Anda di halaman 1dari 4

SHOLAT SEBAGAI TANDA KESYUKURAN KEPADA ALLAH SWT

Oleh :
Sigit Purwaka, S. Pd.I

Saat ini kita berada pada bulan Rajab dimana ini adalah bulan yang sangat
isimewa. Keistimewaan itu berasal dari sebuah peristiwa besar yang terjadi pada tanggal
27 Rajab 2 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Peristiwa tersebut
adalah peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram di
Makkah menuju Masjid Al Aqsho di Palestina. Kejadian ini juga diabadikan dalam
Surat Al Isra ayat pertama. Pada peristiwa ini Rasulullah SAW menerima perintah
secara langsung dari Allah yaitu Sholat. Berbeda dengan perintah Allah seperti puasa
dan zakat yang melalui perantaraan malaikat Jibril Sholat memiliki nilai yang luar biasa.
Sholat merupakan rukun Islam kedua setelah mengucapkan 2 kalimat syahadat.
Sebuah perintah sebagai pembuktian dari persaksian kita bahwa tidak ada Tuhan yang
patut disembah melainkan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Secara gambling sebagai umat Islam dan mengaku berTuhan kepada Allah tentunya
akan melaksanakan sholat. Selain itu sholat juga adalah ibadah pertama yang akan
dihisab di yaumul akhir kelak. Sholat juga merupakan tiang agama juga sebagai
pembeda antara orang mukmin dan orang kafir.
Sebagai hamba Allah yang dhoif (lemah) tentunya kita sadar bahwa apapun
milik kita saat ini pada hakikatnya bukan milik kita melainkan milik Allah SWT. Sejak
kecil kita diajarkan oleh orang tua kita ataupun guru kita jika kita memperoleh nikmat
hendaknya mengucapkan Alhamdulillah sebagai tanda kesyukuran kita kepada Allah
SWT. Kita sadar ataupun tidak bahwasannya nikmat Allah selalu mengalir setiap detik.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar
Rahman:13)

Adanya kita di dunia ini, apapun yang terjadi pada diri kita apakah kita dalam
keadaan memperoleh kebahagiaan ataupun kesusahan tersimpan hikmah yang patut kita
syukuri. Ketika memperoleh kebahagiaan jagalah hati kita bahwa ini adalah nikmat dari
Allah SWT dan jika kita mengalami kesulitan maka syukurilah bahwa ini adalah cara
Allah agar kita mendekatkan diri pada-Nya. Lihatlah ke atas agar kita optimis dan
lihatlah ke bawah agar kita bersyukur.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.
Ibrahim:7)

Dari ayat tersebut menunjukkan pentingnya bersyukur kepada Allah. Kaitannya


dengan sholat. Sebagai mukmin kita meyakini bahwa rasa syukur tidak bisa hanya
ditunjukkan dengan ucapan hamdallah saja. Salah satunya adalah dengan melaksanakan
sholat. Mengapa sholat bisa dijadikan indikator rasa syukur kita kepada Allah. Sholat
adalah ibadah utama dimana seorang manusia dekat dengan Tuhan-Nya.

“ Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara


orang-orang yang bersujud (shalat),” (Q.S. Al Hijr: 98)

“ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al Fatihah:2)

Salah satu rukun sholat adalah surat Al-Fatihah. Surat yang wajib dibaca dalam
setiap sholat. Saat sholat kita mengakui segala kelemahan kita dan senantiasa memuji-
Nya paling sedikit 17 kali dalam sehari. Sungguh jika kita memaknai arti dari setiap
bacaan sholat kita kita akan merasa kecil dihadapan Allah SWT. Saat sujud, inilah
posisi kita yang menunjukkan bahwa kita harus tunduk kepada Allah SWT. Sungguh
orang-orang yang melaksanakan sholat dengan khusyuk telah menunjukkan tanda
kesyukurannya kepada Allah.
Jika saat ini banyak kaum muslimin dan muslimat sibuk bekerja atau sibuk
dengan aktivitasnya hingga lalai pada kewajiban Sholat. Hingga muncul istilah subuh
kesiangan, dzuhur kerepotan, ashar diperjalanan, magrib kecapean, dan isya’ ketiduran.
Akhirnya tidak satu sholatpun yang dikerjakan.
Melalaikan sholat sama saja dengan mengabaikan hak Allah atas kita
sebagaimana tujuan kita diciptakan di dunia ini untuk menyembah Allah. Melalaikan
sholat berarti kita tidak mau menyembah Tuhan yang telah memberi kita mata, hidung,
telinga, tangan, kaki, nafas kehidupan dan nikmat-nikmat lainnya. Kita dilahirkan dalam
keadaan yang baik, dirawat oleh orang tua yag baik, diajarkan ilmu-ilmu agama hingga
kita mengenal agama ini. Sedangkan di sana ada bayi yang dibuang oleh ibunya sendiri,
ia tidak dirawat apalagi dikenalkan dengan agama. Kondisinya jauh lebih
memprihatinkan daripada kondisi kita saat ini. Masihkah kita tidak mau bersyukur.
Melalaikan sholat sama artinya dengan tidak bersyukur atas nikmat yang telah
Allah berikan. Apa pantas kita telah memperoleh kebaikan dunia, nikmat yang banyak,
lalu waktu kita habis hanya untuk urusan dunia sedangkan sedikitpun waktu tidak kita
berikan kepada Allah.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama
yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah:5)

Ada sebuah kondisi dalam masyarakat kita yang sering beranggapan bahwa
orang yang tidak sholat justru lebih kaya secara materi daripada kaum muslimin
sehingga memberikan kesimpulan bahwa sholat tidak ada hubungannya dengan rejeki
dan juga tidak ada hubungannya dengan syukur.
Allah SWT bersifat Ar Rahman (Maha Pemurah). Semua makhluk di dunia ini
telah dijamin rizkinya oleh Allah SWT. Namun ada nikmat yang tidak semua orang bisa
memilikinya yaitu nikmat Iman dan Islam. Abu Thalib, paman nabi Muhammad SAW
telah banyak berkorban untuk nabi, melindungi nabi, namun nikmat Iman dan Islam
tidak diperolehnya sampai hembusan nafas terakhirnya. Saat ini kita telah memperoleh
nikmat Iman dan Islam apakah kita masih tidak bersyukur?
Sebuah contoh dalam masyarakat kita ada seseorang yang sholeh dan selalu
tidak pernah ketinggalan sholat fardhu berjamaah di masjid. Anggaplah ia si fulan. Si
fulan adalah pengangguran yang setiap hari berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan,
dan rizki yang cukup. Hingga Allah pun mengabulkan doa si fulan. Ia mendapatkan
pekerjaan. Awal-awal ia bekerja ia masih istiqomah agar tidak meninggalkan sholat
berjamaah. Hingga pekerjaannya semakin baik, gajinya pun naik namun dengan sedikit
ujian yaitu ia semakin sibuk dengan pekerjaannya. Ia sudah tidak lagi sholat berjamaah
di masjid. Awalnya ia sholat sendiri hingga akhirnya sering mengulur waktu sholat dan
malah melalaikan sholat. Hingga suatu hari ia di-PHK.
Si fulan kehilangan dua unsur penting dalam dirinya yaitu syukur dan
istiqomah. Kebanyakan dari kita mungkin juga termasuk saya sering lupa ketika diberi
nikmat oleh Allah. Sering mengulur waktu sholat atau mungkin malah melalaikan
sholat.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, (Q.S. Al Ma’un : 4-5)

Jika akhirnya kita mendapat kesulitan karena melalaikan perintah Allah SWT
berarti sesuai dengan janji Allah dalam Q.S. Ibrahim ayat 7 di atas. Ambillah
hikmahnya semuanya ditetapkan Allah agar kita senantiasa mengingat Allah SWT.
Para pembaca yang dirahmati Allah. Marilah kita ingat-ingat kembali nikmat-
nikmat Allah yang tak terhitung yang telah diberikan-Nya kepada kita. Tentunya kita
tidak ingin disebut hamba yang yang tidak pandai berterima kasih kepada Allah SWT.
Marilah kita tunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan-Nya dengan mendirikan sholat dengan khusyu’. Meningkatkan kualitas
sholat kita dan senantiasa mengharap petunjuk-Nya dalam menjalani kehidupan ini.
Wallahu’alam bish Shawab.

Penulis adalah Alumni STAIN Al-Fatah Jayapura


Th. 2011 dan Guru PAI di SMA Muhammadiyah
Jayapura

Anda mungkin juga menyukai