Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEGIATAN KEAGAMAAN

Tugas Individu Mata Kuliah Agama dan Etika

Dosen Pembimbing:

Ali Asmul, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Alifa Zahira Putri Adsa


NIM : 2220112414
Kelas : 1A Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KEGIATAN KEAGAMAAN YANG DIIKUTI SELAMA 1 SEMESTER

1. Tabligh Akbar

Narasumber:
Buya Yahya (Pengasuh LDP Al-Bahjah)

Waktu Pelaksanaan:
Selasa, 15 November 2022
21 Rabiul Akhir 1444 M
Pukul 20.00 – 22.00

Lokasi Pelaksanaan:
Masjid Raya Sumatera Barat
Jl. Khatib Sulaiman, Alai Parak Kopi, Kec. Padang Utara, Padang

Judul Ceramah:
Hijrah dengan Cara Muhasabah Diri

Isi Ceramah:

A. Pengertian
Perubahan di diri sendiri itu diperlukan agar dijadikan muhasabah diri.
Muhasabah berasal dari bahasa Arab “Hasiba-yahsabu-hisab” yang artinya perhitungan.
Adapun dalam terminologi Islam, muhasabah dapat didefinisikan sebagai suatu upaya
seseorang dalam melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan serta keburukan pada
semua aspek kehidupannya. Muhasabah diri biasanya dilaksanakan pada malam hari sebelum
beristirahat, yaitu dengan mengoreksi segala sikap, kelemahan, perbuatan, kesalahan, diri di
sepanjang hari tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan tersebut tidak terulang di
kemudian hari dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Terdapat beberapa dalil Al-Qur'an dan hadits yang menjelaskan tentang muhasabah diri:
• “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr ayat 18)
• Ungkapan Umar RA melalui Imam Al-Ghazali. “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas
diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak
ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
Muhasabah diri berarti bahwa seorang muslim harus mengalkulasi ketaatan diri dalam
melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan Allah SWT. Hal itu penting
dilakukan karena manusia,  apalagi dengan berganti tahun, usianya bertambah dan jatah
hidupnya akan berkurang.  Untuk apa hidup ini dijalani jika tidak ada amal yang berarti
dilakukan? Jika seorang mukmin masih saja senang melakukan perbuatan yang seturut hawa
nafsu,  sampai kapan harus menyadari keterbatasan hidup yang dijalani?  Padahal,
kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk menghirup udara dengan gratis makin
berkurang. Manusia tidak ada yang mengetahui berapa lama usia yang dijatah Allah SWT
di dunia ini?  Bukankah pada masa pandemi ini kita banyak menyaksikan ambulans pembawa
jenazah berseliweran membunyikan sirinenya untuk mengantarkan mantan manusia ke
peristirahatannya yang terakhir.  Hampir setiap saat kita mendengarkan pengumuman berita-
duka di sekitar kita. Bahkan, di grup WA, Instagram,  dan Facebook ada saja berita duka dari
kenalan kita atau siapa pun yang kita baca. Rasanya,  hidup kita ini terasa di ujung jemari
Malaikat Maut yang setiap saat akan menghampiri kita. 
Malaikat Izrail tampaknya tidak memilih-milih  target pencabutan nyawa seseorang. 
Walaupun seseorang berusia lanjut,  banyak yang diambilnya.  Orang setengah baya, 
remaja,  bahkan anak-anak pun tidak luput dari sambaran Malaikat Maut itu.  Tidak ada
seorang pun yang mengetahui kedatangannya. Apakah saudara atau tetangga hanya bertanya-
tanya bahwa almarhum atau almarhumah masih muda.  “Belum beberapa hari ini bertemu
dengan saya,” ciloteh seseorang kepada temannya.
Jika seseorang lupa kehidupan hari esok,  pertanda manusia itu tidak beriman.
Mukmin harus yakin adanya hari Akhir untuk menimbang amal baik dan amal buruk.  Jika
amal baiknya lebih banyak daripada amal buruknya,  ada harapan akan selamat dari
persidangan Yang Maha adil. Namun,  jika amal salehnya sedikit,  amal buruknya lebih
banyak,  alamat celaka orang mukmin itu dan akan merugi di akhirat.
Dalam kehidupan ini perlulah bagi seorang umat muslim untuk melakukan hijrah atau
suatu bentuk perubahan ke arah yang lebih baik dan diridhoi oleh Allah SWT. Sehingga
jikalau kita ingin membuat suatu perubahan maka haruslah dimulai dengan langkah yang kita
ambil untuk kita berubah. Setiap langkah yang kita pilih haruslah langkah yang baik dengan
disertai ridho oleh Allah SWT. Seperti dari ayat yang selalu kita dengar di akhiran doa
setelah shalat yakni “hablum minannas dan hablum minallah”, yang bermakna sebagai
pengabdian yang dilakukan ialah bentuk ibadah kita kepada Allah. Ketika kita baik kepada
Allah lalu baik kepada manusia, maka itu akan menjadi keimanan yang sangat khusus.
Orang bangkrut menurut Nabi adalah orang yang ketika di dunia tidak mengisi
kehidupannya dengan sholat, puasa, dan melakukan ibadah. Sehingga hal itu dikatakan
sebagai orang yang bangkrut. Ketika seorang hamba Allah hanya melaksanakan sholat lima
waktu saja tanpa melaksanakan zakat dan ibadah lainnya, maka dia juga disebut merugi.
Hawa nafsu harus bisa kita lawan, dengan cara membersihkan hati dan memperbanyak
ibadah kepada Allah Swt. 
B. Cara muhasabah diri
Ada beberapa dalil sebagai landasan syar’i dalam pelaksanaannya,  yakni:
 Surat Al-Hasyr. “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).
 Ungkapan Umar RA melalui Imam Al-Ghazali. “Hendaklah kalian lakukan
muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan
kalian sebelum ia kelak ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
 Hadis nabi. “Seorang sahabat menemui Rasulullah SAW untuk meminta
wejangan kepadanya. ‘Wahai Rasulullah, berilah aku wejangan,’. ‘Apakah kau
meminta wejanganku?’. ‘Benar,’. jawabnya dengan bahagia. ‘Bila kau
bermaksud untuk melakukan sesuatu, pikirkanlah dampaknya. Jika ia baik,
lakukanlah. Tetapi jika itu buruk, tahanlah’." (Imam Al-Ghazali).

`Bagi orang yang ingin bermuhasabah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Hal ini juga mendapat contoh dari para sahabat Rasul . Cara tersebut di antaranya
adalah:

1. Tidak Menutup Diri dari Masukan Orang Lain


Terkadangseseorang melakukan kesalahan yang tidak disadari. Olehkarena itu,
memiliki teman yang saleh amat dibutuhkan. Sebab bisa saling mengingatkan agar
senantiasa bermuhasabah dan mengevaluasi diri dan menghindari segala larangan
Allah SWT.
Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menceritakan usul Umar RA kepada  Abu
Bakar RA  dalam mengumpulkan Alquran. Saat itu, Abu Bakar menolak usul itu,
tapi Umar terus mendesak dan mengatakan bahwa itu adalah kebaikan. Akhirnya,
Abu Bakr menerima usul itu dan berkata:
“Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam
permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat
sebagaimana pendapat Umar.” (HR. Bukhari)
Dalam kisah tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki
kedudukan tinggi pun saat diingatkan tidak boleh merasa jumawa. Jika ada suatu
pendapat yang baik dan maslahat meski datang dari orang yang di bawahnya tetap
dilaksanakan.

2. Bersahabat dengan Orang Saleh


Salah satu rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada orang muslim adalah
dengan dikelilingi oleh sahabat yang saleh. Mereka akan menasihati dan
mengingatkan kekeliruan yang telah dilakukan semata-mata agar bisa Bersama
dalam kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya aku hanyalah manusia
seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah
aku ketika diriku lupa.” (HR Bukhari).
Karena itu, betapa pentingnya sosok sahabat yang saleh sebagai media untuk
saling mengingatkan dan menasihati. Karena selain dapata melakukan muhasabah
diri sendiri, sahabat tentu akan memberi dukungan saat diperlukan.
Rasulullah SAW bersabda:  “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri
seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang
pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan
akan membantu jika dirinya ingat.” (HR Abu Dawud).

3. Menyendiri
Salah satu bentuk evaluasi dan introspeksi diri yang berguna adalah dengan
menyendiri saat bermuhasabah. Umar bin Khaththab berkata:  “Koreksilah diri
kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal saleh) untuk
pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).” (HR Tirmidzi).
Selain itu, dari Maimun bin Mihran, beliau berkata: “Hamba tidak dikatakan
bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi
rekannya.” (HR Tirmidzi).

Berikut ini beberapa cara agar lebih mudah dalam muhasabah diri lainnya yaitu:
 Meluruskan niat dan memantapkan Hati.
 Mengevaluasi soal niat, amalan, dan dosa-dosa.
 Melaksanakan Sholat Taubat.
 Bertanggung jawab tidaknya suatu tindakan yang telah diambil.
 Melakukan perbuatan baik.
 Evaluasi diri dengan meminta saran atau pendapat dari orang-orang yang mengenal
diri kita.
 Menenangkan hati dan mendapatkan petunjuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik
lagi

C.Keutamaan dari muhasabah diri


Karena merupakan hal yang penting, muhasabah baiknya dilakukan setiap hari.
Sebab ternyata, muhasabah juga mengandung berbagai keutamaan. Salah satunya
seperti terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh School of Education and
Modern Languages, UUM College of Arts and Sciences, Universiti Utara Malaysia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa muhasabah dapat diidentifikasi sebagai salah
satu alternatif upaya untuk mengembangkan nilai-nilai akhlak yang baik. Hal ini akan
berkaitan juga dengan adanya kemungkinan bagi pengembangan diri dan
pengembangan moral.
Ini juga seiring dengan perkataan Imam Al-Ghazali yang mengaitkan muhasabah
dan tobat. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena tobat adalah peninjauan atau
koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yang dilakukan dengan rasa
penyesalan.
Pada dasarnya upaya muhasabah adalah usaha untuk memperbaiki diri sebagai muslim
berikut adalah keutamaan dan manfaatnya:

1. Menjadi Sifat Hamba Allah yang Bertakwa


Orang yang bertakwa adalah mereka yang membawa sebaik-baik bekal untuk
akhirat nanti. Namun dalam perjalanannya tidak selalu mendapatkan jalan yang
mulus. 
Bisa saja orang tersebut merasa lelah dan lemah, bahkan bosan. Muhasabah
akan membantu menghadapi berbagai rintangan yang dihadapi.

Maimun bin Mahran rahimahullah berkata:  “Tidaklah seorang hamba menjadi


bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada
seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya.”
2. Hasil dari Muhasabah adalah Taubat
Banyak di antara manusia yang melakukan kemaksiatan, namun Allah SWT
masih memberikan nikmat kepadanya. Dia tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah
bentuk istidraj atau penangguhan menuju kebinasaan dari Allah SWT, sebagaimana
firman-Nya:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang  tidak
mereka ketahui.”(QS Al-A’raf: 182).
Orang-orang yang memahami ayat ini akan merasa takut atas peringatan Allah
SWT, sehingga senantiasa mengintrospeksi diri. Jangan sampai bahwa nikmat yang
telah diberikan merupakan bentuk istidraj.
Muhasabah yang benar mengantarkan kepada taubat yang akan diawali dengan
penyesalan. Rasulullah SAW bersabda:“Menyesal adalah taubat.” (HR Ibnu Majah,
Ahmaddan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir).

3. Menambah Energi untuk Beribadah


Muhasabah akan menjadi energi tambahan yang dibutuhkan saat mengerjakan
seluruh perintah Allah SWT. Dalam kitab Imam Bukhari, dibuka dengan perkataan
Abu az-Zinad, “Sesungguhnya mayoritas sunnah dan kebenaran bertentangan  dengan
pendapat pribadi.” (HR Bukhari).
Imam Bukhari mengatakan bahwa manusia sering menolak kebenaran hanya
karena bertentangan dengan pendapat pribadi. Contohnya saja saat  Rasulullah
SAW  berdakwa namun mendapat banyak ditolak karena bertolak belakang dengan
keinginan pribadi suatu kaum.Karena itulah muhasabah diri perlu dilakukan agar tidak
terjebak ke dalam kemaksiatan dan kesesatan. 
Ini juga menjadi momen mencharge diri, mengingat apa yang dilakukan untuk
mencari kebaikan di dalamnya, dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang
lebih dicintai oleh Allah SWT.
Adapun keutamaan dan manfaat lainnya adalah:
 Tahu, sadar, dan paham kekurangan dan aib sendiri, sehingga dapat memperbaiki
 Mengetahui taraf keimanan diri sendiri terhadap sehingga semakin paham hak dan
kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang hamba Allah.
 Dengan rajin bermuhasabah, muslim merasa ingin selalu memperbaiki diri, jauh dari
sifat sombong.
 Meringankan Hisab, karena tindakan yang dilakukan penuh perhitungan, mana yang
dosa mana yang tidak.
 Terbentuk menjadi pribadi yang mampu memanfaatkan waktu dengan baik.
2. Ceramah Online

Narasumber:
Alamsyah, M.Pd

Waktu Pelaksanaan:
Kamis, 17 November 2022
22 Rabiul Akhir 1444 M
Pukul 12.45 – 13.30

Lokasi Pelaksanaan:
Secara Online

Judul Ceramah:
Hakekat Pemuda Islam

Isi Ceramah:

Tema yang menarik kita bahas dalam kajian agama saat ini adalah tentang al-fityah yaitu
pemuda, karena dalam alquran dan hadis banyak berbicara tentang pemuda dan perannya.
Kenapa kita berbicara tentang pemuda?
Karena pemuda kelompok masyarakat yang paling cepat merespon dakwah, pemuda
adalah agen of change jadi kalau ingin merubah kondisi bangsa dan agama kearah yang baik
maka prioritasnya adalah pemuda. Maka sangking pentingnya peran pemuda sampai2 bpk
proklami bpk ir. sukarno pernah berkata beri aku 1000 orang tua akan ku cabut semeru dari
akarnya dan beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang dunia.
Dalam alquran surat al-kahfi ayat 13
Nahnu naqushu a’laika naba ahum bil haq, innahum fityatun a manu birabbihim
wazidnahum huda
Kami ceritakan kepadamu Muhammad kisah mereka dengan sebenarnya,sesungghnya
mereka pemuda-pemuda yang beriman pada tuhan mereka dan kami tambah petunjuk
kepada mereka
Dalam tafsir al-bagawi diceritakan kisah pada zaman dahulu dinegeri yang bernama
afasus dengan pemimpin yang sangat kejam raja daqyanus dan rakyat nya sama2
menyembah berhala maka ada sekelompok pemuda yang beriman rishi perbuatan mereka,
raja daqyanus tidak tinggal diam raja ini mulai menawarkan harta dan jabatan agar mau
menyembah berhala namun pemuda ini teguh pada pendirian dan menolak semua tawaran
dari raja daqyanus , singkat cerita pemuda ini meninggalkan kota tempat tinggalnya dan
bersembunyi di gua rajib dan mereka ditidurkan oleh allah selama 309 tahun lokasinya
sekitar 8 kilometer dari yordania mereka adalah ashabul kahfi 7 pemuda beriman yang nama
mereka allah abadikan dalam alquran sebagai pelajaran.
Bagaimana pemuda yang diharapkan dalam islam
1. Pemuda yang selalu menjaga iman dalam kondisi apapun 9 jadilah sebatang pohon
yang tetap berdiri kokoh meskipun terjangan angin)
2. Pemuda yang kaffah dalam islam
3. Pemuda yang arah hidupnya mengikuti petunjuk allah
4. Pemuda yang memilki semangat dan perjungan untuk membela agama
5. Pemuda yang mampu lolos melewati berbagai tantangan dan ujian terlebih dizaman
modern ini tantangan pemuda islam semakin berat diantara tantangan itu adalah
1. Teknologi
2. Hiburan
3. Pergaulan
Ciri pemuda islam yang hebat
1. Mencintai kebenaran
2. Menuntut ilmu
3. Memulia islam
4. Berdakwah

Anda mungkin juga menyukai