Dosen pengampu:
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tata Rias
Pengantin Betawi” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun bukan semata-mata untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ibu Maria Krisnawati, S.Pd., M.Sn. dan Ibu Ifa Nurhayati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Tata Rias Pengantin Luar Jawa, melainkan untuk merangkum segala hal yang berkaitan
dengan Tata Rias Pengantin Adat atau Suku Betawi.
Terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Maria Krisnawati, S.Pd., M.Sn. dan Ibu Ifa
Nurhayati, S.Pd., M.Pd. tugas yang diberikan mampu menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bidang yang sedang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya kritik
dan saran yang membangun akan kami teima demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pernikahan Adat Suku Betawi ........................................................................... 7
Gambar 1.4 Tuaki dan Rok Kun Pengantin Wanita Betawi ................................................. 11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah negara di Benua Asia tepatnya Asia Tenggara yang dikenal
memiliki kekayaan hasil alam, kebudayaan, serta adat istiadat yang tersebar di berbagai
wilayah mulai dari Sabang hingga Merauke. Perbedaan budaya dan adat istiadat erat
kaitanya dengan kebiasaan kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh suku bangsa yang
dianut masyarakat.
Suku bangsa sendiri diartikan sebagai sebuah kelompok budaya yang terbentuk karena
adanya garis keturunan di suatu wilayah. Menurut buku ensiklopedia yang merujuk pada
pedoman pengolahan SP2010 menyebutkan bahwa jumlah suku di Indonesia telah
mencapai 1.300 lebih suku bangsa. Dari ribuan suku bangsa tersebut, ada banyak suku
bangsa yang dianggap sebagai suku terbesar karena memiliki jumlah populasi terbanyak,
salah satunya Suku Betawi.
Suku Betawi, suku bangsa yang populasinya umumnya tinggal di wilayah Jakarta. Suku
Betawi terbentuk oleh perpaduan dari beberapa suku yang sudah ada sebelumnya,
diantaranya suku Sunda, Melayu, Jawa, Bugis dan Ambom. Kemudian Betawi ini
mendapat pengaruh budaya dari Bangsa Tionghoa dan Bangsa Arab, karenanya suku
Betawi memiliki ciri khas tersendiri dalam macam-macam budayanya.
Tidak terkecuali upacara pernikahan yang juga mendapat pengaruh dari perpaduan suku
tersebut. Namun seiring dengan berubahnya zaman, beberapa unsur dalam upacara
pernikahan Adat Betawi mulai menghilang. Karenanya, pada makalah ini, penulis ingin
mengulas kembali mengenai Pernikahan Adat Betawi.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut:
3. Apa saja yang menjadi ciri khas dalam pernikahan adat Suku Betawi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari ditulisnya makalah ini, yaitu:
3. Mengenal perbedaan ritual pernikahan suku Betawi dengan suku bangsa lainnya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Adat Suku Betawi kental akan budaya Tionghoa dan Arab, namun tetap menampakkan
budaya lokal orang Indonesia. Adanya pengaruh budaya Tionghoa dimulai saat kaum
Tionghoa yang datang ke perlabuhan Jakarta untuk berdagang dan akhirnya menetap.
Selain itu terdapat juga pengaruh kebudayaan Islam sebagai symbol yang digunakan oleh
pengantin. Perlu diketahui bahwa upacara pernikahan adat suku Betawi memiliki kesan
sederhana namun tetap meriah dan penuh warna.
Dalam buku yang berjudul “Upacara Daur Hidup Adat Betawi” seorang peneliti
kebudayaan Betawi Bernama Yahya Andi Saputra telah mengemukakan tahapan-tahapan
yang dilaksanakan dalam prosesi pernikahan adat Betawi, seperti:
1) Ngedelengin. Ngeledengin merupakan tahap awal pertemuan untuk “mencocokan” arah
tujuan kedua calon mempelai dalam membina kehidupan rumah tangga kelak.
Keduanya harus tahu mau seperti apakah rumah tangga yang akan mereka bangun.
Upaya proses mencocokan ini dapat dilakukan oleh seorang perantara, baik perempuan
7
maupun laki-laki. Perantara Ngeledengin perempuan dikenal dengan Mak Comblang,
sedangkan perantara Ngeledengin laki-laki biasa dipanggil Ngintip.
3) Bawa Tande Putus. Bawa Tande Putus atau yang lebih dikenal dengan Tundangan
merupakan acara singkat, musyawarah inti antar dua keluarga mempelai saja.
Tundangan ini berisi pembahsan tentang mahar yang diminta mempelai perempuan,
kapan acara pelaksanaan akad, waktu pelaksanaan resepsi, hidangan yang disukai pihak
perempuan, dan lainnya.
4) Piare Calon Pengantin. Karena sudah melaksanakan Tundangan, maka calon mempelai
wanita akan “dipelihara” oleh tukang rias. Dipelihara yang dimaksud yaitu antara lain
mengontrol kegiatan, menjaga kesehatan, merawat kesehatan kulit calon none mantu
(calon mempelai perempuan). Tujuannya agar mempermudah proses akad dan resepsi.
5) Mandi Kembang. Calon mempelai wanita atau disebut juga calon none mantu akan
dimandikan dengan air kembang sehari sebelum akad dilaksanakan. Tukang Piara atau
yang memandikan calon none mantu akan memandikan sambil membaca shalawat dan
dzikir selama proses mandi kembang. Mandi kembang ini bertujuan agar tubuh calon
none mantu mengeluarkan bau harum dari minyak esential bunga.
6) Malam Pacar. Malam pacar merupakan malam diratukannya seorang calon noni
mantu, karena ia akan dipakaikan pacar/inai pada kuku dan kulit pada kaki dan
tangannya. Yang mana para wanita kedua keluarga akan menemani, memanjakan dan
ikut meramaikan proses malam pacar tersebut. Selain dipasangkan pacar, calon noni
mantu juga akan di kerik bulu halusnya yang terdapat di kening, pelipis, tengkuk dan
leher. Lalu dilanjutkan dengan mandi uap untuk membersihkan pori-pori dari sisa lulur
di tubuh.
8
7) Malem Mangkat/Malem Ngeracik. Sementara pada malam yang sama, di rumah
mempelai calon pengantin laki-laki diadakan pengajian untuk mendoakan calon kedua
pasangan agar selalu menjadi keluarga yang harmonis dan dilimpakan keberkahan. Tak
hanya itu, keluarga besar calon pengantin pria juga mempersiapkan segala kebutuhan
seserahan, seperti membuat dodol, parsel buah, menghias mahar dan lain-lain.
8) Ngerudat. Pada hari yang telah ditentukan, maka rombongan calon mempelai laki-laki
berangkat menuju rumah calon mempelai wanita dengan membawa seserahan yang
sudah disiapkan seperti roti buaye, pisang raja raja, sirih nanas, mahar, kekudang, hasil
bumi dan lainnya.
9) Buka Palang Pintu. Saat rombongan calon mempelai laki-laki tiba di rumah calon
mempelai perempuan, maka dilakukan buka palang pintu, yaitu pertunjukan berbalas
pantun antar dua jawara mempelai, adu jago/pencak silat dan sike. Ini bertujuan sebagai
syarat diterimanya keluarga mempelai calon mempelai laki-laki
10) Akad Nikah. Masuk ke acara inti, akad merupakan ikrar atau ucapan wali atau penghulu
yang menikahkan kepada calon tuan mantu dengan bersalaman atau berjabat tangan
11) Acara Kebesaran. Pengantin wanita berjalan menuju duade (pelaminan) dituntun oleh
dua gadis kecil dan didampingi kedua orang tua. Pada proses ini diiringi lagu sirih
kuning. Lalu pengantin pria (tuan raje mude) memasuki ruangan duade dengan dua
orang pembawa kembang kelape di depannya, sembari diiringi rebana ketimpring. Tuan
raje mude didampingi oleh kedua orang tua, keluarga besa, jago silat dan para pembawa
seserahan.
12) Di Puade. Setelah duduk di puade, maka mempelai pria memberikan sirih dare kepada
tuan putri sebagai tanda cinta kasih, lalu dilanjutkan dengan tuan putri menyembah setie
atau mencium punggung tanagn tuan raje mude sebagai tanda bakti.
13) Malem Tige Ari. Malam tige ari disebut juga sebagai syukuran atau selamatan dan
mendoakan kebahagiaan pengantin baru yang diselenggarakan di rumah tuan raje mude.
9
B. Tata Rias Pakem Pengantin Betawi
Dalam pernikahan adat tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan terutama aspek tata rias
karena sepasang pengantin diibaratkan sebagai raja dan ratu yang akan menjadi pusat
perhatian seluruh tamu undangan. Selain tata riasnya, diperlukan juga aspek pendukung
agar sebuah upacara adat dapat berlangsung secara sskral dan khidmat serta memberikan
kesan positif pada orang-orang yang hadir dalam pernikahan tersebut.
Secara tradisional atau pakem dari riasan wajah pengantin Betawi sangat
memperhatikan pemilihan warna eyeshadow, harus disesuaikan dengan warna busana
pengantin serta memberikan kesan tegas, ini menjadi salah satu keunikan dari pengantin
Betawi. Rias pengantin Betawi tidak memiliki pakem serumit rias adat lainnya, karena
pada dasarnya pengantin ingin menampakkan kesederhanaan namun tetap meriah dalam
prosesi pernikahannya. Tatanan rambut atau sanggul pengantin Betawi juga dapat
dikategorikan sebagai sanggul yang sederhana karna hanya memakai sanggul
cepol/sanggul buatun tanpa sasakan.
Setiap daerah memiliki busana adat pernikahan dengan cri khas masing-masing. Sama
hal nya dengan penganti adat Betawi. Adapun unsur rupa dalam busana pengantin
Betawi diantaranya:
a. Jubah. Berbeda dengan pengantin pria pada umumnya yang menggunakan pakaian
setelan, pengantin pria pada pernikahan adat Betawi menggunakan jubah longgar
berwarna merah yang dihiasi oleh pernak pernik dan benang berwarna emas
membentuk burung hong. Jubah dan hiasan ini merupakan perpaduan antara
kebiasan Bangsa Arab yang identik dengan penggunaan jubah serta kombinasi
warna merah dan emas yang mencirikan busana orang Cina. Detail bentuk baju
Tuaki dan Rok Kun ini mengambil konsep baju Hanfu
10
Gambar 1.3 Jubah Pengantin Pria Betawi
Sumber: jurnal.unipasby.ac.id
b. Baju Tuaki dan Rok Kun. Baju Tuaki dan Rok Kun merupakan busana yang
digunakan oleh seorang pengantin wanita pada pernikahan adat Betawi. Baju Tuaki
berbentuk blus lengan panjang dan rok kun berbentuk lurus memanjang kebawah
yang mengadaptasi konsep baju Hanfu.
Sumber: jurnal.unipasby.ac.id
11
c. Makna Warna. Busana pengantin Betawi lebih didominasi dengan budaya Cina yang
identic dengan warna merah, dimana warna tersebut dianggap sebagai warna yang
sakral, elambang sumber kebahagiaan, dan ekspresi kemegahan. Selain itu, juga
terdapat empat elemen warna yang menggambarkan alam semesta (air, kayu logam,
dan tanah). Adapun warna-warna tersebut yakni merah, biru hijau, dan kuning.
1. Alpie. Alpie merupakan penutup kepala pada pengantin pria Betawi yang terbuat
dari kain sorban yang dibentuk sedemikian rupa, berwarna putih atau warna lain
yang terang, dan berhiaskan ornamen tertentu dari manik atau sulaman. Alpie
memiliki makna kapatuhan dan keimanan yang kuat pada Tuhan.
4. Selempang Kebesaran. Dikenakan atas gamis dan bawah jube, serta diletakkan
di atas kiri melintang atau diagonal ke atas kanan. Kedua ujungnya
dipertemukan pada pinggul kanan.
5. Selop Pengantin. Selop yang digunakan biasanya memiliki warna dan corak
yang sama dengan busana yang digunakan, selop yang digunakan pengantin
laki-laki tidak ber-hak atau tepek. Selop sendiri berfungsi untuk melindungi kaki
pengantin selama prosesi acara berlangsung.
b. Pengantin Wanita:
1. Siangko. Siangko merupakan hiasan kepala dilengkapi cadar emas atau perak
yang digunakan oleh pengantin wanita Betawi. berbentuk setengah lingkaran
12
dengan siangko sendiri memiliki panjang 30 cm dibuat dari manik-manik.
Siangko berfungsi untuk menutupi wajah pengantin wanita yang melambangkan
kesucian karena disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai
wanita.
2. Burung Hong. Burung hong merupakan tusuk konde panjang yang ditancapkan
di sanggul. Burung hong yang digunakan berjumlah 4 buah. Jumlah 4
melambangkan 4 khalifah sahabat Nabi Muhammad SAW.
6. Tusuk lam alief, ditusukan disanggul sebagai lambang huruf lam sebagai
keesaan Allah SWT.
11. Gelang listring. Terdiri adari 2 padang, dan dikenakan di atas lengan tuaki.
13. Roje melati (lar-laran) sepanjang 15 c, yang dipasang di atas sanggul melingkar
ke kiri dan kanan.
13
14. 5 buah sisir melati. Dipasang pada sanggul dan sisi sanggul, menghadap ke arah
bawah mengelilingi bawah sanggul. Setiap sisi melati diisi dengan melati penuh
dan 3 buah kantil.
15. Selop Pengantin. Selop yang digunakan biasanya memiliki warna dan corak
yang sama dengan busana yang digunakan, selop yang digunakan pengantin
wanita berbentuk hak tinggi. Selop sendiri berfungsi untuk melindungi kaki
pengantin selama prosesi acara berlangsung.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan dalam masyarakat Betawi merupakan salah satu daur hidup yang sangat
penting. Dalam pelaksanaannya, rangkaian upacara perkawinan tersebut tak terlepas dari
adat-istiadat yang berlaku dan masih dipegang teguh oleh masyarakat Betawi. Perkawinan
itu sendiri mempunyai beberapa fungsi yang antara lain adalah: fungsi religius, sosial, dan
kepariwisataan. Selain memiliki fungsi, perkawinan juga mempunyai nilai-nilai tertentu
yaitu nilai kegotongroyongan dan musyawarah maka dari itu untuk melestarikan fungsi-
fungsi kebudayaan agar tidak semakin mengalami perubahan dan pengembangan,
dibutuhkan kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa melestarikan melalui cerita sehari-
hari kepada penerus agar tetap mengetahui dan memiliki keinginan pula untuk menjaga
tanpa merubah sesuatu yang ada.
Meskipun menurut teori kebudayaan itu akan berubah dengan seiring zaman, tetapi tidak
semua hal dalam suatu kebudayaan dapat dirubah dengan mudah begitu saja. Karena walau
bagaimanapun kebudayaan merupakan suatu kekayaan dan sudah dibuat oleh nenek
moyang kita terdahulu dengan sebaik mungkin meskipun waktu berkata budaya itu harus
dirubah. Kebudayaan merupakan kekayaan dan Bangsa Indonesia yang kaya akan
kebudayaan.
B. Saran
Kebudayaan Indonesia itu banyak sekali sudah seharusnyalah kita berbangga dan
menghargai kebudayaan kita ini. Dari Sabang sampai Merauke puluhan budaya Indonesia
tidak bisa terkira dan ternilai harganya. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya bisa
membudayakan dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia dan jangan hanya atau bisa
mencontoh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma atau nilai adat ke-timur-timuran.
Umumnya masyarakat Indonesia lebih bangga terhadap budaya asing yang lebih
mengedepankan budaya yang bermewah-mewahan dan lebih gaya tapi melupakan budaya
15
asli. Setelah diklaim oleh bangsa lain barulah kita rebut dan ingin mempertahankannya.
Hal inilah yang membuktikan bahwa masih kurangnya penghargaan dan juga
penghormatan kepada budaya asli Indonesia sehingga setelah hak kekayaan intelektualnya
diakui oleh orang atau bangsa lain kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Sudah saatnya kita bangkit dan melestarikan budaya kita, walaupun Negara kita ini
menggunakan asas demokrasi akan tetapi ada nilai-nilai yang perlu kita hormati dan
junjung tinggi yaitu nilai budaya yang tidak ternilai harganya. Bangsa lain saja bisa
menghargai keberanekaragaman budaya kita bahkan mereka mengakui itu tapi kenapa kita
tidak bisa menghargai dan juga mempertahankanya. Jangan sampai budaya asli kita kalah
atau luntur karena budaya asing yang masuk tapi juga harus bisa mempertahankan dan
menjaga serta mempromosikan budaya kita agar dikenal oleh bangsa lain. Oleh karena itu
nilai kebanggaan perlu kita tanamkan dan juga kita tegakkan agar kita bisa menjadi bangsa
yang berbudaya dan bisa menghargai budayanya.
16
DAFTAR PUSTAKA
_______Novalia, A., & Irtawidjajanti, S. (2020). Pergelaran Upacara Perkawinan Adat Betawi
Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol.
3).
_______Rais, M. (2013). Tata Rias Pengantin Betawi Tradisional Dan Modifikasi. Gramedia
Pustaka Utama.
_______Santoso, T. (2013). Tata rias & busana pengantin seluruh Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama.
_______Santoso, Tien. Tata rias & busana pengantin seluruh Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama, 2013.
_______Woelandhary, A. D. (2019). Unsur rupa dan makna pada busana pengantin Betawi.
Jurnal Budaya Nusantara, 3(1), 1-11.
17
TATA RIAS PENGANTIN
BETAWI
Dosen: Maria Krisnawati, S.Pd., M.Sn. dan Ifa Nurhayati, S.Pd., M.Pd. || Tata Rias Pengantin Jawa
1) Ngeledengin 6) Ngerudat
2) Ngelamar
7) Buka Palang Pintu
3) Bawa Tande Putus atau Tundangan
8) Akad Nikah
4) Piare Calon Pengantin
9) Acara Kebesaran
5) Mandi Kembang
10) Di Puade
6) Malam Pacar
11) Malem Tige Ari
7) Malem Mangkat/Malem Ngeracik
Tata Rias Pakem Pengantin
Jubah dan Selempang. Pengantin pria pada pernikahan adat Betawi menggunakan jubah longgar
serta selempang berwarna merah berbahan beludru yang dihiasi oleh pernak pernik dan benang
berwarna emas membentuk naga atau burung hong.
“Jubah dan hiasan ini merupakan perpaduan antara
kebiasan Bangsa Arab yang identik dengan penggunaan
jubah serta kombinasi warna merah dan emas yang
mencirikan busana orang Cina. Detail bentuk baju Tuaki
dan Rok Kun ini mengambil konsep baju Hanfu.”
Foto Busana Pengantin Pria
Alpie menjadi penutup kepala pada pengantin pria Betawi yang terbuat dari
kain sorban, dibentuk sedemikian rupa, berwarna putih atau warna lain yang
terang, dan berhiaskan ornamen tertentu dari manik atau sulaman. Alpie
Aksesoris
memiliki makna kapatuhan dan keimanan yang kuat pada Tuhan.
Pengantin Pria