Anda di halaman 1dari 53

AKTIVITAS PEMBELAJARAN 3

DESAIN SANGGUL DAERAH

Indonesia memiliki 33 propinsi dengan berbagai suku dan adat istiadat serta ciri
khas masing-masing daerah begitu pula dengan tata rias rambut setiap daerah
memiliki sanggul dengan berbagai macam bentuk dan fungsinya. Pada bab ini
akan dibahas mengenai sanggul daerah yang telah dibakukan secara nasional.
Adapun materi yang dipelajari dalam modul ini adalah menata 9 (sembilan) bentuk
desain sanggul daerah yaitu : sanggul cepol, sanggul ciwidey, sanggul ukel tekuk,
sanggul ukel konde dan sanggul pusung tagel, simpolong tattong, konde pingkan,
sanggul dendeng dan sempol gampang kemang.

Pengetahuan yang diperlukan dalam menentukan desain sanggul daerah


sebagai berikut :

a. Desain penataan sanggul daerah berdasarkan asal sanggul, ukuran


sanggul, letak sanggul dan bentuk sanggul

Desain penataan sanggul yang akan diuraikan terdiri dari 9 bentuk penataan
sanggul daerah yang telah dibakukan antara lain :

1) Latar belakang Asal Usul Sanggul Cepol ( Betawi)

Di daerah betawi penataan rambut khususnya sanggul atau konde biasanya


diberi nama sesuai dengan situasi dan kondisi pada zaman itu. Istilah atau
nama sanggul itu sering dihubungkan dengan suatu peristiwa sejarah.
Pengaruh kebudayaan cina dan pengaruh bangsa-bangsa lain yang datang
dan menetap di betawi, masih terlihat dan dipergunakan sebagai istilah dalam
bahasa dan tata cara hidup orang betawi dahulu.
Jenis sanggul yang dikenal di daerah Betawi adalah Konde Cepol. Istilah
“Cepol” dalam bahasa Betawi berarti “Tinju”. Konde Cepol bentuknya sebesar
tinju, padat dan letaknya agak tinggi. Konde cepol biasanya dipakai oleh para
gadis (none) dan ibu-ibu muda.
Gambar 3. Sanggul Cepol

2) Latar Belakang Asal Usul Sanggul Ciwidey (Jawa Barat)

Nama sanggul Ciwidey mulai dikenal di daerah Jawa Barat pada tahun 1947.
Sanggul itu diperkenalkan oleh Kanjeng Haji Wiranatakusumah. Sebelum
sanggul ciwidey dikenal di daerah jawa barat pada zaman Pangeran
Sumedang telah dikenal nama sanggul Pasundan atau sanggul kasundaan
atau disebut juga kebesaran, yang umumnya dipakai baik oleh kaum ningrat
maupun rakyat biasa.

Jika dilihat dari segi bentuknya, sanggul Ciwidey dipengaruhi oleh bentuk
huruf Arab yaitu alif, ditambah dengan huruf nun atau dikenal dengan istilah
bahasa Sunda alif pakait sareng nun. Dalam hal ini terlihat pengaruh agama
penduduk asli Jawa Barat yaitu pemeluk agama Islam.

Gambar 5. Sanggul Ciwidey


Pemakaian sanggul Ciwidey tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kasundaan
karena sejarah sanggul ini ada kaitananya dengan pemakaian sanggul pada
zaman Pangeran Sumedang. Pada saat itu sudah dikenal bentuk sanggul
Kasundaan yang pada umumnya dipakai oleh kaum ningrat hingga rakyat
biasa.

3) Latar Belakang Asal Usul Sanggul Ukel Tekuk ( Yogyakarta)

Tata cara kehidupan dalam lingkungan Keraton terikat oleh peraturan adat
istiadat, baik itu bertutur sapa, tingkah laku, maupun cara berbusana. Khusus
para putri Keraton, cara berbusana harus dilengkapi dengan penataan
rambut yang disesuaikan statusnya saat itu. Sanggul Ukel Tekuk merupakan
jenis sanggul yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta pada zaman
dahulu hanya dipakai oleh kaum keluarga kerajaan, cara penggunaannya
disesuaikan dengan usia dan keperluannya.

Gambar 11. Sanggul Ukel Tekuk


Pada saat ini sanggul ukel tekuk sudah disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan tidak hanya dipakai oleh kaum keluarga keraton saja namun
sudah di gunakan oleh masyarakat di luar keraton. Dan saat ini sanggul ukel
tekuk sudah di bakukan sebagai salah satu sanggul daerah di Indonesia.

Gambar 6. Sanggul Ukel Tekuk


4) Latar Belakang Asal Asul Sanggul Ukel Konde

Pada zaman Pakubuwono X, hampir semua segi kebudayaan mencapai


titik kesempurnaan, termasuk seni tata rias rambut. Sanggul yang
merupakan bagian dari seni tata rias rambutpun di sempurnakan bentuknya.
Pada zaman dahulu bentuk sanggul ini berbentuk kecil membulat dan
tempatnya agak diatas kepala atau bagian puncak kepala.
Ukel Konde adalah sanggul yang berasal dari daerah Jawa Tengah tepatnya
dari daerah Solo. Sanggul ini biasa digunakan oleh para gadis dan orang
dewasa pada umumnya. Pada mulanya sanggul ini berbentuk kecil membulat
dan menonjol serta diletakkan agak keatas kepala. Sanggul ini pada zaman
dahulu dibentuk oleh rambut asli karena rambut para wanita pada saat itu
masih sangat panjang sehingga selalu dibentuk konde. Mereka selau
membentuk konde pada rambutnya pada saat pergi mandi maupun
berpergian.
Pada zaman Paku Buwono X sanggul ini disempurnakan bentuknya menjadi
lebih besar, berbentuk bulat telur/lonjong dan lebih gepeng/pipih. Letaknya
tidak lagi pada bagian atas kepala tapi lebih kebawah serta dilengkapi
dengan sunggar pada bagian kiri dan kanan di atas telinga.

Gambar 7. Sanggul Ukel Konde


5) Latar Belakang Asal Usul Sanggul Pusung Tagel

Pulau Bali yang biasa disebut ”Pulau Dewata” terdiri dari beberapa
kabupaten, yang pada zaman dahulu di perintah oleh beberapa kerajaan.
Masing-masing kerajaan mempunyai kebiasaan dan adat-istiadat tersendiri,
termasuk jenis busana dan penataan rambut serta perhiasannya yang khas .
Pada masing-masing daerah di Bali, sanggul dapat dipakai untuk menilai
status seorang wanita, apakah ia seorang gadis atau telah bersuami, demikian
pula dengan perhiasannya.
Pada masa lalu wanita Bali memelihara rambutnya sampai panjang untuk
dibentuk sanggul, tetapi pada masa sekarang dengan alasan kepraktisan dan
tidak ketinggalan mode, telah umum bagi wanita Bali untuk memotong
rambutnya, sehingga diperlukan cemara sebagai tambahan dalam
membentuk pusung.
”Pusung”, adalah istilah dalam bahasa Bali yang berarti sanggul. Secara
umum masyarakat Bali mengenal dua macam sanggul, yaitu Pusung Tagel
dan Pusung Gonjeran.
Pusung Gonjeran dipakai anak-anak sampai menginjak usia remaja yang
belum mendapatkan haid atau wanita yang belum bersuami, sedangkan
Pusung Tagel dipakai oleh wanita yang sudah mendapatkan haid pertama
sampai wanita tua atau wanita yang sudah bersuami. Perbedaan Pusung
Gonjeran dan Pusung Tagel terletak pada ujung sanggul, Pusung Gonjeran
ujumg rambut terurai sedangkan Pusung Tagel ujung rambut ditekuk.
Pada masa sekarang dalam masyarakat Bali, pemakaian kedua jenis sanggul
ini telah membaur tanpa mengindahkan status si pemakai, bahkan para gadis
remaja Bali banyak memakai Sanggul Pusung Tagel untuk dikenakan pada
acara-acara tertentu, seperi pesta adat atau upacara keagamaan.
Pada pokok bahasan berikut, yang akan diuraikan adalah sanggul Bali yang
sudah dibakukan secara nasional, yaitu Sanggul Pusung Tagel.
Salah satu ciri Khas Sanggul Pusung Tagel adalah adanya sunggaran pada
telinga kanan dan kiri yang dalam istilah Bali disebut “Peletukan” atau
“Angkung-angkugan”.
Pada zaman dahulu dimana belum dikenal istilah sasak, agar bentuk sunggar
baik, biasanya rambut dikibaskan terlebih dahulu (ngabakang rambut), yaitu
seluruh rambut dibawa kedepan dengan cara membungkukkan badan, lalu
rambut dikibaskan agar mengembang lalu disisir lagi kebelakang sambil
membentuk sunggar, dan untuk menguatkankan bentuk sunggar, biasanya
dipakaikan malam atau lilin.
Sanggul Pusung Tagel terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang disebut
”Batun Pusungan” dan ”PusungTagelan”, letak sanggulnya asimetris pada
sebelah kanan belakang kepala menjuntai kebawah.
Bagian kiri Pusung Tagel dinamai Penyawat, sedangkan yang berbentuk
bulatan/lingkaran disebut Batun Pusungan dan yang terletak di sebelah kanan
Penyawat disebut Tagelan.

Gambar 8. Penataan Sanggul Pusung Tagel

6) Latar Belakang Asal Usul Sanggul Simpolong Tattong


Sanggul Simpolong Tattong adalah sanggul yang berasal dari daerah Sulawesi
Selatan. Simpolong Tattong secara simbolis diartikan sebagai penghargaan
terhadap pengantin bangsawan “Bone” Bugis (Sulawesi Selatan). Secara
harafiah Simpolong yang berarti Sanggul dan Tattong artinya tanduk atau
berdiri, jadi Simpolong Tattong adalah sanggul yang berdiri. Maka bentuk
sanggul ini tegak berdiri diatas kepala. Bila kita perhatikan secara cermat,
tampaknya sanggul ini berbentuk kerbau atau tanduk kerbau dalam posisi
berdiri. Kerbau, bagi sebagian masyarakat Bugis dianggap binatang yang
mempunyai kekuatan gaib, hal ini menunjukkan adanya pengaruh animisme,
meskipun suku Bugis penganut agama islam yang taat.

Didalam buku Kielich yang berjudul Volken Stammen dikatakan wanita bugis
mempunyai kedudukan yang tinggi didalam masyarakatnya. Oleh karena itu,
secara simbolis sanggul yang berbentuk tanduk ini dapat diartikan sebagai
penghargaan kepada pengantin. Bentuk sanggul Simpolong Tattong yang
berdiri tegak, juga menandakan kedudukan tinggi wanita bugis dalam
masyarakatnya. Selain hal tersebut diatas, binatang kerbau dapat
menunjukkan nilai sosial seseorang dalam upacara-upacara adat suku. Setiap
Pengantin Bugis, baik dari keturunan bangsawan maupun masyarakat biasa
berhak memakai sanggul ini. Namun tingkat sosial pengantin masih dapat
dilihat dari warna pakaian dan jenis ataupun jumlah hiasan sanggul.

7) Latar Belakang Asal Usul Konde Pingkan


Sanggul Sulawesi Utara yaitu Manado/Minahasa yang sudah dibakukan
secara nasional adalah “Konde Pingkan. Konde Pingkan dianggap sebagai
sanggul asli daerah Minahasa. Konde artinya Sanggul, sedangkan kata
Pingkan berasal dari nama seorang gadis cantik. Dalam sejarahnya yaitu
pada abad kedelapan belas, di Tanawangko, salah satu tempat di Minahasa,
ada seorang gadis cantik, luhur tingkah laku dan tutur katanya keturunan
Walian Ambowalian (Ambelan) yang bernama Pingkan. Gadis ini memiliki
rambut yang hitam dan sangat panjang hingga mencapai lantai. Pingkan
selalu menyisir dan membentuk rambutnya menjadi dua buah kepang atau
ceko dan pada kesempatan istimewa, ia akan tampil dengan tata rambut
yang lain, yaitu di konde atau di “taldimbu’kun”’ (bahasa tombulu atau di
“wulu’kun”, (bahasa Tontemboan. Pingkan menyanggul rambutnya menjadi
dua buah sanggul yang letaknya dibelakang telinga agak kebawah. Pada
abad ke-19, Konde Pingkan makin disempurnakan, perubahan ini tampak
pada bagian depan atas dan samping kepala, yamg menjadi lebih sempurna
bentuknya, menjadi lebih penuh dan berisi, berbentuk seperti telur dibelah
dua memanjang, bentuk ini disebut “Koip”. Istilah ini berasal dari bahasa
Belanda dengan kata “Kuif”, yang berarti belahan.

8) Latar Belakang Asal Usul Sanggul Dendeng

Ketapang adalah salah satu daerah Kalimantan barat yang masyarakatnya


pada masa lalu memakai bunga Tanjung yang dirangkai untuk kalung ataupun
sanggul sebagai penghias diri, Sanggul yang khas dari daerah ini berbentuk
melintang dan berdiri tegak di atas kepala, bernama sanggul “Dendeng”.
Ketapang, mencatat kerajaan terakhir bernama “Matan”, sebagai penerus
kerajaan Tanjungpura 1924-1943. Peninggalan Sejarah kerajaan Tanjungpura
masih terlihat dalam hal tata rambut dan busana, hal ini jelas, dimana pakaian
yang masa lalu dipakai untuk sehari-hari, kini hanyalah pelengkap saat-saat
istimewa. Sanggul dendeng yang pada masa lalu merupakan sanggul sehari
hari para wanita yang umumnya berambut panjang, dan dikenakan oleh
mereka yang berdarah bangsawan sekarang hanya dikenakan oleh pengantin
pada hari perkawinannya.
Sanggul dendeng dapat juga diartikan Dilipat Tegak dan Melintang. Dendeng
berarti lipat, sehingga sanggul dendeng adalah sanggul yang dibentuk dengan
cara melipat.
Gambar sanggul Dendeng

9) Latar Belakang Asal Usul Sempol Gampang Kemang


Masyarakat Gayo (Aceh Tengah) mengenal beberapa macam sanggul
daerah, yang dipakai berdasarkan usia dan statusnya. Istilah masyarakat di
sini untuk menyebutkan sanggul, adalah ‘sempol’. Masing-masing sempol
mempunyai nama sendiri, antara lain sempol tajuk renggali, sempol
gampang Bulet Sempelah Ilang, Sempol Punyut, Sempol Pedih, Sempol
Gampang Kemang, dan Sempol Pedih
(1) Anak yang masih gadis memakai sempol selsol ,Tajuk Manggalak.
(2) Wanita yang akan menjalankan akad nikah memakai Sempol Gampang
Bulat Bersempol Hilang (Sempolah)
(3) Nikah hari kedua sampai dengan kelima belas hari memakai Sempol
Gampang Komang.
(4) Sempol Punyut/Pedih Sempol, Aceh Gayo, sanggul ini tidak disasak dan
pada umumnya dipakai oleh wanita tua yang sudah dipakai sejak dulu
dan diturunkan secara turun temurun hingga sekarang. Bentuk sanggul
sesuai dengan arti harafiahnya yang berarti melintang sehingga tampak
seperti sayap burung.
Gambar penataan sanggul sempol gampang kemang

b. Desain sanggul daerah dipilih sesuai busananya dan dikonfirmasi pada


pelanggan
Hiasan atau ornamen sanggul daerah memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-
beda sesuai asal daerah masing-masing sanggul.
1) Desain Sanggul Cepol sesuai Busana Daerah Betawi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta setiap tahun biasanya menyelenggarakan
Hari Ulang Tahun Kota Jakarta, pada saat ini konde cepol sering digunakan
pada saat menggunakan baju kebaya daerah betawi. Konde cepol juga
biasanya digunakan dalam ajang pemilihan Abang dan None Jakarta yang
diprakarsai oleh Bidang Kebudayaan dan Pariwisata DKI.
Gambar Baju Abang None Jakarta

Disamping konde cepol ada beberapa nama sanggul lainnya dari daerah
Betawi yaitu :
1. Konde bundar yaitu konde untuk wanita usia lanjut.
2. Konde sawi asin yaitu konde untuk wanita (gadis) pengantin baru.
3. Konde perawan yaitu konde model keong caput dan keong gondang. Perawan
yang memakai konde gondang menandakan bahwa ia telah bertunangan.
4. Konde cioda yaitu konde yang biasanya dipakai oleh para janda muda.
5. Konde ikan bandeng yaitu konde yang biasa dipakai oleh golongan peranakan
Cina dengan mengenakan baju kebaya yang disebut Kebaya Encim.
6. Konde JB yaitu konde pada zaman Ratu Wihelmina menikah.
7. Konde berunding yaitu konde cepol dua digunakan pada saat Perundingan
Renville.

2) Desain Sanggul Ciwidey sesuai busana daerah Jawa Barat


Untuk menyesuaikan penggunaan sanggul daerah maka busana daerah
dikenakan sesuai sanggulnya.
Pakaian Adat di daerah Sunda atau Jawa Barat itu tidak bisa terlepas
dari aspek sejarahnya. Dahulu kala, pakaian di daerah Sunda dibedakan
berdasarkan strata sosial masyarakatnya. Ada 3 kelompok yang menjadi
pembeda. Pertama yaitu pakaian adat yang diperuntukkan untuk kalangan
rakyat biasa atau bisa juga dibilang jelata. Kemudian ada juga yang dipakai
untuk kalangan masayarakat menengah dan terakhir yang paling tinggi
yaitu untuk kaum bangsawan (kelas atas).
Adapun untuk zaman sekarang ini tentu pengelompokan pakaian adat
Sunda berdasar pada strata sosial di masyarakat tersebut sudah tidak
relevan. Karena sekarang kita lebih mengenal jenis dan nama-nama
pakaian adat Sunda berdasar pada fungsi dan tujuan pakainya. Contohnya
yaitu seperti kebaya, celana pangsi, baju salontreng, baju pengantin Sunda,
dan lain-lain. Ada juga pakaian adat Sunda untuk anak-anak, baik laki-laki
maupun perempuan dan contoh lainnya yang beragam.

Pakaian Daerah Sunda

3) Desain Sanggul Ukel Tekuk sesuai busana daerah Yogyakarta


Perbedaannya terletak pada kelengkapan perhiasan dan pakaian yang
dikenakan, antara lain sebagai berikut :

a) Putri remaja yang berusia 11 – 15 tahun

Perhiasan dan pakaian yang dikenakan adalah sebagai berikut :


(1) Hiasan peniti bunga ceplok di pasang ditengah dan hiasan peniti
bunga renteng di pasang pada bagian kanan dan kiri sanggul.
(2) Kain yang digunakan adalah kain garis miring dengan model tanpa
baju (pijung kencong)
(3) Sanggul dipakai waktu menghadap raja pada hari ulang tahun raja

b) Putri dewasa

Perhiasan dan pakaian yang dikenakan adalah sebagai berikut :


(2) Hiasan peniti bunga ceplok di pasang ditengah dan hiasan peniti
bunga renteng di pasang pada bagian kanan dan kiri sanggul.
(3) Memakai kain dengan semekan dan kebaya pendek tanpa bef.
Pakaian ini di gunakan sebagai pakaian sehari-hari di dalam keraton.
(4) Bagi putri yang sudah menikah memakai kain seredan.
(5) Hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan pada sanggul.
(6) Memakai kain batik wiron dan kebaya beludru/sutra panjang dengan
pelisir pita emas dn peniti susun tiga.

c) Putri yang sudah menikah

Perhiasan dan pakaian yang dikenakan adalah sebagai berikut :

(1) Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok
jebehan

(2) Memakai kain batik wiron

(3) Memakai kebaya beludru/sutra panjang dengan pelisir pita emas dan
memakai peniti susun tiga.

(4) Sanggul ini dipakai pengiring raja ketika menghadiri resepsi di luar
keratin.

d) Inang Pengasuh

Perhiasan dan pakaian yang dikenakan adalah sebagai berikut :


(1) Sanggul Ukel tekuk tanpa hiasan.
(2) Kain batik tanpa wiron dan memakai semekan tanpa baju.
(3) Memakai sampir barong dan wedung atau paturon barong.

Gambar : Pakaian daerah Yogyakarta

4) Desain Sanggul Ukel Konde sesuai busana daerah Jawa Tengah

Pakaian adat yang dikenakan wanita menggunakan kain kebaya dan


kain wiron dan selendang. Kebaya ini pada umunya dibuat dari bahan katun,
beludru, sutera brokat, dan nilon yang berwarna cerah. Kemben ini
digunakan untuk penutup dada sampai bagian pinggul. Stagen yang
digunakan untuk sebagai penahan kain panjang. Agar dalam tampilan lebih
menarik mereka menambahkan aksesoris yang berupa cincin, subang,
kalung, gelang, dan kipas.
Gambar : Pakaian Adat Jawa Tengah

5) Desain Sanggul Pusung Tagel sesuai busana daerah Bali

Hampir sama dengan pakaian adat jawa pada umumnya, untuk pakaian adat
di daerah bali ternyata juga menggunakan kebaya. Kebaya sering dipakai
oleh kaum wanita bali pada saat upacara keagamaan. Pada umumnya ada 2
jenis bentuk tata rambut perempuan maupun sanggul yang paling sering
dipakai, diantaranya adalah pusung tagel, pusung kekupu dan pusung
gonjer.
Pusung kekupu atau biasanya sering dikenal dengan nama pusung podgala
ini umumnya dipakai bagi kaum wanita yang menyandang status janda.
Sedangkan untuk pusung gonjer dipakai untuk wanita yang masih lajang atau
belum menikah. Kemudian untuk pusung tagel lebih sering dipakai oleh
golongan wanita yang sudah menikah.
Gambar Busana Adat Bali
Pakaian kebaya biasa sering dikenakan pada saat acara tertentu,
terutama pada acara tradisional. Di daerah bali, kebaya yang sering
dikenakan untuk pakaian adat bali yaitu yang terdapat motif simpel dan
dengan warna yang cerah.
Dengan adanya pengelompokan jenis kebaya seperti itu dapat
menampilkan sisi kecantikan dan keanggunan para wanita di bali. Selain itu
kebaya di bali juga sering dikenakan pada beberapa acara penting misalnya
untuk beribadah. Namun kebaya yang dikenakan tersebut haruslah bersih,
sopan dan juga rapi. Pada bagian bawahan, pakaian adat bali untuk kaum
wanita pun juga memakai kamen. Pada umumnya masyarakat bali
terutama kaum wanita juga sering menggunakan selendang atau senteng
yang disampirkan pada bahu. Dengan pemakaian selendang ini memiliki
arti yang sangat bagus yaitu bahwa wanita bali patut mengingat ajaran
dharma dan juga bersedia membimbing putra putrinya agar kelak menjadi
taat kepada orang tua.

6) Desain Sanggul Simpolong Tattong sesuai busana daerah Sulawesi


Selatan
Pakaian Adat Sulawesi Selatan disetiap suku yang tinggal di Sulawesi
Selatan sebetulnya memiliki kekhasan dan karakteristik baju adat yang
beraneka ragam. Akan tetapi, di antara aneka ragamnya jenis pakaian adat
tersebut, baju bodo menjadi pakaian adat resmi yang digunakan sebagai ciri
khas provinsi Sulawesi Selatan terutama bagi para wanitanya.

Gambar Baju Bodo Sulawesi Selatan

7) Desain Sanggul Konde Pingkan sesuai busana daerah Sulawesi


Utara

Bentuk konde Pingkan tidak ketat, melainkan longgar serta letaknya tidak
melekat pada kepala. Sanggul ini unik namun manis menarik, yaitu dibentuk
dari rambut yang terlebih dahulu di cako atau dikepang. rambut depan yang
berada di atas dibentuk sedikit seperti belahan telur yang di sebut koip. Ujung
kepang akan ditutup dengan hiasan bunga hidup atau bunga segar yang
warnanya disesuaikan dengan warna baju pemakainya. Hiasan bunga segar
yang biasa digunakan adalah bunga mawar merah sedangkan bagi pengantin
biasanya menggunakan mawar putih. Bagi wanita yang telah menikah bunga
mawar diletakkan di sebelah kanan konde, sedangkan bagi para gadis atau
wanita lajang, bunga diletakkan pada konde sebelah kiri. Pelengkap
busananya biasa digunakan hiasan berupa mutiara putih, dikenakan pada
telinga dan leher.

Model busana pengantin wanita manado dinamakan baju ikan duyung. Selain
sarong yang bermotifkan ikan duyung, terdapat juga sarong motif sarang
burung, disebut model salimburung, sarong motif kaki seribu, disebut model
kaki seribu dan sarong motif bunga yang disebut laborci-laborci. Aksesori yang
dipakai dalam busana pengantin wanita adalah sanggul atau bentuk konde,
mahkota (kronci), kalung leher (kelana), kalung mutiara (simban), anting dan
gelang.
8) Desain Sanggul Dendeng sesuai busana daerah Kalimantan Barat
Keadaan rambut yang panjang dan lebat dapat
menjelaskan sanggul ini melintang agak panjang,
melewati batas tepi kiri dan kanan atas kepala. Dari
bentuk dan letaknya sanggul ini banyak dipengaruhi
oleh gelung malang dari Palembang. Untuk
pengharum sanggul digunakan daun pandan wangi
yang dibelah-belah memanjang dililitkan bersama-
sama rambut pada saat pembentukan sanggul.

9) Desain Sanggul Sempol Gampang Kemang


sesuai daerah Aceh
Pakaian adat Aceh baik untuk pria maupun wanitanya merupakan akulturasi
budaya melayu dan budaya Islam. Pakaian adat Aceh untuk perempuan
adalah pakaian Daro Baro umumnya memiliki warna yang cerah. Beberapa
warna yang biasa digunakan adalah warna merah, kuning, hijau, atau ungu.
Adapun untuk desainnya sendiri, pakaian ini terbilang sangat Islami dan
tertutup. Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang.
1. Melakukan penataan sanggul berdasarkan prosedur dan teknik
yang tepat
1) Membentuk dan menata Sanggul Cepol (Betawi)
Gambar 16. Cara mengikat rambut

Langkah 1: Ikat rambut kearah atas secara keseluruhan

Gambar 17. Cara membentuk sanggul cepol

Langkah 2 : Sanggul dapat dibentuk dengan menggunakan cemara


dengan cara memilin rambut dari arah kiri ke kanan lemudian bentuk
membulat. Bentuk sanggul cepol tepat diatas puncak kepala
kemudian jepit menggunakan jepit hitam agar antara sanggul dan
rambut menyatu.
Gambar 18. Sanggul cepol yang sudah terbentuk

Langkah 3 : Tutup dan rapikan sanggul dengan menggunakan


hairnet beri hairspray dan sisir kembali untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.

Gambar sanggul Cepol


Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s480x480/e35/16123533_1920731171481796_7587341778886328320_n.jpg?ig_cache_key=MTQ
yOTcwNzM3MjYzMjI5ODM1Nw%3D%3D.2
2) Membentuk dan menata Sanggul Ciwidey (Jawa Barat)
Sanggul ciwidey ini berbentuk bulat dan letaknya lebih tinggi dari
tengkuk dan tidak menyentuh leher. Pada bagian kedua sisi
menggunakan “jabing” (sunggar dalam bahasa jawa)
Cara membentuk sanggul ciwidey adalah sebagai berikut :
Langkah 1: bagi rambut menjadi 2 bagian yaitu bagian depan dan
belakang. Kemudian ikat rambut bagian belakang dan lakukan
penyasakan untuk rambut bagian depan.
Gambar 19. Cara membagi rambut

Langkah 2: Bentuk sunggar atau jabing pada bagian sisi kiri dan
kanan dan rapikan jabing untuk sisi kanan dan kiri.
Gambar 20. Rambut yang telah disasak
Langkah 3: Setelah sunggar bagian kanan dan kiri rapi kemudian sisa
rambut pada bagian belakang dijepit dengan menggunakan jepit
hitam. Kemudian pasang cemara pada bagian ikatan rambut.
Gambar 21. Menempelkan cemara

Langkah 4: Bentuk sanggul ciwidey mulai dari sisi kiri ke arah kanan
menyerupai bentuk huruf arab (alif) kuatkan bentuk sanggul
menggunakan harnal besar pada bagian atas sanggul, sisi kanan dan kiri
serta bagian bawah sanggul.

Gambar 22. Membentuk sanggul ciwidey


Langkah 5 : Setelah sanggul terpasang rapi dan simetris, tutup
dengan menggunakan hainet kemudian jepit sisi-sisi sanggul untuk
menyatukan antara sanggul dan rambut asli.
Gambar 23. Sanggul ciwidey yang sudah terbentuk
3) Membentuk dan menata Sanggul Ukel Tekuk (Yogyakarta)
Cara membentuk sanggul ukel tekuk adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Bagi rambut menjadi 2 bagian yaitu bagian depan dan
belakang. Kemudian ikat rambut bagian belakang dan lakukan
penyasakan untuk rambut bagian depan. Rapikan bagian sunggar
untuk sisi kanan dan kiri.
Gambar 24. Cara membagi rambut sebelum membentuk sanggul

Langkah 2 : Sisakan sedikit rambut pada bagian depan untuk dibuat


lunsen.
Gambar 25. Cara membuat lunsen
Langkah 3 : Setelah sunggar bagian kanan dan kiri rapi kemudian
sisa rambut pada bagian belakang dijepit dengan menggunakan
jepit hitam. Kemudian bentuk sanggul dengan menggunakan
cemara menurut arahnya membentuk huruf O ke arah kiri
kemudian ke arah kanan dan membentuk angka delapan.
Gambar 26. Cara membentuk sanggul ukel tekuk

Langkah 4 : Rambut yang sudah disisakan atau lunsen diturunkan


sehingga membelah sanggul menjadi dua. Setelah sanggul
terpasang rapi dan simetris, tutup dengan menggunakan hairnet
kemudian jepit sisi-sisi sanggul untuk menyatukan antara
sanggul dan rambut asli.
Gambar 27. sanggul ukel tekuk yang telah terbentuk

4) Membentuk dan menata Sanggul Ukel Konde (Jawa Tengah)


Cara membentuk sanggul ukel konde :
Langkah 1 : Ikat rambut kearah atas secara keseluruhan.

Gambar 28. Membuat ikat rambut sebelum membentuk sanggul

Langkah 2 : Bagi rambut menjadi 2 bagian yaitu bagian depan dan


belakang. Kemudian ikat rambut bagian belakang dan lakukan
penyasakan untuk rambut bagian depan. Rapikan sunggar pada bagian
sisi kiri dan kanan.
Gambar 29. Sunggar yang telah dibentuk
Langkah 3 : Setelah sunggar bagian kanan dan kiri rapi kemudian sisa
rambut pada bagian belakang dijepit dengan menggunakan jepit hitam.
Kemudian pasang cemara dengan cara mengikatkan pada rambut
dibagian belakang.

Langkah 4 : Setelah cemara terpasang bentuk cemara, membentuk


lingkaran pada cemara hingga membentuk ukel konde.

Gambar 30. Membentuk sanggul ukel tekuk

Langkah 5 : Setelah sanggul terpasang rapi dan simetris, tutup dengan


menggunakan hairnet kemudian jepit sisi-sisi sanggul untuk menyatukan
antara sanggul dan rambut asli.
Gambar 31. Sanggul ukel tekuk yang telah dibentuk
Langkah 6 : pasangkan asesoris berupa tusuk konde pada bagian sisi kanan dan
kiri serta tengah atas sanggul.

Gambar 32. Sanggul ukel tekuk yang sudah diberi hiasan sanggul
5) Membentuk dan menata Sanggul Pusung Tagel (Bali)
Cara membentuk sanggul pusung tagel adalah sebagai berikut :
(1) Sama halnya dengan penataan sanggul ciwidey, ukel tekuk
dan ukel konde rambut dilakukan penyasakan dan
pembentukan sunggaran (ngkung-ngkungan) terlebih dahulu.
Gambar 33. Rambut yang sudah dibentuk sunggar

(2) Rambut pada bagian belakang, kira-kira setinggi kuping pada


bagian tengah-tengah belakang kepala.
Gambar 34. Rambut yang sudah rapi siap dipasang sanggul
(3) Sanggul ini terdiri dari dua bagian yang kemudian disatukan.
Kedua bagian itu diberi nama batun pusungan dan genjeran.
Batan pusungan adalah bagian sanggul yang berbentuk
lingkaran.
Gambar 35. Membentuk sanggul pusung tagel

(4) Bentuk sanggul pusung tagel dengan menggunakan cemara


pada bagian pangkal atas, lalu putar ke bawah, ke belakang
dan ke kiri sehingga membentuk lingkaran (bagian ini disebut
bantun pusungan) kemudian, belokkan ke kanan dan biarkan
sisa rambut terurai ke sebelah kanan.
Gambar 36. Cara Membentuk bantun pusungan

(5) Setelah cemara terbentuk turunkan penyawat (lunsen) pada


batas batun pusungan dan gonjeran. Agar penyawat kuat
dapat diletakkan dibawah sanggul dan dijepit. Pemasangan
perlu diperhatikan agar bantun pusungan dan gonjeran
seimbang. Kemudian agar terlihat rapi sanggul dapat di tutup
dengan menggunakan hairnet kemudian jepit sisi-sisi sanggul
untuk menyatukan antara sanggul dan rambut asli.
Gambar 37. Cara Membentuk bantun pusungan dan gonjeran
(6) Pasangkan asesoris sanggul berupa kompyong dan hiasan
semanggi.
Gambar 38. Sanggul pusung tagel yang telah diberi hiasan

6) Membentuk dan Menata sanggul Simpolong Tattong


Untuk membentuk/menjelaskan sanggul Simpolong Tattong diperlukan
cemara tanpa tulang dengan panjang kurang lebih 70 cm, rambut tidak
disasak, tinggi sanggul kira-kira 20 cm, letak sanggul dibagian belakang
kepala, dimulai 4-5 jari dari hair line tengkuk, bentuk sanggul berdiri tegak
seperti tanduk, batas ikat ujung tanduk kira-kira 3 cm, memakai belahan
tengah dimuka, memakai pasio (lungsen pada sanggul jawa), kalau ada sisa
unjung cemara, dibuat “ bulek “ (anak Tettong).
1) Pasio (lungsen), di ukur kurang lebih tiga jari dari batas rambut/hair line,
dua jari persegi diambil dari rambut yang digaris tengah.

2) Rambut pada bagian depan dibentuk sedemikian rupa sehingga tampak


gembung berisi dan kencang. Kemudian seluruh rambut disatukan dan
dikat dibelakang tengah kepala kurang lebih 4-5 jari dari batas
pertumbuhan rambut (Hair line) bagian tengkuk.
3) Cemara di satukan dengan rambut asli dan dipelintir kemudian
4) Dilipat kearah ikatan rambut, tentukan tinggi sanggul kurang lebih
sejengkal tangan. Ujung lipatan tersebut harus dapat dilihat dari depan.
5) Pembentukan sanggul yang berdiri mencuat ke atas dengan
menggunakan kepalan tangan dan telunjuk berdiri ke atas kepala,
(sebagai pola sanggul), kemudian di bentuk sedemikian rupa sehingga
sanggul tegak berdiri
6) Selanjutnya tangan sebelah lainnya melilitkan rambut melingkari kepalan
tangan adi dari bawah keatas. Dengan sendirinya bentuk sanggul akan
besar pada bagian bawah dan semakin mengecil ke atas, seperti bentuk
tanduk. Indikator keberhasilan selesai tanggan dikeluarkan secara
perlahan-lahan
7) Sisa ujung rambut/cemara di buat anak tattong disebelah kanan atau kiri
bawah sanggul, ini disebut “Masuleka”, (bersila), yang maknanya adalah
pengantin wanita dalam statusnya sebagai ibu dan istri dapat bertindak
tegas dan luwes (dalam sanggul, berdiri dan bersila )
8) Setelah sanggul terbentuk dengan baik kemudian tali pengikat atau pasio
di tarik kebelakang, diikat pada ujung/puncak sanggul berjarak kurang
lebih 3 cm, agar sanggul berdiri dengan baik, tegak dan lebih kuat
9) Simpolong Tattong ini harus tampak dari depan, jadi sanggul ini berdiri
tegak melewati batas puncak kepala.

Sanggul terbentuk, menggambar “dadasa” pada dahi sang pengantin,


“paes”, pada penggantin jawa. Dadasa terbuat dari tahi bani (kotoran
tawon), dadasa berwarna hitam (pada pengantis Bugis) berbentuk lancip,
untuk pengantin Makassar yang bentuknya bulat. Sebelum menggambar
dadasa, sebelumnya rambut-rambut halus dahi dan cambang dicukur bersih.

7) Membentuk dan Menata Konde Pingkan


Membentuk konde Pingkan diperlukan rambut asli yang panjang setengah
punggung atau lebih, atau dapat digunakan rambut tambahan berbentuk
jalinan (kepang) sebagai penyambung rambut asli, rambut bagian depan
disasak sedikit, letak sanggul dibawah telinga dan simetris, mempunyai
belahan rambut (Koip)
1) Bagian depan dan atas/pangkal rambut itu disasak sedikit sepanjang
kurang lebih 5 cm, kembalikan ke arah belakang dan dirapikan sambil
dibentuk “Koip”

2) Rambut bagian belakang kepala di bagi dua secara vertikal, kemudian


masing-masing dikiri dan kanan di buat kepang (Cako) agak longgar,
terus sampai kebawah tengkuk.
3) Indikator keberhasilan selesai, kepang mulai diputar ke arah luar. Cara
memutar kepang ini adalah dengan menekan bagian yang longgar.

Gambar 1
4) Rambut yang telah dikepang dibuat/dibentuk menjadi sanggul dengan
cara melingkarkannya dibelakang telinga agak kebawah.
5) Ujung dari kepang diusahakan terletak disamping, dibelakang telinga.
Pada ujung kepang ini akan ditutup dengan hiasan bunga mawar.
6) Konde Pingkan tampak dari belakang dan depan.

8) Sanggul Dendeng
Untuk membentuk sanggul dendeng diperlukan rambut panjang. Bagi
wanita yang berambut pendek sanggul dendeng dapat dibentuk dengan
mempergunakan cemara yang panjangnya kurang lebih 80 cm.
Cara membentuk sanggul dendeng adalah sebagai berikut :
a) Rambut asli disisir rapi kebelakang kemudian diikat menjadi satu
diatas puncak kepala.

b) Kemudian rambut yang telah diikat disatukan dengan rambut yang asli
kemudian dibuat tekukan yang agak lonjong ke atas kiri kemudia
ditekuk lagi ke arah kanan hingga berbentuk pita.
c) Sisa ujung cemara dilipat ke arah tengah dengan cara
memasukkannya ke kiri dan ke kanan kemudian diikat dengan kuat

Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s480x480/e35/16230797_257640664664569_5141745988469260288_n.jpg?ig_cache_key=MTQ0MTc2NzIzMTQ2OTA4ODEzN
Q%3D%3D.2&se=7

9) Sempol Gampang Kemang


Orang aceh dikenal sangat ketat menjalankan ibadah agama islam.
Sehingga dalam beberapa tata cara adat, banyak yang berkaitan dan
berdasarkan pada agama. Dalam hal sanggul tampak juga adanya
pengaruh ini, dimana bentuk sanggul yang lebih besar disebelah kanan,
yang menandakan bahwa segala sesuatu dikerjakan terlebih dahulu bagian
sebelah kanan.
Cara membentuk sanggul :
a) Rambut diikat pada bagian puncak kepala dan sisakan rambut pada
bagian depan untuk tali sempol. Untuk rambut yang pendek dapat
diberikan tambahan atau sambungan tali sempol sampai ke atas ubun-
ubun.
b) Bagi rambut yang panjang sempol gampang kemang dapat dibentuk
langsung dan rambut yang pendek dapat ditambahkan cemara.
c) Kemudian bentuk sanggul pada pangkal cemara dengan tangan kanan
dan tangan kiri memegang ujung cemara. Belitkan ujung cemara
kemudian lepaskan dan bentuk sanggul sebelah kiri.

d) Ujung sisa rambut ditekan ke dalam kemudian bentuklah sanggul


sebelah kanan. Setelah selesai dijepit atau diharnal sampai kuat
kemudian beri harnet.
e) Setelah rapi tariklah tali sempol dari ubun-ubun ke tengah sanggul dan
sisa tali sempol dibelitkan ke tengah sanggul.

f) Tali sempol digunakan untuk membelah sanggul, menguatkan


danmemperindah sanggul.

Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s480x480/e15/10932172_523561587785939_1438942296_n.jpg?ig_cache_key=OTAzNzI1NjgxMTc5
MzU4NDg3.2

g) Sanggul yang disebelah kanan harus terlihat lebih besar dari sanggul
sebelah kiri.

Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/vp/3ca5b586522195b7eb010afe663a6fe9/5B1CB534/t51.2885-
15/s480x480/e35/20766428_601202110050268_8170186673657741312_n.jpg?ig_cache_key=MTQxNTk2NDU5OTk5MTMyMDYxNQ
%3D%3D.2

2. Bentuk dan hiasan sanggul daerah sesuai karakteristik sanggul daerah


yang dipilih.

1) Hiasan dan ornamen Sanggul Cepol (Betawi)

Setelah sanggul terbentuk maka dapat memasangkan hiasan sanggul.


Hiasan rambut/Ornamen yang digunakan pada sanggul cepol sangat
sederhana, terdiri dari rangkaian bunga melati yang di namakan “Roja
Melati” yang di pasang pada sebelah kanan atas sanggul. Cara membuat
Roja Melatipun sangat sederhana, yaitu daun pisang dibentuk bulat sesuai
besar kecilnya konde, atau kurang lebih diameter 10 cm, kemudian dilipat
dua, selipkan dua baris kuntum melati diantara lipatan, lalu dijahit.

Gambar 39. Sanggul cepol yang telah diberi hiasan sanggul

2) Hiasan dan ornamen Sanggul Ciwidey (Jawa Barat)

Setelah sanggul terpasang dengan tepat kemudian pasangkan hiasan


sanggul yaitu cucuk gelung pada bagian kanan dan kiri sanggul secara
simetris. Sanggul Ciwidey menggunakan ornamen sepasang “cucuk gelung”
atau tusuk konde yang terbuat dari emas, perak, tanduk binatang, imitasi,
atau lainnya yang dipakai di kanan dan kiri sanggul. Pemakaian ornamen
pada sanggul ini di sesuaikan dengan golongan masyarakat pemakainya.
Jenis ornamen dapat menggambarkan dari tingkat masyarakat mana si
pemakai sanggul berasal. Biasanya perhiasan emas menunjukkan dari
tingkat bangsawan, sedangkan perhiasan perak, tanduk binatang dan
imitasi menunjukkan dari tingkatan masyarakat itu berasal.

Gambar 39. Sanggul ciwidey yang telah diberi hiasan sanggul


3) Hiasan dan Ornamen Sanggul Ukel Tekuk (Yogyakarta)

Setelah sanggul ukel tekuk terbentuk kemudian pasangkan jebehan yaitu


hiasan sanggul berupa bunga yang menjuntai ke bawah biasa di sebut
”pacakan baris”. Hiasan ini diletakan pada bagian samping sanggul.
Kemudian Pethat yaitu hiasan sanggul yang berbentuk gunungan. Hiasan
cunduk ini diletakkan di bagian atas tengah sanggul menutupi lungsen dan
Bunga ceplok atau di sebut juga Melokan atau menuran yaitu hiasan
sanggul berbentuk bunga yang diletakkan pada bagian tengah sanggul.

Gambar 40. Sanggul ukel tekuk yang telah diberi hiasan


Ornamen yang digunakan pada sanggul ukel tekuk secara umum adalah sebagai
berikut :

a) Jebehan yaitu hiasan sanggul berupa bunga yang menjuntai ke bawah biasa
di sebut ”pacakan baris”. Hiasan ini diletakan pada bagian samping sanggul.

b) Pethat yaitu hiasan sanggul yang berbentuk gunungan. Hiasan cunduk ini
diletakkan di bagian atas tengah sanggul menutupi lungsen.

c) Bunga ceplok atau di sebut juga Melokan atau menuran yaitu hiasan sanggul
berbentuk bunga yang diletakkan pada bagian tengah sanggul.

4) Hiasan dan Ornamen Sanggul Ukel Konde (Jawa Tengah)


Setelah sanggul ukel konde terbentuk kemudian kita memasangkan dua
hiasan tusuk konde yang terbuat dari kulit penyu diletakkan pada bagian
kiri dan kanan sanggul.

Gambar 42. Penataan sanggul ukel Konde tampak depan

Gambar 43. Sanggul ukel konde yang telah diberi hiasan sanggul

Sanggul Ukel Konde menggunakan ornamen yang terdiri dari :

a) Dua hiasan tusuk konde yang terbuat dari kulit penyu diletakkan
pada bagian kiri dan kanan sanggul.
Gambar Tusuk konde dan penetep kulit penyu

b) Pada bagian tengah sanggul diletakkan hiasan penetep (tusuk konde


kecil). Bagi orang dewasa kalangan bangsawan dan telah menikah
memakai hiasan cunduk bunga hidup yang terdiri dari bunga melati
pada bagian atas sanggul sebelah kanan.

5) Hiasan dan Ornamen Sanggul Pusung Tagel (Bali)

Wanita Bali tidak pernah lepas dari bunga sebagai hiasan. Untuk hiasan
sanggul sehari-hari, mereka cukup memetik bunga yang ada dipekarangan
yang diselipkan diantara rambutnya. Namun untuk kesempatan khusus atau
upacara adat, mereka memakai hiasan-hiasan rambut yang terbuat dari
emas/kuningan yang disebut Kompyong (hiasan yang berupa bunga-bunga
emas seperti bentuk bunga kenanga, cempaka/kantil, dahlia, anggrek bulan
dan daun-daunan), yang dipasang pada sebelah kanan pusung tagelan.
Semacam sisir/crown kecil yang terbuat dari emas/kuningan, dipasang di
atas tengah sanggul, yang selain berguna untuk menguatkan letak sanggul,
juga berguna untuk memasangkan satu kuntum sandat atau bunga hidup
lainnya (kenanga/cempaka). Hiasan Semanggi, dipasang disebelah kiri atau
disamping Batun Pusungan.

Setelah sanggul pusung tagel di bentuk kemudian pasangkan hiasan-hiasan


rambut yang terbuat dari emas/kuningan yang disebut Kompyong ( hiasan
yang berupa bunga-bunga emas seperti bentuk bunga kenanga,
cempaka/kantil, dahlia, anggrek bulan dan daun-daunan), yang dipasang
pada sebelah kanan pusung tagelan.
Semacam sisir/crown kecil yang terbuat dari emas/kuningan, dipasang di
atas tengah sanggul, yang selain berguna untuk menguatkan letak sanggul,
juga berguna untuk memasangkan satu kuntum sandat atau bunga hidup
lainnya (kenanga/cempaka).
Hiasan Semanggi, dipasang disebelah kiri atau disamping Batun Pusungan.
Gambar 44. Hiasan Sanggul Pusung Tagel
Bunga sandat segar,Bunga Mawar,Bungan sandat emas & Bunga puspo lembo

Gambar 45 . sanggul Pusung Tagel dengan hiasan sanggul

Gambar 13. Penataan Sanggul Pusung Tagel


6) Hiasan dan Ornamen Sanggul Simpolong Tattong

Hiasan sanggul simpolong tattong, antara lain:


1) Pa’ tepuk Ja’ka yaitu semacam bando berhiaskan kembang-kembang
goyang, yang juga berfungsi sebagai penekan agar rambut bagian muka
tetap rapi. Patepuk Ja’ka berasal dari kata patepuk yang berarti menekan
dan ma‘jaka yang berarti menyisir. Patepuk Ja’ka diletakkan diatas ubun-
ubun.
2) Di depan Patinra itu disuntingkan satu persatu kutu-kutu/ (bunga
melati/kapas dibentuk kuncup melati), 2 baris kuntum melati bagian
depan 5, bagian belakang 7, menurut kepercayaan apabila melati itu
mekar diatas kepala, pertanda baik bagi pengantin.
3) Bunga Sibali atau Pattodo Sibali, Arti sibali adalah pasangan, yaitu sejenis
perhiasan bunga yang terbuat dari emas/ Imitasi yang diletakkan pada
kiri dan kanan sanggul,
4) Bunga yang terdiri dari lima warna (merah, kuning, ungu, merah muda,
dan putih) melambangkan lima rukun islam, dirangkai dan diletakkan
sebagai penghias sebelah kiri, kanan, bawah sanggul.
5) “Pinang Goyang”, (kembang goyang) berjumlah sebanyak menurut
derajat kebangsawanan seseorang, biasanya berjumlah ganjil, yaitu 5,
7 atau 9, paling banyak 9 buah bagi bangsawan menengah, untuk wanita
dari kalangan biasa tidak boleh lebih dari 5 buah, ditusukkan di bagian
belakang sanggul (Tattong) menghadap belakang.

7) Hiasan dan Ornamen Sanggul Konde Pingkan

Ornamen atau hiasan yang digunakan untuk Konde Pinkan terdiri dari :
1) Hiasan konde pingkan yang digunakan adalah bunga hidup yang
disesuaikan dengan baju pemakainya. Seperti Bunga mawar segar,
berwarna merah atau bunga lainnya.
2) Hiasan bunga diselipkan dibelakang telinga kiri, menandakan si pemakai
sanggul masih gadis.
3) Hiasan bunga diselipkan dibelakang telinga kanan, menandakan si
pemakai sanggul telah menikah
Sumber gambar :

https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/vp/8bfbae10eae4c54f8180639595b3d410/5B20D6AC/t51.2885-
15/s480x480/e35/16123835_258167357946059_8267386422130900992_n.jpg?ig_cache_key=MTQzMjY2N
Tk3NDM0Mjk2NTA0OA%3D%3D.2

8) Hiasan dan Ornamen Sanggul Dendeng

Jenis Ornamen/Hiasan Sanggul Dendeng terdiri dari :


1) Kembang goyang Kalimantan, (dalam bentuk bunga tanjung/teratai
bertingkat atau bersusun 3,5,7 buah) dalam jumlah ganjil: tiga, lima atau
tujuh yang disematkan atau ditusukan di atas sanggul
2) Selain itu dikenakan pula hiasan yang disebut JAMANG, pada bagian
depan diatas kepala dan LEBABIS, perhiasan yang menggantung pada
jamang tadi. Pada masa lalu sering digunakan bunga tanjung yang
dirangkai dan dililitkan mengikuti tepi garis sanggul. Sekarang ini biasa
pula dihias dengan bunga melati yang dirangkai sebanyak 7 rangkaian
dan diletakkan dibawah sanggul di belakang kepala.
3) Rangkaian melati kuncup yang diuntai atau dijahitkan pada lipatan daun
pandan yang dibentuk bulat lonjong krang lebih 4-5 cm,dibuat sebanyak
empat buahdan diselipkan/sisipkan pada tengah/lubang sanggul dikiri
dan kanan (masing-masing 2 buah menghadap kedepan dan 2 buah
menghadap ke belakang)
4) Bunga Kembang goyang dan melati harus tampak dari arah depan
maupun belakang si pemakai.
5) Untaian melati ( usus – ususan ) sepanjang kira-kira 1 jengkal / sebatas
bahu atau kurang lebih 25 cm, sebanyak tujuh buah diselipkan dibawah
sanggul menjuntai sebatas bahu.
6) Untuk pengantin masih ditambah dengan Jamang diatas kepala (hiasan
seperti mahkota), serta Lebabis yang menggantung pada jamang.

Sumber gambar : Buku sanggul-sanggul Daerah Indonesia

9) Hiasan dan Ornamen Sanggul Sempol Gampang Kemang

Ornamen/ hiasan Sanggul Sempol Gampang Kemang ada beberapa


macam, yang masing-masing mengandung lambang bagi kehidupan
sang pengantin.
Cemara lelayang pada pangkal sanggul,terbuat dari emas, perak
ataupun imitasi. Perhiasan ini dipasang dibawah sanggul,diatas kerah
baju, melambangkan bahwa sang pengantin mulai memasuki dunia
rumah tangga yang banyak suka dukanya di mana cemara lelayang ini
juga sebagai pelambang untuk menolak bahaya.
Tekan kune, adalah perhiasan yang dipasang pada dahi, langsung
diikat ke belakang kepala. Hiasan ini sebagai lambang bahwa pengantin
telah meninggalkan usia remajanya dan menjadi lebih matang serta
tenang dalam menghadaoi kehidupan.
Pating emas yang terbuat dari emas atau perak, Pating ini dipakai
sebanyak 3 (tiga) buah yang dipasang masing-masing di kiri dan kanan
sanggul bagian depan serta ditengah sanggul bagian depan. Hiasan ini
sebagai lambang kekuatan atau kekukuhan rumah tangga.
Pating jempuk ranggiep, dipakai tengah-tengah sanggul bagian
belakang. Perhiasan ini melambnagkan agar pengantin berperilaku dan
berkata lemah lembut.

Sumber gambar : buku sanggul-sanggul Daerah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai