Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN AGAMA

RESUME BUKU

DOSEN PENGAMPU Dr. K.a. Rahman, M.Pd.I.

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN 2020
Nama : Sucitra Dwi Sanjaya

NIM : A1C119019

Judul Buku : Hidupku Selalu Bahagia

Penulis : Rizqi Ilman Mubarok

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tahun Terrbit : 2016


Hidupku Selalu Bahagia
Semua orang tak mungkin ingin hidupnya menderita. Semua pasti ingin hidupnya bahagia. Sejak
lahir hingga mati, yang selalu orang cari adalah segala hal yang dapat membuat hidupnya
bahagia. Orang bekerja keras mengumpulkan kekayaan karena ingin bahagia. Orang menikah
karena ingin bahagia. Orang berebut jabatan terhormat karena ingin bahagia. Semua hal itu
dilakukan karena ingin memperoleh kebahagiaan. Tapi, apakah kita sebenarnya sudah mengerti
tentang arti kebahagiaan itu sendiri. Jika kia ingin bahagia, pertama-tama tentu kita harus
mengerti apa kebahagiaan itu.

Lalu, apa kebahagiaan menurutmu? Saya rass semua orang memiliki pendapat yang berbeda-
beda tentang kebahagiaan. Jika kita bertanya kepada orang miskin, kebahagiaan adalah kaya atau
memiliki harta melimpah. Jika kita bertanya kepada orang yang sakit, kebagaiaan adalah sehat.
Jika kita bertanya kepada mahasiswa semester akhir, kebahagiaan adalah dapat segera wisuda.
Orang-orang bisa berpendapat demikian karena merasa menderita akan keadaannya itu.

Benarkah kebahagiaan adalah seperti itu? Banyak orang yang ingin bahagia, tapi tak mengerti
arti kebahagiaan itu sendiri. Banyak orang yang berusaha untuk meraih kebahagiaan, tapi tak
tahu cara mendapatkannya. Banyak orang yang memperoleh kebahagiaan, tapi ternyata hanyalah
kebahagiaan semu, kebahagiaan yang menipu, kebahagiaan yang hanya sementara. Lalu, apa
kebahagiaan yang sebenarnya? Kekayaan itu identik dengan kebahagiaan, sementara kemiskinan
identik dengan penderitaan. Sehingga seseorang yang semakin miskin akan semakin menderita.
Dengan harta yang melimpah, seseorang dapat membeli banyak hal di dunia ini. Mobil mewah,
rumah megah, dan segala kemewahan yang lain.

Begitulah, kebahagiaan yang sering dipikirkan banyak orang. Tapi, karena terlalu mengejar
dunia, hal itulah yang melalaikan kita akan kebahagiaan yang sebenarnya.

‫ َأ ْلهَ ٰى ُك ُم التَّ َكاثُ ُر ﴿التكاثر‬:١ ‫ َحتَّ ٰى ُزرْ تُ ُم ْال َمقَابِ َر ﴿التكاثر‬:٢


‘’ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. ‘’ ( QS. At-
Takatsur :1-2 )
Tujuan Hidup
Segala aktivitas yang kita lakukan pasti memiliki tujuan yang harus terpenuhi. Kita makan untuk
apa? Kita sekolah untuk apa? Kita bekerja untuk apa? Semua itu pasti ada tujuannya. Hal yang
berbahaya adalah, jika kita sudah mengerti tujuan dari apa yang kita lakukan tapi kita
melupakannya. Dan lebih berbahaya lagi, kita tidak mengerti tujuan kita melakukan sesuatu.
Kebanyakan orang melakukan sesuatu tapi me;upakan tujuannya sehingga ia tak memperoleh
apa yang seharusnya ia peroleh.

Sahal bin Abdullah mengatakan, ‘’ Seandainya dunia ini adalah darah, niscaya makanan orang
mukmin adalah sekadar memenuhi kebutuhan dan penopang hidup. ‘’

Imam Syafi’i juga menuturkan bahwa ia bertahan selama sepuluh tahun hanya memakan adonan
tepung dan kurma, karena beliau makan sekadar untuk menopang hidup. Kita sekolah dan kuliah,
seharusnya tujuannya adalah belajar atau menuntut ilmu. Tapi kenyataannya, tujuan kita hanya
untuk mendapat ijazah dan gelar. Padahal yang penting sebenarnya bukanlah sekolahnya atau
kuliahnya, tetapi belajarnya. Tapi, orang-orang beranggapan yang terpenting adalah sekolahnya
atau kuliahnya, sehingga banyak orang yang sekolah dan kuliah, tapi tak mempelajari apa pun.

Kita bekerja dengan keras karena ingin memperoleh kekayaan. Lalu, kekayaan yang kita peroleh
untuk apa? Kita banyak menggunakannya untuk bermewah-mewahan. Kita gunakan untuk
membeli sesuatu berdasarkan keinginan daripada kebutuhan, Misalnya, ketika kita membeli
sebuah handphone, yang kita cari adalah handphone tercanggih untuk sekadar memuaskan hasrat
kita. Padahal fungsi handphone adalah untuk komunikasi. Sehingga meski tidak terlalu canggih
tetap bias digunakan untuk komunikasi dan itu sebenarnya sudah cukup. Tetapi, kita seakan
menafikan fungsinya. Sehingga, kita memilih handphone haruslah memiliki fitur yang
bermacam-macam.

Begitu pula dengan hidup kita. Sebenarnya apa tujuan hidup kita? Agar memperoleh
kebahagiaan hakiki, kita harus mengerti terlebih dahulu tentang tujuan hidup kita. Seperti saat
memanah, pastinya kita harus tahu asasaran yang harus kita bidik, sehingga anak panah yang kita
tembakkan jelas tujuannya. Seseorang yang tak tahu tujuan hidupnya, hanya akan menjalani
hidupnya tanpa arah.

Sebenarnya, tujuan hidup kita adalah untuk Allah, untuk beribadah kepada-Nya, untuk
menggapai rida-Nya. Jika kita menyadari hal itu, maka segala yang kita lakukan haruslah
mengharap rida-Nya. Segala yang kita lakukan hanyalah untuk meraih tujuan hidup kita yang
sebenarnya. Maka, tak mungkin kita melakukan aktivitas yang membuat kita jauh dari-Nya. Kita
tak mungkin melakukan larangan-Nya yang membuat Allah murka kepada kita. Seseorang yang
tak beribadah kepada Tuhan, maka ia telah menghancurkan tujuan keberadaannya dan merusak
tujuan hidupnya.
Nopo Jare
Kebetulan yang kita anggap benar-benar kebetulan pun hakikatnya bukanlah sebuah kebetulan,
hal itu merupakan takdir Allah. Daun yang jatuh dari pohon, hujan yang turun dari langit, angin
yang bertiup, sungai yang mengalir, segalanya diketahui oleh Allah dan berjalan atas kehendak-
Nya. Apalagi tentang kehidupan yang kita miliki. Tentu Allah mengetahuinya dan Allah yang
mengaturnya. Jangan pernah mengatakan kebetulan, karena ketika kita mengetahui hal itu,
berarti kita sama saja tidak percaya bahwa hal yang kita anggap kebetulan itu merupakan takdir
Allah. Hendaknya atas segala apa yang terjadi tidak perlu khawatir, serahlan saja kepada Allah.
Yakinlah bahwa takdir Allah itu selalu baik untuk kita.

Guru kami pernah bercerita tentang seseorang yang benar-benar siap menerima segala kehendak
Allah. Ia adalah Cak Zain, seorang sopir truk. Cak Zain memiliki impian untuk berangkat ke
tanah suci, menunaikan ibadah umrah. Ia mengumpulkan uang untuk biaya keberangkatan
dengan menaruhnya di bawah drump truknya, tapi lucunya ia tak pernah menghitungnya. Suatu
ketika, ia seperti diberi isyarat untuk berangkat ke tanah suci. Tanpa pikir panjang, ia pun
mendaftar untuk umrah pada sebuah travel. Saat diminta membayar oleh pihak travel, dua
karyawan pihak travel diajak ke pangkalan truknya. Lucunya lagi, ia sebenarnya belum tahu
apakah uangnya cukup untuk membiayai keberangkatan. Hal itu membuat dua karyawan travel
ini trenyuh atas kisah bapak sopir itu. Akhirnya merekalah yang menggenapi seluruh
kekurangannya. Cak Zain pun dapat berangkat ke tanah suci.

Cerita ini membuat guru kami pun tak segan untuk belajar kepada Cak Zain, bagaimana ia bias
bersikap seperti itu? Ketika guru kami bertanya kepada Cak Zain, ‘’ Kenapa uangnya ditaruh di
tempat itu, apakah tidak takut uangnya hilang. ’’ Jawaban Cak Zain cukup menggelitik, ia hanya
menjawab, ‘’ Nopo jare, Yai ‘’ ( Terserah, yai ). Inilah pelajaran yang penting dari Cak Zain,
yaitu NOPO JARE yang artinya adalah terserah. Maksud Cak Zain adalah terserah Allah
berkehendak seperti apa kepadanya. Bagaimanapun takdir Allah, ia akan menerimanya. Karena
ia yakin takdir Allah itu selalu baik baginya. Hendaknya kita juga harus memiliki prinsip untuk
berserah diri kepada Tuhan. Apa yang terjadi haruslah kita terima. Menerimanya dengan rida,
sabar, syukur, yakin, dan husnuzhan.

Dengan begitu, kita tidak akan pernah merasakan kesedihan. Karena kebahagiaan bukanlah
tentang bagaimana mendapatkan sesuatu, tetapi tentang bagaimana menerima segala yang telah
diberikan. Hal yang harus kita pahami adalah kita tidak menerima keadaan begitu saja. Tapi
menerima segala sesuatu setelah kita berusaha sekeras mungkin. Tugas kita adalah
mengupayakan usaha yang terbaik, tapi yang menentukan hasilnya adalah Allah.
Tuhan Itu Maha Adil?
Jangan terus-menerus melihat ke atas, hal itu akan membuat kita kehilangan pijakan dalam hal
yang bersifat dunia. Jika kita kehilangan pijakan, kita akan jatuh. Janganlah suka
memnbandingkan apa yang diperoleh orang lain dengan apa yang kita peroleh. Hal itu hanya
akan membuat kita iri dan kurang menerima apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita hingga
kita merasa bahwa Tuhan itu tidak adil. Banyak orang yang merasa bahwa hidup itu tidak adil.
Ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab di benak mereka. Mengapa orang yang tidak jujur,
kehidupannya malah mujur? Mengapa orang yang baik, malah sering dihujat? Mengapa orang
yang berjuang keras, tidak kunjung berhasil? Mengapa orang yang berbuat curang, hidupnya
malah nyaman? Dan banyak ke janggalan-ke janggalan lain hingga membuat ia berpikir, ‘’ Ah…
hidup itu tidak adil, mana keadilan Tuhan, katanya Tuhan Maha Adil?’’

Allah itu tidak akan ingkar janji. Memang banyak orang yang jujur hidupnya sulit, tapi itu
sementara. Memang banyak orang yang curang, segala keinginannya terpenuhi, tapi penderitaan
pedih sedang menantinya. Setiap kebaikan pasti dibalas kebaikan. Setiap keburukan pasti dibalas
keburukan. Saat kita melemparkan senyuman kepada orang lain, pastinya kita juga dapat balasan
senyuman. Saat kita mengucapkan salam kepada orang lain, pastinya kita juga dapat jawaban
salam. Percayalah, setiap kebaikan yang kita lakukan lainnya juga pasti akan dibalas kebaikan.
Maka teruslah melakukan kebaikan.

Kita sering mempertanyakan keadilan. Tetapi apakah kita mengerti,adil itu apa? Apakah adil itu
harus sama rata? Seorang ayah memiliki dua anak laki-laki. Sang adik masih SD, sementara sang
kakak sudah SMA. Tentu, sang ayah akan memberi uang saku kepada sang kakak lebih banyak
daripada sang adik karena kebutuhan sang kakak lebih banyak. Sang adik pun yang tak mengerti
apa-apa merasa diperlakukan tak adil oleh sang ayah. Begitu halnya dengan kita, yang merasa
diperlakukan tidak adil oleh Tuhan. Karena kita tak mengerti apa-apa. Kita sama seperti sang
adik yang tak mengerti alasan sang ayah memberi uang saku kepada sang kakak lebih banyak.

Bukankah kita sering beribadah hanya untuk menggugurkan kewajiban? Kita menghadap Tuhan
hanya saat sedang butuh. Kita mendekat pada Tuhan hanya saat menginginkan sesuatu. Kita
meminta pertolongan hanya saat kita sedih, hanya saat kita memiliki masalah. Lalu kita
menuntut hak? Sungguh tak pantas.
Rencana Tuhan Memang Indah

Dahulu saat saya baru lulus kuliah, yang ada di pikiran saya saat itu adalah bagaimana saya harus
segera mendapat pekerjaan. Saat itu, ada sebuah lowongan dari perusahaan Jepang yang berada
di daerah Karawang. Saya pun mendaftarkan diri agar dapat diterima di perusahaan tersebut.
Saya sangat berharap dapat diterima di perusahaan itu karena saya memang sangat ingin bekerja
di perusahaan Jepang, dengan harapan bekerja di perusahaan tersebut akan memudahkan impian
saya untuk dapat mengunjungi Jepang suatu saat nanti. Jepang adalah negara yang saya kagumi
karena keindahan bunga sakuranya, karena keindahan sikap orang Jepang yang terkenal sangat
jujur, karena kreativitas orang-orangnya yang sangat meginspirasi, dan karena majunya
teknologi.

Setelah mengirim berkas pendaftaran, beberapa hari kemudian saya dipanggil untuk mengikuti
tes awal. Sebelum tes, saya belajar dengan serius karena saya benar-benar menginginkan bekerja
di perusahaan tersebut. Hari tes pun tiba, dan saya mengerjakan tes dengan segala kemampuan
yang saya miliki. Pada hari itu juga, langsung diumumkan siapa saja yang lulus pada tes awal itu,
dan ternyata saya tidak lulus. Sejenak waktu terasa berenti berputar, sedih rasanya. Meski saya
tetap tersenyum, tetapi ternyata hal itu belum cukup untuk menutupi perasaan sedih saya yang
kemudian diketahui oleh teman saya. Dia mencoba untuk menghibur saya. Walau hati masih
terasa berat, tapi saya harus merelakannya.

Dulu saya berpikir bahwa kegagalan saya dalam seleksi penerimaan pegawai baru di perusahaan-
perusahaan yang saya lamar adalah suatu hal yang buruk bagi saya. Tapi saya salah, ternyata hal
itu adalah anugerah. Tuhan menyiapkan hal yang lebih indah daripada yang saya inginkan. Saat
saya tidak menyadari bahwa rencana Tuhan memanglah indah, seperti halnya saya yang tidak
menyadari bahwa kupu-kupu yang indah itu lahir dari ulat yang menjijikan. Seperti halnya saya
yang tidak menyadari menawannya pelangi itu hadir setelah hujan badai. Seperti halnya saya
yang tak menyadari eloknya mentari pagi itu hadir setelah malam yang gelap dan menakutkan.

Kita hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan. Tapi percayalahm sebaik-baik rencana
hidup kita, rencana Tuhan pasti jauh lebih baik. Seindah apa pun rencana kita, rencana Tuhan
jauh lebih indah. Jangan bersedih jika hidup kita tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan,
karena Tuhan memiliki rencana yang lebih indah dari apa yang kita rencanakan. Ingatlah bahwa
saat Tuhan tidak memberikan yang kita inginkan, hal itu karena Dia hendak memberikan yang
kita butuhkan.
Menikah
Pernikahan merupakan ikatan cinta yang agung. Bukan hubungan yang main-main. Ada
komitmen yang nyata di dalamnya. Ikrar dua insan untuk saling mengasihi dan hidup bersama-
sama selamanya. Banyak orang yang berpendapat bahwa hal yang paling membahagiakan dalam
hidupnya adalah ketika menikah. Lihatlah betapa banyaknya buku yang membahas tentang
pernikahan. Betapa banyaknya kajian yang bertema pernikahan. Rasa-rasanya tak ada orang
yang tak ingin menikah. Terlebih, bagi seseorang yang sudah lama hidup sendiri, menikah adalah
hal yang begitu ia idamkan.

Allah menciptakan manusia itu ada dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, bukan semata
karena fisik saja yang berbeda, tapi banyak hal yang membuat keduanya berbeda. Hal yang
berbeda itu disatukan dalam ikatan pernikahan untuk saling melengkapi. Maka syarat menikah
dalam Islam itu harus laki-laki dan perempuan, tak diperbolehkan jika yang menikah itu laki-laki
dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan, hal itu akan menimbulkan kerusakan.
Pernikaahan memang membuat hidup menjadi lebih sempurna. Maka, hal itu adalah hal yang
sangat ditunggu-tunggu setiap orang. Saat gelisah ada yang menghibur saat terpuruk ada yang
menyemangati, saat lupa ada yang mengingatkan, ke mana-mana selalu ada yang menemani.

Menikah memang bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan nekat. Menikah itu butuh
persiapan. Tapi menikah juga bukan hal yang harus ditakuti. Manusia itu takut lemah. Tidak
dapat hidup sendiri. Saat baru lahir kita butuh orangtua untuk menjaga dan merawat kita.
Kemudian kita butuh seorang guru untuk mengajari kita. Kita butuh petani untuk memenuhi
kebutuhan pangan kita. Kita butuh polisi ketika sedang terancam. Kita butuh dokter ketika sakit.
Dan ketika kita dewasa, kita membutuhkan seorang pendamping hidup. Pendamping yang
mengisi kekurangan kita dengan kelebihannya. Sehingga jika bersama dengannya, hidup terasa
lebih sempurna.
Mendekati Al-Qur’an
Kita benar-benar sibuk dengan sekolah, kuliah, dan bekerja karena menganggap itulah cara
memperoleh kebahagiaan. Kesibukan itu bahkan hingga membuat kita tidak pernah menyentuh
Al-Qur’an, bahkan satu ayat pun kita tak sempat membacanya. Padahal sebenarnya sudah jelas
cara memperoleh kebahagiaan terdapat dalam Al-Qur’an. Maka, sangatlah aneh jika seseorang
menginginkan kebahagiaan tapi tak pernah menyentuh Al-Qur’an sama sekali. Al-Qur’an
merupakan kalam yang benar-benar turun dari Allah. Tidak ada campur tangan manusia sedikit
pun. Al-Qur’an dapat dijadikan pedoman dalam kondisi apa pun sampai kapan pun. Meski
zaman berubah sedemikian rupa, kita tetap dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman.

Ketika kita sedang dalam sebuah perjalanan dalam menuju tempat yang belum pernah kita
kunjungi sebelumnya, kita pasti membutuhkan petunjuk agar bisa ke tempat tujuan dengan
benar. Tanpa adanya petunjuk, bisa saja kita tersesat ke tempat lain dan akhirnya kita tak pernah
menemukan tempat tujuan kita yang sebenarnya. Begitu halnya dengan hidup. Hidup merupakan
sebuah perjalanan dan dalam perjalanan ini kita memiliki tujuan. Maka, tanpa berpegang teguh
pada Al-Qur’an yang merupakan petunjuk hidup kita, kita tidak akan dapat mencapai tujuan kita
yang sebenarnya. Kita akan tersesat ke tempat yang penuh dengan siksaan yang pedih dan
menderita selamanya. Jadi, jangan pernah meninggalkan Al-Qur’an agar kita tidak tersesat dan
dapat sampai pada tujuan.

Saat sedih, kita sering kali menghibur diri dengan mendengarkan musik. Mungkin kita memang
terhibur, tapi rasa gundah di hati tetap tak hilang. Saat sedih, cobalah baca Al-Qur’an, hal itu
akan membuat kita lebih tenang dan dapat mengurangi kesedihan kita. Mungkin, ada di antara
kita yang setiap harinya tak pernah meninggalkan Al-Qur’an, kita selalu mambacanya tiap hari,
tetapi ternyata, kita tetap saja masih merasa sedih. Al-Qur’an jangan hanya dibaca. Bukankah
banyak sekali orang yang merasa membacanya saja sudah cukup? Memang benar, dengan
membacanya kita akan memperoleh pahala. Tetapi, dengan membacanya saja tak mungkin kita
bisa menjadikannya sebagai pedoman kita. Kita juga perlu menghafalkannya, kemudian
memahaminya, dan mengamalkannya.

Al-Qur’an merupakan surat cinta dari Allah untuk kita. Pimpinan dari segala pimpinan. Raja dari
segala raja. Tak sadarkah kita akan hal itu? Ternyata kita malah sering meninggalkan Al-Qur’an.
Ternyata kita malah tidak sadar akan hal itu. Sangat jarang kita membacanya. Apalagi
menghafalkannya. Apalagi memahaminya. Apalagi mengamalkannya. Orang yang tidak
sadarkan diri adalah orang pingsan. Berarti selama ini kita menjalani hidup dengan pingsan.
Tidak sadarkan diri.
Sabar Itu Tiada Batas
Pasti ada sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak bisa kita ubah dalam kehidupan ini. Kita
mau tidak mau harus menerimanya. Mau sabar atau tidak, hal itu akan tetap terjadi, jadi lebih
baik sabar saja. Karena jika kita sabar menghadapinya, kita pasti akan memperoleh kebahagiaan.
Seperti petuah yang sering kita dengar yaitu, man shabara zhafira, yang artinya siapa yang
bersabar akan beruntung. Kunci untuk sukses pun adalah sabar menekuni hal yang bisa
mengantarkan kita menuju kesuksesan itu. Seseorang memang harus sabar untuk berlama-lama
dengan hal yang membuatnya dapat meraih apa yang diinginkan. Tetapi, bukankah banyak orang
yang tidak bersabar untuk berlama-lama dengan hal itu? Malah banyak orang yang sebentar-
sebentar sudah berenti, sehingga, dia tidak memperoleh apa pun. Banyak orang yang
menginginkan hasilnya saja, tetapi tak sabar dengan prosesnya. Tentu orang yang sabar dalam
proseslah yang akan berhasil.

Sabar juga dapat menolong kita dalam hal apa pun. Karena sikap sabar dapat mengingatkan
seseorang bahwa segala musibah yang menimpanya adalah takdir Allah Swt. Takdir Allah itu
pasti selalu yang terbaik bagi kita. Karenanya, melalui sabar membuat seseorang patuh dan taat
kepada Allah, serta mengekang hawa nafsu dari perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya. Sabar
berarti selalu menaati Allah, menjauhi maksiat dan menerima kehendak Allah. Setiap orang pasti
diberi cobaan dari Allah. Ketika diberi cobaan, kita diberi pilihan tetap bersabar atau tidak. Jika
bersabar berarti kita beruntung. Jika tidak, berarti kita celaka.

Ketika diberi harta melimpah, membuat seseorang selalu bersyukur kepada Tuhan. Ia taat kepada
Tuhan. Namun, seketika diberi cobaan karena harta yang sedikit, ia menjadi gelap mata, ia
halalkan segala cara untuk memperoleh harta yang banyak. Kita harus bersabar untuk selalu taat
dan tidak menuruti hawa nafsu. Kita mungkin berpikir hal ini adalah hal yang berat. Tapi,
tahukah kalian jika kita tidak taat di dunia, kita akan merasakan kepahitan di akhirat. Maka
biarlah kita merasakan sedikit pahit di dunia agar di akhirat kita merasakan manisnya hidup.
Teruslah Bersyukur
Si kaya tidak pernah merasakan kebahagiaan karena terus-terusan haus akan harta. Si miskin
tidak pernah merasakan kebahagiaan karena terus-terusan dilanda kekhawatiran akan rasa lapar.
Seorang yang sedang sakit tidak pernah merasakan kebahagiaan karena menderita akan
penyakitnya. Seorang yang dilanda masalah hidup yang berat tidak pernah merasakan
kebahagiaan karena terus tertekan akan masalahnya. Mereka tidak bisa bahagia karena selain
menghilangkan kesabaran pada dirinya, mereka juga menghilangkan rasa syukur. Padahal
bersyukur adalah cara untuk memperoleh kebahagiaan dalam kondisi apa pun. Selama kita
hidup, pasti ada hal yang bisa disyukuri. Jangan menanyakan hal apa yang belum kita dapatkan,
tetapi coba tanyakan apa yang belum kita syukuri.

Sering kita mengeluh atas apa yang diberikan Allah kepada kita, apa kehendak Allah kepada
kita. Kita begitu iri jika melihat kehidupan orang lain. Tapi sadarkah kita bahwa banyak orang
yang juga menginginkan hidup seperti yang kita punya. Sedangkan kita masih saja mengeluh
dengan apa yang sudah ada pada diri kita. Kenapa begitu? Karena kita tidak pandai dalam
bersyukur, karena kita tidak mencintai yang sudah ada, yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Apa yang terdapat pada orang lain sering kali terlihat indah oleh mata kita, sehingga, kita
melupakan hal indah yang sudah kita miliki.

Kebahagiaan itu adalah, ketika mendapat ujian dan cobaan kita masih dapat mengucapkan
Alhamdulillah. Karena bagi orang yang pandai bersyukur, hal-hal yang tampak tak indah bagi
orang lain masih tampak indah baginya. Yang menurut orang lain tak adil, masih adil baginya.
Yang menurut orang lain menyakitkan, tidak terasa menyakitkan baginya. Kepada orang yang
memberikan hadiah kepada kita saja, kita akan berterima kasih dan terkadang kita juga ingin
membalas kebaikan itu kepadanya. Lalu bagaimana dengan Zat yang memberi kita segalanya,
yang memberi kita hidup, kenapa kita malah sering mengeluh. Padahal nikmat yang duberikan
takkan pernah bisa kita hitung banyaknya.
Ujian Itu Bukan Masalah
Sebenarnya suatu hal menjadi sebuah masalah, karena kita sendirilah yang menganggap hal itu
adalah masalah. Misalnya, banyak orang menganggap seseorang tak memiliki handphone adalah
masalah, tapi ada juga yang baik-baik saja meski tak memiliki handphone. Ada yang merasa
tidak bisa kuliah itu adalah masalah, tapi ada yang bahkan SMP saja tak lulus, menanggapimya
biasa saja. Ada yang merasa tak memiliki uang banyakitu adalah masalah, tapi ada yang bahkan
ketika itu tak memiliki uang sama sekali menganggapnya biasa saja. Bagi seorang muslim, tak
ada yang namanya masalah, yang ada hanya ujian.

Jika ada pertanyaan masalahmu apa? Bagi mahasiswa semester akhir mungkin akan menjawab
masalahnya adalah, apabila tugas akhir tak kunjung selesai. Bagi seorang yang sakit, mungkin
akan menjawab masalahnya adalah penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Bagi seorang yang
miskin, mungkin akan menjawab masalahnya adalah tak memiliki harta. Kita akan menjawab
pada suatu hal yang kita terbebani akan hal itu. Kita terbebani oleh hal itu karena kita terus-
terusan memikirkannya.

Allah memberikan ujian bagi mukmin bukanlah tanda murka dari-Nya, tapi sebaliknya Dia
memberikan ujian kepada kita sebagai tanda cinta. Manusia palimg dicintai Allah adalah Nabi
Muhammad saw., tapi justru beliaulah seseorang yang memiliki ujian paling berat dibanding
yang lainnya. Itulah mengapa ujian adalah tanda cinta, bukan tanda murka. Karena kemurkaan
Allah hanya bagi orang yang ingkar pada-Nya. Semakin berat ujian yang kita hadapi membuat
kita menyadari bahwa yang dapat menolong kita adalah Allah. Jadi hendaknya kita meminta
pertolongan kepada-Nya. Tidak ada satu pun ujian yang bisa kita hadapi selain atas pertolongan-
Nya.

Seberat apa pun ujian yang kita hadapi, yakinlah bahwa kita mampu untuk berdiri tegak
menghadapinya. Seberat apa pun beban itu, yakinlah kita mampu untuk memikulnya, karena
Allah hendak menguatkan pundak kita. Seberapa berat jalan yang menghalangi kita, yakinlah
kita mampu tuk tetap melangkah dan melewatinya.

Segala rintangan dan godaan yang menghadang, hadapilah dengan tegak berdiri dan bertawakal
kepada-Nya. Kita hendaknya selalu optimis untuk tetap melangkah, meski kaki terasa sangat
berat untuk melangkah. Tetap semangat dalam menjalani hidup, meski hidup terasa serba sulit.
Tetap maju ke depan, meski mata kita samar-samar melihat secercah cahaya yang ada di depan.
Ingatlah, setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Ketika seseorang buta penglihatannya, ia
justru memiliki pendengaran yang luar biasa. Ketika seseorang dipecat dari perusahaan, setelah
itu ia justru dapat membuka usaha sendiri dan mempekerjakan banyak orang. Ketika seseorang
berulang kali gagal, ia justru menjadi orang yang sukses di kemudian hari.
Mimpi
Impian adalah hal yang paling kita inginkan dan kita dambakan. Bermimpilah yang tinggi karena
orang hebat itu mimpinya tinggi. Tak perlu takut bermimpi tinggi karena kita memiliki Allah.
Saat kita memiliki impian yang tinggi, mungkin banyak orang lain yang memandang rendah.

Namun, bermimpi jangan bermimpi saja. Berani bermimpi berarti juga harus berani meraihnya.
Jangan hanya mengisi setiap aktivitas dengan fantasi saja. Memenuhi setiap keadaan dengan
khayalan fana. Itu bukanlah mimpi, itu hanyalah angan-angan kosong. Berusahalah sekeras
mungkin untuk mewujudkan mimpi itu.

Kita harus yakin bahwa mimpi itu akan terwujud. Jika kau meyakini hal itu takkan datang, maka
itu takkan pernah datang. Jika kita pesimis tidak bisa meraih sesuatu, maka kita takkan bisa
meraihnya. Kita harus yakin dan optimis bahwa kita bisa melakukannya.

Keterbatasan pun bukanlah alasa untuk tak bisa bermimpi besar. Karena orang hebat adalah
orang yang tidak mencari-cari alasan untuk tak melakukan sesuatu. Pecundanglah yang selalu
mencari-cari alasan. Seorang pemenang menganggap keterbatasan adalah rintangan bukan
halangan.

Ada orang yang tak mau mengejar mimpinya karena takut gagal. Tak mau merasakan rasa sakit.
Manis itu dirasakan karena kita tahu rasanya pahit. Padahal, saat kita sakit dan ingin sembuh kita
harus mau menelan pil yang pahit. Bermimpilah setinggi mungkin.
Cukuplah Allah sebagai Penolong
Bukanlah hal yang mustahil jika salju turun di musim panas. Bukanlah hal yang mustahil jika
bunga bermekaran di musim kemarau. Ya, tidak ada yang mustahil. Tidak ada yang tidak
mungkin. Jika Allah sudah menghendaki, segalanya bias terjadi.

Terjadi kondisi yang begitu mencekam ketika Nabi Ibrahim as., akan dilemparkan ke dalam api.
Melihat hal itu, kemudian Jibril as., menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim. Namun, Nabi
Ibrahim menolaknya dan berkata, ‘ Dia ( Allah ) sendiri sudah cukup bagiku, dan Dia sebaik-
baik penjaga. ‘’ Seketika itu api pun menjadi sejuk. Hal yang hampir sama terjadi pada
Rasulullah saw. Ketika Rasul sedang tidur, tiba-tiba ada orang Badui yang mengambil pedang
Rasul dan menghususkannya kepada Rasul. Seorang Arab Badui itu kemudian bertanya kepada
Rasul. ‘’ Siapakah yang dapat melindungimu dari aku? ‘’ Rasul kemudian menjawab dengan
tegas, ‘’ Allah ‘’, seketika itu juga orang Badui itu gemetar dan jatuh, lalu ia duduk bersimpuh di
hadapan Rasul.

Lalu bagaimana dengan kita? Ketika kita sedang dihimpit kesulitan yang begitu rumit, kepada
siapa kita meminta tolong? Kita bingung ke sana kemari. Frustasi hingga membuat kita putus asa
karena tak ada yang mampu menolong kita.

Ingatlah soal matematika itu yang membuat soalnya adalah guru matematika. Jika kita Tanya
kepada guru biologi, guru bahasa, dan guru lainnya mungkin akan kesulitan menjawabnya.
Sehingga tidak ada yang lebih bias menjawab soal itu selain guru matematika itu sendiri. Begitu
juga dengan persoalan hidup yang kita punya. Yang memberikan soal itu Allah, sehingga tidak
ada yang lebih tahu solusinya kecuali Allah. Jadi jika ada persoalan yang berat, mintalah
pertolongan kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai penolong dan Dia adalah sebaik-baiknya
penolong.
Dirikanlah Salat
Kondisi terdekat Tuhan dengan hamba-Nya adalah ketika hamba bersujud kepada-Nya. Jika tak
ada bahu sebagai tempat untuk menyandarkan diri kita saat kita dirundung berbagai ujian,
ingatlah bahwa, masih ada lantai yang setia menunggu kita untuk bersujud.

Menurut Sayyid Quthb, sesungguhnya salat adalah hubungan dan pertemuan antara hamba dan
Tuhan. Hubungan yang dapat menguatkan hati, hubungan yang dirasakan oleh roh, hubungan
yang dengannya jiwa mendapat bekal di dalam menghadapi realitas kehidupan dunia. Ini
merupakan sumber yang memancar dan senantiasa dapat diperoleh setiap mukmin yang
menginginkan bekal di jalan, ingin minum ketika haus, ingin meminta bantuan ketika bantuan
terputus dan menginginkan persediaan barang-barang persediaannya habis.

Jika seorang pegawai memutuskan hubungan dengan kantornya, maka kantor tersebut sudah tak
berhak lagi memberikan gaji, asuransi kesehatan, pinjaman, dan bantuan lain kepada pegawai itu.
Jika seseorang memutuskan hubungan pertemanan dengan temannya, maka temannya mungkin
tidak akan peduli lagi dengannya. Jika seseorang memutuskan hubungan dengan keluarganya,
maka keluarganya mungkin sudah enggan membantunya. Pun begitu, bagaimana Tuhan akan
membantu seorang hamba-Nya sementara hamba-Nya memutuskan hubungan dengan-Nya. Salat
merupakan tiang agama, jika seseorang tidak salat maka robohlah agamanya, jika roboh
agamanya maka hancurlah hidupnya. Seseorang menginginkan kebahagiaan tapi ia
meninggalkan salat, maka ia takkan pernah menemukan kebahagiaan itu. Seseorang ingin
persoalan yang dimilikinya selesai tapi ia meninggalkan salat, maka ia takkan pernah
mendapatkan solusi. Dengarkanlah baik-baik ketika Allah memanggil kita untuk salat melalui
adzan.

Separah apapun kondisi kita, kita pun tidak dibolehkan untuk meninggalkan salat. Ketika kaki ini
sudah tak mampu berdiri, kita tetap diperintahkan salat meski hanya dengan duduk. Ketika kita
juga sudah tak mampu lagi untuk duduk, kita tetap diperintahkan salat meski hanya dengan
berbaring dan dengan beberapa gerakan. Bahkan selama ini kita masih sadar, meski kita sudah
tak mampu mengucap, sudah tak mampu menggerakkan tubuh sama sekali, kita tetap
diperintahkan salat walau hanya dengan hati kita saja. Kita baru terbebas dari perintah salat
ketika nyawa telah lepas dari tubuh kita, itulah waktu saat kitalah yang disalati.
Sehat Itu Kaya
Kebahagiaan adalah, memiliki mata yang masih bias untuk melihat, telinga masih bias
mendengar, lidah yang masih bisa merasa, mulut yang masih bisa mengucap, hidup yang masih
bisa mencium, tangan yang masih mencium, tangan yang masih bisa menyentuh, dan kaki yang
bisa digunakan untuk berjalan.

Kesehatan ialah nikmat yang sering kali kita lupakan. Kenikmatan ini sebenarnya sangatlah
mahal. Jadi, bagi orang yang sakit, orang yang sehat adalah orang yang sangat kaya. Kita tentu
tidak akan mau menukar penglihatan kita dengan uang berapa pun besarnya. Pun dengan anggota
tubuh yang lain. Saat sedang sakit, kita rela membayar biaya berapa pun agar kita sembuh. Tapi
aenhnya, saat kita masih sehat, kita malah sering menyakiti diri dengan pola hidup kita.
Seseorang ingin berpuasa tapi ia terhalang karena sakit maag. Seseorang ingin tahajud, tapi tak
mampu bangun malam karena menderita demam. Seseorang ingin menghadiri majelis ilmu, tapi
terhalang karena harus dirawat di rumah sakit. Seseorang ingin membantu orang lain, tapi
terhalangan karena diri sendiri menderita penyakit. Saat kita sehat, mari manfaatkan semaksimal
mungkin untuk beribadah, menuntut ilmu dan melakukan kebaikan.

Kebiasaan sehari-hari kitalah yang akan membuat kita dapat menjaga kesehatan. Bagaimana pola
tidur kita, pola makan kita, apa yang kita makan, dan segala aktivitas yang menjadi kebiasaan
kita, hal itu sangat memengaruhi kesehatan kita. Saat kita masih sehat, mungkin kita baik-baik
saja dengan kebiasaan buruk kita, yang jauh dari pola hidup sehat. Tapi ketika sakit, barulah kita
menyesal dengan kebiasaan yang selama ini kita lakukan. Sunah yang sering kita lupakan oleh
kita salah satunya adalah tidur siang. Hal ini sebenarnya sangat penting untuk kesehatan tubuh.
Tapi karena padatnya kerjaan seorang karyawan yang bekerja di kantor, padatnya waktu pelajar
yang sekolah di sekolah yang memiliki waktu full day, serta seseorang yang sibuk dengan
banyaknya aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan, membuat banyak orang tidak sempat untuk
tidur siang.

Efeknya akan membuat seseorang mudah sakit. Di kantor-kantor dan sekolahan-sekolahan di


Jepang telah menerapkan sistem untuk memberi waktu tidur siang bagi siswa-siswa dan
karyawan-karyawannya.
Waktu Tak Pernah Berhenti
Waktu akan terasa begitu cepat jika kita hanya diam dan tidak melakukan sesuatu. Sangat rugi
jika orang lain mengatakan pada kita jika kita tidak berubah, yang mungkin sering kita jumpai
saat bertemu teman lama. Waktu tak pernah menunggu kita. Waktu terus bergerak dan berjalan
maju, tak pernah berhenti, atau mundur untuk kembali. Waktu yang telah digunakan untuk hal
yang tidak berguna, hanya akan tersisa penyesalan. Karena waktu merupakan karunia yang
sangat besar. Setiap orang memiliki waktu sendiri-sendiri. Saat ada yang ulang tahun,
kebanyakan orang menganggap hal tersebut tentang pertambahan usia saja. Tapi sadarkah,
bahwa hal tersebut merupakan jumlah waktu kita yang berkurang, semakin dekat menuju angka
nol. Momen tersebut lebih baik digunakan untuk muhasabah diri.

Aneh, ketika ada seseorang yang bingung akan melakukan aktivitas apa saja untuk hari ini.
Aneh, ketika ada seseorang yang memiliki waktu luang tapi tak tahu harus melakukan apa.
Padahal maut terus mengejarnya. Jangan sampai kita menyesali waktu yang telah berlalu karena
tidak ada perubahan yang lebih baik dari diri kita dan tidak adanya waktu yang kita gunakan
dengan aktivitas yang bermanfaat. Padahal kita akan dimintai pertanggungjawaban nantinya,
waktu yang diberikan pada kita digunakan untuk apa saja.

Orang-orang besar tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ia punya dengan aktivitas yang sia-
sia.
Berpikir Positif
Manusia disebut makhluk yang paling sempurna dibanding dengan makhluk yang lain. Ia
sempurna karena manusia memiliki akal atau daya piker yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Menurut Imam Al-Ghazali, diri manusia bagaikan kerajaan dan hati merupakan raja, sedangkan
akal merupakan perdana menterinya. Ketika memutuskan segala sesuatu, tentu sang raja akan
meminta nasihat dari sang perdana menteri. Akal berfungsi untuk menangkap, membaca,
mengamati,menafsirkan, dan menyimpulkan segala sesuatu, serta memilah yang baik dan yang
buruk. Segala kejadian itu bergantung bagaimana akal kita mencernanya. Yang menilai kejadian
itu baik atau buruk adalah akal kita sendiri. Akal yang jernih pasti akan selalu berpikiran positif.
Pikiran yang selalu positif akan membuat segala kejadian itu tampak baik. Sedangkan pikiran
negatif, akan membuat segala kejadian itu tsmpak buruk.

Banyak orang yang terpenjara bukan dari balik jeruji besi, melainkan dari pikirannya sendiri.
Pikiran kitalah yang sering membelenggu kita untuk tak berani melakukan sesuatu. Padahal, kita
mungkin lebih hebat dari apa yang kta pikirkan. Tapi, pikiran kita menuntut kita untuk
melakukan aktivitas biasa-biasa saja.

Jika seseorang selalu berpikiran positif, ia akan membuatnya menjadi seorang yang yakin,
percaya diri, berani, optimis, bersemangat, selalu bersyukur, dan senantiasa bersabar. Ia takkan
mudah menyerah dan berputus asa. Karena baginya, dalam kegagalan pasti ada pembelajaran.
Dalam musibah pasti ada hikmah. Dalam keterbatasan pasti ada peluang. Dalam kelemahan pasti
ada kelebihan. Dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam kondisi yang mustahil sekalipun
pasti ada keajaiban. Dan, dalam segala hal buruk pasti ada kebaikan.

Ia juga takkan mudah tersakiti. Ketika ada orang yang memarahinya, ia takkan bersedih. Ketika
ada orang yang mengkhianatinya, ia takkan kecewa. Ketika ada orang yang berbuat salah
kepadanya, ia takkan marah. Ketika diberi musibah, ia tetap tabah. Ketika diberi ujian, ia tetap
bertahan. Sementara, pikiran negatif sering kali hanya akan menyakiti diri sendiri. Diberi nasihat,
ia menganggapnya ocehan yang berisik. Diberi obat, ia menganggapnya racun. Bahkan diberi
uang pun, mungkin ia akan menolaknya, karena menganggap pemberian itu pasti punya maksud
yang jahat.

Sebenarnya kita tak pernah tahu apa-apa. Segalanya misteri. Tapi, kita senang sekali menduga-
duga. Kita hobi sekali berprasangka buruk. Kita suka menerka-nerka. Memberikan kesimpulan
tanpa ada data dan menuduh tanpa ada bukti. Kita benar-benar sok tahu. Hingga kita akan sakit
karena pikiran kita sendiri.
Tobat
Sebaik-baik seseorang, meski dia sangat taat kepada Allah dan telah berusaha menghindari
maksiat, tapi ia takkan luput dari salah, baik yang ia sengaja maupun tidak sengaja. Sehingga
hendaknya ia selalu bertobat dan beristighfar setiap harinya.

Jangan pernah berharap dapat bahagia di akhirat apabila kita masih memikul dosa yang masih
menumpuk. Ia akan memaksa dan menyeret kita ke tempat yang penuh dengan penderitaan.
Penderitaan yang abadi. Karena begitu banyaknya dosa yang kita miliki, mungkin ada yang
merasa putus asa untuk berubah menjadi lebih baik.

Ia berpikir ‘’ Percuma saja aku bertobat, aku sudah terlanjur sangat kotor. ‘’ Hal itu hendaknya
jangan sampai ada di pikiran kita. Sebanyak apa pun dosa kita, pintu tobat masih terbuka lebar.
Selama nyawa belum sampai ke tenggorokan, selama matahari belum terbit dari arah barat, pintu
tobat Allah masih sepenuhnya dibuka.

Jangan berputus asa dari segala dosa yang telah dilakukan. Allah sangat senang dengan hamba-
Nya yang meminta ampunan kepada-Nya. Bahkan, orang yang bertobat itu seperti bayi. Ia
kembali suci.

Seseorang dikatakan bertobat apabila ia memenuhi syarat-syarat tobat. Jika itu kesalahan kita
terhadap Allah, hendaknya ia memenuhi tiga syarat tobat yaitu menjauhi perkara itu, menyesal
dalam hati, dan bertekad untuk tidak mengulangi. Jika itu terhadap sesama manusia, ketiga syarat
itu ditambah dengan meminta halal kepada orang yang kita lukai. Maka, sangat berat jika kita
memiliki kesalahan kepada orang lain karena kita harus mendapatkan maaf darinya. Sehingga
hendaknya, kita jangan sampai menyakiti siapa pun.
Pesona Akhlak
Saat ada orang yang ramah dengan kita, kita pasti senang, tidak peduli dia rajin beribadah atau
tidak. Saat ada orang yang jujur, kita pasti senang, tidak peduli dia rupawan atau tidak. Saat ada
orang yang sangat sopan, kita pasti senang, tidak peduli dia kaya atau miskin. Dan saat ada orang
yang memiliki etika dan moral yang baik, kita pasti senang, bahkan kita tidak peduli dia
beragama apa.

Seseorang yang memiliki akhlak yang baik, pasti disenangi semua orang. Kita menilai seseorang
itu baik atau tidak, bukan dari tingginya ilmu yang ia miliki, bukan pula dari berapa banyak
ibadah yang telah ia lakukan, melainkan dari apa yang ia tunjukkan kepada kita, yaitu akhlak.

Karena, apalah arti ilmu yang tinggi yang ia miliki, jika tak mengubah akhlaknya. Apalah artinya
banyak ibadah yang ia kerjakan, jika ia tak berakhlak.

Anda mungkin juga menyukai