Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbuat baik (ihsan) itu ada dau macam: berbuat baik kepada Allah dan
berbuat baik kepada sesama. Berbuat ihsan dalam beribadah kepada sang khaliq
adalah dengan cara beribadah kepada-Nya seakang sedang melihat-Nya, jika dia
tidak bisa beribadah kepada-Nya seakan sedang melihat-Nya maka (tingkatan
dibawahnya adalah) beribadah kepada-Nya dengan merasa bahwa Allah sedang
melihatnya. aiahsan adalah hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakanakan kamu melihat-Nya dan jika kamu melihatnya maka sesungguhnya Dia
melihatmu. (HR Bukhari, Baihaqi, Ibnu Khuzainah, Ibnu Hibban, Imam
Ahmad, dan Abu Hanifah)2 Dengan demikian, ihsan di sini adalah kesungguhan
dalam menegakkan hak-hak Allah dan berbuat baik berkenaan dengan hak-hak
sesama manusia.(1)
Pangkal dari ihsan yang diwajibkan adalah menunaikan hak-hak sesama
yang wajib ditunaikan, seperti menunaikan hak berbakti kepada orang tua (birrulwalidain), menjalin hubungan kekerabatan, berlaku adil dalam melakukan segala
bentuk muamalah dengan sesame, serta memberikan semua hak yang menjadi
kewajiban kita sebagaimana kita mengambil hak kita secara penuh. Allah SWT
berfirman, sembahlah Allah dan dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan, berbuat baiklah kepada orang tua, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, ibnu
sabil, dan hamba sahaya. (An-nisa 4 : 36). Allah memerintahkan berbuat ihsan
kepada semua golongan yang disebut di atas.(1)
Termasuk kedalam kategori tersebut adalah berbuat iohsan kepada sesama
manusia dan juga berbuat ihsan kepada binatang, termasuk dalam perkara
melenyapkan nyawanya. Oleh karena itu, Nabi SAW bersabda, maka, jika kalian
(hendak) membunuh (dengan alasan yang dibenarkan), lakukanlah dengan baik.
(1)

BAB II
PEMBAHASAN
1. 1 Pengertian
Nabi muhammad Saw. Menjalaskan tentang agama dalam satu kalimat
yang sangat singkat, yakni ad-dien al-muamalah agama adalah interaksi. Interaksi
yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
Tuhannya. Islam datang membawa ajaran yang mengarahkan manusia
memperbaiki hubungan antara semua pihak.(3)
Ihsan berarti baik atau berbuat baik. Menurut istilah Ihsan adalah keadaan
seseorang dalam beribadat kepada Allah SWT. Seakan-akan dia melihat Allah
dengan mata hatinya. Jika tidak melihat-Nya, maka dia yakin bahwa sesunguhnya
Allah SWT. Senantiasa melihatnya. Dengan kata lain, Ihsan berarti suasana hati
dan perilaku seseorang untuk senantiasa merasa dekat dengan Allah, sehingga
tindakannya, perilakunya, sesuai dengan aturan dan urgen Allah SWT.(3)
Ihsan dalam arti akhlak mulia atau pendidikan akhlak mulia sebagai puncak
keagamaan dapat dipahami juga dari beberapa hadis terkenal seperti
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran
budi. jika kita renungkan lebih jauh, sesungguhnya makna diatas itu tidak
berbeda jauh dari yang secara umum dipahami oleh orang-orang muslim, yaitu
bahwa dimensi vertikal pandangan hidup kita iman dan taqwa habl mi al-Lah,
dilambangkan oleh tabir pertama atau takbirat al-ihram dalam shalat selalu, dan
seharusnya, melahirkan dimensi horisontal pandangan hidup kita (amal saleh,
akhlak mulia, habl min al-nas, dilambangkan olen ucapan salam atau taslim pada
akhir shalat). Jadi makna-makna tersebut sangat sejalan dengan pengertian umum
tentang keagamaan.(3)
Ihsan secara lahiriah melaksanakan amal kebaikan. Ihsan dalam bentuk lahiriah
ini, jika dilandasi dan dijiwai dalam bentuk rohaniah batin akan menumbuhkan
keikhlasan. Beramal Ihsan yang ikhlas membuahkan takwa yang merupakan buah
2

tertinggi dari segala amal ibadat kita. Ihsan dalam akhlak sesungguhnya
merupakan buah dari ibadah dan mauamalah. Seseorang akan mencapai tingkat
ihsan dalam akhlak nya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi
harapan Rasullah dalam salah satu hadisnya. Pada akhirnya, ia akan berbuah
menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dan
ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.(3)

2.2 Landasan Syari Ihsan


Pertama, Al-Qur`anul Karim
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan
implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan
agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa
dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.(3)
Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195) 3
Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan.
(QS An-Nahl: 90) (3)
Kedua, As-Sunnah
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab,
ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, di antara
hadist-hadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama
dalam memahami agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan
ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban
tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan, Engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Muslim)(3)

Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah telah


mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah
dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik. (HR.
Muslim)(3)

2.3 Akhlak Sebagai Manifestasi Iman


Iman dari segi bahasa biasa diartikan dengan pembenaran. Sebagian pakar
mengartikannya sebagai pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga.
Pembenaran akal saja tidak cukup, tetapi yang terpenting adalah pembeneran
dengan hati. Didalam islam tidak semua pembenaran dinamakan iman. Iman
adalah membenarkan menyangkut apa yang disampai oleh Nabi Muhammad Saw.
Sebagai mana yang tergambar dalam pokok-pokok dalam arkanul iman.(3)
Iman menjadi dasar untuk berperilaku bagi setiap insan yang mengaku
dirinya muslim. Karena dengan iman seseorang akan merasakan adanya dzat yang
Maha Halus dan Maha Mengetahui, yang tidak hanya menghindarkan orang dari
bebuat jahat tapi juga memotifasi untuk berbuat baik. Derajat iman seseorang itu
adalah tingkatan iman yang menunjukkan kebaikan perilaku seseorang yang dapat
dilihat pada indikator-indikator yaitu: kecintaan terhadap perbuatan baik dan tidak
senang dengan untuk berbuat buruk.(3)
Sementara itu, terdapat tiga aspek fundamental dalam Ihsan. Ketiga hal tersebut
adalah ibadah, muamalah, dan akhlak.
1. .Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1) Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.

2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah
ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad
adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku

tidak

menghendaki

supaya

mereka

memberi

makan

kepada-Ku.

Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan
Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka
barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa
5

yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya,


maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin
muwahhid (yang mengesakan Allah).

2. Muamalah
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Katakata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku,
yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga
kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa
pengertian muamlah;

Menurut Louis Maluf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang


berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli,
perdagangan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek,
menyatakan

muamalah

adalah

peraturan-peraturan

mengenai

tiap

yang

berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai


kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan
dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah
ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan
petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.Sedangkan dalam
arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah semua
transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar
manfaat.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah


segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang
seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara
manusia dengan alam sekitarnya.

3. Akhlak
Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal
dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang
berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan.

Dari pengertian tersebut, memberi informasi bahwa akhlaq, selain merupakan tata
aturan atau norma-norma perilaku tentang hubungan antara sesama manusia, juga
merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan yang
maha pencipta, bahkan hubungan dengan alam sekitarnya.
Adapun akhlaq menurut beberapa ulama antara lain, menurut :
- Imam Al-Ghazali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
- Ibrahim Anis
Akhlaq adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatanperbuatan tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih dahul.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa akhlaq adalah merupakan sifat yang
tertanam dalam jiwa seseorang yang dapat menimbulkan gerakan, perbuatan,
tingkah laku secara spontan, gampang atau mudah pada saat dibutuhkan tanpa
7

memerlukan pemikiran atau perimbangan terlebih dahulu dan tidak memerlukan


dorongan dari luar.

Akhlaq adalah gambaran atau bayangan dari jiwa seseorang, mereka berbuat,
bertindak, atau bertingkah laku berdasarkan apa yang tertanam dalam jiwanya dan
telah menjadi kebiasaan setiap hari tanpa ada pengaruh atau dorongan dari pihak
lain, mereka melakukan secara spontan tanpa pertimbangan pikiran sebelumnya.

Untuk melekatkan akhlaq yang mulia pada diri seseorang, harus terlebih dahulu
dilakukan pembersihan diri dari hal-hal sebagai berikut :
1. Dosa dan kesalahan melalui taubat dan istighfar kepada Allah
2. Sifat-sifat yang tercela, yang melekat pada dirinya melalui latihan dan
pembiasaan yang berkesinambungan.
Dari ketiga aspek fundamental dalam ihsan,maka ihsan memiliki kelebihan
diantaranya :
-Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas
-Senantiasa amanah,jujur dan menepati janji
-Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
-Mewujudkan keharmonisan masyarakat
-Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :
-Menyembah dan beribadah kepada Allah
-Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal
-Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat
8

-Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat


-Melakukan perkara-perkara yang baik
-Mengamalkan sifat-sifat mahmudah
-Bersyukur atas nikmat Allah SWT.

BAB III
KESIMPULAN

Jika menarik kesimpulan, ihsan merupakan puncak prestasi dalam ibadah,


muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai
pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada
yang lebih mulia daripada yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat
ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai
hal ini, sebelum Allah swt. mengambil ruh ini dari raga kita.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Syarah Hadist Arbain. Imam An Nawawi dkk. Penerbit Niaga


Swadaya.Halaman 207.
2. Metafora Hikmah: Perumpamaan dalam Al-Quran. Abi Abdillah At
Tarmidzi. Penerbit : Gema Insani. Tahun 2003. Halaman 105.
3. Mannan, Audah. Pengantar Studi Akidah dan Akhlak. Makassar: Kencana:
2010

11

Anda mungkin juga menyukai