Anda di halaman 1dari 2

Malam Nishfu Sya’ban

14- July- 2010 | Artikel  |

Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban sekalipun adalah saat yang tepat bagi
seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang
utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal
kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila
malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan, “Doa adalah senjatanya seorang
mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR. Hakim). Nabi Muhammad
Shollallahu alaihi wasallam juga mengatakan, “Seorang muslim yang berdoa -selama tidak
berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala
menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia.
Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan
menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan
Barraz).

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang
khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah
bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdoa, bersedekah dan
beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya.

Adapun kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yaitu membaca Surah Yasin tiga kali, dengan
berbagai tujuan, yang pertama dengan tujuan memperoleh umur panjang dan diberi pertolongan
dapat selalu taat kepada Allah. Kedua, bertujuan mendapat perlindungan dari mara bahaya dan
memperoleh keluasaan rikzi. Dan ketiga, memperoleh khusnul khatimah (mati dalam keadaan
iman), itu juga tidak ada yang melarang, meskipun ada beberapa kelompok yang memandang hal
ini sebagai langkah yang salah&batil.

Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi
tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak
berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa
saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat,
setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x),
Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya
saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang
siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20
kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa
dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyak lagi Hadits-
Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin. (Disarikan dari “Madza fi
Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).
Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini
mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.
1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.

Keistimewaan dan kemuliaan bulan Sya’ban terletak pada pertengahannya, sehingga disebut
dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban sebagaimana disebut
pada awal tulisan ini, adalah bulan kedelapan dari tahun Hijrah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah
berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Kata Sya’ban
sendiri adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.

Sehubungan dengan hal itu Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah lam
yakunin Nabiyi sha mim yashumu aksara min sya’baana finnahu kaana yashumuhu kulluhu
kaana yashumuhu illa qalilan. Maksud Aisyah dalam periwayatan ini bahwa Nabi Muhammad
paling banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Lebih jauh dari itu, pada malam Nisfu Sya’ban
Allah SWT menurunkan berbagai kebaikan kepada hambanya yang berbuat baik pada malam
tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan), dan itqun
min azab (pembebasan dari siksaan). Oleh karena itu malam Nisfu Sya’ban diberi nama yang
berbeda sesuai dengan penekanan kebaikan yang dikandungnya. Imam al-Gazali mengistilahkan
malam Nisfu Sya’ban sebagai malam Syafaat, karena menurutnya, pada malam ke-13 bulan
Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14,
seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.

[tatasutabri/130710/sentra.edukasi.anak.bangsa]

Anda mungkin juga menyukai