Anda di halaman 1dari 3

Nama : Puput Eka Safitri

Nim : 1905025161
Kelas : 2E
Islam Menyikapi Keberagaman

1. Keragaman Suku, budaya, agama dan lainnya.


Indonesia dikatakan seperti mozaik yakni negeri yang kaya keberagaman budaya.
Dikatakan kaya keberagaman budaya karena Indonesia adalah negara kaya dengan
kemajemukan masyarakatnya, dari beragam budaya, etnis dan agama. Keberagaman ini di
satu sisi merupakan kekuatan bangsa, namun di sisi lain berpotensi terjadinya konflik. Suatu
konflik yang dapat terjadi dalam proses interaksi sosial yang masih rapuh dalam kesadaran
tentang pluralisme dan multikultural. Multikultural adalah kenyataan yang harus diterima
oleh umat manusia hal ini sesuai dengan QS. Al-Hujarat 13 “Hai manusia, sesungguhnya
kami dijadikan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu adalah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal”. Karena itu, kenyataan tersebut tidak harus membuat umat
manusia yang berasal dari kultur yang berbeda menjadi terpecah belah dan saling memusuhi
satu sama lain. Keragaman Indonesia adalah kekayaan sekaligus berkah bagi bangsa
Indonesia. 
2. Kebebasan beragama dan berekspresi
Kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama termasuk di antara sejumlah
kebebasan lain yang dijamin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
Kebebasan berekspresi merupakan prasyarat bagi adanya kebebasan beragama, yakni
mengimani, mempraktikkan, dan menyiarkan agama. Tetapi Banyak negara berpenduduk
mayoritas Muslim di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika justru memiliki catatan buruk
tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama. Kenyataan ini bertolak belakang
dengan ajaran Alquran yang menjamin kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama.
Begitu juga dengan praktik Nabi Muhammad SAW yang ketika menjadi pemimpin negara
Madinah menerapkan Piagam Madinah yang memberikan kebebasan berekspresi dan
kebebasan beragama kepada kaum Muslim maupun Yahudi dengan demikian mencakup
golongan non-Muslim lain.
3. Kebebasan yang bertanggung jawab
Kebebasan bertanggung jawab memiliki pengertian bahwa kebebasan itu harus
disertai juga dengan tanggung jawab. Kebebasan dalam menyampaikan pendapat di
Indonesia saat ini terbuka seluas-luasnya bagi masyarakat, namun terkadang masyarakat yang
tidak bertanggung jawab dan menyalahgunakan kebebasan tersebut. Apalagi di zaman media
sosial di mana semua orang bisa bebas mengomentari hidup orang lain. Di sinilah kebebasan
bertanggung jawab itu diperlukan karena media sosial bukan hanya digunakan oleh kalangan
dewasa muda dan tua saja, tetapi juga digunakan oleh para remaja.
4. Toleransi

Dalam menjaga kerukunan, persaudaraan, dan keutuhan bangsa ini, kita harus
memahami lebih mendalam makna toleransi. Dalam Islam, toleransi didefinisikan
dengan tasamuh, yang berarti seabagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan,
membolehkan pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan pandangan kita.
Secara prinsip metodologis, toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai
kepalsuannya tersingkap. Jika toleransi adalah hal yang selalu di gadang-gadang sebagai
fondasi persatuan dan kesatuan yang telah menjadi karakteristik masyarakat kita, maka
seharusnya masyarakat kita harus cerdas dalam menerima perbedaaan yang ada, baik
perbedaan agama, budaya, ras dan bahkan pendapat, serta tidak mudah menyebar dan
menelan secara mentah berita yang mengandung unsur intoleransi.

5. Tindakan Intoleran
Seperti yang telah kita ketahui, problem terbesar yang menghantui relasi antar-umat
beragama di Indonesia adalah menguatnya sentimen kecurigaan dan kebencian yang
menjurus pada aksi intoleran. Intoleransi tidak semata dilatari oleh faktor identitas
keagamaan tertentu. Dalam banyak hal, baik kalangan muslim maupun non-muslim sama-
sama memiliki kecenderungan intoleran. Di wilayah yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, nyaris bisa dipastikan korban dari tindakan intoleran adalah kaum minoritas non-
muslim. Sebaliknya, di wilayah yang mayoritas penduduknya non-muslim, korban intoleransi
biasanya adalah kelompok muslim. Fakta ini menjadi dasar bahwa intoleransi juga dilatari
oleh sentimen mayoritanisme.
Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok (misalnya masyarakat,
kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik menolak untuk menoleransi
praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama. Namun,
pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik agamanya adalah benar sementara agama atau
kepercayaan lain adalah salah bukan termasuk intoleransi beragama, melainkan intoleransi
ideologi.
Kasus Intoleransi bisa terjadi karena sikap diskriminatif terhadap sesama dan perasaan
paling benar dalam diri seseorang. Tetapi bisa juga Intoleransi terjadi karena faktor
Pendidikan, Karena pendidikan toleransi dan menghargai harus ditanam sejak dini, tetapi jika
sejak usia dini tidak ditanam sikap sikap toleran, maka seseorang akan susah untuk
bertoleransi kepada orang lain. Banyak sekali kasus – kasus intoleransi sampai ke ranah
pembunuhan karena sifat fanatisme seseorang pada sebuah agama. Dulu, orang berhenti
membunuh karena agama, sekarang orang saling membunuh karena agama. Tidak hanya
pembunuhan saja. Banyak sekali penyerangan ke tempat tempat ibadah dan para pemuka
agama. Sikap diskriminatif dan menggagap diri selalu benar merupakan akar dari sifat
semena mena ini. Kondisi akibat Intoleransi ialah Masyarakat menjadi tidak mempunyai
kesatuan. Dan tidak saling menghormati kembali dalam umat beragama.
6. Kerukunan Umat beragama

Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, dan saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya serta kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara.Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sangat diperlukan bagi
terciptanya stabilitas nasional dalam rangka pembangunan bangsa.Kerukunan ini harus
didukung oleh kerukunan antarumat beragama dan kerukunan intern umat beragama.

Dalam pandangan islam, orang yang berbeda pandangan agama memiliki posisi yang
sama dalam kehidupan bermasyarakat.Dan islam sangat menghormati dan menghargai
perbedaan tersebut, bukan dengan menyamakan dengan keyakinan islam sendiri.Baginda
nabi Muhammad pernah dibujuk halus oleh pemuka quraisy dengan cara menawarkan
toleransi beragama, yaitu dengan kaum muslim dalam sehari menyembah tuhannya para
quraisy dan penganut agama pagan, serta hari berikutnya seluruh kaum quraisy akan
menyembah Allah ta’ala tuhannya rosulullah dan kaum muslim.

Pada saat itu juga turun wahyu surat al kafirun, dan rosulullah membacakannya
didepan para pemuka quraisy Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, (1) Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. (2)Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. (3) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4) dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (5) Untukmu agamamu,
dan untukkulah, agamaku”. (6).

Dalam konsep toleransi yang ditawarkan orang quraisy sangatlah salah besar, karena
dalam toleransi beragama berarti memberikan kebebasan orang untuk menjalankan agama
atau ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya masing masing tanpa adanya gangguan atau
paksaan.

Anda mungkin juga menyukai