Anda di halaman 1dari 6

AL IHSAAN

I. Pengertian
Al-Ihsaan berasal dari kata hasana-yahsunu, yang berarti “baik”. Secara maknawi,
pengertian Ihsaan dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya oleh
malaikat Jibril. Rasululah bersabda bahwa al-Ihsaan itu adalah kita berbuat seakaan-akan
Allah melihat kita, dan walaupun kita tidak melihat Allah, Allah akan tetap dapat
mengawasi kita. Makna al-Ihsaan tercermin dalam akhlak manusia. Akhlak adalah tingkah
laku, dan al-Ihsaan adalah ruh dari tingkah laku itu.
Ihsaan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam yang berfungsi melindungi struktur Islam
yang lain seperti rukun iman dan rukun Islam.

II. Dalil Naqli – Ajakan berbuat baik dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah
Berbuat baik adalah bagian dari tugas seorang muslim di dalam kehidupan ini.
Sebagaimana Allah berfirman:
“ Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
 Berbuat baik adalah indikator kesuksesan

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa.” (Al-


Maaidah:2)
“ Dan mereka berlomba dalam kebaikan, dan mereka adalah termasuk orang-orang yang
sholih.”
(‘Ali Imron: 114)
 Allah memerintahkan untuk saling tolong menolong, dan berlomba-lomba dalam
kebaikan

“...dan tidaklah engkau mengerjakan kebaikan, melainkan Allah mengetahuinya. (Al-


Baqoroh:215)
 Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan mengabarkan bahwa Ia Maha
Mengetahui hal itu.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan ....
“ (Ali Imron : 104)
 Allah memerintahkan untuk berdakwah kepada kebaikan

Dan hadits Rasulullah SAW:


“Bersegeralah menuju amalan-amalan yang sholih.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mndapat pahala seperti
pelakunya.” (HR. Muslim)

III. Kenapa harus Ihsaan?


1. Adanya pengawasan Allah (muraqabatullah)
Seperti apa yang dikatakan Rasulullah kepada Jibril tentang definisi ihsaan:
“Mengabdilah kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia, jika kamu tidak
melihatNya sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
2. Adanya kebaikan Allah (ihsaanullah)
Setiap kebaikan wajib dibalas dengan kebaikan. Dan Allah akan memberikan
nikmatNya yg besar kepada semua makhlukNya, maka seharusnya pula kita berbuat ihsaan,
kapan dan dimanapun, kepada siapapun.

Dengan demikian, ketika telah merasakan kehadiran Allah SWT dan mengakui kebaikan
Allah SWT yg begitu besar, maka akan muncul niat yg baik (ihsaanu an niyyah) dalam setiap
pekerjaan kita. Niat kita menjadi ikhlas, amal yang rapi&profesional, serta akhir pekerjaan kita pun
akan semakin baik.

IV. Manfaat Berbuat Baik Bagi Pribadi Dan Masyarakat


1. Manfaat berbuat baik bagi pribadi
a. Dicintai Allah (Q.S. 2:195). Allah mancintai orang-orang yang berbuat ihsaan karena
orang-orang tersebut telah menunaikan hak-hak Allah atas makhlukNya, dan Allah
juga mencintai amal yg rapi dan berkualitas (Q.S. 61:4, 55:60)
b. Mendapat pahala (Q.S. 33:29). Adalah hal yg wajar dan masuk akal, orang akan
lebih menghargai perbuatan yg baik dan berkualitas. Maka Allah akan memberikan
pahalaNya serta yang lebih tinggi dari itu, keridhoan Nya.
c. Mendapat pertolongan Allah (Q.S. 33:29). Allah akan memberikan pertolonganNya
pada hambaNya dengan kekuasaan yg Ia miliki.
d. Berbuat baik dan berlomba-lomba dalam kebajikan menjadikan seseorang merasa
bertanggung jawab untuk bisa mencapai cita-cita yang ia inginkan, bahkan akan
menjadikan perbuatan baik sebagai sebuah tujuan yang akan ia pegang teguh serta
tidak pernah ia sepelekan
e. Orang yang bersegera keapda kebaikan tidak akanmendapatkan waktu untuk ia sia-
siakan begitu sajaTetapi ia akan berusaha serius mengisi seluruh waktunya untuk
berlomba dalam berbuat kebajikandan meninggalkan kemungkaran.
f. Berbuat baik menjadikan seseorang itu peka terhadap makna beramaluntuk akhirat
dan akan menjadikannya mengerti akan nilai amalan tersebut.

2. Manfaat berbuat baik untuk masyarakat


a. Ia akan maminimalisir adanya perbuatan maksiat, bahkan akan membuangnya jauh-
jauh.
b. Allah akan menjadikan anggota masyarakat itu saling menyayangi dan saling
mencintaisebab masing-masing dari mereka saling berlomba untuk mendapatkan
kasih sayang dan kecintaan saudaranya, serta berusaha bagaimana memasukkan
kebahagiaan kepadanya.
c. Ia akan meninggikan senmangatanggota masyarakatuntuk beramal buat negeri
akhirat.

V. Faktor penyemangat untuk berbuat baik


Pertama: Ilmu pengetahuan
Maksudnya adalah ilmu pengetahuan mengenai pintu-pintu kebajikan yang Allah
perintahkan kepada setiap muslim. Pengetahuan tentang amla dan perkara yang
mengantarkannya pada keridhoan Allah SWT, sehingga ia mampu membedakan mana
perbuatan baik maupun buruk.

Kedua: Hendaknya ia selalu mengingat ilmunya tentang amal kebaikan di atas.


Bencana ilmu adalah lupa. Ketika manusia lupa maka ia akan kembali kepada
kejahiliyahannya. Lupa terhadap amal-amal kebajikan menyebabkan orang itu enggan untuk
berbuat baik, bahkan meremhkannya. Maka, Allah mengulang-ulang perintah untuk berbuat
baik dalam Al-Qur’an.

Ketiga: Sadar dan ingat akan pahala yang diperoleh dari berbuat baik.
Ini merupakan obat mujarab mengatasi kemalalasan dalam berbuat baik, karena ada
tarikan motivasi berupa imbalan (reward) yg Allah berikan bagi hambaNya yg berbuat baik.
Seperti sabda Rasulullah yang memberikan motivasi untuk berbuat baik; “ Aku telah melihat
seorang lelaki yang mondar-mandir di surga karena sebatang pohon yang ia tebang karena
terletak di tengah jalan dan menggangu manusia.”

Keempat: Menghadiri pertemuan antar ikhwan dan majelis yg bernuansa keimanan


Memperbanyak berkumpul dengan orang sholih akan mengkondisikan ruhiyah untuk
selalu ingat pada Allah SWT dan menumbuhkan semangat untuk berbuat baik seperti yg
telah dilakukan oleh orang-orang sholih tersbut.

Kelima: Mengerti bahwa berlomba dalam kebaikan adalah tuntunan syar’i dan perintah
Ilahi
Banyak perintah Allah dalam l-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berbuat
baik, seprti yang telah disebutkan sebelumnya. Dan ini menjadi alasan mengapa Ibnu Sa’ad
mengatakan, “Barangsiapa berlomba dalam kebajikan, berarti ia bersegaera menuju jannah
di akhirat, sementara orang-orang yang berlomba-lomba merupakan orang yang paling
tinggi derajatnya.”

Keenam: Mengunjungi lembaga dan organisasi sosial/bantuan


Jangan lupa untuk mengunjungi oraganisasi dakwah yang memberikan bantuan-
bantuan, agar diri selalu termotivasi untuk ikut membantu.

Ketujuh: Sadar bahwa berlomba dalam kebaikan adalah karakter orang-orang mukmin dan
sifat para malaikat yang didekatkan

Kedelapan: Mengenal sejauh mana para sahabat menyesal dan menangis karena melewatkan
kesempatan berbuat baik.
Sa’id bin ‘Abdul ‘Aziz apabila ketinggalan sholat jama’ah ia menangis.
Ibnu Mas’ud berkata, “Tidaklah aku menyesal melebihi penesalanku terhadapsatu hari yang
matahari tenggelam di dalamnya sementara umurkiu berkurang sedangkan amalku tiada
bertambah.”

Kesembilan: Sadar bahwa umur ini singkat dan nafas itu terhitung.

Kesepuluh: Membaca kitab-kitab tentang zuhud, roqo’iq serta kitab-kitab muktamad di


kalngan para ulama
Kesebelas: Berdo’a pada Allah agar dirinya dimudahkan dalam berbuat amal kebaikan

VI. Kaitan antara Al-Ihsaan dengan Muwashofat Tarbiyah dalam Lingkungan Kampus
Dalam pembahasan al-Ihsaan di atas dapat kita ambil beberapa korelasi antara sikap ihsaan
dan muwashofat yang menjadi karakter amal seorang kader dakwah. Di antaranya;
1. Al-ihsaan muncul karena adanya muraqabatullah dan pengakuan adanya kebaikan Allah
SWT. Sikap ini tercermin dalam muwashofat “Salimul ‘Aqidah” karena pemahaman yang
baik terhadap Allah SWT akan menjadikan seorang kader merasa yakin tentang keberadaan
Allah dan segala sifatNya.
2. Al ihsaan juga muncul karena pengakuan adanya kebaikan Allah SWT, dan sikap ihsaan
kepada makhluk Allah yg lain sesuai dengan muwashofat “Matinul Khuluq” karena ihsan
terhadap sesama makhluk Allah merupakan akhlak yang terpuji.
3. Begitu pula dengan niat yg ikhlas, muncul karena pengharapan ridho Allah SWT. Untuk itu,
akidahnya harus benar, agar seorang kader paham bahwa Allah satu-satunya tujuan.
4. Itqonul ‘Amal (amal yang profesional) menunjukkan bahwa seorang kader telah memiliki
muwashofat “Munazhomu fi Syu’nihi” karena tindakan/rencana yang tertata akan
menghasilkan amalan yang profesional, dan penyelesaian yang baik.
5. Dan secara keseluruhan, amal yang baik adalah bukti peran seorang kader yang mampu
memberi manfaat bagi ummat, dalam hal ini, ia telah memiliki karakter “Nafi’un li
Ghoirihi”
‫ﺤﺏﻤﻥﺍﷲ‬ ‫ﺇﺨﻼﺹﺍﻠﻨﻴﺔ‬ ‫ﻤراﻗﺒﺔاﷲ‬

‫ﺃﺠﺭﻤﻥﺍﷲ‬ ‫ﺇﺤﺴﺎﻥﺍﻠﻌﻤﻝ‬ ‫ﺇﺘﻗﺎنﺍﻠﻌﻤﻝ‬ ‫ﺇﺤﺴﺎنﺍﻠﻨﻴﺔ‬

‫ﺇﺤﺴﺎنﺍﷲ‬
‫ﻨﺼﺭﻤﻥﺍﷲ‬ ‫ﺠﻭﺩﺓﺍﻷﺩﺍﺀ‬

Anda mungkin juga menyukai