Anda di halaman 1dari 5

JODOH DAN MAUT

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang mana Allah SWT telah menciptakan
tujuh lapis langit tanpa tiang, dan menciptakan 7 lapis bumi tanpa gantungan, dan kita
umat Nabi Muhammad SAW bernaung pada-Nya.Kemudian solawat bermutiarakan
salam, tak jemu dan tak bosan-bosannya kita berikan kepada sang proklamator alam
baginda Muhammad SAW dengan mengucapkan kalimat “Allahumma sholli wasalim
wabarik ‘alaih.” Mudah-mudahan kita senantiasa mendapat syafaat yang dijanjikan oleh
Nabi Muhammad yaitu pada hari tidak bergunanya harta yang berlimpah, pangkat,
anak, dan cucu. Melainkan yang berguna hanyalah hati yang beriman.

Pemirsa dan hadirin yang dirahmati Allah SWT

Soal cinta memang menarik untuk dibahas. Berangkat dari sebuah rasa sesuatu yang
tidak tampak disampaikan lewat mata dan kata. Tidak semua orang mampu
menempatkan cinta dengan tepat. Sedikitnya ada dua sisi, cinta mulia atau tidak mulia.
Bagaimana jika kita menginginkan kemuliaan tentang cinta yang kita punya?

“Menikah adalah solusi untuk dua orang yang saling mencintai” dan kalimat ini
terdengar melegakan dan juga mendebarkan. Melegakan bagi sepasang kekasih yang
benar-benar butuh solusi atas cinta yang ingin mereka jaga, tentu mereka tidak ingin
terjadi perzinahan. Menjadi mendebarkan bagi sepasang kekasih yang saling mencintai,
tetapi belum siap untuk melaksanakan pernikahan dengan alasan; masih sekolah, masih
kecil, masih belum mapan dan masih banyak alasan lainnya.

Menikah memuliakan sunnah. Betul sekali. Pernikahan juga menjadi sesuatu yang wajar
untuk ditargetkan. Paling tidak, ada umur yang disebut karena merasa cukup dewasa
untuk menikah. Positifnya, kampanye merah jambu pernikahan telah berhasil mendapat
perhatian dari anak muda yang memegang prinsip ke-jombloan-nya. Adapula yang baru
sadar, kenapa pacaran lebih baik tidak dilakukan? Hasilnya unik, yang ingin menikah
tentu belajar dan mencari tahu mengapa menikah jadi solusi untuk cinta.

Sayangnya, ketika seluruh fokus dikerahkan menuju kata pernikahan, masa depan pun
mengalami pergeseran makna. Ia seringkali menjadi lelucon. Bukan sesuatu yang
terkesan memaksa saat masa depan dikaitkan dengan pernikahan, tetapi apa dan
kenapa fokus masa depan itu hanya pada kata menikah? Padahal masa depan itu bisa
diartikan dengan keadaan pribadi, orang tua atau lingkungan.

Kajian nikah muda tidak ada salahnya untuk mengikuti acara bermanfaat macam itu.
Benar memang, kalau kita perlu ilmu untuk memahami banyak hal. Karena banyak hal
yang tidak bisa semaunya diatur sendiri. Ada poin yang harus diperhatikan kalau
memang siap menikah di usia muda. Kita tidak tahu kapan kita siap. Allah telah
mengatur segalanya, baik rezeki, jodoh dan maut sejak ruh ditiupkan.

Tunggu, bisakah kita berhenti sejenak jika ini memang terlalu jauh? berhenti untuk
kembali meninjau pembahasan yang boleh jadi tidak akan kita lewati. Bukan suatu
keputusasaan melainkan mendahulukan sesuatu yang lebih pasti.

Apa? Mati?

Ya, tentang kematian yang datangnya bisa satu menit kemudian setelah tulisan ini
Anda baca. Begitu banyak hal yang bisa kita siapkan untuk jodoh tapi bukankah mati
adalah satu hal yang lebih pasti dari pada kedatangan jodoh?

Kajian nikah muda begitu ramai didatangi ikhwan dan akhwat. Tidak menafikkan kalau
memang tema pernikahan mudah menarik mereka untuk mendengarkan. Apa jika
kajian “mati muda” akan tetap ramai didatangi ikhwan dan akhwat?
Tanpa bermaksud menggurui siapa pun, pemantasan diri untuk seorang yang telah
Allah jodohkan terkesan lebih spesial dibanding dengan pertemuan seorang hamba
menuju Rabbnya. Lalu bagaimana jika sebelum sempat menikah kita telah didatangi
lebih dulu oleh malaikat maut? Bolehkah kita memintanya untuk menunggu? Saat
dijemput, bahkan kita tidak bisa memintanya menunggu guna bersiap-siap membawa
apa saja yang bisa kita bawa.

Adakah target kita mati? Bukan maksud menantang maut, bukan. Ini lebih kepada
meluruskan niat. Hidup kita untuk apa dan karena siapa kita akan pulang ke mana
nantinya. Sudah sebanyak apa perbekalan yang akan dibawa menuju kampung
halaman? Mengapa kita berani menargetkan untuk menikah dan melakukan
pemantasan untuk jodoh, sementara kita lupa bahwa akan datangnya kematian.
Ingatlah bahwa, ketika kita berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya maka kita akan
mendapatkan Allah dan Rasul-Nya. Ketika kita berhijrah untuk lelaki atau perempuan
yang ingin dinikahi, kita hanya mendapat itu.

Allah telah menentukan jodoh, dan kematian. Tidak ada yang tahu tentang hal
tersebut, berapa? Siapa? Kapan? Dan bagaimana?

Seringkali seseorang memikirkan hal-hal tersebut dengan risau, termasuk hal yang tak
asing ditelinga jika mengenal kalimat “perempuan yang baik akan dipasangkan dengan
laki-laki yang baik, dan begitupula sebaliknya.”. kalimat inilah yang membuat hampir
setiap orang berusaha menjadi lebih baik dengan angan-angan akan dijodohkan
dengan orang yang baik pula, serta sibuk mencari pasangan yang dirasa “klop”, sampai
mencari kebutuhan finansial untuk menikah nantinya.

Apakah Senaif itukah diri kita wahai sahabat? Yang dimana berlomba-lomba untuk
menjadi lebih baik hanya untuk memantaskan diri dengan jodoh kita? Hanya untuk
dipertemukan dan dipersatukan dengan pasangan hidup yang salih dan saliha?
Wahai sahabat, ketahuilah… kita tak hanya dinantikan oleh seseorang yang cantik atau
gagah rupanya. Jika kita berusaha menjadi lebih baik dengan berharap “imbalan”
berupa jodoh yang baik, lalu bagaimana jika ternyata jodoh kita itu adalah kematian?

Allah SWT Berfirman:

“Apabila telah tiba waktunya yang ditentukan bagi mereka, tidaklah mereka dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya.”[QS. An-
Nahl:61]

“Kami telah menentukan kematian diantara kamu dan kami sekali-kali tidak akan dapat
dikalahkan”[QS. Al-Waqi’ah:60]

Ketika kita terlalu sibuk menunggu jodoh dengan berbagai kriteria yang kita inginkan
dan kita idamkan, nyatanya kita hanya menunggu sang malaikat maut menjemput.
Kematian, tidak pernah tau kapan ia akan datang. Walaupun begitu, dia adalah
keniscayaan dan kenyataan. Dia akan benar-benar datang kapanpun itu.

Syarat mati tidak harus tua, lalu akankah semua amal kebaikan kita akan tetap
diterima? Akankah amal kebaikan kita mampu membawa dan menuntun kita ke
surgaNya? Tentunya kita semua tidak ada yang tahu.

“sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya”[QS, Ali Imran:145]

Kelak saat itu tiba, kelak akadnya dijalankan. Apakah kita dalam keadaan bersih atau
kotor. Akankah khusnul khatimah ataukah su’ul khatimah? Wallahua’lam bishawab.
Setelah itu akankah kita akan sakinah bersamanya? Tinggal di istana yang luasnya 1×2
meter saja.
Maharnya ialah seperangkat amal shalih, baik yang terus mengalir atau tidak
pahalanya, walaupun nilai maharnya tak besar, bisajadi dapat membuat istana kita
menjadi wangi, indah, dan membahagiakan. Mungkin juga kita akan mendapatkan
tamu undangan kita, seperti cacing, lintah, kalajengking atau ular. Saat ijab Kabul
selesai, kita membutuhkan doa dari sanak saudara, kaum muslimin serta anak-anak kita
agar dosa-dosa kita dihapuskan dan seluruh amal shalih kita diterima.

Persiapkanlah maharmu sebanyak mungkin wahai sahabat, untuk meminang atau untuk
dipinang. Dengan kematian…. Karena kita semua “berjodoh” dengan kematian.

Ingatlah, jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat untuk mati tidaklah harus
tua, dan janganlah terpedaya dengan sehat, karena mati tidak harus sakit. Saatnya
kembali ke diri masing-masing, renungkanlah, muhasabah lah. Untuk apa selama ini
kita mencoba memperbaiki diri.

Wallahu’alam bishowab

Wasslamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Anda mungkin juga menyukai