Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang baik, agama yang di berkahi oleh Allah swt. Islam juga
agama yang memberikan tuntunan kepada umatnya baik berupa sikap yang
ditujukkan kepada manusia dalam melalui kehidupannya. Manusia sebagai
pemimpin di muka bumi ini yang tentunya harus dibekali dengan sikap atau
tuntunan akhlak yang baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang lain,
masyarakat, serta orang- orang yang terdapat disekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Ihsan?
2. Sebutkan Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan?
3. Apakah Perbuatan-Perbuatan Yang Merusak Ihsan ?  
4. Bagaimana cara Menerapkan Perilaku Mulia?
5. Apakah Hikmah Dan Manfaat Ihsan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ihsan
2. Untuk mengetahui Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan
3. Untuk mengetahui Perbuatan-Perbuatan Yang Merusak Ihsan   
4. Untuk mengetahui Menerapkan Perilaku Mulia
5. Untuk mengetahui Hikmah Dan Manfaat Ihsan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan. Sedangkan
menurut istilah yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat
hati beribadah kepada Allah SWT.  Menurut pengertian istilah ada beberapa
definisi dan pengertian yang diberikan oleh ulama yaitu :
1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh
Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam
sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.
2. Menurut Imam Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang
hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan
sebagainya

Dari pengertian ihsan di atas, maka yang menjadi landasan dasar dari Ihsan
antara lain sebagai berikut :

 Muraqabatullah yang meliputi merasa selalu dalam pengawasan Allah


swt dan sikap Ihsan sebagai hamba Allah swt. sebagaimana keterangan
dalam hadits sabda Nabi Muhammad saw.

 Ihsanullah yang meliputi merasakan kebaikan Allah dalam segala hal dan
sikap Ihsan sebagai khalifah Allah swt.

Seorang hamba Allah swt. yang ihsan, merasa selalu berada dalam pengawasan
Allah swt. tentunya akan senantiasa melakukan yang terbaik dalam kehidupannya.
Sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada hamba-Nya, sudah seharusnya pula
kita melakukan dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dalil firman Allah
dalam Al-Qur’an al-karim :

َ ‫سن َك َما َأ ْح‬


َ‫سنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكو‬ ِ ‫َأ ْح‬
Artinya : dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu. (QS-Al-Qashash:77).

2
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari
‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya tentang ihsan,
maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

‫َأنْ تَ ْعبُ َد هللاَ َكَأنَّ َك ت ََراهُ فَِإنْ لَ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َراك‬
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan
dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza
wa Jalla, yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia
melihat-Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga
pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada
Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap
kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya.

B. Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan


Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam
ihsan.

1.      Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan
semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang
benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini
tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat
pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa
memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-

3
Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya,
karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan
sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah
maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah
luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah
pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap
mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah
untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah,
Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu
senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.

1. Muamalah
Dalam  bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’
ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun     dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada
Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat
melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari
muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah
mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia

4
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.

3.      Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan
muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia
telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits
yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan
melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah
senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka
sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah
menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan
dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh
dari hasil maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia,
lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan dalam sebuah hadits,
“Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”

C. Perbuatan-Perbuatan Yang Merusak Ihsan   


Berikut ini adalah sikap dan perbuatan yang dapat merusak ihsan dalam diri,
antara lain :
a. Sikap dan perbuatan Sombong. Dalam sebuah hadits diterangkan : sombong
adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain. (HR. Muslim)
b. Sikap Serakah dan Egois. Mengenai serakah dan egois Nabi Muhammad
saw, bersabda : seandainya seorang anak Adam sudah mempunyai dua
lembah harta, maka ia akan mencari lembah yang ketiganya. Dan tidak akan
merasa puas perutnya, melainkan dengan dimasukkan ke dalam tanah. (HR.
Bukhari dan Muslim)

5
c. Sikap Iri Dengki. Nabi saw. bersabda : Sesungguhnya dengki itu akan
memakan habis kebaikan, seperti api yang melalap habis kayu bakar. (HR.
At-Tirmidzi). Sikap iri Dengki akan menjadi penghambat dalam
kesuksesan, menyia-nyiakan energy, menghilangnya kesempatan untuk
kerja sama dan akan menghilangkan kesempatan belajar.

Firman Allah
swt.
:                                                                                                          

‫ر َوَأ ۡبقَ ٰى‬ٞ ‫خَي‬ ُ ‫ك ِإلَ ٰى َما َمتَّ ۡعنَا بِ ِٓۦه َأ ۡز ٰ َو ٗجا ِّم ۡنهُمۡ ز َۡه َرةَ ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا لِن َۡفتِنَهُمۡ فِي ۚ ِه َو ِر ۡز‬
ۡ َ‫ق َربِّك‬ َ ‫َواَل تَ ُم َّد َّن ع َۡين َۡي‬
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah
Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah
lebih baik dan lebih kekal.  (QS. Thaha [20]: 131).

d. Ghibah atau menggunjing


e. Sikap berburuk Sangka
f. Sikap Dendam
g. Sikap Kikir atau pelit.

D. Menerapkan Perilaku Mulia


            Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan ihsan
yaitu :
1. Melakukan ibadah ritual (shalat,zikir, dan sebagainya )dengan penuh
kekhusukan dan keikhlasan.
2. Birul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua), dengan mengikuti
semua keinginan jika memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan
dengan aturan Allah Swt.
3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat.
4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
5. Berbuat baik kepada tetangga.
6. Berbuat baik kepada teman sejawat.

6
7. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik
8. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa
9. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak
melakukan tindakan yang merusak.
E. Hikmah Dan Manfaat Ihsan
“Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah dalam al-
Qur’an.Berbuat Ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada
manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah menjadikan saling berbuat baik
sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (Ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi
stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah
Swt. Membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua manusia
diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keingian untuk membalas budi baik.
Peristiwa di samping hanya sedikit dari percikan hikmah Ihsan. Simak dan
renungkanlah!

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh
karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan
seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.  Siapapun
kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain,
kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai
hidupnya.

B. Saran
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf
kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan
makalah ini selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/meraih-kasih-allah-dengan-ihsan-xii-pdf-free.html
http://digilib.uinsgd.ac.id/13221/4/4_bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai