A. PENDAHULUAN
Bahagia di dua kehidupan dunia dan akhirat, sangat bergantung kepada kebersihan dan
kesucian batin manusia. Demikian juga sebaliknya, kesengsaraan juga tidak terlepas dari
sikap dan perilaku serta kekotoran jiwa manusia. Sebagian orang mengira, bahwa adab
(sopan santun) hanya berlaku untuk orang lain saja, dan tidak untuk diri sendiri. Padahal adab
juga diperlukan untuk diri sendiri, supaya disegani, dihormati oleh orang banyak tidak
direndahkan dan dilecehkan. Bahkan lebih dari itu diharapkan, agar selamat hidup di dunia
dan di akhirat.
Dalam Al-Quran banyak dikemukakan mengenai diri (jiwa seseorang). Diantaranya
disebutkan:
خاب من دسّاها:قد أفلح من ز ّكاها وقد
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams:9-10)
Firman Allah:
اسم ربّه فصلّى:قد أفلح من تز ّكى وذكر
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dengan beriman, dan dia
ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.” (QS. Al-A’laa:14-15)
Dari ayat diatas dapat kita ambil suatu kesimpulan, bahwa seorang dituntut:
1. Membersihkan (mensucikan) jiwanya dan tidak mengotorinya.
2. Beramal shalih, saling mengingatkan tentang kebenaran dan berlalu sabar menghadapi segala
macam cobaan dan tidak mendustakan ayat-ayat Allah dan bersifat sombong.
Dari beberapa ayat Al-Quran diatas, untuk lebih memahami “Muhasabah, Muraqabah, dan
Muwajahah” berikut pembahasannya:
B. PEMBAHASAN
4. Aspek Dakwah
Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Karena menyangkut dakwah dalam
segala aspek; sosial, politik, ekonomi dan juga substansi dari dakwah itu sendiri mengajak
orang pada kebersihan jiwa, akhlakul karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan
ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, memperbanyak istighfar dan taubat.
C. KESIMPULAN
1. Muhasabah diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi
diri.Seseorang yang mengadakan introspeksi diri, tidak mesti sesudah melakukan suatu
perbuatan, benar atau salah, berhasil atau gagal. Dari firman Allah Q.S Al-Hasyr ayat 18
tersirat suatu perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya hari esok akan lebih
baik. Maka dalam melakukan muhasabah, seorang muslim menilai dirinya, apakah dirinya
lebih banyak berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-
harinya.
2. Muraqabah ialah merasa selalu diawasi oleh Allah sehingga dengan kesadaran ini
mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Muraqabatullah bermakna seseorang merasakan eksistensi atau keberadaan Allah dalam
kehidupannya sehingga dia merasa aman dan nyaman tanpa ada ketakutan serta kecemasan,
di samping itu dia menyakini bahwa Allah selalu memperhatikannya dan memantau segala
gerak geriknya, sehingga muncullah rasa malu, malu melakukan kesalahan dan perbuatan
yang tercela serta berusaha melakukan perbuatan baik dan mulia.
3. Dalam bahasa Arab muwajahah yaitu bertatap muka atau menghadapkan diri hanya kepada
Allah. Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan menghantarkan kepada sebuah
kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Bermuwajahah-lah hanya
kepada Allah untuk mendapatkan keridhaan dari-Nya di dunia dan akhirat. Bahagia didua
kehidupan dunia dan akhirat sangat bergantung kepada kebersihan dan kesucian batin
manusia. Demikian juga sebaliknya, kesengsaraan tidak terlepas dari sikap dan perilaku serta
kekotoran jiwa manusia. Sikap muwajahah ini sangat berpengaruh pada kehidupan ini, yang
tiada lain semuanya ini atas kekuasaan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Askar. Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar, Jakarta: Senayan Publishing. 2009 M
Ali Hasan. Kumpulan Tulisan M. Ali Hasan. Jakarta: Prenada Media. 2003 M
Ibdalsyah. Muraqabatullah Lailan Wa Nahaaran. Bogor: AzamDunya 2016 M
Muhammad Said Ramadhan al-Buthi. Fiqh al-Sirah, Dar al-Fikr. 1980 M
Al-Bukhari, at-Tauhid, 32; Muslim, al-Iman
Muhammad Jamil Jaho. Tazhkirah al-Qulub Fii Muraqabah ‘Allamil Ghuyub. Jakarta:
Yayasan Emiliyatil Abbasiyah. 2002 M
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. Minhajul Muslim, Terj. Pedoman Hidup Muslim. Bogor: PT.
Litera InterNusa. 2008 M
Hasan Ayub. Fiqh Muamalat al-Maliyah. Mesir: Daar al-Salam. 2003 M
https://muslimah.or.id/5833-muhasabah-dan-muraqabah-1-tingkatan-pertama
musyarathah.html
[1]Askar, Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar, Jakarta: Senayan Publishing. Tahun 2009 M. hlm. 100.
[2] Muhammad Ali Hasan, Kumpulan Tulisan M. Ali Hasan. Jakarta: Prenada Media. Tahun 2003 M.
hlm. 195.
[3]Ibdalsyah, MuraqabatullahLailanWaNahaaran. Bogor: AzamDunya Bogor. Tahun 2016.Hlm. 13.
[4] Muhammad JamilJaho, Tazhkirah al-QulubFiiMuraqabah ‘AllamilGhuyub. Jakarta:
YayasanEmiliyatilAbbasiyah. Tahun 2002.
[5] Muhammad Ali Hasan, Kumpulan Tulisan M. Ali Hasan. Jakarta: Prenada Media. Tahun 2003 M.
hlm. 197-198.
[6]Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sirah, Dar al-Fikr, 1980. Hlm. 180.
[7] Al-Bukhari, at-Tauhid, 32; Muslim, al-Iman, 326.