Anda di halaman 1dari 18

BAB IX

PERMAINAN RAKYAT RIAU

A. Permainan Rakyat
Permainan rakyat merupakan bagian dari tradisi lisan, pada hakikatnya sama
dengan permainan tradisional. Permainan rakyat dimainkan dengan metode yang
sederhana, misalnya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat, atau
berdasarkan kegiatan sosial sederhana seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian,
dan berkelahi-kelahian: atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan
seperti menghitung dan melemparkan batu ke suatu lubang tertentu. Semuanya
diekspersikan melalui gerakan fisik, nyanyian, dialog, nyanyian dan dialog, tebak-
tebakan, adu kecermatan dalam penghitungan, ketepatan menjawab pertanyaan,
belajar komunikasi dan sebagainya.
Permainan rakyat umumnya dimainkan oleh anak anak, namun beberapa
permintaan tertentu juga dimainkan oleh laki laki dewasa. Dimainkan antara 2 hingga
15 pemain yang berumur 4 hingga 16 tahun. Beberapa permainan membedakan antara
anak laki laki dan perempuan, namun pada permainan tertentu misalnya galah
panjang, patok lele, kasti, catur Melayu, dan permainan ya oma ya oma tidak
dibedakan anak laki laki dan perempuan. Berdasarkan sifat permainan, golongan
bersar, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding
(game). Perbedaan dari keduanya, bahwa yang pertama lebih bersifat mengisi waktu
senggang atau rekreasi sedangkan yang kedua dilaksanakan dengan metode
pertandingan.
Di dalam pelaksanaanya, setiap pemain mendapatkan peran peran yang
diputuskan melalui suten. Dikenal beberapa tertentu suten seperti suten daun, suten
gunting, suten gajah dan lain sebagainya. Suten dilakukan oleh dua orang pemain
menggunakan jari tangan sebagai media permainan. Dalam melakukan ini, tangan
atau jari jari diumpamakan sebagai hal lain. Misalnya, tangan terbuka diumpamakan
sebagai daun, tangan tergenggam sebagai batu dan telunjuk sebagai duri atau lidi.
Kedua orang pemain itu mengeluarkan tangannya secara serempak dengan memilih
salah satu dari tiga perumpamaan jari tangan yang telah disepakati. Kalau umpamanya
pemain A mengeluarkan batu, pemain B mengeluarkan daun, maka yang menang
adalah pemain B. Dari ketiga jenis perumpamaan tadi, kalah menangnya terjadi
sebagai berikut: (i) daun lawan batu, menang daun: (ii) batu lawan daun menang
daun: (iii) duri lawan daun, menang duri: (iv) duri lawan batu menang batu. Logika
kalah menang, penjelasannya sebagai berikut: (i) daun dapat membungkus batu, (ii)
batu dapat mematahkan duri: (iii) duri dapat menusuk daun. Disini yang kalah dan
yang menang mempunyai sendiri sendiri, dengan kesepakatan bersama, yang kalah
berperan apa, peranannya sesuai yang menang berperan apa. Biasanya yang kalah sut
mendapat peran lebih berat. Suten bukanlah inti permainan tetapi awal permainan
untuk menentukan peran peran yang harus dilakukan oleh setiap pemain. Cara ini
dirasakan adil, siapapun tidak akan menolak kalau mendapat peran yang lebih berat,
karena para pemain tidak tergantung kepada besar kecilnya tubuh, bentuk perawakan,
air muka, maupun sifat sifat dan watak pribadi tetapi, tergantung dari menang
kalahnya dalam suten. Setelah masing masing pemain mempunyai peran,
permainanpun dimulai.

B. Permainan Gasing.
Gasing ini benda yang terbuat dari kayu. Bentuknya bulat seperti buah labu.
Bawahnya runcing. Sedangkan bagian atasnya seperti berkepala, berbentuk bulat,
yang disebut jambul, serta sedikit ada lehernya, yaitu lekukan kecil atau cuma irisan
antara badan dengan jambul gasing. Fungsi leher gasing untuk melilit tali pemutar
gasing. Sedangkan bawahnya yang runcing untuk gasing berputar di porosnya pada
satu titik ketika dimainkan di atas tanah atau lapangan yang datar, lantai atau pun di
atas papan tapuk, sekeping papan kecil yang digunakan untuk mengangkat gasing
yang tengah ligat berputar. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian
kaki (paksi). Kayu yang sering digunakan untuk membuat gasing antaranya kayu
kempas, kemuning, merbau, rambai, bebaru, durian atau kundang. Namun kayu yang
paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau johol dan
merbau keradah. Jenis kayu mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih atau merekah.
Selain itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga bagus.
Boleh juga dibuat dari kayu-kayu yang mudah didapati seperti manggis, jambu batu,
ciku atau sawo, asam jawa.
Cara Bermain
Cara bermain gasing dimulai dengan melilitkan tali gasing di bawah jambulnya
sampai ke badan gasing hingga meliputi separuh atau nyaris seluruh badan gasing.
Berikutnya mengambil ancang-ancang. Gasing dipegang kuat dengan tangan kanan.
Setelah siap, dengan serta-merta gasing dicampakkan ke tanah sambil menyentak
talinya sekuat-kuatnya sehingga gasing itu meluncur ke tanah sekaligus berputar
seligatligatnya.

 Lomba Gasing Uri


Caranya sama-sama star melemparkan gasing ke tanah, lapangan, atau arena yang
sudah disiapkan. Gasing siapa yang berputar ligat dan tahan lama dia yang menang.
Dengan catatan, semua gasing berputar normal. (a) tidak locong, yaitu berputar
terbalik atau jambul ke bawah, dan (b) tidak keluar garis arena yang disepakai.
 Lomba Gasing Pangkah
Dimulai dengan kesepakatan atau osit. Siapa yang memangkah atau dipangkah
lebih dulu. Pihak yang dipangkah memutar gasingnya lebih dulu. Sedangkan pihak
pemangkah memutar dan atau memangkah gasing yang telah dipasang. Pemangkah
menang, (a) bila gasing dipangkah terbang jauh, (b) nilai kemenangan bertambah bila
gasing dipangkah jadi locong, (c) gasing dipangkah pecah. Pihak dipangkah menang
(a) bila gasing pemangkah malah yang mantul, terbang jauh dan berhenti berputar
lebih dulu, (b) gasing pemangkah locong, (c) pangkah tidak mengenai sasaran.
 Lomba Main Gasing Paduk
Di Mandah Indragiri Hilir ada kreasi lain permainan adu gasing ini. Selain adu
tahan lama (uri) dan adu pangkah, ada juga permainan adu ligat di papan paduk, upih
pinang atau selodang kelapa yang membentang, atau juga malah di telapak tangan.
Papan paduk itu dipersiapkan lebih dulu. Papan yang tipis lebih bagus. Panjangnya
sekitar sehasta. Lebih bagus lagi bila dibuat bertangkai, seperti papan penepak bola
batminton.
Cara bermain kreasi ini, gasing dimainkan dulu diatastanah atau lantai, dengan
menyentaknya seligat-ligatnya. Ketika gasing tengah berputar ligat ini si pemain
dengan kedua telapak tangannya dalam sekejab mata memindahkannya ke atas papan
tapuk. Semakin piawai si pamain sekilas menyentuh memindahkan gasingnya
semakin lama gasing itu tahan berputar di atas papan paduk. Sebaliknya, bila tidak
pandai bermain di papan paduk ini, gasing itu malah berenti seketika itu juga.
Tiap daerah juga memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut gasing Ini.
Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal.
Masyarakat Lampung menamainya pukang. Orang Kalimantan Timur menyebutnya
begasing. Sedangkan di Maluku disebut apiong. Orang Bugis Makasar dan orang
Nusa Tenggara Barat menamainya maggasing. Sedangkan masyarakat Bolaang
Mangondow di daerah Sulawesi Utara memberi nama paki. Orang Jawa Timur
menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan
dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari
kayu dinamai pathon.

C. Main Perang
Main perang adalah main perang-perangan secara beregu atau berkelompok.
Kelompok kawan dan kelompok lawan. Bentuk permainan lebih pada bagaimana
strategi menangkap lawan serta melakukan penyelusupan ke benteng lawan.
Mengandalkan kecepatan, kelincahan berkelit, mengacah-acah, serta memanfaatkan
kelengahan dan kelemahan pihak lawan. Tidak menggunakan alat bantu dan aksi
tembak-tembakan.
Permainan ini berawal masing-masing membuat kelompok, dan saling
berhadapan di tengah-tengah tanah lapang. Jumlah kelompok tidak ditentukan. Tetapi
antara kedua kelompok jumlahnya seimbang. Misalnya, dua lawan dua atau sepuluh
lawan sepuluh. Soal seimbang dilakukan juga dalam memilih teman seregu.
Berdasarkan kesepakatan. Tidak boleh pada satu regu Cuma diisi orang-orang kuat.
Sementara kelompok satunya lagi bergabung pula orang-orang lemah. Harus sama
rata. Dalam satu kelompok ada yang kuat lari. Ada juga yang tidak kuat berlari. Jarak
antara benteng ke benteng biasanya sekitar 30 meter sampai 40 meter. Yang dimaksud
benteng itu berbentuk garis saja sekitar sepuluh meter. Di luar garis itu adalah medan
perang walaupun dekat dengan garis benteng.
Cara bermainnya, perang dimulai ketika salah seorang dari kedua kelompok
itu keluar dari bentengnya mendekati benteng lawan untuk memancing kejaran lawan.
Bila dia langsung dapat masuk benteng lawan, tanpa dapat ditangkap pihak lawan,
maka kelompoknya dapat satu poin. Tetapi ini jarang terjadi pada serangan pertama.
Biasanya, pertama kali ketika keluar satu orang dari satu kelompok dia langsung
dikejar oleh salah seorang dari kelompok lawan. Berikutnya, yang mengejar itu
dikejar pula oleh temannya yang keluar kemudian dari dalam kelompok kawan. Di
sinilah selalu muncul fungsi yang lemah. Dia keluar dari benteng untuk mengumpan.
Ketika musuh yang dipancing sudah dekat, muncul pelari cepat yang memburu
musuh. Sifatnya, siapa yang baru keluar dari dalam kelompoknya dia berhak
mengejar lawan. Yang mengejar hanya boleh satu orang. Begitu juga sebaliknya. Satu
masuk benteng menyelamatkan diri dan satu lagi keluar benteng mengejar lawan yang
memburu kawan. Cara keluarnya pun berganti-ganti. Bila ada yang tertangkap dia
tidak boleh ikut main lagi. Kemenangan ditentukan pihak mana yang paling banyak
dapat poin atau menangkap jumlah lawan.
Sistem Nilai:
a) Bila dapat ditangkap lawan berarti dia mati dan tidak boleh ikut main lagi.
b) Bila dapat menyelusup ke benteng lawan ada yang mati satu. Biasanya orang
yang paling dekat dengan penyelusup atau berdasarkan kesepakatan, atau juga
dipilih oleh kelompoknya orang yang paling lemah.
c) Penyusup dibebaskan keluar. Boleh dikejar atau ditangkap lagi setelah
jaraknya dari benteng lawan sekian langkah.
d) Permainan berakhir setelah salah satu pihak banyak yang mati atau tidak bisa
lagi mengendendalikan benteng yang terus disusupi.

D. Main Rimau-Rimau
Main rimau-rimau, yaitu permainan dua orang yang mengambil posisi sebagai
harimau dan seorang yang diburu harimau. Sedangkan sekawan orang, lima sampai
sepuluh orang, menjadi pagar tempat orang melarikan diri dari kejaran atau terkaman
harimau.
Cara bermainnya:
1. sekawanan orang membentuk lingkaran dengan masing-masing orang
menggenggam tangan kawan di sebelahnya. Orang yang berposisi sebagai
orang yang dikejar harimau dan harimaunya berada di luar kandang.
2. Ketika aba-aba dibunyikan, sang harimau langsung mengejar orang yang ingin
ditangkapnya. Orang yang ingin ditangkap ini lalu melarikan diri. Bisa lari
berkeliling lingkaran atau langsung masuk lingkaran yang maksudnya sebagai
pagar.
3. Bila merasa tidak kuat berlari dikejar harimau, orang yang dikejar bisa masuk
ke pagar untuk minta bantu menyelamatkan diri. Harimau yang kelaparan pun
melanggar-melanggar pagar untuk mencapai sang mangsa. Sementara tangan
sekawanan orang yang berfungsi sebagai pagar terus merapat barisan
menghadang agar harimau tidak bisa masuk. Sedangkan orang yang dikejar
senantiasa diberi ruang dan lubang untuk menyelamatkan diri atau melarikan
badan.
4. Posisi harimau dan orang yang dikejar akan berganti bila sang harimau dapat
menggapai atau mengejar orang yang dikejar. Habis dua orang yang berperan
sebagai harimau dan orang yang dikejar harimau, lalu diganti pula oleh
pasangan lain dari orang-orang yang sebelumnya memainkan peran sebagai
pagar. Yang kuat lari berlawan dengan yang kuat lari. Yang gemuk bisa pula
berlawanan dengan yang kurus bila mereka sama-sama tidak kuat lari.

E. Permainan Ligu.
Di Mandah-Kateman dan sekitarnya, daerah yang nyaris 100 persen hidup dari
perkebunan kelapa rakyat, menyebut permainan ini dengan nama sengki. Permainan
ligu atau sengkiini menggunakan bilah atau stik sepanjang sedepa atau sekitar 40 cm
dan lempengan tempurung kelapa yang dibentuk serupa hati sekitar 6x8 cm atau 8x10
cm. Seperti bermain golf, stik digunakan sebagai alat penepuk atau pemukul.
Sedangkan bilah tempurung sengki dijadikan alat yang ditepuk atau dipukul. Jadi stik
bilah itu gunanya untuk mempelantingkan buah sengki. Mainnya dilakukan secara
beregu. Satu regu boleh dua sampai enam orang. Ada pihak kawan. Ada pihak lawan.
Saling berhadapan.
 Jalan Permainan
Persiapan permainan dimulai dengan memilih teman seregu.
Jalannya permainan dimulai memilih kawan seregu. Caranya masing-masing
melambungkan buah ligu atau sengki. Ligu telentang bergabung dengan rekan yang
telentang lainnya, sedangkan ligu yang telungkup bergabung dengan yang telungkup
pula. Bila terjadi sama, sama-sama banyak yang telentang atau sebaliknya banyak
yang telungkup, yang lebih banyak samanya diundi lagi dengan melambung ligu itu
berkali-kali hingga terdapat kawan seregu dengan jumlah yang sama.
Untuk menentukan regu mana yang berhak membawa lebih dulu, kedua ketua
regu melambung kepingan ligunya lagi. Yang telungkup kalah, dan yang tertelentang
menang. Jika terjadi persamaan maka akan diulang beberapa kali lagi supaya ada
yang kalah dan ada pula yang menang.
Bagi kelompok yang kalah, disebut menahan. Ligu yang kalah masing-masing
ditancap ke tanah atau lapangan secara berbanjar dan sejajar. Jarak antara satu ligu
atau sengki dengan ligu yang lainnya seukuran satu langkah atau istilahnya selangkah.
Regu yang menaik atau yang menang disebut penaik. Regu pertama yang melakukan
pemangkahan.

Permainan dimulai. Penaik bersiap dengan stik bilah di tangan kirinya. Ligu atau
sengki yang berada di tangan kanannya diletakkannya ke tanah menghadap sengki
lawan yang akan dipangkah. Jarak antara yang memangkah dengan yang dipasang
disepakati dari awal. Sang penaik duduk setengah berjongkok. Kaki kirinya berpihak
ke tanah. Sedangkan lutut kaki sebelah kanannya ditekuk ke tanah atau ujung lututnya
mendekati tanah. Pangkal stik digenggamnya dengan tangan kirinya. Sedangkan
ujung stik “ditujuhkannya” di celah lekukan ligu yang berada di atas tanah. Setelah
berada dalam posisi siap begini, tangan kanannya, dengan satu sentakan langsung
menepuk atau menampar stik, sehingga buah sengki terbang melayang menuju ke
arah ligu yang akan dipangkah.
 Aturan Permain
Pertama, bila terkena ligu lawan tidak tumbang, pangkah harus diulang,
Kedua, dalam memukul, terserah mana saja yang kena dalam ligu yang berjajar, itu
sudah dianggap sah:
Ketiga, usaha yang naik mesti mengenai ligu lawannya:
Waktu memukul, sebut sebanyak buah si pemain. Umpamanya lawan lima orang,
sebutkan: “Cabang buah lima. Tapi umpamanya terkena buah ketiga, penaik terpaksa
meloncat tiga kali dari garis permulaan memukul. Setiap jatuh, bilah diletakkan
sebagai garis start yang baru.
Mulai lagi memukul dari garis langkah ketiga: dan berucap lagi seperti semula,
dengan menyebut sebanyak buah pemain: “Cabang buah kelima.”
“Keempat, kalah – menang.
Bila penaik sesudah sampai pada garis terakhir terlebih dulu dari lawannya, maka
merekalah yang dinyatakan sebagai pemenangnya: Mereka yang kalah dihukum
dengan hukuman memasang legu masing-masing, lalu dipangkah oleh yang menang
berkalikali hingga legunya pecah.
Pangkah memangkah ini, jumlahnya dijanjikan dulu sebelum bermain.
Tujuanhukuman, untuk menghabiskan atau menusnahkan ligu atau buah sengki
lawan. Karena itu dalam bermain ligu, masing-masing mempersiapkan ligunya
beberapa buah setiap orang.
 Pertukaran Naik
Pertama, bila sudah seluruh lawan yang naik habis membawa, sedangkan ligu lawan
masih tertinggal/masih tertancap biar pun sebuah saja, dianggap mati. Lalu dilakukan
pertukaran posisi penaik dengan penahan. Mereka yang semula sebagai menahan jadi
pihak naik, yang naik jadi penahan.
Kedua, kalau seluruh kawan seregu tak mengenai sasaran pukulan, maka giliran naik
jatuh pada pihak lawan.

F. Jong
Perahu jong permainan anak lelaki pesisir 1 dan pulau negeri Melayu.
Namanya perahu. : Tetapi sebetulnya adalah duplikat atau tepatnya 1 miniatur sebuah
perahu. Ada layarnya. Ada : kemudinya. Beda dengan perahu pada umumnya, 1 selain
bentuknya kecil, perahu jong ini bentuknya » panjang dan ada anak perahu di samping
1 kanannya, yang dinamakan kate atau ganda kate. | Jong dengan katenya dilekatkan
dengan kayubilah I kecil yang dipasang melintang. Perahu jong ini dibuat dari kayu
pulai. Sejenis kayu lempung, ringan dan mudah (4 dibentuk. Tukang ahli membuat
perahu jong ini : biasanya membentuk berbagai rupa ornamen jong 1 untuk
memperindah jong. Ada sauknya berkepala 1 naga. Ada juga berkepala burung.
Begitu pula bila j sudah sampai ke tangan peminat atau pemilik « jong. Dia akan
memoles dengan memberikan berbagai corak cat kesukaan masing-masing.
Ukuran perahu jong ini beragam. Ada besar dan ada pula kecil. Tetapi rata-
rata yang | dimainkan untuk dilombakan panjangnya sekitar 1,30 hingga 1,35 meter.
Lambung perahunya 1» dikeruk layaknya sebuah perahu, tetapi ditutup 1 sedemikian
rupa, selain agar air tidak masuk, juga : untuk memperindah bentuknya. Di sisi kanan
j perahu dipasang kate, yang dilekatkan dengan « bilah kayu seukuran 1,40 meter.
Fungsinya sebagai « penyeimbang. Kalau tidak ada kate, perahu tidak bisa tegak
walaupun dalam kondisi tidak berlayar. J Perahu jong ini panjang kurus, sedangkan
layarnya cukup besar.
Soal layar. Untukjongberukuran 1,30hingga : 1,35 meter layar utama yang
dipasang agak lebih 1 tinggi daripada panjang perahu, yaitu antara 1,50 : meter-1,60
meter. Dilengkapi dengan layar kecil di depan layar utama, yang disebut jip.
Sedangkan kemudi jong terletak ujung ganda kate. Perahu jong dimainkan di laut,
pesisir, atau sungai, tempat angin bertiup bebas. Biasanya dimainkan ketika air laut
tengah pasang. Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pantai berpasir biasanya main
atau melepaskan jong ke laut atau sungai seraya mengarung air pantai yang dangkal.
Dilepas dari arah laut menuju ke pantai. Lalu bila ada jong yang lepas ke tengah laut
diambil menggunakan perahu yang sebenarnya. Sedangkan bagi mereka yang tinggal
di daerah berlumpur, seperti di Indragiri Hilir, memainkan atau melepaskan jong dari
arah laut atau seberang sungai dengan menggunakan sampan atau perahu. Jong
bergerak karena layarnya diterpa tiupan angin.
Seorang yang ahli bermain jong atau joki jong biasanya dia sangat tahu
bagaimana mengarahkan haluan jong, meregang atau menyetel ikatan tali layar
sampai menyetel kemudi jong agar bisa bergerak laju. Di Riau, seperti Dumai,
Bengkalis, Meranti, : Pelalawan, dan Indragiri Hilir menggemari permainan ini.
Begitu pula Kepulauan Riau dan daerah pesisir dan pulau lainnya.

G. Tam-Tam Buku
Tam tam buku,
seleret tiang batu,
patah lembing, patah paku,
anak belakang tangkap satu ...
bunyi lonceng pukul satu.
Cara bermain:
Diawali dua orang anak mengambil posisi berhadapan sebagai tiang pancang
rerumahan jermal. Tangan masing-masing dua orang anak ini (A dan B) saling
menggenggam dengan jari-jari mereka saling bertautan. Di bawah tangan yang
berpegangan ini selain tampak seperti rerumahan jermal, juga tampak seperti
terowongan untuk dilalui orang-orang.
Setelah rerumah jermal atau terowongan siap, sekawanan anak-anak lainnya
yang tidak ditentukan jumlah berderet berjalan menunduk sambil tiap-tiap orang
memegang bahu atau punggung atau juga pinggang teman di depannya. Ketika
berjalan sambil menunduk inilah dinyanyikan lalu Tam Tam Buku. Bila lagunya
sudah selesai lalu perangkap ambai memerangkap anak yang pas lalu di bawahnya.
Langkah-langkah dalam permainan ini bisa pula diurut sebagai berikut:
 A dan B berdiri berhadapan, lalu menautkan jari-jari kedua tangan orang ini,
untuk membuat rerumah jermal atau terowongan di bawah lengan mereka.
 Anak-anak yang menjadi tam tam buku lalu berderet berbaris memanjang ke
belakang. Satu orang berposisi memimpin barisan. Sementara masing-masing
yang di deretan belakang memegang bahu atau punggung atau juga pinggang
teman di depannya.
 Deretan barisan ini lalu berjalan berkeliling masuk keluar terowongan seraya
membungkuk-bungkuk sambil menyanyikan lagu Tam Tam Buku.
Tam tam buku,
seleret tiang batu,
patah lembing, patah paku,
anak belakang tangkap satu ...
bunyi lonceng pukul satu.
 Setelah Pas lagu selesai A dan Bmemerangkap salah satu anak yang ada di
bagian belakang. Kalau belum masuk ke bagian belakang deretan lagu terus
diulang.
 A dan B menahan anak dalam deretan yang terperangkap, dengan memberikan
satu pertanyaan, “Kamu menjadi matahari atau bulan?” Bila sang anak
memilih matahari, Dia akan berdiri di belakang A dengan memegang
punggung A. Sebaliknya, bila memilih bulan dia akan berdiri di belakang B
dengan memegang punggung atau atau bahu B.
 Untuk kepentingan mata pelajaran – sebelum masuk ke poin 5 di atas, A atau
B bisa memberikan satu pertanyaan berupa soalan dari sebuah mata pelajaran,
Misalnya soal dari pelajaran agama. “Apa yang dimaksud dengan rukun
Islam?” Baru kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan nomor 5, “Kamu mau
menjadi matahari atau bulan?”
 Berkeliling masuk keluar terowongan atau gerbang rerumahan jermal terus
dilanjutkan sampai deretan anak-anak itu habis diperangkap satu per satu
setiap akhir lagu Tam Tam Buku. Pertanyaan matahari atau bulan terus
diberikan. Begitu juga andai ingin menambah soal mata pelajaran.
 Peminat yang paling banyak diikuti dengan | pilihan matahari atau bulan
adalah pemenang : dalam permainan ini.
H. Galah Panjang
Dinamakan galah panjang karena arena permainan ini berupa garis-garis yang
memanjang seperti Galah. Galah Panjang dimainkan secara berkelompok. Masing-
masing kelompok sekurang-kurangnya terdiri dari empat sampai sepuluh orang. Bisa
dimainkan laki-laki saja atau perempuan saja. Bisa juga gabungan. Usia pemain !
biasanya antara 10 sampai 17 tahun. Tempat yang digunakan untuk bermain adalah di
tanah lapang yang datar. Di arena itu dibuat petak berukuran kira-kira lebar & meter
dan panjang 9 meter. Lalu dibuat garis tengah memanjang yang membagi sisi kanan
dan sisi kiri sama lebar dan garis melintang yang membagi petak menjadi tiga.
Sebelum permainan dimulai, kedua kelompok harus diundi dulu dengan suf ,
osit atau juga hompimpa. Pemenang osit atau sut menjadi penyerang dan yang kalah
menjadi kelompok yang bertahan.
Kelompok yang bertahan akan menempatkan pemain mereka di setiap garis
melintang, EF. GH, dan IJ. Penjaga-penjaga garis ini hanya boleh bergerak di
sepanjang garis yang mereka jaga, sedangkan ketua kelompok dapat melewati garis
AB, selain menjaga garis CD.
Kelompok yang menyerang mencoba melewati atau melintas dari garis paling
depan sampai ke belakang. Kemudian kembali ke depan tanpa tersentuh oleh
kelompok bertahan dan tidak boleh mundur ke petak yang sudah dilaluinya.
Kelompok penyerang tidak boleh melanggar garis. Pemain hanya dibenarkan bergerak
dalam lingkungan garis C-I dan D-J. Bila ada yang berlari keluar garis maka
kelompoknya dinyatakan kalah. Dalam permainan berikutnya kelompok ini menjadi
kelompok bertahan.
Jika salah satu dari pasukan penyerang dapat berlari dari depan ke belakang
dan kemudian kembali ke depan lagi tanpa tersentuh, pasukan penyerang dinyatakan
menang. Dalam permainan berikutnya kelompok ini tetap bertindak sebagai
penyerang. Sebaliknya, jika salah satu dari kelompok penyerang tersentuh oleh
pemain kelompok bertahan, permainan dimenangkan oleh kelompok bertahan. Dalam
permainan berikutnya kelompok ini bertindak sebagai penyerang dan kelompok yang
kalah menjadi kelompok bertahan.
I. Setatak
Permainan ini dapat dimainkan oleh siapa saja, khususnya anak-anak usia 6-12
tahun. Jumlah pemain yang diperlukan antara 2-4 orang, lakilaki atau perempuan.
Diperkirakan, permainan ini berkembang di Riau sejak tahun 1930-an. Namun
sekarang sudah jarang dimainkan. Permainan ini tidak memerlukan banyak
perlengkapan dan tempat khusus, karena dapat dimainkan di mana saja asalkan berupa
tanah lapang. Sedangkan alat yang diperlukan yaitu ucak atau gacuk, yang terbuat dari
pecahan piring atau pecahan tempayan yang telah dihaluskan sisi tajamnya sehingga
berbentuk membulat.
Persiapan permainan dilakukan dengan membuat gambar bidang setatak yang
terdiri dari sembilan petak. Melewati lapangan dari petak (1) menuju petak (9) disebut
dengan naik, sedangkan dari petak (9) menuju petak (1) disebut turun.
Cara bermain setatak adalah dengan melompati petak demi petak dengan
sebelah kaki dan tidak boleh menyentuh garis. Petak yang ada ucak-nya tidak boleh
dilompati oleh pemain, harus dilewati dengan dilangkau. Sebelum memulai bermain,
ucak diletakkan pada petak (1) semua. Petak yang berisi ucak lawan, boleh kita tikam
juga. Waktu mengambil bintang, ucak dilempar ke belakang menuju petak bintang
yakni: 6,7,8,9,5,4,3,2,1, dan tempat bintang. Petak berbintang nantinya boleh
dilompati dengan dua kaki oleh pemilik petak, sedangkan lawan harus
melangkauinya.
Berikut ini adalah tata urutan permainan setatak:
 Sebelum permainan dimulai, semua pelaku mencari urutan pembawa dengan
melakukan sut, yang menang mendapat giliran lebih dulu.
 Ucak tikam pada petak, yaitu meletakkan semua ucak pemain di petak (1),
loncat sebelah kaki. (1) Naik: petak (1) yang berisi ucak dilangkahi, loncat ke
petak (2), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (5), loncat ke
petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan turun dua kaki pada
petak (9): (2) Turun: dari petak (9), loncat ke petak (5), turun dua kaki pada
petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan dari sini mengambil ucak di petak
(1), kemudian petak (4) dilangkahi, terus turun.
 Ucak tikam pada petak (2), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika pada petak (1)
masih ada ucak lawan, loncat melangkah petak (1) dan (2), turun dua kaki
pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (8) dan turun dua kaki pada petak (9):
(2) Turun: dari petak (9) loncat ke petak (5) turun ke petak (3) dan (4). Dari
sini ambil ucak di petak (2) dan jika di petak (1) masih ada ucak lawan
langsung melompat langkahi petak (2) dan (1) dan turun.
 Ucak tikam pada petak (3), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika di petak (1)
masih ada ucak lawan, maka langkahi petak (1), loncat ke petak (2). Loncat ke
petak (4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat
ke petak (7), loncat ke petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9): (2 Turun:
dari petak (9), loncat ke petak (5), loncat ke petak (4), dan dari sini ambil ucak
pada petak (3), lansung loncat ke petak (2), dan jika masih ada ucak lawan di
petak (1) langkahi petak (1), lalu turun.
 Ucak tikam pada petak (4), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika ucak lawan
masih ada di petak (1), langkahi petak (1) itu, loncat, ke petak (2), loncat ke
petak (3), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat
ke petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9): (2) Turun: dari petak (9)
loncat ke petak (5), dan dari sini ambil ucak di petak (4), loncat ke petak (3),
loncat ke petak (2), dan jika masih ada ucak lawan di petak (1) langkahi petak
(1), langsung turun.
 Ucak tikam Pada petak (5), loncat sebelah kaki. (1) Naik: kalau petak (1)
masih berisi ucak lawan, langkahi petak (1) loncat kepek (2), turun ke petak
(3) dan (4), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), turun
dua kaki pada pe tak (9): (2) Turun: dari petak (9), ambil ucak di petak (5)
langkahi petak (5) turun pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika
pada petak (1) masih ada ucak lawan, langkahi petak (1) tersebut, dan turun.
 Ucak tikam pada petak (6), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika pada petak (1)
masih ada ucak lawan, langkahi petak (1), loncat ke petak (2), turun pada
petak (3) dan (4), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8) turun dua kaki pada
petak (9): (2) Turun: dari petak (9), ambil ucak di petak (6), loncat ke petak
(5), turun pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika ucak masih
berada di petak (1), langkahi petak (1) tersebut, dan langsung turun.
 Ucak tikam pada petak (7), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika pada petak (1)
masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2), turun pada petak (3) dan (4), loncat
ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (8), dan turun pada petak (9):
(2) Turun: dari petak (9) ambil ucak pada petak (7), loncat ke petak (5), turun
pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika pada petak (1) masih ada
ucak lawan, langkahi petak tersebut, dan langsung turun.
 Ucak tikam pada petak (8), loncat sebelah kaki. (1) Naik: kalau pada petak
(1), masih ada ucak lawan, langkahi petak (1) loncat ke petak (2), turun pada
petak (3) dan (4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7),
dan turun dua kaki pada petak (9). Dari sini ambil ucak pada petak (8): (2) -
Turun: dari petak (9) loncat ke petak (5), turun dua kaki pada petak (3) dan
(4), loncat ke petak (2), dan jika pada petak (3) dan (4), lornpat ke petak (2),
dan jika pada petak (1) masih ada ucak lawan, langkahi dan langsung turun.
 Ucak tikam pada petak (9), loncat sebelah kaki. (1) Naik: kalau petak (1)
masih ada ucak lawan, langkahi petak (1) tersebut, loncat ke petak (2) turun
dua kaki pada petagk (3) dan (4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), -
loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan dari petak (8) sambil ucak di petak
(9): (2) Turun: dari petak (8), loncat ke petak (5), turun dua kaki pada petak
(3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika pada petak (1) masih ada ucak lawan,
langkahi saja, dan langsung turun.
 Ucak tikam pada petak (5), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika pada petak (1)
masih ada ucak lawan, langkahi petak (1), loncat ke petak (2) turun dua kaki
pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), - loncat ke
petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9). Dari petak (9) ambil ucak pada
petak (5): (2) Turun: dari petak (9), langkahi petak (5), turun dua kaki pada
petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika pada petak (1), dan langsung
turun.
 Ucak tikam pada petak (4), loncat sebelah kaki. (1) Naik: langkahi petak (1)
jika masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2) loncat ke petak (3), loncat ke
petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan
turun dua kaki pada petak (9): (2) Turun: dari petak (9), loncat ke petak (5),
dari sini ambil ucap pada petak (4), loncat ke petak (3), loncat ke petak (2),
dan jika pada petak (1) masih ada ucap lawan, langsung langkahi petak (1) dan
turun.
 Ucak tikam pada petak (3), loncat sebelah kaki. (1) Naik: langkahi petak (1)
jika, masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2), loncat ke petak (4), loncat
kepetak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan
turun dua kaki pada petak (9): (2) Turun: dari petak (9), loncat kepetak (5),
loncat ke petak (4), dari sini :.mbil ucak di petak (3), loncat ke petak (2), dan
jika petak (1), masih ada ucak lawan langkahi langsung turun.
 Ucak tikam pada petak (2), loncat sebelah kaki. (1) Naik: jika pada petak (1)
masih ada ucak lawan, langkahi petak (1) dan (2), turun pada petak (3) dan
(4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke
petak (8) dan turun dua kaki pada petak (9): (2) Turun: dari petak (9), loncat
ke petak (5), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), dari sini ambil di petak (2),
dan jika pada petak (4) masih ada ucak lawan, maka langsung langkahi petak
(2) dan (1), lalu turun.
 Ucak tikam pada petak (1), loncat sebelah kaki. (1) Naik: langkahi petak (1),
loncat ke petak (2), turun pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (5), loncat ke
petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan turun dua kaki pada
petak (9): (2) Turun: dari petak (9), loncat ke petak (5), turun dua kaki pada
petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan dari sini ambil ucak di petak (1),
lalu langkahi petak (1), langsung turun.
 Putih, ucak diletakkan di telapak tangan, sorong tangan agak ke depan di arah
pinggang, ataupun dada. Loncat sebelah kaki. (1) Naik: langkahi petak (1) jika
masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2), turun dua kaki pada petak (3) dan
(4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (8), dan turun dua
kaki pada petak (9). Di petak (9), hitam: ucak di telapak tangan lambung
tingkop, dengan belakang telapak tangan. (2) Turun: dari petak (9) dengan
menggenggam ucak, loncat ke petak (5), turun pada petak (3) dan (4), loncat
ke petak (2), dan jika petak (1) masih ada ucak lawan, langkahi saja, lalu
turun.
 Tingkop ucak 5 kali, yakni dengan lambungan ucak di belakang telapak
tangan, tangkap dengan telapak tangan.
 Tangan, ucak dikenakan pada lengan yang ditelentangkan, pas dekat siku.
Ajukan tangan ke muka ke samping, loncat sebelah kaki. Naik: langkahi petak
(1) bila masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2) turun pada petak (3) dan
(4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke
petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9), Turun: dari petak (9) loncat ke
petak (5), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan jika
pada petak (1) masih ada ucak lawan, langkahi saja, lalu turun. Setelah turun,
turunkan ucak dari tangan, sambut dengan telapak tangan itu juga.
 Kepala, ucak letakkan di kepala, berjalan biasa melewati lapangan. (1) Naik:
langkahi petak (1) kalau masih ada ucak, jalan ke petak (2), turun pada petak
(3) dan (4), jalan ke petak (5) jalan ke petak (6), jalan kepetak (7), jalan ke
petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9), (2) Turun: dari petak (9), Jalan
ke petak (5), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), jalan ke petak (2), dan jika
petak (1) masih ada ucak la-wan, langkahi saja lalu turun. Jatuhkan ucak dari
kepala, dan sambut dengan tangan.
 Genggong, ucak diletakkan pada belakang kaki kanan, sedangkan meloncat
dengan kaki kiri. (1) Naik: langkahi petak (1) jika masih ada ucak lawan,
loncat ke petak (2), turun ke petak (3) dengan kaki kanan tergantung pada
petak (4), loncat ke petak (3) dengan kaki kanan tergantung pada petak (4),
loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak
(8), dan turun kaki kiri pada petak (9) dengan kaki kanan agak tergantung di
petak (9): (2) Turun: dari petak (9) lencat ke petak (5), loncat ke petak (4)
dengan kaki kanan tergantung pada petak (3), loncat ke petak (2), jika petak
(1) masih ada ucap lawan langkahi saja, lalu turun, tapi kaki kanan tak boleh
jejak menyentuh tanah. Ucak yang dibelakang kaki lambung ke atas, tangkap
dengan tangan kanan.
 Raun, ucak pegang di telapak tangan, kaki kanan seperti genggong, tak boleh
menyentuh tanah, loncat sebelah kaki kiri. (1) Naik: langkahi petak (1) jika
masih ada ucak lawan, loncat ke petak (2), turun pada petak (3) dan kaki.
Kanan agak tergantung pada petak (4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6),
loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), turun kaki kiri pada petak (9) kaki
kanan tergantung di petak (9). Dari petak (9), ucak tikam pada petak bintang
sampai masuk. Mata pejamkan, cari petak (6) raba dengan kaki kiri, cari petak
(7) raba ke belakang, cari petak (8) raba dengan kaki kanan. Waktu mencari
itu terus bertanya “pijak?” jika dijawab oleh lawan “ndak” berarti terus, jika
dijawab “pijak” berarti mati. Setelah dijawab “ndak”, maka berhenti dengan
dua kaki pada petak (9), dan katakan “nis”: (2) Turun: Setelah berkata nis
tadi, dengan mata terpicing berjalan menjajab-jajab ke petak (5), serta berucap
“pijak”, “ndak” jawab lawan, jalan jajab-jajab petak (4) dan (3), seraya
bertanya “pijak” “ndak” kata lawan, jalan dan jajab lagi petak (2),dan
seterusnya sampai petak (1), kalau disana masih ada ucak lawan, langkahi
saja. Bila lawan menjawab “ndak” berarti jalan terus. Bila pihak lawan
menyahut “pijak” berarti pembawa mati.
 Meraba-raba ucak di petak bintang. Dengan mata terpejam, membelakangi
petak bintang, sampai duduk mencangkung tangan merabaraba untuk
mengambil ucak di petak bintang. Setelah dapat, ucak dilambung sambut
dengan belakang telapak tangan. Lalu sambil membelakangi arena permainan
mengambil ancang-ancang untuk menikam bintang. Bila waktu meraba-raba
ucak pada pelak bintang tadi tersentuh garis, berarti mati.
 Ambil bintang. Bintang, merupakan biji kemenangan bagi permainan setatak,
petak-petak yang akan direbuti bintang itu berturut-turut adalah : petak (6),
(7), dan (8). Jika sudah habis petak 6.7.8. diambil lawan, baru turun ke petak
(5). Jika petak-petak 6.7.8,5. Habis ambil petak (3) atau (4). Jika petak-petak
6.7.8.5.4.3. habis ambil petak (3) atau (4). Jika patak-petak 6.7.8.5.4.3.2.
habis, ambil pelak (1). Jika petak-petak 6.7.8.5.4.3.2.1. habis, ambil petak (9).
Jika petak-petak 6.7.8.5.4.3.2.1.9. habis, ambil bintang di petak bintang.

Dengan demikian, jumlah bintang direbutkan ada 10, dalam 7 fase


pengambilan, yang akan menjadi biji kemenangan. Mengambil bintang, setelah
selesai sekali putaran permainan dari urutan permainan, bintang tersebut dapat
diambil dongan cara: Letakan ucak di belakang telapak tangan. Kemudian,
tikamkan ucak ke belakang (penikaman membelakangi lapangan) dengan tangan
melewati kepala. Jika masuk petak salah satu seperli yang lelah ditentukan
menurut fase pengambilannya ( 1, II,..., VII ) maka disitulah biji kemenangan
pemain. Gunanya bintang bagi pemain adalah sebagai tempat berhenti seperti
petak (9), serta bintang pemain tak boleh disinggahi oleh lawan. Selanjutnya,
bintang masing-masing diberi tanda, dan terakhir, petak bintang seseorang, tak
boleh diambil oleh yang lainnya lagi.

Aturan permainan:

 Tukar membawa pada lawan berikutnya. Bila seseorang pembawa


terdahulu mati. Bila pembawa terdahulu gagal mendapat bintang. Bila
pembawa terdahulu telah memiliki bintang.
 Pemain dianggap gagal. Bila dalam meloncat tersentuh garis. Bila dalam
pelaksanaanya tingkop, langkap. Dan genggong, ucak terjatuh. Bila tak
dapat menangkap ucak waktu di lambung.
 Meneruskan permainan selanjutnya. Mulai dari nomor kegagalan pemain
waktu ia mati. Jika ia mulai selelah dapat bintang waktu membawa
sebelumnya, mulai lagi satu putaran dari awal, hingga mengambil bintang
lagi. Bila gagal pada pengembalian bintang, untuk meneruskankan
permainan kelak dengan hanya mengambil bintang saja.
 Ucak diletakkan terus ke tempat (1) bila seseorang pemain belum per-nah
membawa sama sekali. Dan letakkan pada petak dimana pemain gagal,
untuk diteruskan kemudian.
 Seliap petak yang masih ada terletak ucak baik milik sendiri maupun milik
lawan, tak boleh diinjak.
 Menentukan kalah menang, ialah setelah selesai bermain berbanding
banyak pemilik bintang: diantara 10 bintang itu siapakah yang terbanyak
memitikinya, disusul terbanyak ke-2, ke-3, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai