Indonesia memiliki 33 propinsi dengan berbagai suku dan adat istiadat serta ciri
khas masing-masing daerah begitu pula dengan tata rias rambut setiap daerah
memiliki sanggul dengan berbagai macam bentuk dan fungsinya. Pada bab ini
akan dibahas mengenai sanggul daerah yang telah dibakukan secara nasional.
Adapun materi yang dipelajari dalam modul ini adalah menata 9 (sembilan) bentuk
desain sanggul daerah yaitu : sanggul cepol, sanggul ciwidey, sanggul ukel tekuk,
sanggul ukel konde dan sanggul pusung tagel, simpolong tattong, konde pingkan,
sanggul dendeng dan sempol gampang kemang.
Desain penataan sanggul yang akan diuraikan terdiri dari 9 bentuk penataan
sanggul daerah yang telah dibakukan antara lain :
Nama sanggul Ciwidey mulai dikenal di daerah Jawa Barat pada tahun 1947.
Sanggul itu diperkenalkan oleh Kanjeng Haji Wiranatakusumah. Sebelum
sanggul ciwidey dikenal di daerah jawa barat pada zaman Pangeran
Sumedang telah dikenal nama sanggul Pasundan atau sanggul kasundaan
atau disebut juga kebesaran, yang umumnya dipakai baik oleh kaum ningrat
maupun rakyat biasa.
Jika dilihat dari segi bentuknya, sanggul Ciwidey dipengaruhi oleh bentuk
huruf Arab yaitu alif, ditambah dengan huruf nun atau dikenal dengan istilah
bahasa Sunda alif pakait sareng nun. Dalam hal ini terlihat pengaruh agama
penduduk asli Jawa Barat yaitu pemeluk agama Islam.
Tata cara kehidupan dalam lingkungan Keraton terikat oleh peraturan adat
istiadat, baik itu bertutur sapa, tingkah laku, maupun cara berbusana. Khusus
para putri Keraton, cara berbusana harus dilengkapi dengan penataan
rambut yang disesuaikan statusnya saat itu. Sanggul Ukel Tekuk merupakan
jenis sanggul yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta pada zaman
dahulu hanya dipakai oleh kaum keluarga kerajaan, cara penggunaannya
disesuaikan dengan usia dan keperluannya.
Pulau Bali yang biasa disebut ”Pulau Dewata” terdiri dari beberapa
kabupaten, yang pada zaman dahulu di perintah oleh beberapa kerajaan.
Masing-masing kerajaan mempunyai kebiasaan dan adat-istiadat tersendiri,
termasuk jenis busana dan penataan rambut serta perhiasannya yang khas .
Pada masing-masing daerah di Bali, sanggul dapat dipakai untuk menilai
status seorang wanita, apakah ia seorang gadis atau telah bersuami, demikian
pula dengan perhiasannya.
Pada masa lalu wanita Bali memelihara rambutnya sampai panjang untuk
dibentuk sanggul, tetapi pada masa sekarang dengan alasan kepraktisan dan
tidak ketinggalan mode, telah umum bagi wanita Bali untuk memotong
rambutnya, sehingga diperlukan cemara sebagai tambahan dalam
membentuk pusung.
”Pusung”, adalah istilah dalam bahasa Bali yang berarti sanggul. Secara
umum masyarakat Bali mengenal dua macam sanggul, yaitu Pusung Tagel
dan Pusung Gonjeran.
Pusung Gonjeran dipakai anak-anak sampai menginjak usia remaja yang
belum mendapatkan haid atau wanita yang belum bersuami, sedangkan
Pusung Tagel dipakai oleh wanita yang sudah mendapatkan haid pertama
sampai wanita tua atau wanita yang sudah bersuami. Perbedaan Pusung
Gonjeran dan Pusung Tagel terletak pada ujung sanggul, Pusung Gonjeran
ujumg rambut terurai sedangkan Pusung Tagel ujung rambut ditekuk.
Pada masa sekarang dalam masyarakat Bali, pemakaian kedua jenis sanggul
ini telah membaur tanpa mengindahkan status si pemakai, bahkan para gadis
remaja Bali banyak memakai Sanggul Pusung Tagel untuk dikenakan pada
acara-acara tertentu, seperi pesta adat atau upacara keagamaan.
Pada pokok bahasan berikut, yang akan diuraikan adalah sanggul Bali yang
sudah dibakukan secara nasional, yaitu Sanggul Pusung Tagel.
Salah satu ciri Khas Sanggul Pusung Tagel adalah adanya sunggaran pada
telinga kanan dan kiri yang dalam istilah Bali disebut “Peletukan” atau
“Angkung-angkugan”.
Pada zaman dahulu dimana belum dikenal istilah sasak, agar bentuk sunggar
baik, biasanya rambut dikibaskan terlebih dahulu (ngabakang rambut), yaitu
seluruh rambut dibawa kedepan dengan cara membungkukkan badan, lalu
rambut dikibaskan agar mengembang lalu disisir lagi kebelakang sambil
membentuk sunggar, dan untuk menguatkankan bentuk sunggar, biasanya
dipakaikan malam atau lilin.
Sanggul Pusung Tagel terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang disebut
”Batun Pusungan” dan ”PusungTagelan”, letak sanggulnya asimetris pada
sebelah kanan belakang kepala menjuntai kebawah.
Bagian kiri Pusung Tagel dinamai Penyawat, sedangkan yang berbentuk
bulatan/lingkaran disebut Batun Pusungan dan yang terletak di sebelah kanan
Penyawat disebut Tagelan.
Didalam buku Kielich yang berjudul Volken Stammen dikatakan wanita bugis
mempunyai kedudukan yang tinggi didalam masyarakatnya. Oleh karena itu,
secara simbolis sanggul yang berbentuk tanduk ini dapat diartikan sebagai
penghargaan kepada pengantin. Bentuk sanggul Simpolong Tattong yang
berdiri tegak, juga menandakan kedudukan tinggi wanita bugis dalam
masyarakatnya. Selain hal tersebut diatas, binatang kerbau dapat
menunjukkan nilai sosial seseorang dalam upacara-upacara adat suku. Setiap
Pengantin Bugis, baik dari keturunan bangsawan maupun masyarakat biasa
berhak memakai sanggul ini. Namun tingkat sosial pengantin masih dapat
dilihat dari warna pakaian dan jenis ataupun jumlah hiasan sanggul.
Disamping konde cepol ada beberapa nama sanggul lainnya dari daerah
Betawi yaitu :
1. Konde bundar yaitu konde untuk wanita usia lanjut.
2. Konde sawi asin yaitu konde untuk wanita (gadis) pengantin baru.
3. Konde perawan yaitu konde model keong caput dan keong gondang. Perawan
yang memakai konde gondang menandakan bahwa ia telah bertunangan.
4. Konde cioda yaitu konde yang biasanya dipakai oleh para janda muda.
5. Konde ikan bandeng yaitu konde yang biasa dipakai oleh golongan peranakan
Cina dengan mengenakan baju kebaya yang disebut Kebaya Encim.
6. Konde JB yaitu konde pada zaman Ratu Wihelmina menikah.
7. Konde berunding yaitu konde cepol dua digunakan pada saat Perundingan
Renville.
b) Putri dewasa
(1) Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok
jebehan
(3) Memakai kebaya beludru/sutra panjang dengan pelisir pita emas dan
memakai peniti susun tiga.
(4) Sanggul ini dipakai pengiring raja ketika menghadiri resepsi di luar
keratin.
d) Inang Pengasuh
Hampir sama dengan pakaian adat jawa pada umumnya, untuk pakaian adat
di daerah bali ternyata juga menggunakan kebaya. Kebaya sering dipakai
oleh kaum wanita bali pada saat upacara keagamaan. Pada umumnya ada 2
jenis bentuk tata rambut perempuan maupun sanggul yang paling sering
dipakai, diantaranya adalah pusung tagel, pusung kekupu dan pusung
gonjer.
Pusung kekupu atau biasanya sering dikenal dengan nama pusung podgala
ini umumnya dipakai bagi kaum wanita yang menyandang status janda.
Sedangkan untuk pusung gonjer dipakai untuk wanita yang masih lajang atau
belum menikah. Kemudian untuk pusung tagel lebih sering dipakai oleh
golongan wanita yang sudah menikah.
Gambar Busana Adat Bali
Pakaian kebaya biasa sering dikenakan pada saat acara tertentu,
terutama pada acara tradisional. Di daerah bali, kebaya yang sering
dikenakan untuk pakaian adat bali yaitu yang terdapat motif simpel dan
dengan warna yang cerah.
Dengan adanya pengelompokan jenis kebaya seperti itu dapat
menampilkan sisi kecantikan dan keanggunan para wanita di bali. Selain itu
kebaya di bali juga sering dikenakan pada beberapa acara penting misalnya
untuk beribadah. Namun kebaya yang dikenakan tersebut haruslah bersih,
sopan dan juga rapi. Pada bagian bawahan, pakaian adat bali untuk kaum
wanita pun juga memakai kamen. Pada umumnya masyarakat bali
terutama kaum wanita juga sering menggunakan selendang atau senteng
yang disampirkan pada bahu. Dengan pemakaian selendang ini memiliki
arti yang sangat bagus yaitu bahwa wanita bali patut mengingat ajaran
dharma dan juga bersedia membimbing putra putrinya agar kelak menjadi
taat kepada orang tua.
Bentuk konde Pingkan tidak ketat, melainkan longgar serta letaknya tidak
melekat pada kepala. Sanggul ini unik namun manis menarik, yaitu dibentuk
dari rambut yang terlebih dahulu di cako atau dikepang. rambut depan yang
berada di atas dibentuk sedikit seperti belahan telur yang di sebut koip. Ujung
kepang akan ditutup dengan hiasan bunga hidup atau bunga segar yang
warnanya disesuaikan dengan warna baju pemakainya. Hiasan bunga segar
yang biasa digunakan adalah bunga mawar merah sedangkan bagi pengantin
biasanya menggunakan mawar putih. Bagi wanita yang telah menikah bunga
mawar diletakkan di sebelah kanan konde, sedangkan bagi para gadis atau
wanita lajang, bunga diletakkan pada konde sebelah kiri. Pelengkap
busananya biasa digunakan hiasan berupa mutiara putih, dikenakan pada
telinga dan leher.
Model busana pengantin wanita manado dinamakan baju ikan duyung. Selain
sarong yang bermotifkan ikan duyung, terdapat juga sarong motif sarang
burung, disebut model salimburung, sarong motif kaki seribu, disebut model
kaki seribu dan sarong motif bunga yang disebut laborci-laborci. Aksesori yang
dipakai dalam busana pengantin wanita adalah sanggul atau bentuk konde,
mahkota (kronci), kalung leher (kelana), kalung mutiara (simban), anting dan
gelang.
8) Desain Sanggul Dendeng sesuai busana daerah Kalimantan Barat
Keadaan rambut yang panjang dan lebat dapat
menjelaskan sanggul ini melintang agak panjang,
melewati batas tepi kiri dan kanan atas kepala. Dari
bentuk dan letaknya sanggul ini banyak dipengaruhi
oleh gelung malang dari Palembang. Untuk
pengharum sanggul digunakan daun pandan wangi
yang dibelah-belah memanjang dililitkan bersama-
sama rambut pada saat pembentukan sanggul.
Langkah 2: Bentuk sunggar atau jabing pada bagian sisi kiri dan
kanan dan rapikan jabing untuk sisi kanan dan kiri.
Gambar 20. Rambut yang telah disasak
Langkah 3: Setelah sunggar bagian kanan dan kiri rapi kemudian sisa
rambut pada bagian belakang dijepit dengan menggunakan jepit
hitam. Kemudian pasang cemara pada bagian ikatan rambut.
Gambar 21. Menempelkan cemara
Langkah 4: Bentuk sanggul ciwidey mulai dari sisi kiri ke arah kanan
menyerupai bentuk huruf arab (alif) kuatkan bentuk sanggul
menggunakan harnal besar pada bagian atas sanggul, sisi kanan dan kiri
serta bagian bawah sanggul.
Gambar 32. Sanggul ukel tekuk yang sudah diberi hiasan sanggul
5) Membentuk dan menata Sanggul Pusung Tagel (Bali)
Cara membentuk sanggul pusung tagel adalah sebagai berikut :
(1) Sama halnya dengan penataan sanggul ciwidey, ukel tekuk
dan ukel konde rambut dilakukan penyasakan dan
pembentukan sunggaran (ngkung-ngkungan) terlebih dahulu.
Gambar 33. Rambut yang sudah dibentuk sunggar
Gambar 1
4) Rambut yang telah dikepang dibuat/dibentuk menjadi sanggul dengan
cara melingkarkannya dibelakang telinga agak kebawah.
5) Ujung dari kepang diusahakan terletak disamping, dibelakang telinga.
Pada ujung kepang ini akan ditutup dengan hiasan bunga mawar.
6) Konde Pingkan tampak dari belakang dan depan.
8) Sanggul Dendeng
Untuk membentuk sanggul dendeng diperlukan rambut panjang. Bagi
wanita yang berambut pendek sanggul dendeng dapat dibentuk dengan
mempergunakan cemara yang panjangnya kurang lebih 80 cm.
Cara membentuk sanggul dendeng adalah sebagai berikut :
a) Rambut asli disisir rapi kebelakang kemudian diikat menjadi satu
diatas puncak kepala.
b) Kemudian rambut yang telah diikat disatukan dengan rambut yang asli
kemudian dibuat tekukan yang agak lonjong ke atas kiri kemudia
ditekuk lagi ke arah kanan hingga berbentuk pita.
c) Sisa ujung cemara dilipat ke arah tengah dengan cara
memasukkannya ke kiri dan ke kanan kemudian diikat dengan kuat
Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s480x480/e35/16230797_257640664664569_5141745988469260288_n.jpg?ig_cache_key=MTQ0MTc2NzIzMTQ2OTA4ODEzN
Q%3D%3D.2&se=7
Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s480x480/e15/10932172_523561587785939_1438942296_n.jpg?ig_cache_key=OTAzNzI1NjgxMTc5
MzU4NDg3.2
g) Sanggul yang disebelah kanan harus terlihat lebih besar dari sanggul
sebelah kiri.
Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/vp/3ca5b586522195b7eb010afe663a6fe9/5B1CB534/t51.2885-
15/s480x480/e35/20766428_601202110050268_8170186673657741312_n.jpg?ig_cache_key=MTQxNTk2NDU5OTk5MTMyMDYxNQ
%3D%3D.2
a) Jebehan yaitu hiasan sanggul berupa bunga yang menjuntai ke bawah biasa
di sebut ”pacakan baris”. Hiasan ini diletakan pada bagian samping sanggul.
b) Pethat yaitu hiasan sanggul yang berbentuk gunungan. Hiasan cunduk ini
diletakkan di bagian atas tengah sanggul menutupi lungsen.
c) Bunga ceplok atau di sebut juga Melokan atau menuran yaitu hiasan sanggul
berbentuk bunga yang diletakkan pada bagian tengah sanggul.
Gambar 43. Sanggul ukel konde yang telah diberi hiasan sanggul
a) Dua hiasan tusuk konde yang terbuat dari kulit penyu diletakkan
pada bagian kiri dan kanan sanggul.
Gambar Tusuk konde dan penetep kulit penyu
Wanita Bali tidak pernah lepas dari bunga sebagai hiasan. Untuk hiasan
sanggul sehari-hari, mereka cukup memetik bunga yang ada dipekarangan
yang diselipkan diantara rambutnya. Namun untuk kesempatan khusus atau
upacara adat, mereka memakai hiasan-hiasan rambut yang terbuat dari
emas/kuningan yang disebut Kompyong (hiasan yang berupa bunga-bunga
emas seperti bentuk bunga kenanga, cempaka/kantil, dahlia, anggrek bulan
dan daun-daunan), yang dipasang pada sebelah kanan pusung tagelan.
Semacam sisir/crown kecil yang terbuat dari emas/kuningan, dipasang di
atas tengah sanggul, yang selain berguna untuk menguatkan letak sanggul,
juga berguna untuk memasangkan satu kuntum sandat atau bunga hidup
lainnya (kenanga/cempaka). Hiasan Semanggi, dipasang disebelah kiri atau
disamping Batun Pusungan.
Ornamen atau hiasan yang digunakan untuk Konde Pinkan terdiri dari :
1) Hiasan konde pingkan yang digunakan adalah bunga hidup yang
disesuaikan dengan baju pemakainya. Seperti Bunga mawar segar,
berwarna merah atau bunga lainnya.
2) Hiasan bunga diselipkan dibelakang telinga kiri, menandakan si pemakai
sanggul masih gadis.
3) Hiasan bunga diselipkan dibelakang telinga kanan, menandakan si
pemakai sanggul telah menikah
Sumber gambar :
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/vp/8bfbae10eae4c54f8180639595b3d410/5B20D6AC/t51.2885-
15/s480x480/e35/16123835_258167357946059_8267386422130900992_n.jpg?ig_cache_key=MTQzMjY2N
Tk3NDM0Mjk2NTA0OA%3D%3D.2