Anda di halaman 1dari 4

Sistem Implementasi Syariah Islam

A. Pengertian Ibadah dan Muamalah Secara etimologis atau bahasa, Muamalah berasal dari kata amala-yuamilu-muamalatan sama dengan wazan faala-yufailu-mufaalatan yang bermakna saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sedangkan secara terminologis atau istilah terbagi lagi menjadi dua macam, yakni muamalah dalam arti luas dan sempit. Muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi atau dalam pergaulan sosial. Sedangkan dalam arti sempit bermakna aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda. Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas dengan jelas dapat kita ketahui bahwa muamalah adalah termasuk atau menyangkut afal (perbuatan) seseorang hamba. B. Implementasi Muamalah dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh muamalah sangat lekat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada saat kita menunaikan ibadah yang bersifat hablum minallah, seperti shalat. Pada saat kita memulai ibadah shalat, melakukan takbiratul ihram, kita melafadzkan takbir Allahu Akbar, Allah Maha Besar, suatu ucapan yang mengagungkan dan membesarkan nama Allah SWT, sehingga hal ini termasuk ibadah hablum minallah. Sedangkan ketika mengakhiri shalat kita mengucapkan salam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, semoga kamu selamat, rahmat, serta berkah Allah selalu menyertaimu. Ucapan ini dapat diklasifikasikan sebagai ucapan ibadah kepada sesama manusia karena salam tersebut ditujukan kepada sesama muslim. Selain itu, Islam juga mengenal sistem ekonomi yang berlandaskan syariat Islam yang mengharamkan riba sehingga tidak membebani orang-orang yang kurang mampu, Sistem ekonomi ini dikenal dengan sebutan sistem ekonomi syariah atau sistem ekonomi muamalah. Contoh-contoh memperlihatkan bahwa ibadah muamalah tak dapat dilepaskan dan dipisahkan dari keseharian umat manusia. Allah SWT telah menetapkan dan mengatur hubungan baik sesama manusia dan secara kodrati, manusia memang memiliki hasrat dan keinginan untuk berbuat baik di antara mereka dan bersama-sama menuju suatu tujuan bersama C. Ruang Lingkup Muamalah Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33),meliputi hukum keluarga yaitu hukum hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Inidimaksudkan untuk

memelihara dan membangun keluarga sebagai unitterkecil. Hukum Perdata, yaitu hukum tentang perbuatanusaha perorangan seperti jualbeli, pegadaian, perserikatan, utang piutang, perjanjian. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaandan pemeliharaan hak-haknya. Hukum Pidana, yaitu hukum yang bertaliandengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara pelakutindak kejahatan dengan korban dan masyarakat. ukum Acara, yaitu hukum yang berhubungan dengan peradilan, persaksian dan sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan gunameralisasikan keadilan antar manusia. Hukum Perundangundangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubunganhakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangandan kelompok. Hukum Kenegaraan, yaitu hukum yang berkaitandengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara.Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masadamai, dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat Islamdengan yang lain di dalam negara. Hukum Ekonomi dan Keuangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin didalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan maslah pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubunganekonomiantar orang kaya, dengan orang fakir miskin dan antarahak-hak keuangan negara dengan perseoranga D. Hubungan Ibadah dan Muamalah Berdasarkan pengertian dari ibadah dan muamalah tadi, hubungannya dengan manusia adalah bahwa ibadah secara tidak langsung berarti ketundukkan kita sebagai seorang hamba serta sarana hubungan vertikal manusia kepada Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT. Muamalah pun berarti hubungan horizontal antar manusia dengan manusia yang sesuai dengan syariah. Sekarang bagaimana kita sebagai seorang manusia memaksimalkan atau meningkatkan kualitaskualitas dari ibadah dan muamalah tadi. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah, mengevaluasi diri sendiri, sejauh mana ibadah-ibadah yang telah kita lakukan apakah sudah baik, sudah sesuai aturan-Nyakah atau belum. Setelah mengevaluasi, kita bisa buat suatu perencanaan apa-apa saja yang bisa mendukung untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Sebagai contoh, kalau sebelumnya kita hanya melakukan ibadah wajib saja seperti sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan lainnya, tetapi setelah melakukan evaluasi, kita bisa menambah rangkaian ibadah kita dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya yang mempunyai nilainilai keutamaan seperti shalat sunnah dhuha, tahajud, dan lain sebagainya. Membuat form mutabaah yaumiah pun dapat memotivasi kita untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kita. E. Hikmah Ibadah dan Muamalah 1. Tidak Syirik, Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui

segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.

2. Memiliki ketakwaan, Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban. 3. Terhindar dari kemaksiatan, Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada. 4. Berjiwa sosial, Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini. 5. Tidak kikir, Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

7. Meraih martabat liqa Illah, Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang,

menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah. 8. Banyak saudara, Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain. Ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya. 9. Memiliki kejujuran, Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. 10. Berhati ikhlas, Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. 11. Sehat jasmani dan rohani, Hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

Daftar Pustaka :

Dr. Kaelany HD., MA, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahma Press, 2009), hlm.70 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pengertian Ibadah dalam Islam, Ahlussunnah Palembang, diakses dari http://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalamislam1.html, pada tanggal 29 maret 2014 (13.40 WIB)

Anda mungkin juga menyukai