Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK VI

Nama Anggota : SURYANI

SITI FATIMAHTUZZAHRO

MELATI ASHARI

RAHMODON

RUDY

Kelas : XII-IPS-3
B. Study : AGAMA ISLAM

SMANSA TANJUNG TIRAM


TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Salam ukhuwah akhi wa ukhti..


Puji syukur kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan limpahan rahmat dan nikmat
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah “Meraih
Kasih Allah SWT dengan Ihsan”.
Penyusunan ini tentunya bukan hanya hasil pemikiran kami sendiri, banyak orang-orang
yang mendukung kami di belakang.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai toleransi yang Insya Allah akan bermanfaat
dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, marilah kita baca dan
pelajari makalah ini.
Makalah ini hanyalah hasil karya susunan insan yang tak berdaya, yang tak jauh dari khilaf
dan salah.Untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, agar bisa kami
jadikan motivasi untuk ke depannya.
Semoga Allah SWT. selalu menuntun setiap perjalanan hidup kita. Aaamin..

Cianjur, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN.........................................................2
BAB III PENUTUP....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini,
sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia.

Latar belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang
memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya dipandang sebagai
bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga
landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wassallam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN IHSAN
Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan.Sedangkan menurut istilah
yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah
SWT. Menurut pengertian istilah ada beberapa definisi dan pengertian yang diberikan oleh
ulama yaitu :
1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam
segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba
benar-benar ikhlas karena Allah.
2. Menurut Imam Nawawi ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa
selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya
Dari pengertian ihsan di atas, maka yang menjadi landasan dasar dari Ihsan antara lain
sebagai berikut :
 Muraqabatullah yang meliputi merasa selalu dalam pengawasan Allah swt dan sikap
Ihsan sebagai hamba Allah swt. sebagaimana keterangan dalam hadits sabda Nabi
Muhammad saw.
 Ihsanullah yang meliputi merasakan kebaikan Allah dalam segala hal dan sikap Ihsan
sebagai khalifah Allah swt.
Seorang hamba Allah swt.yangihsan, merasa selalu berada dalam pengawasan Allah swt.
tentunya akan senantiasa melakukan yang terbaik dalam kehidupannya. Sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepada hamba-Nya, sudah seharusnya pula kita melakukan dan berbuat baik kepada
sesama manusia. Dalil firman Allah dalam Al-Qur’an al-karim :
‫وََأْح ِس ن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا ِإَلْيك‬
Artinya : dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu. (QS-Al-Qashash:77).
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seakan-akan
engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam
kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya
tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
‫َأْن َتْعُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك‬.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak
melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan
memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla, yaitu
bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu akan
mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla, serta

2
mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan mencurahkan
segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya.
1.2 TIGA ASPEK POKOK DALAM IHSAN
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental.Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan
akhlak.Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
1. IBADAH
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah,
seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat,
rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang
hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang
sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya
hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba
merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan
ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan
seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka,
selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah
lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan
setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah,
Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa
sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. MUAMALAH
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang
berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu.”
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan
sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat
kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam
bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia

3
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.

3. AKHLAK
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang
akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang
menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu
menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka
sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak
atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas
dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya.
Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya,
dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan
dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
1.3 PERBUATAN-PERBUATAN YANG MERUSAK IHSAN
Berikut ini adalah sikap dan perbuatan yang dapat merusak ihsan dalam diri, antara lain :
a. Sikap dan perbuatan Sombong. Dalam sebuah hadits diterangkan : sombong adalah
menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain. (HR. Muslim)
b. Sikap Serakah dan Egois. Mengenai serakah dan egois Nabi Muhammad saw, bersabda :
seandainya seorang anak Adam sudah mempunyai dua lembah harta, maka ia akan mencari
lembah yang ketiganya. Dan tidak akan merasa puas perutnya, melainkan dengan dimasukkan
ke dalam tanah. (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Sikap Iri Dengki. Nabi saw. bersabda : Sesungguhnya dengki itu akan memakan habis
kebaikan, seperti api yang melalap habis kayu bakar. (HR. At-Tirmidzi). Sikap iri Dengki
akan menjadi penghambat dalam kesuksesan, menyia-nyiakan energy, menghilangnya
kesempatan untuk kerja sama dan akan menghilangkan kesempatan belajar.
Firman Allah swt. :
‫ر َو َأۡب َقٰى‬ٞ ‫َو اَل َتُم َّدَّن َع ۡي َنۡي َك ِإَلٰى َم ا َم َّتۡع َنا ِبِهٓۦ َأۡز َٰو ٗج ا ِّم ۡن ُهۡم َز ۡه َر َة ٱۡل َحَيٰو ِة ٱلُّد ۡن َيا ِلَنۡف ِتَنُهۡم ِفيِۚه َو ِر ۡز ُق َر ِّبَك َخ ۡي‬
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai
mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha
[20]: 131).
d. Ghibah atau menggunjing
e. Sikap berburuk Sangka
f. Sikap Dendam
g. Sikap Kikir atau pelit.

4
1.3 MENERAPKAN PERILAKU MULIA
Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan ihsan yaitu :
1. Melakukan ibadah ritual (shalat,zikir, dan sebagainya )dengan penuh kekhusukan dan
keikhlasan.
2. Birul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua), dengan mengikuti semua keinginan
jika memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.
3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat.
4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
5. Berbuat baik kepada tetangga.
6. Berbuat baik kepada teman sejawat.
7. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik
8. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa
9. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melakukan tindakan
yang merusak.
1.4 HIKMAH DAN MANFAAT IHSAN
“Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah dalam al-Qur’an.Berbuat Ihsan
adalah tuntutan kehidupan kolektif.Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka
Allah menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (Ihsan) kepada
siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan.
Demikianlah, Allah Swt. Membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas.Semua
manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keingian untuk membalas budi baik.Peristiwa
di samping hanya sedikit dari percikan hikmah Ihsan. Simak dan renungkanlah!

5
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu,
semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri
yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di
mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
2. SARAN
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada
semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai