah hadits Tazkiyatun Nufus, Dakwatuna.com,2007.

3
Muhammad Bugi, ibid.
Dengan jelas uraian di atas memahamkan kepada kita betapa urgennya

muhasabah bagi setiap orang beriman. Urgensi muhasabah terebut seperti yang

diterangkan oleh ustaz Muhammad Bugi 3 antara lain :

1. Orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringkankan hisabnya di

yaumil akhir kelak.

2. Menghisab diri adalah ciri orang yang bertaqwa yang mempunyai visi

mendapatkan ridho Ilahi.

3. Pada hari kiamat setiap diri akan menghadap Allah SWT sendiri-sendiri

untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

Siapapun ,dengan hati yang jernih dan pikiran positif, dapat merubah kondisi diri

demi investasi kampung akhirat nanti tentu dengan selalu mengevaluasi diri.

B. Aspek-Aspek Yang perlu Di Muhasabah

Mempertegas perlunya muhasabah, maka kita harus mengetahui aspek-aspek

apa saja yang prioritas dievaluasi. Aspek-aspek tersebut meliputi antara lain;

1. Aspek Ibadah karena ibadah merupakan tujuan utama manusia diciptakan.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat Adz-Dzaariyaat ayat 56. Kita

pertanyakan kuantitas dan kualitas ibadah kita.

2. Aspek pekerjaan dan pendapatan rezki karena sangat mempengaruhi

terhadap halal haram harta yang kita makan. Dari mana dan bagaimana

mendapat rezki serta untuk apa harta yang kita peroleh adalah pertanyan

yang sangat penting diajukan.

3. Aspek kehidupan sosial. Hal ini menyangkut interaksi dengan masyarakat

yang tentu tidak terlepas dari akhlak , etika dan budaya. Kita perlu

3
mempertanyakan apakah ucapan, sikap dan sifat kita bisa diterima dan

tidak melukai perasaan dan hati orang lain merupaka pertanyaan utama.

4. Aspek dakwah dalam makna yang luas. Kita perlu menyoal apakah

pembinaan terhadap keluarga, warga dan umat sudah kita lakukan dengan

baik dan benar? Dan bagaimana pula dakwah di area politik, eksekutif,

legislative dan yudikatif ?. Sehingga kehadiran kita bermanfaat dan

bermartabat.4

Ibnu Atha’illah Al-Iskandari dalam kitabnya Al-Hikam5 menyatakan : “ Man wajada

tsamrota ‘amalihi ‘aajilan fahuwa daliilun ‘ala wujudi al-qabuuli aajilaan “. Artinya

siapa yang merasakan buah amalnya di dunia maka itu bukti bahwa amalnya diterima

di akhirat. Keterkaitan pernyataan ini adalah bahwa setiap amal yang dilakukan

berdasar muhasabah mendalam akan lahir rasa nikmat beramal, nikmat beramal tanda

amal diterima Allah SWT selagi di dunia ini dan berbuah pahala di akhirat nanti.

Selanjutnya Ibnu Atha’illah Al-Iskandari menjelaskan ; sekalipun telah merasakan

manisnya beramal, seorang hamba tidak layak terlena dan merasa bahagia terlebih

dahulu. Ia juga tidak layak berharap agar amal tersebut berlangsung lantaran ia

merasa nikmat dan mujur di dalamnya. Hal itu bisa merusak keikhlasannya dalam

beribadah dan ketulusan niatnya.6 Penjelasan tersebut mempersyaratkan keikhlasan

dan ketulusan serta mawas diri terhadap amal ibadah yang kita lakukan.

Di dalam buku Taujih Ruhiyah karya Abdul Hamid Al-Bilali dijelaskan bahwa

diantara karakteristik orang yang terobsesi kepada akhirat adalah hati selalu sedih

karena akhirat. Malik bin Dinar mengibaratkan hati yang tidak sedih seperti rumah

4
Ummi Hafifah Rasheed, Cahaya Muhasabah Teladan, Evaluasi Diri dan Doa Mencerdaskan, Al-Bonai Press
Syari’ah, 2011, h.5-8

5
Ibnu Atha’illah Al-Iskandari, Al-Hikam, Turos Pustaka,cet.2,2012, h.107

6
Ibnu Atha’illah Al-Iskandari, Ibid
rusak. Lengkapnya beliau berkata, “ jika hati tidak sedih, maka rusah, seperti halnya

rumah yang tidak ditempati maka rusak”.7

C. Cara Bermuhasabah

Dalam melakukan muhasabah tidak perlu menunggu tumpukan dosa

menggunung tapi ia dilakukan dalam hitungn detik sehari-hari. Karena kita tidak

tahu kapan dan dimana ajal menjemput kita. Untuk memudahkan kita bermuhasabah

setidaknya kita bisa lakukan dengan beri’tikaf di Masjid atau meyendiri di tempat

yang disukai untuk mengingat dan mencatat keburukan diri, merenung setelah

qiyamul lail atau bisa meminta orang lain untuk menkoreksi dan menevaluasi diri

kita melalui cara yang disepakati, seperti menulis dikertas atau langsung bertatap

muka, dan cara-cara lain yang tidak melanggar syara’. Adapun jika kita bermuhasah

sendiri hal-hal berikut bisa jadi pedoman :

1. Mulailah mengevaluasi diri terkait dengan rukun Iman dan Rukun Islam.

2. Ingatlah hal-hal yang terkait dengan sesama manusia, seperti kepada orang

tua, istri, anak tetangga, teman dan lain-lainnya.

3. Banyak beristighfar, bertaubat kepada Allah SWT dan mengakui

kegagalan diri dalam mengatasi ujian Allah SWT setiap hari.

4. Segera minta maaf jika ada kesalahan sesama manusia.8

Demikian uraian singkat tentang keutamaan muhasabah. Semoga ada

manfaatnya dan mari disepuluh terakhir Ramadhan kita bisa manfaatkan I’tikaf yang

kita lakukan untuk bermuhasabah atas setiap niat, ucapan, pergaulan, perbuatan dan

7
Abdul Hamid Al-Bilali, Taujih Ruhiyah,Pesan-pesan Spritual Penjernih Hati, An-Nadwah,2004,h.188

8
Fukha Blogspot.com
hubungan kita, baik kepada Alla SWT maupun dengan sesama makhluk di atas bumi

ini.

Saran dan nasehat dari siapa saja yang bersaudara karena Iman menjadi

penambah sempurnanya uraian di atas. Wallahua’lam bi al-Showab.

Referensi

1. Abdul Hamid Al-Bilali, Taujih Ruhiyah,Pesan-pesan Spritual Penjernih Hati, An-


Nadwah,2004
2. Dr.Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah, Petunjuk Praktis Mencapai Derajat
Taqwa, Robbani Press,2005,h.15.
3. Ibnu Atha’illah Al-Iskandari, Al-Hikam, Turos Pustaka,cet.2,2012
4. Muhammad Bugi, Syarah hadits Tazkiyatun Nufus, Dakwatuna.com,2007
5. Ummi Hafifah Rasheed, Cahaya Muhasabah Teladan, Evaluasi Diri dan Doa
Mencerdaskan, Al-Bonai Press Syari’ah, 2011

*Materi untuk ceramah Ramadhan 1437 H

**Penghulu KUA Kec.Dumai Timur dan Pengurus PMD Kota Dumai.

Jaya Mukti, 05/03/2016.

Anda mungkin juga menyukai