Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING


A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia,
dan oleh manusia. Secara etimologis, istilah bimbingan merupakan alih bahasa dari
bahasa Inggris: guidance, yang merupakan bentuk infinitive dari kata kerja to guide,
yang berarti menunjukkan, embimbing, atau menuntun oran lain ke jalan yang benar.
Jadi istilah bimbingan secara etimologis berarti: pemberian petunjuk, pemberian
bimbingan atau tuntutan kepada orang lain ke jalan yang benar (M. Arifin, 1970).
Secara terminology, istilah bimbingan bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada sesorang atau beberapa individu, baik anakanak, remaja, maupun dewasa dalam menghindari atau mengatasi problema-problema di
dalam kehidupannya sehingga tercapai kesejahteraan hidupnya.
Adapun istilah konseling, secara etimologis juga merupakan alih bahasa dari
bahasa Inggris: counseling yang merupakan bentuk infinitive dari to counsel, yang
berarti: memberikan nasihat atatu member anjuran kepada ornag lain secara face to face
atau kontak langsung. Jadi istilah konseling secara etimologis adalah pemberian nasihat
kepada orang lain yang dilakukan dengan face to face (M. Arifin, 1979).
Sedangkan pengertian secara terminology bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada individu yang sedang
mengalami masalah dalam upaya mengatasi problem kehidupannya secara face to face
dengan wawancara sesuai keadaan individu yang dihadapi sehingga tercapai
kesejahteraan hidupnya.
B. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling
Sebagian ahli memandang bahwa konseling merupakan salah satu teknik dari
bimbingan, sehingga dengan pandangan ini, maka pengertian bimbingan adalah lebih
luas daripada pengertian konseling. Oleh karenanya konseling merupakan bagian dari
bimbingan. Sebagian ahli lainnya memandang, bahwa baikpengertian bimbingan maupun
konseling, kedua-duanya adalah mempunyai pengertian yang sama.
C. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
Miller (1961, dalam Priyatno dan Erman Anti, 1999) meringkas bahwa sejrah
perkembangan bimbingan dan konseling ke dalam lima periode, yaitu:
Periode pertama, perkembangan gerakan bimbingan pada awalnya diprakarsai oleh
Frank Parson pada tahun 1908. Pada periode ini pengertian bimbingan baru mencakup
bimbingan jabatan dimana pada saat itu bimbingan baru dilihat sebagai usaha
mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang jabatan, kemudian

kedua jenis keterangan itu, lalu dipasang dan dicocokkan yang pada akhirnya
menentukan jabatan apa yang paling cocok utuk individu yang dimaksudkan.
Periode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan.
Dalam tahap ini bimbingan dirumuskan sebagai totalitas pelayanan yang secara
keseluruhan dapat diintergrasikan kedalam upaya pendidikan. Pada kedua periode ini
rumusan tentang konseling belum dimunculkan.
Periode ketiga, bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya disangkut-sangkutkan
dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak pula hanya mencocokan individu untuk
jabatan-jabatan tertentu saja, melainkan juga bagi peningkatan hidup mental. Dalam
kaitanya itu, pada keseluruhan upaya bimbinan ditekankan adanya upaya untuk
membantu penyesuaian diri individu terhadap dirinya sendiri, lingkungan dan
masyarakat. Pada periode ini rumusan tentang konseling dimunculkan. Para ahli sudah
mulai menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya sekedar menyedikan
bimbingan atau memberikan latihan, tetapi mereka membantu individu memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan individu itu yang kadang amat pelik dan membesar
(Belkin, 1975).
Periode keempat,

gerakan

bimbingan

menekankan

pentingnya

proses

perkembangan individu. Pada periode ini pelaanan bimbingan dihubungkan dengan


usaha individu ntuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya dalam mencapi
kematangan dan kedewasaan.
Periode kelima, dalam periode ini tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu
kecenderungan yang ingin lebih menekankan pada rekonstruksi sosial dan personal
dalam rangka membantu masalah yang dihadapi individu.
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
Tujuan khusus bimbingan dan konseling adalah:
1. Untuk membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. Untuk membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
3. Untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain
(Aunur Rahim faqih, Penyunting, 2001)
E. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Asas-asas bimbingan konseling antara lain asas kerahasiaan, asas kesukarelaan,


asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas
keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tut wuri
handayani (Priyanto dan Erman Anti, 1999).
BAB II
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling dilakukan oleh, terhadap, dan bagi kepentingan manusia.
Oleh karenanya pandangan mengenai manusia akan menentukan dan menjadi landasan
operasional bimbingan dan konseling. Sebab pandangan mengenai hakikat manusia itu
akan mempengaruhi segala tindakan bimbingan dan konseling tersebut.
Dilihat dari hakikatnya, manusia itu antara lain memiliki berbagai unsur (Aunur
Rahim Faqih, 2001), yaitu:
1. Manusia sebagai makhluk monopluralis atau wahdatul anashir, maksudnya
bahwa manusia terdirid ari berbagai unsur yang menjadi kesatuan utuh yang
tidak terpisahkan (yaitu unsur jasmani-rohani, berakal, berhati nurani,
berpenglihatan, atau lazim memiliki unsur cipta, rasa, dan karsa).
2. Manusia memiliki empat fungsi/sifat/kedudukan, yaitu:
a. Sebagai makhluk Allah, yaitu makhluk yang diciptakan dan kewajiban
mengabdi kepada Allah.
b. Sebagai makhlik individu
c. Sebagai makhluk sosial
d. Sebagai khalifatullah fil ardi wakil Allah di muka bumi yang
berkewajiban mengelola dan memakmurkan bumi (makhluk berbudaya)
3. Manusia memiliki sifat-sifat utama/kelebihan dan sekaligus pula memiliki
kelemahan-kelemahan.
4. Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
B. Landasan Islami Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan ayat-ayat Al Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW dan berbagai
pandangan para ulama serta para pakar lainnya, bahwa manusia itu antara lain memiliki
berbagi unsur/sifat atau keadaan, yaitu sebagai berikut:
1. Manusia mahkluk monopluralis (wahdatul Anashir)
Manusia mempunyai dua unsur pokok, yait jsmani dan rohani. Selain
kemampuan jasmani, manusia juga dibekali kemampuan rohani seperti
memiliki akal, hati nurani, penglihatan dan pendengaran. Kemampuan tersebut
antara lain disebutkan dalam Al Quran surat As-sajadah ayat 7-9:

yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengara dan penglihatan, tetapi kamu sdikit
sekali bersyukur. (QS, 32: 7-9)
Karena manusia terdiri dari beberapa unsur yaitu jasmani yang mencakup
fisik dan rohani yang mencakup akal, hati nurani, penglihatan dan pendengaran
inilah biasanya manusia disebut memiliki unsur cipta, rasa, dan karsa, yang
keseluruhannya tidak dapat dipisahkan sehingga disebut makhluk monopluralis
atau

wahdatul

anashir

(memiliki

banyak

unsur

dalam

satu

kesatuan/keseluruhan)
2. Manusia memiliki empat fungsi
a. Manusia sebagai mahluk Allah dijelaskan dalam surat Adz Dzariat ayat 56:
dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu. (QS. 51: 56)
b. Manusia sebagai individu
Secara kodrati, setiap manusia merupakan wujd yang khas yang memiliki
pribadi (individu) sendiri atau memiliki eksistensinya sendiri. Hal ini dapat
ditafsirkan dari ayat:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS,
54: 49)
Segala sesuatu yang diciptakan Allah mempunyai ukuran sendiri-sendiri,
maksudnya selain dalam menciptakan dengan ukuran yang baik (harmonis),
Allah juga menciptkan masing-masing individu dengan kemampuan
masing-masing yang berbeda-beda.
c. Manusia sebagai makhluk sosial
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakn kamu dari seorang lakilaki dan perempuan dan menjdikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS, 49: 13)
d. Manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia hidup di alam dan mengolahnya guna memenuhi keperluan
hidupnya. Dengan begitu manusia secara tidak langsung telah menciptakan
budaya mereka sendiri. Menurut pandangan islam, manusia merupakan

khilafah yang berfungsi untuk mengelola alam dan kemakmurannya. Hal


ini tersirat dari firman Allah:
Dial ah yang menjadikan kamu khilafah-kholifah muka bumi. (QS, 35:
39).
C. Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan
pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Untuk
keperluan bimbingan dan konseling, sejumlah daerah kalian dalam bidang psikologi
perlu dikuasai, yaitu tentang motif dan motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan,
perkembangan individu dan kepribadian (Priyatno dan Erman Anti, 1999)
D. Landasan Sosial dan Budaya Bimbingan dan Konseling
Salah satu dari dimensi kemanusiaan adalah dimensi kesosialan. Manusia tidak
dapat hidup seorang diri, mereka memutuhkan individu lain untuk berinteraksi sosial
hingga menghasilkan individu sebagai produk lingkungan sosial budaya. Dari
lingkungan yang beragam inilah manusia harus belajar mengenai bimbingan konseling
antar budaya agar terjadinya keselarasan dalam hidup bermasyarakat.
E. Landasan Ilmiah Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan baik yang menyangkut teori, pelaksanaan, maupun pengembangan
layanan secara berkelanjutan.
Objek kajian bimbingan dan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi pelayanan, yaitu fungsi
pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pemeliharaan/pengembangan. Semua hal
yang terkait dengan keempat fungsi tersebut dipelajari seluk beluknya hingga akhirnya
disusun secara logis dan sistematis menjadi paparan ilmu.
BAB III
FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi pemahaman
Manfaat fungsi pemahaman adalah memahami keadaan konseli, memahami masalah
yang dihadapi konseli, serta memahami lingkungan yang lebih luas dari konseli,
seperti lingkungan tempat tinggal, keadaan ekonomi-sosial keluarga konseli, hingga
hubungan konseli dengan teman sebaya maupun dengan tetangga sekitar.
2. Fungsi pencegahan
Untuk melaksanakan fungsi pencegahan, upaya yang perlu dilakukan oleh konselor
antara lain mendorong perbaikan lingkungan, mendorong perbaikan kondisi diri
pribadi konseli, meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan

dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya, mendorong individu untuk


tidak melakukan hal-hal yang memberikan resiko ataupun dampak negative yang
besar.
3. Fungsi pengentasan
Fungsi pengentasan atau yang sering disebut dengan fungsi penyembuhan adalah
upaya-upaya yang dilakukan konselor terhadap konseli untuk memecahkan masalah
yang dihadapi konseli. Kegiatan yang dilakukan antara lain: identifikasi masalah
yang mungkin timbul, mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab
timbulnya masalah, mengidentifikasi pihak yang dapat membantu memecahkan
masalah, menyusun rencana program pencegahan, pelaksanaan dan monitoring serta
evaluasi dan laporan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memeliahara semua sesuatu yang baik yang ada pada
diri individu, baik yang merupakan bawaan ataupun yang merupakan hasil
perkembangan yang telah dicapai selama ini.
B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip bimbingan dan konseling umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah individu, program pelayanan, dan pelaksanaan pelayanan. Sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling adalah individu, baik perseorangan maupun kelompok.
Berdasarkan variasi dan keunikan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan
tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya, maka dirumuskan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
2. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang
terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik. Oleh karena itu
pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan
pribadi individu.
3. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan individu, perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dari
berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
Sedangkan prinsip yang berkenaan dengan masalah individu adalah meskipun
pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan
dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan dan konseling pada umumya dibatasi
hanya pada masalah-masalah yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik
terhadap penyesuaian dirinya di ruma, sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial dan

pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan
fisik individu.
Program pelayanan dapat dilakukan secara incidental maupun terprogram. Disini
bimbingan dan konseling mempunyai prinsip layanan yang berupa bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan. Oleh
karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan
dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. Program bimbingan
harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi sekolah, kebutuhan individu dan masyarakat.
selain itu program layanan bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan dari
anak-anak hingga dewasa; di sekolah mulai dari jenjang TK hingga perguruan tinggi.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling baik yang incidental maupun
terprogram dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya
akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh konselor. Berikut ini
merupakan beberapa prinsip yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan, yaitu:
1. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh
karena

itu

pelayanan

bimbingan

dan

konseling

harus

diarahkan

untuk

mengembangkan konseli agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi


kesulitan.
2. Dalam pengambilan keputusan, hendaknya konseli memutuskan sendiri tanpa
adanya pengaruh dari konselor
3. Guru dan orang mempunyai tanggung jawab yang sama akan keberhasilan
bimbingan yang dilakukan, sehingga kerjasama antara guru dan orangtua sangatlah
diperlukan.
4. Pelaksanaan program hendaknya dilakukan dengan baik agar mendapatkan hasil
bimbingan yang maksimal.
BAB IV
ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP PELAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
A. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksud disini adalah pusat perhatian atau titik berat pandangan.
Orientasi layanan bimbingan dan konseling adalah orientasi perseorangan, orientasi
perkembangan, dan orientasi permasalahan.
1. Orientasi perseorangan
Orientasi ini bertujuan agar konselor menitikberatkan padangan pada siswa
secara individual sehingga mereka mendapatkan perhatian masing-masing.
Adanya kelompok adalah sebagai sarana untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan individu sehingga kepentingan dan kebahagian


masing-masing individu tercapai.
2. Orientasi perkembangan
Ivey dan Riigazio diligio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi
perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti dalam bimbingan
dan konseling. Permasalahan yang dihadapi konseli diartikan sebagai
terhalangnya

perkembangan

sehingga

mengharuskan

konselor

untuk

menghilangkan hambatan tersebut agar perkembangan konseli tidak terganggu.


3. Orientasi permasalahan
Orientasi masalah dalam bimbingan dan konseling secara langsung memunyai
hubungan dengan fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,
dan fungsi pemeliharaan atau pengembangan. Orientasi masalah dalam
bimingan dan konseling mewaspadai kemungkinan timbulnya masalah-masalah
baru, dan jika masalah tersebut sudah terjadi, maka tugas bimbingan dan
konseling adalah membantu konseli agar keluar dari masalahnya.
B. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Dalam proses pendidikan khususnya di sekolah, Mortensen dan Schumuller
(1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait,
yaitu bidang kurikulum dan pengajaran, administrasi atau kepemimpinan, dan bidang
kesiswaan. Ketiga bidang ini memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memberikan
kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal dari peserta didik.
Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan efektif apabila siswa bebas dari
masalah-masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah inilah
yang dilakukan oleh bimbingan dan konseling. Selain itu, materi-materi bimbingan dan
konseling yang relevan, dapat digunakan oleh guru mata pelajaran untuk menyesuaikan
pelajaran yang diajarkan dengan kondisi siswa saat itu, sehingga suasana yang tercipta
di sekolah benar-benar menunjang untuk pemenuhan kebutuhan dan perkembangan
siswa.
2. Pelayanan bimbingan dan konseling keluarga
Keluarga adalah lingkungan yang paling mendasar atau pangkal dari kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu kebutuhan dan kebahagian setiap anggota keluarga
mutlak diperhatikan bagi segenap pihak yang berkepentingan dalam pengembangan
kesejahteraan masyarakat. disini konselor harus mempunyai kemampuan untuk
menyeimbangkan peran konseli di sekolah dan di rumah.
3. Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang lebih luas

Lingkungan masyarakat di luar sekolah dan keluarga merupakan lingkungan yang


sangat kompleks sehingga menyebabkan banyaknya benturan-benturan yang terjadi.
Masalah yang ditemukan di sekolah belum tentu bersumber dari lingkungan sekolah itu
sendiri, melainkan bersumber dari lingkungan masyarakat yang mempunyai dampak
yang besar hingga terbawa di lingkungan sekolah. Dari masalah inilah konselor harus
mengupayakan identifikasi dan analisis masalah yang tepat agar permasalahan yang
dihadapi oleh konseli terselesaikan secara tuntas.
BAB V
JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling ini dilakukan secara perorangan yang dimaksudkan agar
masalah yang dihadapi konseli teratasi secara efektif. Adapun bentuk-bentuk layanan
konseling perorangan meliputi:
1. Layanan konseling yang diselenggarakan secara resmi
Sifat resmi layanan konseling ditandai dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut:
layanan tersebut merupakan usaha yang disengaja, dengan tujuan layanan tidak
boleh lain daripada hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan konseli yang
dilaksanakan dalam format yang telah ditetapkan. Layanan ini mengunakan
metode dan teknologi berdasarkan teori yang telah teruji dan hasil layanan
mempunyai tindak lanjut.
2. Pengentasan masalah melalui konseling
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengentasan masalah antara lain,
pemahaman masalah, analisis sebab-sebab timbulnya masalah, aplikasi metode
khusus, evaluasi, dan tindak lanjut.
3. Tahap-tahap keefektifan pengentasan masalah
Tahap awal adalah ketika konseli menyadari bahwa dirinya mengalami masalah,
lalu menyadari bahwa dia membutuhkan orang lain untuk membantu memecahkan
masalahnya.selanjutnya dia menemukan seseorang yang dianggap mampu untuk
menghadapi masalahnya (seorang konselor),kemudian konseli dituntut untuk aktif
dalam proses konseling dari awal sampai akhir. Dan tahap terakhir adalah ketika
konseli dapat menerapkan hasil-hasil yang diperoleh melalui konseling sehingga
masalah yang dihadapi konseli dapat berangsur-angsur teratasi.
4. Pendekatan dan teori konseling
a. Konseling direktif
Yaitu kegiatan konseling dilakukan dengan analisis data tentng konseli,
pengsintesisan data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan

konseli, diagnosis masalah, prognosis atau prediksi tentang perkembangan


masalah selanjutnya, pemecahan masalah, dan tindak lanjut serta peninjauan
ulang hasil konseling. Dalam konseling direktif ini konseli bersifat pasif,
konselorlah yang memberikan inisiatiif dan solusi untuk memecahkan masalah
b. Konseling non direktif
Pada kegitan konseling ini konselilah yang menjadi pusat. Dengan demikian,
konseli diberi kesempatan untuk mengungkapkan masalahnya secara
langsung, mengemukakan perasaan dan pemikirannya sehingga diharapkan
konseli dapat sedikit banyak mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi
masalahnya sendiri dengan bantuan konselor
c. Konseling elektik
Yaitu kegiatan konseling yang dilakukan dengan memadukan antar konseling
direktif dan non direktif yang mengambil kebaikan dari kedua pendekatan
ataupun dari berbagai teori konseling yang ada, dan mengembangkan dan
menerapkannya dalam praktek sesuai dengan masalah yang dihadapi konseli
B. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan dan layanan konseling dalam kelompok sangatlah berbeda.
Berikut perbedaan bimbingan dan konseling dalam kelompok:
No
1

Aspek
Jumlah anggota

Bimbingan kelompok
Konseling kelompok
Tidak terlaku dibatasi, dapat Terbatas: 5-10 orang

Kondisi dan

sampai 60-80 orang


Relative homogen

Hendaknya homogen

karakteristik
3
4
5

anggota
Tujuan yang ingin
dicapai
Pemimpin
kelompok
Peranan anggota

Penguasaan informasi untuk


tujuan yang lebih luas
Konselor atau narasumber

a. Pemecahan masalah
b. Pengembangan kemampuan
komunikasi dan interaksi
Konselor

Menerima informasi untuk


tujuan tertentu

a. Berpartisipasi dalam
dinamika interkasi sosial
b. Menyumbang pengentasan

6
Suasana interaksi
7
8

a. Menolong atau dialog


terbatas
b. Dangkal

Sifat isi
pembicaraan
Frekuensi kegiatan

Tidak rahasia

masalah
c. Menyerap bahan untuk
pemecahan masalah
a. Interaksi multiarah
b. Mendalam dengan
melibatkan aspek emosional
Rahasia

Kegiatan berakhir apabila


informasi telah disampaikan

a. Kegiatan berkembang sesuai


dengan tingkat kemajuan
pemecahan amsalah
b. Evaluasi dilakukan sesuai
dengan tingkat kemajuan
pemecahan masalah

Anda mungkin juga menyukai