Anda di halaman 1dari 4

Nama : Puput Eka Safitri

Nim : 1905025161
Kelas : 3E Gizi

A. Definisi, Urgensi dan Kedudukan Ibadah


1. Definisi Ibadah

Ibadah ( ‫ ) عب ادة‬secara etimologi berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi,
hamba, budak, atau pelayan. Jadi ‘ibadah berarti, pengabdian, penghambaan,
pembudakan, ketaatan, atau merendahkan diri. Ibadah adalah mendekatkan diri
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang
diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum
dan arti khusus. Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam
yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti
yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi
Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.
2. Urgensi Ibadah
Tujuan utama Allah menciptakan makhlukNya yang paling sempurna tak lain
untuk menyembahNya, mengagungkan asmaNya. Maka dari itu tidaklah
sedetikpun lewat begitu saja tanpa bermakna ibadah.
Diantara urgensi dari ibadah antara lain:
1) Menegaskan Kemuliaan Manusia
Untuk menegaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling mulia adalah dengan beribadah, mengagungkan Sang Pencipta.
Kemuliaan itupun akan semakin bertambah jika kadar ketaatan dalam ibadah
juga semakin bertambah.

2) Memberikan makanan kepada ruh dan mengistirahatkan hati.

Hakikat fisik manusia adalah lemah. Begitu juga ruh. Maka kita perlu
memberi makanan ruhiyah ini agar tetap tegak. Ibadah adalah zona yang tepat
untuk menjadi pelepas lelah hati. Karena dengan ibadah hati menjadi lebih
tenang. Bahkan dapat meredakan kala perasaan sedang dalam tingkat klimaks.

3) Jalan Menuju Kebebasan

Disebut demikian karena hakikat beribadah hanyalah untuk Sang


Pencipta. Membebaskan manusia dari peribadatan/penyembahan terhadap
sesama. Seorang budak dikatakan bebas/merdeka ketika ia sudah memiliki
haknya sendiri untuk berbuat sekehendak dirinya. Tidak dikekang oleh
kehendak majikannya yang sama-sama manusia.

4) Mendapatkan Kenikmatan di Akhirat

Allah menyediakan ladang dunia kepada manusia untuk mengetahui di


antara para hambaNya, orang-orang yang senantiasa menanam benih, maka
merekalah yang akan memanen hasilnya di akhirat.

3. Kedudukan Ibadah
Kedudukan ibadah dalam islam menempati posisi yang paling utama dan
menjadi titik sentral dari seluruh aktivitas muslim. Seluruh kegiatan orang Islam
pada dasarnya merupakan bentuk ibadah pada Allah, sehingga apa saja yang
dilakukannya memiliki nilai ganda yaitu nilai material dan nilai spiritual.
Aktivitas yang bermakna ganda inilah yang disebut amal saleh.
B. Tujuan, Macam dan Prinsip Ibadah

1. Tujuan Ibadah

Tujuan ibadah dalam islam adalah semata-mata untuk mendekatkan diri dan
mencari ridho Allah SWT. Selain itu ibadah juga bertujuan untuk memenuhi
kewajiban manusia kepada Allah SWT. Sebab Allah menciptakan manusia di
dunia ini hanya untuk beribadah menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan
oleh Allah SWT.

2. Macam-macam ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya.

1) Ibadah Mahdloh
Ibadah mahdloh atau ibadah khusus ialah ibadah yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Adapun
jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdloh adalah: wudhu, tayammum,
mandi hadats, shalat, shiyam ( Puasa ), haji, umrah. Ibadah bentuk ini
memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-


Qur‟an maupun Al-Sunnah.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)


d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari seorang hamba dalam melaksanakan
ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan.

2) Ibadah Ghairu Mahdloh


Ibadah ghairu mahdloh atau ibadah umum ialah semua amalan yang
diizinkan oleh Allah SWT. Contoh dari ibadah ghairu mahdloh ialah belajar,
dzikir, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini,
ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan tidak adanya dalil yang melarang.
b. Pelaklaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah”.
c. Bersifat rasional.
d. Azasnya “Manfaat”, selama ibadah ghairu mahdloh itu bermanfaat, maka
ibadah tersebut boleh dilakukan.
3. Prinsip ibadah
a. Prinsip utama dalam beribadah adalah hanya menyembah kepada Allah
semata sebagai sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT.
b. Ibadah tanpa perantara.
c. Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas yakni dengan niat yang murni semata
hanya dengan mengharap keridhaan Allah SWT.
d. Ibadah harus sesuai dengan tuntunan.
e. Seimbang antara unsur jasmani dan rohani.
f. Mudah dan meringankan. Syariat yang diciptakan Allah SWT pasti sudah
sesuai dengan porsi kemanusiaan manusia.
C. Hubungan Ibadah dengan Akhlak
Ibadah yang dilakukan manusia harus bermakna dalam kehidupan
kesehariannya. Bila pengalaman ibadah tidak memiliki makna, maka amalan ibadah
secara eksoterik tidak akan membawa manfaat, baik bagi dirinya maupun sesamanya.
Ibadah shalat misalnya,memiliki tujuan menjauhkan manusia dari perbuatan-
perbuatan jahat dan dan mendorongnya untuk senantiasa berbuat hal-hal yang baik
dan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai