Anda di halaman 1dari 5

Doa adalah salah satu ibadah yang paling dianjurkan dalam Islam.

Doa dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja, termasuk untuk memohon ampunan dan
rahmat Allah SWT untuk diri sendiri dan orang lain. Salah satu doa yang sangat
penting dan memiliki makna mendalam adalah “Rabbighfirli Waliwalidayya
Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghira.”
Doa ini berbunyi:

‫َرِّب اْغ ِف ْر ِلي َوِلَواِلَد َّي َواْرَحْم ُه َم ا َك َم ا َرَّبَياِني َصِغ يًرا‬


Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan kasihanilah
mereka sebagaimana mereka telah mendidikku ketika aku masih kecil.”
Doa ini terdapat dalam Surat Ibrahim ayat 41. Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim
AS memohon ampunan kepada Allah SWT untuk dirinya sendiri dan kedua orang
tuanya. Doa ini juga diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Makna Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani


Saghira
Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghira memiliki
makna yang sangat mendalam. Doa ini mengandung permohonan ampunan dan
rahmat Allah SWT untuk diri sendiri dan kedua orang tua.

 Permohonan ampunan
Dalam doa ini, kita memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang
telah kita lakukan. Doa ini juga memohon ampunan untuk kedua orang tua kita.
Hal ini karena kedua orang tua kita telah berjasa besar dalam membesarkan dan
mendidik kita.

 Permohonan rahmat
Selain memohon ampunan, kita juga memohon rahmat Allah SWT untuk diri
sendiri dan kedua orang tua. Rahmat Allah SWT adalah kasih sayang-Nya yang
tidak terbatas. Rahmat Allah SWT dapat memberikan kita ketenangan,
kebahagiaan, dan kesuksesan dalam hidup.

 Pemberian kasih sayang


Dalam doa ini, kita memohon kepada Allah SWT agar mengasihi kedua orang tua
kita sebagaimana mereka telah mengasihi kita ketika kita masih kecil. Kasih
sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih sayang yang tulus dan tanpa
pamrih. Kasih sayang orang tua dapat memberikan kita rasa aman, nyaman, dan
bahagia.

Keutamaan Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani


Saghira
Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghira memiliki
banyak keutamaan. Beberapa keutamaan tersebut antara lain:

 Mendapatkan ampunan dosa


Doa ini dapat menjadi sarana bagi kita untuk memohon ampunan dosa kepada
Allah SWT. Doa ini juga dapat menjadi sarana bagi kita untuk memohon ampunan
dosa untuk kedua orang tua kita.

 Mendapatkan rahmat Allah SWT


Doa ini dapat menjadi sarana bagi kita untuk memohon rahmat Allah SWT.
Rahmat Allah SWT dapat memberikan kita ketenangan, kebahagiaan, dan
kesuksesan dalam hidup.

 Mendapatkan kasih sayang Allah SWT


Doa ini dapat menjadi sarana bagi kita untuk memohon kasih sayang Allah SWT.
Kasih sayang Allah SWT dapat memberikan kita ketenangan, kenyamanan, dan
kebahagiaan.

Cara Mengamalkan Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa


Rabbayani Saghira
Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghira dapat
diamalkan kapan saja dan di mana saja. Namun, ada beberapa waktu dan tempat
yang dianjurkan untuk mengamalkan doa ini, antara lain:

 Setelah salat
Doa ini dapat diamalkan setelah salat, baik salat wajib maupun salat sunah.

 Di waktu-waktu mustajab
Doa ini juga dapat diamalkan di waktu-waktu mustajab, seperti di sepertiga malam
terakhir, saat berbuka puasa, dan saat sahur.

 Di hari Jumat
Doa ini juga dianjurkan untuk diamalkan di hari Jumat, terutama pada waktu
setelah salat Jumat.

Penutup
Doa Rabbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma Kamaa Rabbayani Saghira adalah
doa yang sangat penting dan memiliki makna mendalam. Doa ini dapat menjadi
sarana bagi kita untuk memohon ampunan dosa, rahmat, dan kasih sayang Allah
SWT untuk diri sendiri dan kedua orang tua.

Allah berbagi dunia kepada siapa saja kecuali keimanan

Assalamu'alaikum wr wb
Kita lihat skg banyak orang-orang kaya, banyak orang-orang secara kasat mata
hidupnya bergembira dan bahagia, pada hal dia tdk pernah ada di shaf pertama di
masjid, bahkan sholatpun tdk pernah, kerjanya banyak masiatnya tapi kaya

Supaya kita tahu Allah berbagi dunia ini kepada siapa saja, jangan pernah berpikir
kalau aku kaya berarti Allah cinta sama aku, oh tidak ?
Dunia ini tdk lebih dari satu sayap nyamuk, bahkan tdk sama dg satu sayap
nyamuk, maka Allah berikan kpd orang-orang yg tdk pernah mengatakan Allahu
Akbar kpd orang yg tdk pernah meletakkan langsung keningnya di bumi (sujud)
Allah tetap kasih

Dan kita lihat dg mata kita sendiri, tapi apa kata Nabi SAW : Allah tdk berbagi
keimanan kecuali kpd orang yang Allah cintai

(Ustd. Syafiq Riza Basalamah)

Pesan bijak
Tidak semua yg kita harapkan menjadi kenyataan, tetapi percayalah Allah sdh
merancang semuanya jauh lebih indah dari apa yg kita pikirkan (Ustd. Romlan
Mlg)

T͟ I͟P͟ S͟ S͟ E͟ D͟ E͟ R͟ H͟ A͟ N͟ A͟

Oleh : dr.H.Helmi Djafar, DTPH

dokter senior Kaltim. Usia 90 tahun, masih sehat walafiat. Berada di Jakarta
komplek Ancol Jakarta utara, adalah sebagai berikut :

1. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ j͟a͟ n͟ t͟u͟ n͟ g͟ , h͟ i͟n͟ d͟ a͟ r͟i͟ k͟ e͟ l͟e͟ b͟ i͟h͟ a͟ n͟ g͟ a͟ r͟a͟ m͟ .

2. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ h͟ a͟ t͟i͟, h͟ i͟n͟ d͟ a͟ r͟i͟ m͟ a͟ k͟ a͟ n͟ a͟ n͟ b͟ e͟ r͟l͟e͟ m͟ a͟ k͟ .

3. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ p͟ e͟ r͟u͟ t͟, h͟ i͟n͟ d͟ a͟ r͟i͟ m͟ a͟ k͟ a͟ n͟ a͟ n͟ d͟ i͟n͟ g͟ i͟n͟ .

4. J͟ i͟k͟ a͟ A͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ u͟ s͟ u͟ s͟ , g͟ a͟ n͟ t͟i͟ j͟u͟ n͟ k͟ f͟o͟ o͟ d͟ d͟ e͟ n͟ g͟ a͟ n͟ s͟ a͟ y͟ u͟ r͟a͟ n͟ .

5. Ji͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ p͟ a͟ n͟ k͟ r͟e͟ a͟ s͟ , h͟ i͟n͟ d͟ a͟ r͟i͟ m͟ a͟ k͟ a͟ n͟ k͟ e͟ n͟ y͟ a͟ n͟ g͟ .

6. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ G͟ i͟n͟ j͟a͟ l͟, m͟ i͟n͟ u͟ m͟ l͟a͟ h͟ b͟ a͟ n͟ y͟ a͟ k͟ a͟ i͟r͟ d͟ i͟ s͟ i͟a͟ n͟ g͟ h͟ a͟ r͟i͟, m͟ i͟n͟ u͟ m͟ l͟e͟ b͟ i͟h͟
s͟ e͟ d͟ i͟k͟ i͟t͟ a͟ i͟r͟ d͟ i͟ m͟ a͟ l͟a͟ m͟ h͟ a͟ r͟i͟, k͟ o͟ s͟ o͟ n͟ g͟ k͟ a͟ n͟ k͟ a͟ n͟ d͟ u͟ n͟ g͟ k͟ e͟ m͟ i͟h͟ a͟ n͟ d͟ a͟ s͟ e͟ b͟ e͟ l͟u͟ m͟ t͟i͟d͟ u͟ r͟.

7. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ O͟ t͟a͟ k͟ , t͟i͟d͟ u͟ r͟l͟a͟ h͟ s͟ e͟ l͟a͟ m͟ a͟ d͟ e͟ l͟a͟ p͟ a͟ n͟ j͟a͟ m͟ .

8. J͟ i͟k͟ a͟ a͟ n͟ d͟ a͟ m͟ e͟ r͟a͟ w͟ a͟ t͟ j͟i͟w͟ a͟ , m͟ i͟l͟i͟k͟ i͟ h͟ u͟ b͟ u͟ n͟ g͟ a͟ n͟ akrab d͟ e͟ n͟ g͟ a͟ n͟ S͟ a͟ n͟ g͟ P͟ e͟ n͟ c͟ i͟p͟ t͟a͟ , A͟ l͟l͟a͟ h͟


Y͟ a͟ n͟ g͟ M͟ a͟ h͟ a͟ K͟ u͟ a͟ s͟ a͟ .

H͟ i͟d͟ u͟ p͟ i͟t͟u͟ s͟ e͟ d͟ e͟ r͟h͟ a͟ n͟ a͟ , y͟ a͟ n͟ g͟ r͟u͟ m͟ i͟t͟ i͟t͟u͟ p͟ i͟k͟ i͟r͟a͟ n͟ k͟ i͟t͟a͟ .

H͟ i͟d͟ u͟ p͟ i͟t͟u͟ m͟ u͟ r͟a͟ h͟ , yang m͟ a͟ h͟ a͟ l͟ i͟t͟u͟ g͟ e͟ n͟ g͟ s͟ i͟ k͟ i͟t͟a͟ .

M͟ a͟ r͟i͟l͟a͟ h͟ k͟ i͟t͟a͟ m͟ e͟ n͟ j͟a͟ d͟ i͟ o͟ r͟a͟ n͟ g͟ y͟ a͟ n͟ g͟ p͟ a͟ n͟ d͟ a͟ i͟ b͟ e͟ r͟s͟ y͟ u͟ k͟ u͟ r͟.

9. J͟ i͟k͟ a͟ A͟ n͟ d͟ a͟ p͟ e͟ rd͟ u͟ l͟i͟ p͟ a͟ d͟ a͟ k͟ e͟ l͟u͟ a͟ r͟g͟ a͟ / t͟e͟ m͟ a͟ n͟ , b͟ e͟ r͟i͟t͟a͟ h͟ u͟ m͟ e͟ r͟e͟ k͟ a͟ t͟i͟p͟ s͟ i͟n͟ i͟.

S͟ e͟ m͟ o͟ g͟ a͟ B͟ e͟ r͟m͟ a͟ n͟ faat...
Salat merupakan ibadah yang amalannya pertama kali dihisab. Khusyuk menjadi
elemen penting agar ibadah itu bernilai sebuah pahala. Lantas, bagaimana jikalau
seorang muslim tidak melaksanakan salatnya dengan khusyuk? Pasalnya, ada
saja, gangguan yang tidak bisa dihindari saat sedang menunaikan rukun Islam
kedua tersebut.
Perlu untuk diketahui, bahwasannya salat yang tidak khusyuk hukumnya tetap
sah, apabila rukun dan syarat salat tetap terpenuhi, maka dia dihukumi seperti
terbebas dari kewajiban melaksanakan salat.
Bersandar pada surat Al-Muminun ayat 1-2 tentang pentingnya keutamaan salat
dengan khusyuk, sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. (yaitu) orang yang khusyu dalam
salatnya.”
Setiap muslim, mempunyai tingkatan berbeda-beda dalam urusan khusyuk saat
menunaikan salat. Perbedaan itu didasari dari faktor tingkat konsentrasi, tingkat
kelalaian, hingga berpaling hatinya untuk mengingat Allah SWT dalam setiap
salatnya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengklasifikasikan manusia ke dalam lima tingkatan
khusyuk saat salat yang tertuang dalam kitab al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim
ath-Thayyib. Adapun rincian lima tingkatan khusyuk dalam salat itu di antaranya:

1.Tingkatan pertama
Tingkatan pertama termasuk kepada orang yang menzalimi dan menelantarkan
diri sendiri (Al-Zalim li nafsih). Tingkatan pertama ini diduduki oleh orang yang
tidak menjaga kesempurnaan wudhu, salatnya tidak tepat waktu, tidak
mengindahkan batasan-batasan serta rukun-rukun salat.

2.Tingkatan kedua

Sedikit berbeda dengan tingkatan pertama tadi, pada tingkatan kedua ini
diperuntukkan bagi orang yang memelihara waktu salat, batasan salat, rukun
salat, serta wudhunya. Hanya saja, pada tingkatan ini orang tersebut tidak bisa
melawan bisikan jiwa dan pikiran yang menganggunya.

3.Tingkatan ketiga
Pada tingkatan ini ditujukan bagi orang yang menjaga batasan dan rukun salat.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan segala gangguan yang
menghampirinya.

4.Tingkatan keempat
Tingkatan keempat dikhususkan bagi orang yang apabila mendirikan salat ia
menyempurnakan hak-hak salat, rukun-rukunnya, serta batasan-batasan salat.
Seluruh perhatiannya tercurahkan untuk menegakkan salat sesuai dengan
ajaran syariat dan selalu berusaha untuk menyempurnakannya.

5.Tingkatan kelima
Berada di tingkatan puncak, orang yang apabila mendirikan salat, ia
melakukannya seperti tingkatan keempat. Selain itu, orang tersebut kerap
merasa diawasi oleh-Nya dan seolah-olah ia memandang-Nya.
Segala bisikan, gangguan, pengalihan, dan rasa was-was dalam jiwa yang kerap
menganggu seketika meredup. Bahkan, jarak tingkatan kekhusyukan salat ini
dengan tingkatan lainnya lebih jauh jika dibandingkan dengan jarak antara langit
dan bumi.
Dari kelima tingkatan manusia saat menunaikan salat dengan khusyuk, kalian
sudah sampai tingkatan yang mana? Selagi masih ada waktu, perbaiki dan
benahi salat kita, agar kita tidak termasuk orang yang merugi.
Sumber : muslimahdaily.com

Anda mungkin juga menyukai