Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAZKIYATUN NAFS

MUHASABAH

DOSEN PEMBIMBING

Khotib Ramli S.Sos

DISUSUN OLEH

Riska Pitria

Laudia Sulwana

AKADEMI DAKWAH INDONESIA

NUSA TENGGARA BARAT

TA. 2022/2023

0
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang ………………………………………………………………………………3

Rumusan masalah ……………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian muhasabah ……………………………………………………………………….4

Konsep Muhasabah dalam Tasawuf…………………………………………………………5

Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 dengan Muhasabah …………………………6

Dalil-dalil mengenai pentingnya muhasabah ………………………………………………..7

waktu terbaik untuk bermuhasabah …………………………………………………………8

Contoh perilaku muhasabah………………………………………………………………….10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………………………..12

Saran dan kritik …………………………………………………………………………..….12

Daftar pustaka………………………………………………………………….…………….13

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.Yang telah memberikan limpahan
rahmatnya, taufik dan hidayahnya sehingga makalah yang kami susun ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Tugas makalah ini kami buat untuk sama-sama menambah wawasan tentang
bagaimana cara kita untuk terus instopeksi diri dan selalu mengingat kepada Allahurabbi.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa membantu pengetahuan kita semua
menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari jika banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya baik sangat kami perlukan agar kedepannya kami
bisa menyelesaikan makalah dengan baik dan benar.Kami mengucapkan terimakasi kepada
dosen pembimbing yang sudah memberikan arahannya kepada kami sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhasabah adalah salah satu konsep yang diajarkan islam. Konsep tersebut memiliki
fungsi strategis. Jika konsep ini di aplikasi atau dipraktikkan maka umat islam akan
mengalami kemajuan, kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan di
akhirat jika seseorang masuk syurga. Inilah sebenarnya visi hidup seorang muslim. Oleh
sebab itu, disini perlu pembahasan tentang muhasabah secukupnya. Pembahasannya meliputi
hal, yaitu konsep dasar muhasabah, muhasabh di dunia dan di akhirat.

Muhasabah dalam agama kita mengandung arti yang begitu mendalam bila kita
mengetahui hakikat muhasabah itu sendiri.Terutama dalam kehidupan duniadan juga
kehidupan akhirat yang kekal abadi. Mengerti, memahami akan artidefinisi muhasabah dalam
Islam perlu untuk setiap mukmin dalam rangkamemperbaiki dirinya ke dalam hal-hal yang
baik dan positif.Hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu,
kemudianmenyesali dan menangisinya.Namun, hakikat muhasabah adalah memaksakandiri
untuk taat melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi
segalalarangannya.Konsep muhasabah sendiri banyak termuat dalam Al-Qur’an, karena
begitu pentingnya bagi kehidupan kita, baik dalam menjalani hubungan denganAllah
(Hablumminallah) dan juga hubungan dengan manusia (Hablumminanas),dengan muhasabah
hubungan kita dengan Allah menjadi baik dan dengan manusia juga begitu karena tidak ada
lagi sifat sombong dan saling menyalahkan diantarakita.

B. Rumusan Masalah

3
1. Apa Pengertian Muhasabah ?

2. Bagaimana Konsep Muhasabah dalam Tasawuf ?

3. Bagaimakah Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 denganMuhasabah ?

4. Apa dalil-dalil mengenai pentingnya muhasabah ?

5. kapan waktu terbaik untuk bermuhasabah ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian muhasabah
Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau
menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan menilaidiri
sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri.Dalam dunia tasawuf kata Muhasabah
tidak terlalu asing didengar,Muhasabah diartikan sebagai Introspeksi, mawas, atau
meneliti diri.1
Intropeksi diri ( muhasabah ) adalah memperhatikan dan merenungkan hal-hal
baik dan buruk yang telah dilakukan. Termasuk memperhatikan niat dan tujuan suatu
perbuatan yang telah dilakukan, serta menghitung untung dan rugi suatu perbuatan.Ini
sekaligus pula sebagai persiapan untuk hari-hari mendatang, dengan tekad baru yang
lebih lurus dan teguh. Jadi sebenarnya muhasabah mencakup hal-hal yang telah
dilalui, yang sedang dijalani, dan yang akan dating. Walaupun nampaknya hanya
mencakup masa lalu dan masa kini saja.2
Seperti katakata yang diucapkan oleh sahabat Umar bin Khatab, “Koreksilah
dirimu sebelum kamu dikoreksi.” Hal ini menegaskan bahwa muhasabah akan
membimbing seseorang pada pemahaman akan dirinya seperti kesalahan, dosa-dosa,
serta perbuatan negatif yang pernah seseorang lakukan terhadap dirinya sendiri

1
Amin Syukur, Tasawuf Bagi Orang Awam: Menjawab Problem Kehidupan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 83.
2
Anas ahmad karzon, tazkiyatun nafs , gelombang energy penyucian jiwa , ( Jakarta timur : akbar media eka
sarana, 2016 ),hlm. 154.

4
ataupun orang lain. Dalam pemahaman lain Muhasabah diartikan sebagai metode
untuk mengatasi kekuasaan nafsu amarah atas hati seorang mukmin dengan selalu
mengintrospeksi diri.3
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: "Orang
yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah
kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada
nafsunya dan mengharap pada Allah dengan berbagai anganangan" (H.R Ahmad dan
Tirmidzi).
Khairunnas Rajab menyatakan di dalam bukunya bahwa muhasabah diri
adalah upaya menghitung-hitung diri atau dengan kata lain, seorang muslim
mengenali dirinya, upaya apa yang telah diperbuatnya, dan bagaimana ia mampu
mengenali Tuhan-Nya, serta mengaplikasikan keimanannya melalui amalanamala dan
ibadah.Muhasabah juga merupakan sebuah upaya untuk selalu menghadirkan
kesadaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh
Raqib dan Atib sehingga dia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar
dapat bergegas memperbaiki diri.

3
Syaikh Shalih Al-'Ulyawi, Pdf Muhasabah(introspeksi diri) Terj. Al Furqon Indonesia, (Maktab
Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007)

5
Sebagian ulama menyatakan bahwa muhasabah diri adalah kesiapan akal untuk
menjaga dirinya dari perbuatan khianat dan senantiasa bertanya dalam setiap perbuatan yang
dia lakukan, “Mengapa dia melakukannya dan untuk siapa dia lakukan?”Apabila ternyata
perbuatannya itu karena Allah, maka dia melanjutkannya.Namun bila dia berbuat karena
selain Allah maka segera dia menghentikannya, dan menyalahkan dirinya atas kekurangan
dan kesalahan yang dia lakukan.Hendaknya dia berusaha untuk menghukum dirinya atau
memalingkannya ke arah kebaikan.4

2. Konsep muhasabah dalam tasawuf


beberapa maqamat yang harus dijalani seorang sufi untuk mencapai derajat tertinggi
dan merasakan bagaimana kedekatannya dengan sang pencipta, tentu dalam mencapai
maqam tinggi tersebut seorang sufi banyak mengalami hal-hal unik dalam setiap
perjalanannya, salah satunya adalah waspada dan mawas diri. Waspada dan mawas diri
merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi
dari tugas yang sama dalam rangka menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi
dari pembawaan nafsu dan amarah.
Waspada (Muhasabah) dapat diartikan meyakini bahwa Allah mengetahui
segala pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati, yang membuat seseorang menjadi
hormat, takut, dan tunduk kepada Allah.Adapun mawas diri (Muraqabah) adalah meneliti
dengan cermat apakah segala perbuatan sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang
dari yang dikehendakiNya. Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap
muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan sukses.
a. Aspek Ibadah
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah.Karena
ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini.
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka
mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]
b. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki
Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan
danditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap
bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh padaaspek
ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
c. Aspek Kehidupan Sosial Keislaman
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek
kehidupansosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama
manusia.Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis
sebagaimanadigambarkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat
denganmembawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan
dengan itu,ia juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan
interaksinyayang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh,
memfitnah,memakan harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga pahala

4
Khairunnas Rajab, Agama Kebahagiaan: Energi Positif Iman, Islam dan Ihsan Untuk
Menjaga Kesehatan Psikologi dan Melahirkan Kepribadian Qurani, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2012)

6
kebaikannyahabis untuk menutupi keburukannya.Bahkan karena kebaikannya tidak
cukupuntuk menutupi keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang
yangdizaliminya tersebut dicampakkan pada dirinya.
d. Aspek Dakwah
Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan.Karenamenyangkut
dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan jugasubstansi dari da’wah
itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqulkarimah, memakmurkan
masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskankepasrahan abadi pada ilahi,
banyak istighfar dan taubat dsb.5
3. Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 dengan Muhasabah
Muhasabah juga ada berkaitan dengan ayat Al-Qur’an ayat 184
Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.Dan berpuasa lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui.
Menurut Tafsir Al-Misbah, Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang di langit
dan di bumi adalah milik Allah. Kekuasaan dan ilmu- Nya meliputi semua itu.Apa
yang kalian nyatakan dan sembunyikan dalam diri kalian, Allah mengetahuinya. Dia
akan menuntut pertanggungjawaban kalian atas itu semua pada hari kiamat. Lalu
mengampuni dan menyiksa siapa saja yang dikehendaki.Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.Menurut Tafsir Jalalayn, (Milik Allahlah apa yang terdapat di langit danapa
yang terdapat di bumi dan jika kamu menyatakan) atau melahirkan (apa yangada di
dalam hatimu) berupa kejahatan dan rencana untuk melakukannya (ataukamu
menyembunyikan) maksudnya merahasiakannya (pastilah akan dihisab),yakni
dibukakan (oleh Allah) pada hari kiamat. Allah mengampuni siapa yangdikehendaki-
Nya) untuk diampuni, (dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya)untuk disiksa.
Kedua kata kerja ini dapat dihubungkan pada jawab syarat dengan baris mati dan
dapat pula dengan baris di depan dengan perkiraan, 'fahuwa...' (DanAllah Maha Kuasa
atas segala sesuatu), di antaranya melakukan hisab atas perhitungan terhadapmu dan
memberikan balasannya.
Sebab-Sebab Diturunkannya Surah Al Baqarah (2) Ayat 284
Diriwayatkanoleh Muslim dan lain-lain, yang bersumber dari Abu Hurairah. Dan
diriwayatkan pula oleh Muslim dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas.
Bahwa ketikaturun ayat,….wa ing tubduu maa fii angfusikum au tukhfuuhu
yuhasbikum bihillaah…(..dan jika kamu melahirkan apa yang ada dalam hatimu atau
kamumenyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
Muhasabah.

5
Dr. M. Solihin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-tema Penting, (Bandung: Pustaka Setia,
2003),

7
4. Dalil – dalil pentingnya muhasabah bagi setiap muslim
Setiap muslim seharusnya memiliki saat saat pertemuan dengan ‘diri’nya
melakukan intropeksi secara rutin dan menegurnya atas kesalahan yang sudah
dilakukan.agar terhindar dari keburukan diri dan mampu menguasai kendali
dirinya,terdapat banyak dalil dalam al quran dan as sunnah,serta pendapat para
sahabat dan salafus shaalihh yang mendorong dilakukannya intropeksi diri itu, juga
menjelaskan tentang keutamaan dan pengaruh-pengaruhnya yang bermanfaat bagi
penyuci jiwa.
Diantara dalil-dalil tersebut adalah, firman allah ta’ala yang artinya :
“ hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ( akhirat ) , dan
bertawakkallah kepada allah, sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” ( QS. Al-Hasyr : 59 : 18 )

Imam ibnu qoyyim menjelaskan, “ ayat ini menunjukkan kewajiban


melakukan intropeksi diri. “
Dalam tafsirnya imam ibnu katsir menulis, “ maksud ayat ini adalah,
intropeksilah diri kalian, sebelum kalian diperhitungkan, perhatikan apa yang telah
kalian persiapkan bagi diri kalian, berupa amal-amal sholeh untuk hari kiamat dan
bekalmu untuk menghadap tuhanmu. Dan ketahuilah, bahwa dia maha mengetahui
semua perbuatan dan keadaanmu, tidak satupun yang dapat tersembunyi darinya. “
Firman Allah swt dalam (QS. Al-Qiyamah ayat 75: 1-2)yang artinya : “ aku
bersumpah demi hari kiamat , dan aku bersumpah demi jiwa yang amat menyesali
diri( an-nafs al-lawwamah)”.

Berkata Mujahid , “ Al-Lawwamah adalah yang menyesali segala yang telah


lalu dan mencela dirinya. “
Allah telah bersumpah dengan al-lawwamah, dan menyebutnya bersama
dengan hari kiamat.Hal ini menunjukkan kemuliaan dan kedudukannya, serta
menjelaskan betapa tinggi keutamaan dan betapa pentingnya muhasabah itu.
Firman Allah pila dalam ( QS. Al-Qiyamah 75: 14-15) yang artinya : “ bahkan
manusia itu sangat mengetahui akan diri ( jiwa ) nya sendiri , meskipun ia
memberikan alasan-alasan.”

Manusia itu amat mengetahui akan aib-aib dirinya, meskipun ia memberikan


berbagai alasan dan berusaha membantah, namun itu tidak akan bermanfaat di hari
kiamat. Ini merupakan isyarat mengenal pentingnya kembali pada diri dan melakukan
intropeksi terhadapnya, serta memperbaiki semua aib sebelum terlambat.
Dari abu Ya’la syaddad bin Aus ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “
orang yang cerdas adalah yang mampu menagih dirinya, dan beramal untuk hari
kiamat. Orang yang bodoh adalah orang yang mengikutinya hawa nafsunya, dan
berhayal terhadap Allah.“ (HR. At-Tirmidzi)

8
Berkata imam At-Tirmidzi, “ makna menagih dirinya adalah membuat
perhitungan pada dirinya di dunia sebelum diperhitungkan di hari kiamat.”
Dan umar ibn al-khathab ra, ia berkata , “ perhitungkanlah dirimu sebelum engkau di
perhitungkan, timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbangkan. Karnea orang yang
paling ringan perhitungannya besok adalah orang yangsuka mengintropeksi dirinya
sesame hidup didunia. Berhiaslah kalian(dengan amalan-amalan yang baik) sekarang
untuk menghadapi pameran terbesar, karena pada hari itu nanti akan dinampakkan
semua dan tidak ada yang tersembunyi.” (HR.Ahmad, ibn Abi addunya, At-Tirmidzi,
ib al-jauzi, dan ibn al-qayyim)

Para salafus sholeh juga banyak berbicara tentang kewajiban dan keutamaan
intropeksi diri itu. Imam Hassan al-bashri misalkanya mengatakan, “ tidaklah engkau
menemui seorang mukmin kecuali ia selalu menegur dirinya . apa yang kuinginkan
dengan omonganku ? apa yang kuinginkan dengan makananku ? apa yang kuinginkan
dengan minumanku? Sebaliknya orang yang lemah akan selalu berlalu tampa pernah
menegur dirinya. “ Hassan al-bashri juga menuturkan, “ sesungguhnya seorang hamba
akan senantiasa berada dalam kebaikan selama ia menjadi penasihat bagi jiwanya.
Oleh karena itu, muhasabah sangat penting dilakukan.”

Maimun mahran menagatakan, “ seorang pria tidak pernah bertakwa hingga ia


menjadi auditor bagi dirinya lebih ketat daripada seorang pembisnis kepada partner
bisnisnya.”

Berkata malik bin dinar, “ semoga Allah merahmati seorang hamba yang
berkata kepada dirinya sendiri. Bukankah engkau pelaku dosa ini ?bukankah engkau
pelaku dosa itu ?, kemudia ia mencelanya dan mengekangnya. Kemudian ia
berkomitmen kepada al-quran dan menjadikannya sebagai memimpin jiwanya.”

Demikianlah beberapa pendapat ulama salaf yang memperkuat urgensi


intropeksi diri dari semua dosa besar dan dosa kecil, agar seorang muslim dapat
selamat dari bahaya dan kebrukan dari perbuatan dosa. 6

5. Waktu –waktu terbaik untuk bermuhasabah


Imam mawardi ra, berkata dalam pembahasannya mengenai muhasabah
“hendaknya ia membuka lembaran di malam hari mengenai segala perbuatannya di
siang hari, karena malam hari lebih membekas pada ingatan dan agar ia lebih bisa
focus. Jika perbuatannya disiang hari terpuji, ia akan mengulanginya bagi seperti itu,
jika perbuatannya tercela, ia memperbaikinya, jika memungkinkan dan tidak
mengulanginya lagi esok harinya dan dimasa depannya.”

Berkata imam ibn qayyim al jauziah saat membahas penyebab keselamatan


dari azab kubur, “ sangat besar manfaatnya bagi seseorang duduk sebentar sesaat
6
Anas ahmad karzon, tazkiyatun nafs , gelombang energy penyucian jiwa , ( Jakarta timur : akbar media eka
sarana, 2016 )

9
sebelum tidur untuk ia intropeksi diri, untuk melihat keuntungan dan kerugiannya
pada hari itu. Kemudia ia memperbarui tobat nasuhanya anatar dia dengan Allah swt,
kemudian ia tidur dengan tobatnya dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa saat
terjaga nanti. Lakukannlah ini setiap malam, jika ia mati pada suatu malam , maka ia
mati dalam keadaan tobat, jika ia terjaga, maka ia terjaga dalam keadaan dalam siap
beramal dan gembira karena ajalnya ditangguhkan, lalu ia menghadap tuhannya dan
memperbaiki kekurangannya.”
Jelaslah bahwa yang membantu membersihkan batin adalah muhasabah adalah
seorang hamba duduk jauh dari manusia lain dan menyepi, karena kesibukan dengan
orang lain tidak akan mencapai muhasabah yang jujur dan sempurna.
Berkata masruq rham, “ selayaknya seorang memiliki tempat menyepi untuk
mengingat dosa-dosanya dan memohon ampunan terhdapnya.”
Pada penutup pembahasan ini, dapat penulisan ringkas manfaat-manfaat
muhasabah dan urgensinya pada beberapa poin, yaitu:
1. Mengenal hak Allah swt yang selayaknya ditegakkan oleh seorang hamba,
memperbaiki , dan menbah segala kebaikan.
2. Melihat kekurangan-kekurangan diri, menyembuhkan penyakit-penyakit jiwa dan
membersihkan kotoran-kotorannya, ini dapat menciptakan kerendahan hati dan
rasa takut.
3. Menyingkap penghianatan jiwa dan godaan syetan .

Dengan ini, muhasabah akan menjadi sarana praktis yang utama untuk
menyucikan jiwa dengan membersihkan semua kotoran dan mengisinya dengan
berbgai kebaikan. Sedangkan meninggalkan muhasabah dan menjauhkan diri
hukuman dapat memudahkan terjerumus kedalam dosa dan akrab dengannya, serta
menggampangkan ampunan dan tertipu dengan angan-angan hingga binasa dan
mendapatkan kerugian yang nyata, kita berlindung kepda Allah swt dalam hal ini.7

Contoh perilaku muhasabah :

Kisah Rasulullah SAW Menunjuk Seorang Ahli Surga


7
Anas ahmad karzon, tazkiyatun nafs , gelombang energy penyucian jiwa , ( Jakarta timur : akbar media eka
sarana, 2016 )

10
Suatu ketika, Rasulullah SAW menunjuk adanya seorang ahli surga lewat di
hadapannya.Suatu hari, Rasulullah SAW sedang duduk bersama dengan para
sahabatnya.Tiba-tiba, beliau berkata, "Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian
seorang ahli surga."
Tidak lama setelah itu, lewatlah seorang pria dari kalangan Anshar.Para
sahabat menyaksikannya takjub meskipun orang yang disaksikan itu tak
menyadarinya.Keesokan harinya, Rasululah SAW berkata seperti yang beliau katakan
sehari sebelumnya.Beliau menunjuk pria yang dinubuatkannya sebagai ahli surga
itu.Demikian pula pada hari ketiga ketika orang tersebut lewat.
Alhasil, nubuat Rasulullah SAW tiga hari berturut-turut itu membuat
penasaran Abdullah bin Amru. Ia ingin mengetahui, amalan apa yang membuat orang
dari Anshar itu menjadi ahli surga.Akhirnya, ia terus mengikuti orang itu sampai ke
rumahnya. Agar bisa mengamati lebih dekat lagi, Ibnu Amru membuat scenario
sehingga dirinya dapat menumpang tinggal di rumah orang itu.
Abdullah bin Amru pun berkata kepadanya, "Wahai saudaraku, ketahuilah,
antara aku dan ayahku terjadi perselisihan dan aku bersumpah tidak akan masuk
rumahnya selama tiga hari. Bagaimana jika sementara tiga hari ini aku tinggal di
rumahmu?"Orang itu pun menjawab, "Mari, dengan senang hati."
Selama tiga hari berturut-turut Ibnu Amru tinggal di sana. Namun, ia tidak
menjumpai orang itu melaksanakan shalat tahajud atau amalan-amalan istimewa
lainnya.Amalannya sehari-hari seperti kebanyakan orang. Memang, ia tidak pernah
sekalipun mendengar orang itu mengucapkan perkataan yang tak baik.
Setelah malam ketiga berlalu, Abdullah bin Amru semakin heran karena tidak
menemui amalan istimewa dari orang itu. Keesokan harinya, saat hendak permisi ia
berkata kepadanya secara terus terang, "Wahai hamba Allah, ketahuilah, sebenarnya
antara aku dan ayahku tidak terjadi perselisihan dan aku pun tidak berjanji untuk tidak
menemuinya selama tiga hari. Aku hanya ingin tinggal di rumahmu karena aku
mendengar Nabi SAW pernah berkata selama tiga hari berturut-turut, akan muncul di
antara kami seorang ahli surga."
Orang itu terus mendengarkan.Ibnu Amru melanjutkan penjelasannya, "Dan
selama itu pula yang muncul di hadapan kami adalah dirimu. Karena itu, aku ingin
tahu lebih dekat mengetahui, apa amalan yang engkau lakukan sehingga Rasul SAW
mengatakan demikian. Namun, terus terang saja, selama tiga hari aku di sini tidak
pernah kulihat engkau melakukan amalan yang istimewa."
"Sebenarnya apa rahasia amalanmu yang membuat Rasulullah mengatakan
bahwa kau ahli surga?" tanya Ibnu Amru lagi.Orang itu berkata, ''Ya, benar, amalanku
adalah seperti yang kamu saksikan."
Karena merasa yakin orang itu telah jujur, Ibnu Amru pun pamit.Namun,
belum jauh dari rumahnya, orang itu berlari-lari untuk memanggil lagi Abdullah bin
Umar pamit.
"Ketahuilah, amalanku adalah seperti yang kamu lihat.Namun, aku tidak
pernah merasa iri atau dengki kepada seorang pun atas kebaikan atau kenikmatan

11
yang didapatkannya dari Allah SWT."Mendengar itu, Abdullah bin Amru berkata,
''Inilah amalan yang dapat engkau lakukan dan yang belum dapat kami lakukan."

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Muhasabah atau intropeksi diri sangat dibutuhkan seorang muslim dalam
bertasawuf serta untuk membangun akhlaknya. Muhasabah akan senantiasa
memajukan peradaban islam selama muslim masih memakainya. Sehingga tidak
timbul lagi dikemudian hari, sebuah negara non-muslim yang islami atau negara
muslim yang non-islami. Muhasabah sendiri adalah salah satu jihad terbear,yakni
jihad melawan hawa nafsu.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna, hingga kami merasa masih perlu belajar lagi dalam membuat
makalah.Dengan demikian, kami berharap kepada para pembaca mau memberikan
saran dan kritik terhadap makalah ini.Kami juga meminta maaf jika terdapat kata-
kata yang kurang berkenan dalam penulis makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

13
Amin Syukur, Tasawuf Bagi Orang Awam: Menjawab Problem Kehidupan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 83. Anas ahmad karzontazkiyatun
nafs , gelombang energy penyucian jiwa , ( Jakarta timur : akbar media eka
sarana, 2016 ),hlm. 154. Syaikh Shalih Al-'Ulyawi, Pdf Muhasabah(introspeksi
diri) Terj. Al Furqon Indonesia, (Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat
Rabwah, 2007)Khairunnas Rajab, Agama Kebahagiaan: Energi Positif Iman,
Islam dan Ihsan UntukMenjaga Kesehatan Psikologi dan Melahirkan Kepribadian
Qurani, (Yogyakarta: PustakaPesantren, 2012).

14

Anda mungkin juga menyukai