Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Amal yang pasti diterima adalah yang dikerjakan dengan ikhlas. Amal
hanya karena Allah semata, dan tidak ada harapan kepada makhluk sedikit pun.
Niat ikhlas bisa dilakukan sebelum amal dilakukan, bisa juga disaat melakukan
amal atau setelah amal dilakukan. Salah satu karunia Allah yang harus disyukuri
adalah adanya kesempatan untuk beramal, menjadi jalan kebaikan dan
memberikan manfaat kepada orang lain. Karenanya, jangan pernah menunda
kebaikan ketika kesempatan itu datang. Lakukan kebaikan semaksimal mungkin
dan lupakan jasa yang sudah dilakukan. Perbaiki niat dan serahkan segalanya
hanya kepada Allah. Itulah aplikasi dari amal yang ikhlas.
Amalan yang baik adalah amalan yang disertai dengan niat yang baik.
Orang yang beramal dengan niat yang baik akan mendapatkan dampak yang baik.
Sebaliknya, orang yang beramal dengan niat buruk akan mendapatkan dampak
buruk.
Niat adalah salah satu unsur terpenting dalam setiap perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar
(ibadah) menghadirkan niat hukumnya fardhu bagi setiap pelaksananya. Banyak
hadits yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap
perbuatan. Niat juga mengandung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita
kerjakan. Jadi pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan
yang baik pula dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan
perbuatan yang buruk pula.1
Istiqomah adalah pembahasan yang sangat penting dan memiliki
kedudukan yang besar. Oleh karena itu setiap dari diri kita harus selalu
memperhatikannya dan memberikan porsi yang besar dan kesungguhan serta
penjagaan. Sifat istiqomah akan menjadikan seorang muslim meraih kebahagian
baik ketika di dunia maupun di akhirat. Dengannya pula seorang hamba akan

45.

Muslich Maruzi, Koleksi Hadits Sikap dan Pribadi Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1986), hal.

meraih kemenangan dalam bergulat dengan fitnah yang banyak sekali, bahkan
istiqomah mengakibatkan kesudahan yang baik dari segala urusanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian niat dan ikhlas serta bagaimana hadits Rasulullah tentang
niat?
2. Apa pengertian istiqamah dan bagaimana penjelasan Rasulullah yang
menjelaskan tentang Istiqamah?

II.

PEMBAHASAN
A. Pengertian niat, ikhlas, dan Hadits Rasulullah Tentang Niat
Niat bukanlah ucapan nawaitu atau ushalli. Niat harus dibedakan
dengan lafal niat. Ucapan nawaitu atau ushalli adalah lafal niat. Niat
didefinisikan sebagai:

:
niat adalah menyengaja melakukan suatu pekerjaan
Atau niat adalah dorongan hati dan motivasi yang berjalan melalui jalan
dari Allah. Karena niat adalah dorongan dan kehendak hati, maka jika ada
orang yang melafalkan niat tidak sesuai dengan maksud dan kehendak
hatinya, maka yang dihitung adalah niat dari dalam hatinya.
Aspek niat itu ada 3 hal:
1) Diyakini dalam hati.
2) Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu
orang lain atau bahkan menjadi riya).
3) Dilakukan dengan amal perbuatan.
Niat juga mengandung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita
kerjakan. Ikhlas menurut bahasa arab berasal dari ,

yang berarti bersih dan hilang kotorannya. Kalimat berarti


membersihkannya dari cacatnya. Perbuatan yang bersih dinamakan ikhlas.
Ikhlas adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal
yang bisa mencampurinya. Dikatakan bahwa madu itu murni jika sama
sekali tidak tercampur dengan campuran dari luar, dan dikatakan harta ini
adalah murni untukmu maksudnya adalah tidak ada seorangpun yang
bersyarikat bersamamu dalam memiliki harta ini. Lawan dari ikhlas adalah
syirik. Orang yang tidak ikhlas adalah pelaku syirik (musyrik), dari sudut
pandang pengertian lughowi. Tempat ikhlas berada dalam hati, yang berarti
berkaitan dengan niat dan tujuan. Ikhlas dalam amal artinya yang menjadi
pangkal niat dan tujuan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah,
serta mencari keridhaanNya.

Ikhlas menurut istilah syari, Syaikh Abdul Malik menjelaskan, para


ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas, namun hakikat dari definisidefinisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan
bahwa ikhlas adalah Menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala
beribadah, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu
engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan
juga bahwa ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia,
yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau
membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah
perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja
yang memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas
dalam amalanmu itu untukNya. Dan inilah yang seharusnya diperhatikan oleh
setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan
manusia sehingga aktifitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun
hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb manusia, karena yang
jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu (meskipun manusia tidak
meridhoimu)2.
Ada banyak hadits nabi Muhammad yang menjelaskan tentang
kedudukan Niat dalam beramal. Di bawah ini Hadits Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab tentang kedudukan niat dalam beramal


:
:






][
Dari Umar bin al Khaththab, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang apa yang diperoleh seseorang adalah sesuai
2

http://muslim.or.id/?p=190 diakses pada tanggal 16 juni 2016 pukul 09.47.

dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (agama)


Allah dan (mengikuti ajaran) Rasul-Nya, Maka hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin
ia perolehnya, atau untuk wanita yang ingin ia nikahinya(ikut hijrah), maka
hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ditujunya.) HR. Bukhori).3
Orang-orang terdahulu dari kalangan guru-guru sangat menyukai bila
hadits tersebut didahulukan dalam segala sesuatu, lebih-lebih menyangkut
perkara agama. Karena mengingat hadits diatas sangat diperlukan dalam
segala jenis urusan.
Hadits di atas menjelaskan bahwasannya semua itu tergantung dan
sesuai dengan apa yang jadi niat masing-masing. Ibnu Abbas pernah berkata
bahwa Sesungguhnya seseorang hanya dipelihara oleh Allah sesuai dengan
kadar niatnya. Sahabat lain mengatakan pula bahwa sesungguhnya manusia
itu hanya diberi susuai dengan kadar niatnya masing-masing, akan tetapi
dalam melakukan sesuatu harus diiringi dengan keikhlasan, karena keikhlasan
seseorang itulah yang akan sampai kepada Allah.
Menurut Abu Al- Qasim Al- Qusyairi rahimahullah, beliau berkata.
Ikhlas adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dari
ketaatanmu. Artinya seseorang bermaksud mendekat kepada Allah tanpa
sesuatu yang lain. Misalnya beramal untuk makhluk, melakukan pujian
dihadapan orang lain, atau suka dipuji oleh makhluk atau sejenisnya, atau
perbuatan lainnya yang dilakukan bukan karena Allah. Dalam kata lain,
ikhlas bisa diartikan membersihkan perbuatan dari keinginan untuk
diperhatikan makhluk.
Riwayat yang lain menurut Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah
mengatakan, Meninggalkan amal karena manusia adalah riya sedangkan
beramal untuk dipersembahkan kepada manusia merupakan kemusyrikan.
Adapun ikhlas itu adalah tatkala Allah menyelamatkan dirimu dari
keduanya. Hudzaifah Al- Marasy mengatakan bahwa ikhlas ialah

387.

Al-Bukhari, Shahih Al- Bukhari, (Beirud: Dar al-Fikr, 1420 H/2000 MHadits nomor 6.195), hal.

hendaknya seorang hamba seimbang dalam semua perbuatannya, baik lahir


mapun bathinnya.
Sedangkan menurut Sahl Bin Abdullah At-Tausturi rahimahullah
mengatakan, Orang-orang yang cerdas memandang tentang hakikat ikhlas
ternyata mereka tidak menemukan kesimpulan kecuali sebagai berikut: Yaitu
hendaklah gerakan dan diam yang dilakukan, yang tersembunyi maupun yang
tampak, semuanya dipersembahkan untuk Allah SWT semata tanpa
dicampuri dengan kehendak diri dan hawa nafsu serta tidak pula karena
duniawi.4
Didalam Ihya Ulumiddin dikatakan oleh Abu Yaqub As-Susi berkata,
Ikhlas ialah tidak melihatnya ikhlas. Siapapun yang menyaksikan pada
keikhlasannya akan ikhlas, maka sesungguhnya itu memerlukan kepada
ikhlas. Apa yang disebut oleh Abu Yaqub di atas adalah suatu isyarat
kepada pembersihan amal dari keujuban dengan perbuatan. Bahwa
memperhatikan kepada keikhlasan dan melihat kepadanya itu adalah suatu
keujuban (mengherani diri/ merasa diri). Dan itu termasuk dalam jumlah
bahaya. Dan yang ikhlas ialah apa yang bersih dari semua bahaya.
Al- Ustadz Abu Ali Ad Daqqaq mengatakan bahwa, ikhlas ialah
memelihara diri dari perhatian makhluk, sedangkan ash-shidqu ialah
membersihkan diri dari memperturutkan hawa nafsu. Orang yang ikhlas ialah
orang yang tidak riya (pamer), dan orang yang shadiq ialah orang yang tidak
memepunyai rasa ujub.
Menurut Imam Al-Ghazali, orang yang beribadah (abid) untuk
memperoleh kenikmatan diri dengan nafsu keinginan dalam surga itu adalah
orang yang sakit pada amalnya. Bahkan menurut hakikatnya, bahwa tidak
dikehendaki dengan amal itu selain wajah Allah SWT. Dan itu adalah isyarat
kepada keikhlasan orang-orang shiddiq (ash-shiddiqin), yaitu keikhlasan
mutlak.5

Ibnu Daqied al-Ied, Syarah Hadit Arbain Nawawi,terj. Muhammad Thalib, (Yogyakarta :
Media Hidayah, 2001), hal. 106.
5
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Al-Birr press : Jakarta, 1989), hal.60-61.

Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas kiranya sudah cukup


untuk dijadikan pegangan dan acuan. Walaupun pendapat mereka berbedabeda, namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Dimana
pendapat para tokoh diatas dapat penulis ambil inti sarinya mengenai makna
ikhlas. Oleh karena itu yang dimaksud dengan ikhlas adalah ketika seseorang
menjadikan niat dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah
semata, melakukannya bukan karena selain Allah, yaitu bukan karena riya
(ingin dilihat manusia) ataupun sumah (ingin didengar manusia), bukan pula
karena ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi diantara
manusia, tidak ujub (merasa diri/ sombong dan bangga), dan juga bukan
karena tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila melakukan suatu amalan
hanya karena Allah semata bukan karena semua hal tersebut, maka itulah
ikhlas.
B. Pengertian Istiqamah dan hadits Rasulullah tentang Istiqamah
Nabi Muhammad

dalam beberapa haditsnya menjelaskan tentang

pentingnya istiqamah dalam melakukan amal kebaikan. Di bawah ini Hadits yang

diriwayatkan oleh Abi Usamah tentang Istiqomah dalam kebaikan.

: :
:

] [

:


"Dari Abu Amr, ada juga yang mengatakan Abu Amrah, Sufyan bin Abdillah
Ats Tsaqofi RA dia berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah SAW, katakan
kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan
kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman
kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.(HR. Muslim).6
Istiqomah dalam bahasa Arab berasal dari kata , , yang
berarti berdiri. Secara etimologi, istiqamah berarti berpendirian teguh atas
6

43.

Abu Hasan Muslim Al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Thayyibah. Cet 1, 2006), hal.

jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat
dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam keadaan apapun.7
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap
teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Istiqamah didefinisikan oleh imam nawawi sebagai tetap konsisten
dalam ketaatan kepada Allah. Istiqamah dalam islam hanya dikenal dalam
hal-hal yang baik (Positif), dan tidak dikatakan istiqamah jika hal-hal yang
dilakukan adalah perbuatan dosa. Istiqamah juga dimaknai progresif bukan
statis. Artinya ada peningkatan kualitas amal ibadah seseorang. Umar bin
khattab menyatakan bahwa para sahabat Nabi Muhammad selalu istiqamah
dalam menaati Allah dan tidak sedikitpun mereka berpaling. Maksudnya,
mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya
kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan. Istiqamah
juga diartikan sebagai perilaku yang lurus dan tanpa kebengkokan.8
Perbuatan yang baik adalah perbuatan mengandung manfaat dan nilainilai kebaikan dan juga dilakukan secara terus menerus atau istiqamah.
Dalam melakukan amal secara istiqamah ada tiga tahapan yaitu:
a) Istiqamah hati
Senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara
menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela
seperti riya dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas.
Dengan kata-kata lain Istiqamah hati bermaksud mempunyai keyakinan
yang kukuh terhadap kebenaran.
b) Istiqamah lisan
Memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya
senantiasa berkata benar dan jujur, setepat kata hati yang berpegang pada
prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura. Istiqamah lisan terdapat
pada orang yang beriman, berani menyatakan dan mempertahankan
kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.

7
8

Badri Khaeruman, Otentitas Hadits, (Bandung: PT. Remaja Rasdakarya, 2004), hal. 56.
Fakrur Rozi, Hadits Tarbawi, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 6.

c) Istiqamah perbuatan
Tekun berkerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja
usaha untuk mencapai kejayaan yang di ridhai Allah. Dengan kata lain
istiqamah perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatu
pekerjaan, perusahaan atau perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa
kecewa, lemah semangat atau putus asa.9
Dalam

bukunya

al-Istiqomah,

Syaikh

Abdullah

Bin

Jarullah

menyebutkan beberapa jalan mencapai istiqomah:


Pertama: Taubat yakni, membersihkan diri dari dosa dan maksiat,
disertai perasaan menyesal serta tekad untuk tidak mengulangi kembali.
Sungguh taubat yang dikerjakan dengan ikhlas akan melahirkan sifat
istiqomah. Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nasuha (sungguh-sungguh
dan tukus), semoga Rabbmu akan menghapus kejahatan-kejahatanmu dan
akan memasukkan kamu ke syurga yang di bawahnya mengalir sungaisungai. (Qs.At thahrim/66:8).
Rasulullah SAW bersabda:

Wahai segenap manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya


aku bertaubat dalam sehari seratus kali. (HR. Muslim )

Kedua: Muraqobah (perasaan diawasi). Dalam artian, selalu merasakan


adanya pengawasan Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.
Ingat, sifat muraqobah, jika bersemayam dalam hati, akan melahirkan sifat
ihsan yang merupakan puncak penghambaan diri seorang hamba kepada
Allah Rasulullah SAW bersabda:

M.Thalib, Butir-Butir Pendidikan Dalam Hadits, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), hal. 38-39.

(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu.
(Muttafaqun alaihi).
Ketiga: Mujahadah (bersungguh-sungguh). Artinya, seorang muslim
sadar, bahwa musuh utama yang harus ia hadapi adalah hawa nafsunya
sendiri. Lantaran hawa nafsu itu senantiasa condong kepada tindak kejahatan
dan kekejian. Allah SWT berfirman:

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS.

Yusuf/12:53).10

10

hal.73-76.

Muslich Maruzi, Koleksi Hadits Sikap dan Pribadi Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1986),

III.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Niat adalah salah satu pokok seseorang hendak melakukan sesuatu.
Seseorang itu akan mendapatkan berdasarkan apa yang ia niatkan. Atau niat
adalah dorongan hati dan motivasi yang berjalan melalui jalan dari Allah.
Karena niat adalah dorongan dan kehendak hati, maka jika ada orang yang
melafalkan niat tidak sesuai dengan maksud dan kehendak hatinya, maka
yang dihitung adalah niat dari dalam hatinya.
Melakukan suatu amal baik juga harus disertai dengan keikhlasan.
Yang mana ikhlas adalah ketika seseorang menjadikan niat dalam melakukan
suatu amalan hanyalah karena Allah semata, melakukannya bukan karena
selain Allah, yaitu bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sumah
(ingin didengar manusia), bukan pula karena ingin mendapatkan pujian serta
kedudukan yang tinggi diantara manusia, tidak ujub (merasa diri/ sombong
dan bangga), dan juga bukan karena tidak ingin dicela oleh manusia.
Selain itu dalam melakukan suatu amal yang baik, sebaiknya dilakukan
secara istiqamah (terus menerus atau kontinyu). Istiqamah adalah
berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan
melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam
keadaan apapun.
Istiqamah dalam islam hanya dikenal dalam hal-hal yang baik (Positif),
dan tidak dikatakan istiqamah jika hal-hal yang dilakukan adalah perbuatan
dosa. Istiqamah juga dimaknai progresif bukan statis. Artinya ada
peningkatan kualitas amal ibadah seseorang.
B. SARAN
Demikianlah makalah tentang Niat, Ikhlas dan Istiqamah yang dapat
kami sajikan. Dengan adanya makalah ini kami harapkan bisa menambah
pengetahuan pembaca, sehingga pembaca bisa menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai