net/publication/330751958
CITATIONS READS
0 3,681
1 author:
Muhammad Takari
University of Sumatera Utara
72 PUBLICATIONS 56 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
My current project is research about senam Melayu in Serdang culture area. View project
All content following this page was uploaded by Muhammad Takari on 31 January 2019.
Oleh:
O.K. GUSTI BIN O.K. ZAKARIA
Editor:
2018
i
USU Press
Art Design, Publishing, and Printing
Gedung F
Jln. Universitas No. 9, Kampus USU
Medan Indonesia
ISBN: 978-602-465-100-8
ISBN: 978-602-465-100-8
ii
Sanksi Pelanggaran Pasal 44:
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 Tentang Hak Cipta sebagaimana Telah Diubah
Dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak
mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyebarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
iii
iv
Pembuka Kata Dari Penulis
Bismillahirrahmanirrahim,
v
istiadat perkawinan suku Melayu Sumatera Timur ini selain
memiliki ciri khasnya, juga memiliki nilai-nilai kearifan
lokal dan universal yang spesifik pula.
Dalam menanggapi adat istiadat perkawinan suku
Melayu Pesisir Sumatera Timur ini, janganlah diartikan
adat istiadat perkawinan yang berlaku bagi segolongan
kaum bangsawan, tetapi adat istiadat perkawinan yang
berlaku sebagai hukum adat bagi seluruh masyarakat
Melayu Pesisir Sumatera Timur, baik golongan bangsawan
maupun rakyat kebanyakan. Demikian pula baik untuk
kaum kaya maupun kaum yang memiliki kemampuan
ekonomi biasa-biasa saja. Artinya adat perkawinan ini
menjadi asas dari semua masyarakat pendukung adat
Melayu, terutama di Sumatera Timur.
Bagi golongan raja-raja dan kaum bangsawan yang
berkuasa pada zamannya, maka “kepala adat” mempunyai
hak-hak istimewa yang khusus berlaku bagi golongannya
saja, yang tidak boleh dipakai oleh golongan masyarakat
yang bukan golongan bangsawan. Dalam golongan kaum
bangsawan sendiri pun, hak-hak istimewa ini terbagi dalam
berbagai tingkatan, menurut tingkatan martabatnya di
dalam masyarakat.
Jadi jelas, bahwa hukum adat perkawinan yang saya
maksud ialah hukum adat perkawinan umum bagi
masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur, bukan
khusus. Hukum adat perkawinan adalah untuk umum.
Adapun yang mendorong saya untuk menyusun
tulisan ini antara lain ialah, bahwa pada masa sekarang ini
banyak pemuda-pemudi Melayu Sumatera Timur yang
kurang mengerti (apalagi menghayati) seluk-beluk adat
istiadat perkawinan Melayu. Bahkan banyak pula yang
tidak tahu sama sekali tentang adat istiadat ini. Mereka
agaknya berpendirian bahwa megenai soal nikah kawin
adalah menjadi urusan orang-orang tua saja, bukan
urusan anak-anak muda. Pendapat demikian memang
benar, tetapi jika tidak dipelajari sewaktu muda, apakah
vi
sudah tua nanti otomatis dapat mengetahuinya begitu saja,
tanpa dipelajari?
Sewaktu saya muda dulu, saya pun berpendirian
seperti itu juga, tetapi setelah meningkat menjadi dewasa
terpaksa harus bertanya dan berlajar kepada orang-orang
tua. Dalam persepsi saya di kala itu, tidak begitu
pentingnya mempelajari adat istiadat perkawinan ini adalah
karena yang memegang peranan dalam upacara
perkawinan menurut adat istiadat perkawinan suku Melayu
Pesisir Sumatera Timur ialah anak beru (boru) laki-laki dan
perempuan. Jadi tak perlulah mempelajarinya. Namun
seiring dengan waktu, pihak keluarga kita juga pasti akan
menjadi pihak anak beru tersebut, yang mesti memahami
pelaksanaan adat perkawinan ini. Selanjutnya di dalam
adat perkawinan ini, ternyata terdapat berbagai makna,
nlai, dan kearifan lokalnya. Itulah salah satu faktor yang
mendorong penulis menuliskan buku ini.
Selain itu, seperti diketahui, bahwa pelaksanaan
perkawinan menurut adat Melayu, adalah salah satu unsur
dari realisasi mempertinggi derajat kaum wanita, sesuai
dengan tuntutan hukum yang berlaku di dalam agama
Islam. Dengan demikian, kalau semua orang memahami
adat perkawinan Melayu, tentu saja memahami dan
menerapkan nilai-nilai menghormati dan menghargai
derajat wanita seperti yang diajarkan agama Islam, dalam
rangka kemitraan gender, yakni kerjasama yang sinerji
antara laki-laki dan wanita dalam membentuk rumah
tangga yang sakinah, mawadah, warahmah (lazim
diakronimkan dengan samara atau samawa).
Menurut hemat saya, salah satu faktor yang membuat
pemuda-pemudi kita tidak ada berminat untuk mempelajari
adat istiadat perkawinan ini, mungkin karena kurang atau
tidak adanya tulisan-tulisan yang lengkap tentang adat
istiadat perkawinan ini. Selain itu, mereka agak sungkan
mendatangi para orang tua yang memahami adat
perkawinan yang selama ini diturunkan melalui tradisi
lisan.
vii
Jika orang-orang tua kita yang masih menguasai adat
istiadat perkawinan ini sudah tidak ada lagi, sedangkan
tulisan-tulisan mengenai adat istiadat ini tidak ada, maka
besar kemungkinan generasi yang akan datang menjadi
buta sama sekali tentang adat istiadatnya sendiri. Akhirnya
akan pupuslah budaya Melayu yang amat kaya dengan
nilai-nilai ini.
Tulisan ini saya tulis berdasarkan kutipan-kutipan
dari keterangan-keterangan lisan, yang diperoleh dari
wawancara terhadap orang-orang tua kita yang saya
pandang cukup paham dalam seluk-beluk adat istiadat
perkawinan suku Melayu Pesisir Sumatera Timur. Selain
itu, ditambah pula dengan pengalaman-pengalaman saya
serba sedikit, karena tulisan-tulisan mengenai adat istiadat
ini, yang dapat dipakai menjadi dasar, sewaktu menyusun
tulisan ini belum saya jumpai.
Tidaklah salah rasanya kalau tulisan ini disesuaikan
pula dengan kondisi dan situasi pada masa sekarang ini,
dengan tidak menyimpang dari pokok adat istiadat. Sesuai
dengan ajaran adat Melayu, bahwa kebudayaan harus
mengikuti perkembangan zaman, seperti ungkapan, sekali
air bah, sekali tepian berubah.
Sudah barang tentu tulisan saya ini jauh dari pada
lengkap, kurang sempurna, karena maklum sajalah, bahwa
saya:
Apa lagi, alat yang ada pada saya tak lebih, hanya:
viii
Namun demikian, ada petuah orang-orang tua kita dahulu
kala, katanya:
ix
Sekapur Sirih Dari Pinisepuh Melayu
x
muda inilah kelak kita titipkan warisan nini moyang kita,
agar budaya kita berkekalan.
Sebagaimana kita maklum bahwa kawasan Sumatera
Utara ini, dihuni oleh belasan etnik (suku bangsa) yang
masing-masingnya mempunyai adat istiadatnya sendiri-
sendiri. Semua adat istiadat yang kita miliki tidak ada satu
pun yang menganjurkan perbuatan-perbuatan yang tidak
baik. Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan pengetahuan
kita di dalam soal ini.
Sekali lagi mari kita perluas dan perdalami pengetahuan
kita dalam adat istiadat kita masing-masing dengan
berpegang teguh pada semboyan “di mana bumi dipijak, di
situ langit dijunjung.” Dengan demikian, insya Allah
persatuan dan kesatuan bangsa akan dapat terwujud.
Tengku Nurdin
Pinisepuh Melayu
xi
Dari Editor
xii
Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya dalam
rangka mendiskusikan materi keilmuan di dalam buku ini.
Terima kasih pula kepada semua organisasi Melayu dan
masyarakat Melayu pada umumnya, yang telah sudi
memberikan dukungannya dalam konteks penelitian,
penulisan, dan pengeditan buku ini.
Terima kasih kepada segenap Pengurus Besar Majelis
Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) atas dukungan
motivasinya. Majelis ini mendukung para penulis Melayu
untuk meneliti dan menerbitkan buku-buku terutama yang
bertemakan adat dan kebudayaan Melayu.
Tidak ketinggalan pula diucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pemangku adat, pemimpin
adat, budayawan, dan seniman di Sumatera Utara, serta
seluruh umat Melayu dan para insan yang perduli Melayu,
atas dukungan terhadap eksistensi peradaban kita yang
begitu eksotik ini, dan semoga Allah selalu bersama kita.
Seterusnya, terima kasih diucapkan kepada ayahanda
kami Tengku Nurdin, sebagai pinisepuh Melayu, yang telah
memberikan ucapannya dalam kerangka penulisan dan
penerbitan buku ini. Juga kepada keluarga besar Tengku
Nurdin, semoga terus melanjutkan cita-cita yang ayahanda
arahkan, terutama mengekalkan budaya Melayu dalam
semua konteks sosiobudayanya.
Terima kasih diucapkan kepada Allahyarham Ibrahim
Ahmad (Wak Im), atas peranannya semasa hidup
memberikan beberapa masukan terhadap materi pada
buku ini. Termasuk selalu mengingatkan sampai mana
tulisan yang sedang kami kerjakan. Semoga amal baik
Allahyarham diterima Allah, dan doa kami semoga Wak Im
ditempatkan Allah di sisi-Nya, diampunkan segala dosanya,
amin.
Demikian pula ucapan terima kasih kami tujukan
kepada pihak Universitas Sumatera Utara Press (USU
Press) yang telah sudi menerbitkan buku ini. Di antaranya
adalah ketua USU Press, staf saudari Friska, ahli layout
dan setting buku ini yaitu saudara Muchsin, Ikhsan, dan
lain-lainnya yang tidak disebutkan satu per satu.
xiii
Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada semua
penulis yang dikutip di dalam buku ini, atau yang menjadi
bahan bacaan, kami ucapan terima kasih atas ilmu yang
telah disumbangkan dalam konteks pengkajian,
pengembangan, dan enkulturasi budaya Melayu secara
umum.
Secara teknis, buku ini kami klasifikasikan ke dalam
sebelas bab, yang setiap babnya dipandang sebagai satu
kesatuan yang integral dari sisi subtemanya. Kemudian
kesemua bab ini membangun tema utama yakni deskripsi
mengenai adat perkawinan Melayu (khususnya Sumatera
Timur). Bahan awal yang ditulis O.K. Gusti merupakan
karya beliau dalam bentuk ketikan dengan mesin ketik
lama, dan diketik di atas lembaran-lembaran kertas ketik.
Naskah buku ini diketik dan diselesaikan beliau pada
tahun 1971, dan kemudian ada beberapa revisi pada tahun
1974. Buku draft awal ini kemudian diserahkan pihak
keluarga besar O.K. Gusti (Allahyarham), kepada kami
untuk disunting dan diterbitkan. Amanah tersebut kami
terima dan sanggupi, semoga amal jariah mengalir kepada
kami semua, terutama Almarhum O.K. Gusti.
Selanjutnya, draft buku tersebut kami mintakan tolong
diketik ke dalam format microsoft word oleh salah seorang
pegawai pada Program Studi Magister Penciptaan dan
Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara, Drs. Ponisan. Hasil ketikan ini kemudian
kami edit, dengan cara melakukan tokok dan tambah di
sana-sini sesuai dengan perkembangan peradaban zaman.
Dalam hal ini kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Mas Ponisan atas hasil ketikan
beliau.
Foto-foto yang dimasukkan ke dalam buku ini,
sebahagian besar adalah foto koleksi Keluarga Besar O.K.
Gusti bin O.K. Zakaria, yang sangat memberikan inspirasi
kepada semua pembaca buku ini. Foto-foto tersebut adalah
hasil produksi teknologi foto pada dasawarsa 1960 sampai
1980-an. Foto-foto lainnya kami unduh dari google.com dan
disertai sumber laman webnya. Terima kasih kepada
penyumbang foto melalui web ini.
xiv
Buku ini diketik dengan menggunakan font jenis
bookman old style, dengan ukuran secara umum 11, dalam
spasi 1,2 dan ukuran halaman tulisan 16 kali 24 cm.
Tujuannya adalah supaya pembaca selesa dalam
menikmati karya tentang budaya Melayu ini, dan tak lupa
dengan perkembangan teknologi terkini. Selain huruf Latin,
dalam buku ini rujukan-rujukan dari Al-Qur’an digunakan
juga huruf Arab, dengan menggunakan aplikasi add-ins Al-
Qur’an microsoft word office 2007, dengan tujuan agar
tidak terjadi distorsi makna, ketika kemudian dikaji melalui
bahasa Indonesia. Puji syukur ke hadirat Allah atas
kemajuan teknologi yang dikehendaki-Nya, sehingga
memudahkan kami dalam menyebarkan ajaran-ajaran
Allah melalui buku ini. Akhir kalimah, kami lantunkan
bait-bait pantun berikut ini.
xv
Daftar Isi
xvi
6.4 Malam Berhinai Kecil ................................................................... 84
6.5 Malam Berhinai Besar ................................................................. 84
6.6 Mengantar Pengantin ................................................................... 87
6.7 Hempang Pintu ............................................................................ 91
6.8 Buka Kipas .................................................................................. 92
6.9 Bersanding .................................................................................. 93
6.10 Tepung Tawar ........................................................................... 94
6.11 Cemetuk .................................................................................. 95
6.12 Makan Nasi Ulam ....................................................................... 96
6.13 Serah Terima Pengantin Laki-laki ............................................... 97
6.14 Mandi Berdimbar ....................................................................... 98
6.15 Naik Sembahan ........................................................................102
6.16 Malam Bersatu .........................................................................102
6.17 Naik Halangan .........................................................................103
6.18 Meminjamkan Pengantin ..........................................................103
xvii
Daftar Gambar
Gambar 1.1 O.K. Gusti dan Istri Tercinta Hj. Rohani binti
O.K. Maksum ................................................................... 6
Gambar 5.1 Alat-alat Pinang-Meminang (Tepak dan Tepung
Tawar) ......................................................................... 70
Gambar 5.2 Bunga Sirih .................................................................. 70
Gambar 5.3 Tepak Beserta Bunga Sirih ............................................ 71
Gambar 5.4 Tepak ............................................................................ 71
Gambar 5.5 Uang Dirangkai Berbentuk Bunga ................................. 72
Gambar 5.6 Kerabat Lelaki Menepungtawari Tepak .......................... 73
Gambar 5.7 Kerabat Perempuan Menepungtawari Tepak .................. 73
Gambar 5.8 Menepungtawari Tepak ................................................. 74
Gambar 5.9 Suasana Komunikasi Verbal Saat Merisik dan
Meminang yang Diwakili Telangkai Pihak Calon
Mempelai Perempuan dan Lelaki ................................... 74
Gambar 5.10 Salah Satu Antaran ...................................................... 75
Gambar 5.11 Telangkai Memeriksa Isi Salah Satu Antaran ................ 75
Gambar 5.12 Satu Per Satu Antaran Diperiksa .................................. 76
Gambar 5.13 Keseluruhan Antaran yang Telah Diperiksa .................. 76
Gambar 5.14 Jabat Tangan antara Dua Telangkai sebagai Indeks
dari Selesainya Acara Peminangan dan Serah
Terima Antaran ............................................................. 77
Gambar 5.15 Memasang Cincin ......................................................... 77
Gambar 5.16 Aneka Antaran .............................................................. 78
Gambar 6.1 Ucapan Penyerahan Anandanya dalam Akad Nikah
oleh Ayah Calon Mempelai Wanita ...............................104
Gambar 6.2 Sambutan Akad Nikah oleh Mempelai Lelaki ................105
Gambar 6.3 Mempelai Lelaki Mencicipi Berbagai Rasa Makanan
yang Dihidangkan ........................................................105
Gambar 6.4 Ucapan Sighat Taklik oleh Mempelai Pria .....................106
Gambar 6.5 Suasana Pembacaan Sighat Taklik ...............................106
Gambar 6.6 Penandatanganan Pernyataan untuk Surat Nikah
oleh Mempelai Laki-laki ...............................................107
Gambar 6.7 Mempelai Lelaki Menyalami Ibu Mintua .......................107
Gambar 6.8 Mempelai Lelaki Sembah Salam Mintua Lelaki .............108
Gambar 6.9 Suasana Selepas Ijab Kabul .........................................108
Gambar 6.10 Mempelai Wanita Menandatangani Pernyataan
untuk Surat Nikah .......................................................109
Gambar 6.11 Sembah Hormat Mempelai Lelaki .................................109
Gambar 6.12 Prosesi Mengantar Pengantin Lelaki Bersanding ..........110
Gambar 6.13 Pengantin Lelaki Dijulang ............................................110
Gambar 6.14 Hempang Pintu ............................................................111
Gambar 6.15 Tepak ...........................................................................111
Gambar 6.16 Persiapan Acara Pernikahan di Rumah Mempelai
Wanita ........................................................................112
Gambar 6.17 Kedatangan Keluarga Mempelai Lelaki ........................112
xviii
Gambar 6.18 Prosesi Keluarga Mempelai Lelaki Menjelang Masuk
ke Kediaman Mempelai Wanita ....................................113
Gambar 6.19 Silat oleh Dua Pendekar ...............................................113
Gambar 6.20 Silat oleh Empat Pendekar ...........................................114
Gambar 6.21 Tukar Tepak Tengah Laman .........................................114
Gambar 6.22 Tabur Bertih ................................................................115
Gambar 6.23 Pelaminan Gaya Lama .................................................115
Gambar 6.24 Pelaminan Gaya Baru ..................................................116
Gambar 6.25 Hempang Kipas ............................................................116
Gambar 6.26 Kepala Pengantin Lelaki Memakai Detar Khas
Sumatera Timur ...........................................................117
Gambar 6.27 Pengantin Lelaki Memegang Sirih Genggam .................118
Gambar 6.28 Pengantin Wanita dengan Gaya Busananya dan
Sanggul Tegang ............................................................119
Gambar 6.29 Kedua Pengantin Diapit oleh Kerabat Dekat .................120
Gambar 6.30 Kedua Pengantin Duduk di Pelaminan ..........................121
Gambar 6.31 Kedua Pengantin Diapit Kedua Orang Tua Mempelai
Wanita .........................................................................122
Gambar 6.32 Kedua Pengantin Diapit oleh Para Lelaki Berbusana
Adat Jawa sebagai Cerminan Akulturasi Budaya .........122
Gambar 6.33 Foto Pengantin yang Direka di Studio ..........................123
Gambar 6.34 Pengantin Diapit oleh Kerabat dalam Tiga Generasi .....123
Gambar 6.35 Kedua Pengantin Diberi Dua Sirih Genggam .................124
Gambar 6.36 Pulut Balai ...................................................................124
Gambar 6.37 Perlengkapan Mandi Bedimbar dan Doa
Keselamatan ................................................................125
Gambar 6.38 Tepung Tawar Perlengkapan Mandi Bedimbar ..............125
Gambar 6.39 Peralatan Mandi Bedimbar ...........................................126
Gambar 6.40 Mak Andam Memandikan Kedua Mempelai ..................126
Gambar 6.41 Benang dalam Acara Mandi Bedimbar ..........................127
Gambar 6.42 Dua Buah Kelambir dalam Acara Mandi Bedimbar .......127
Gambar 6.43 Kedua Pengantin Saling Menyemburkan Air
Mengenai Pasangannya ................................................128
Gambar 10.1 Tepung Tawar ..............................................................162
Gambar 10.2 Daun Sedingin .............................................................164
Gambar 10.3 Daun Gandarusa .........................................................165
Gambar 10.4 Pulut Balai ...................................................................166
xix
Bab I: Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
1
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
2
Bab I: Pendahuluan
3
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
4
Bab I: Pendahuluan
5
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 1.1:
O.K Gusti dan Istri Tercinta
Hj. Rohani binti O.K. Maksum
6
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
BAB II
PERKAWINAN DALAM AJARAN ISLAM
DAN ADAT MELAYU
7
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
(a) Ar-Ruum 21
8
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
(b) Annisa 4
(c) Annur 32
1
Pemberian itu ialah emas kawin yang besar kecilnya
ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak, karena
pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas. Dalam konteks
sosial dan budaya, pemberian emas kawin ini adalah sebagai
simbol awal tanggung jawab seorang calon suami nantinya, akan
memberikan apapun untuk sang istri tercinta dan anak-anak
keturunan mereka. Bagaimanapun seorang istri adalah manejer
dalaman, yaitu pemimpin dan mengelola di dalam keluarga.
9
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
10
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
(e) Annisa’ 23
2
Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke
atas. Seterusnya yang dimaksud dengan anak perempuan ialah
anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah,
demikian juga yang lain-lainnya. Sedang yang dimaksud dengan
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut
jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam
pemeliharaannya.
11
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
(f) Annisa 24
12
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
13
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
14
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
15
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
16
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
17
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
18
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
19
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
20
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
21
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
3
Di dalam kebudayaan etnik-etnik di Sumatera Timur
atau Sumatera Utara sekarang ini, tradisi komunikasi verbal
secara senyap-senyap seperti ini terdapat di dalam beberapa
22
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
23
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
24
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
25
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
26
Bab II: Perkawinan dalam Ajaran Islam dan Adat Melayu
27
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
BAB III
JATIDIRI DAN SISTEM KEKERABATAN
MASYARAKAT MELAYU
3.1 Pengenalan
28
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
29
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
2
Presiden Dunia Melayu Dunia Islam adalah Tan Sri Dr. Ali
Rustam, mantan Ketua Menteri (CM, Chief Minister) Negeri
Melaka, disertau dengan beberapa pengurus terasnya, yang
berkantor di Kota Melaka. Sampai kini organisasi ini aktif
menyatukan pemerintahan Melayu di berbagai negeri Melayu.
Termasuk ke Madagaskar, Afrika Selatan, bahkan di Tanah Arab.
30
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
31
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
32
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
33
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
34
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
35
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
36
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
37
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
38
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
39
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
40
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
41
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
3.3.2 Sifat-sifat
42
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
43
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
44
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
45
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
46
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
47
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
48
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
49
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
abah; (10) emak, berasal dari kata mak, yang bererti ibu
atau bunda, yang melahirkan kita (embai); (11) abang,
yang berasal dari kata bak atau bah yang artinya
saudara tua laki-laki; (12) kakak, berasal dari kata kak,
yang berarsaudara tua perempuan; (13) adik, yang
berasal dari kata dik, artinya saudara lelaki atau
perempuan yang lebih muda; (14) empuan, artinya sama
dengan istri, tempat asal anak; (15) laki, yaitu suami.
Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Timur dikenal
pula istilah puang, yaitu saudara laki-laki atau wali dari
pihak ayah atau ibu. Seterusnya dikenal pula istilah
kekerabatan anak beru, yang terdiri dari anak beru kontan
dan anak beru condong. Yang dimaksud anak beru kontan
adalah suami atau istri dari anak kandung. Di sisi lain,
anak beru condong adalah aluran menantu dari pihak ayah
atau ibu.7
50
Bab III: Jatidri dan Sistem Kekerabatan Masyarakat Melayu
51
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
BAB IV
TAHAPAN-TAHAPAN UPACARA
ADAT PERKAWINAN
4.1 Pengantar
52
Bab IV: Tahapan-tahapan Upacara Adat Perkawinan
1. Merintis,
2. Jamu sukut,
3. Risik kecil,
4. Risik besar,
5. Meminang,
6. Naik omas,
7. Akad nikah,
8. Ikat janji,
9. Malam berinai curi,
10. Malam berinai kecil,
11. Malam berinai besar,
12. Mengantar pengantin laki-laki,
13. Hempang pintu,
14. Buka kipas,
15. Bersanding,
16. Tepung Tawar,
17. Cemetuk,
18. Makan nasi ulam,
19. Serah-terima pengantin laki-laki,
20. Mandi berdimbar,
21. Naik sembahan,
22. Malam bersatu,
23. Naik halangan,
53
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
54
Bab IV: Tahapan-tahapan Upacara Adat Perkawinan
55
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
56
Bab IV: Tahapan-tahapan Upacara Adat Perkawinan
57
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
58
Bab IV: Tahapan-tahapan Upacara Adat Perkawinan
59
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
BAB V
UPACARA MERISIK DAN MEMINANG
5.1 Merintis
60
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
1
Puang adalah saudara laki-laki atau wali dari pihak ayah atau
ibu.
2
Dalam sistem kekerabatan masyarakat Melayu Sumatera
Timur, khususnya Langkat, Deli, dan Serdang terdapat
penyebutan anak beru yang terdiri dari dua golongan, yakni: 1.
anak beru kontan dan 2. anak beru condong. Anak beru kontan,
ialah suami atau istri dari anak kandung. Anak beru condong,
ialah aluran menantu dari pihak ayah dan ibu.
61
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
a. Mahar
Mahar atau emas-kawin ialah suatu pemberian
mutlak dari si pemuda kepada si gadis yang
hendak dinikahinya, suatu syarat yang
diwajibkan di dalam hukum agama Islam. Mahar
atau emas kawin ini terserah kepada kehendak
orang tua si gadis, apakah berupa emas murni
atau berupa uang, atau berupa benda (misalnya
sebuah Kitab Suci Al-Qur’an). Begitu juga
mengenai jumlahnya, kalau emas murni sekian
gram atau mayam dan juga kalau uang sekian
rupiah. Mahar adalah hak mutlak dari yang
dinikahkan, harus diserahkan kepadanya, tidak
62
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
3
Satu (1) kati sdama dengan 16 Tadhil, sama dengan 1 1/3
pound (dikutip dari buku Sari Sejarah Serdang, Tengku Luckman
Sinar, hal 203).
4
Satu (1) kati sdama dengan 16 Tadhil, sama dengan 1 1/3
pound (dikutip dari buku Sari Sejarah Serdang, Tengku Luckman
Sinar, hal 203).
63
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
64
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
65
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
66
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
5.5 Meminang
67
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
68
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
69
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 5.1:
Alat-alat Pinang Meminang (Tepak dan Tepung Tawar)
Gambar 5.2:
Bunga Sirih
70
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
Gambar 5.3:
Tepak Beserta Bunga Sirih
Gambar 5.4:
Tepak
71
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 5.5:
Uang Dirangkai Berbentuk Bunga
72
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
Gambar 5.6:
Kerabat Lelaki Menepungtawari Tepak
Gambar 5.7:
Kerabat Perempuan Menepungtawari Tepak
73
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 5.8:
Menepungtawari Tepak
Gambar 5.9:
Suasana Komunikasi Verbal Saat Merisik dan Meminang
yang Diwakili Telangkai Pihak Calon
Mempelai Perempuan dan Lelaki
74
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
Gambar 5.10:
Salah Satu Antaran
Gambar 5.11:
Telangkai Memeriksa Isi
Salah Satu Antaran
75
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 5.12:
Satu Per Satu Antaran Diperiksa
Gambar 5.13:
Keseluruhan Antaran yang Telah Diperiksa
76
Bab V: Upacara Merisik dan Meminang
Gambar 5.14:
Jabat Tangan Antara Dua Telangkai sebagai Indeks
dari Selesainya Acara Peminangan dan
Serah Terima Antaran
Gambar 5.15:
Memasang Cincin
77
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
5.16:
Aneka Antaran
78
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
BAB VI
RANGKAIAN UPACARA NIKAH KAWIN
79
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
80
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Si pemuda menyambut:
81
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
82
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
83
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
84
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
85
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
86
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
87
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
88
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
89
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
90
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
91
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
92
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
6.9 Bersanding
93
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
94
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
2. Daun jejerun,
3. Gandarusa,
4. Daun sembau,
5. Daun lenjuhang,
6. Daun pulut,2
7. Daun sepenuh (pembalut daun 1 – 6),
8. Semankok air dengan irisan limau mungkur, dan
irisan daun pandan wangi dan bunga rampai.
6.11 Cemetuk
95
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
96
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
97
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
98
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
99
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
100
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
101
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
102
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
103
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.1:
Ucapan Penyerahan Anandanya dalam Akad Nikah oleh
Ayah Calon Mempelai Wanita
104
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.2:
Sambutan Akad Nikah oleh Mempelai Lelaki
Gambar 6.3:
Mempelai Lelaki Mencicipi Berbagai Rasa
Makanan yang Dihidangkan
105
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.4:
Ucapan Sighat Taklik oleh Mempelai Pria
Gambar 6.5:
Suasana Pembacaan Sighat Taklik
106
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.6:
Penandatanganan Pernyataan untuk Surat Nikah oleh
Mempelai Laki-laki
Gambar 6.7:
Mempelai Lelaki Menyalami Ibu Mintua
107
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.8:
Mempelai Lelaki Sembah Salam Mintua Lelaki
Gambar 6.9:
Suasana Selepas Ijab Kabul
108
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.10:
Mempelai Wanita Menandatangani Pernyataan
untuk Surat Nikah
Gambar 6.11:
Sembah Hormat Mempelai Lelaki
109
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.12:
Prosesi Mengantar Pengantin Lelaki Bersanding
Gambar 6.13:
Pengantin Lelaki Dijulang
110
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.14:
Hempang Pintu
Gambar 6.15:
Tepak
111
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.16:
Persiapan Acara Pernikahan di Rumah Mempelai Wanita
Gambar 6.17:
Kedatangan Keluarga Mempelai Lelaki
112
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.18:
Prosesi Keluarga Mempelai Lelaki
Menjelang Masuk ke Kediaman Mempelai Wanita
Gambar 6.19:
Silat oleh Dua Pendekar
113
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.20:
Silat oleh Empat Pendekar
Gambar 6.21:
Tukar Tepak Tengah Laman
114
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.22:
Tabur Bertih
Gambar 6.23:
Pelaminan Gaya Lama
115
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.24:
Pelaminan Gaya Baru
Gambar 6.25:
Hempang Kipas
116
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.26:
Kepala Pengantin Lelaki Memakai Detar
Khas Sumatera Timur
117
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.27:
Pengantin Lelaki Memegang Sirih Genggam
118
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.28:
Pengantin Wanita dengan Gaya Busananya
dan Sanggul Tegang
119
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.29:
Kedua Pengantin Diapit oleh Kerabat Dekat
120
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.30:
Kedua Pengantin Duduk di Pelaminan
121
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.31:
Kedua Pengantin Diapit Kedua Orang Tua Mempelai Wanita
Gambar 6.32:
Kedua Pengantin Diapit oleh Para Lelaki Berbusana
Adat Jawa sebagai Cerminan Akulturasi Budaya
122
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.33:
Foto Pengantin yang Direka di Studio
Gambar 6.34:
Pengantin diapit oleh Kerabat dalam Tiga Generasi
123
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6:35:
Kedua Pengantin Diberi Dua Sirih Genggam
Gambar 6.36:
Pulut Balai
124
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.37:
Perlengkapan Mandi Bedimbar dan Doa Keselamatan
Gambar 6.38:
Tepung Tawar Perlengkapan Mandi Bedimbar
125
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.39:
Peralatan Mandi Bedimbar
Gambar 6.40:
Mak Andam Memandikan Kedua Mempelai
126
Bab VI: Rangkaian Upacara Nikah Kawin
Gambar 6.41:
Benang dalam Acara Mandi Bedimbar
Gambar 6.42:
Dua Buah Kelambir dalam Acara Mandi Bedimbar
127
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 6.43:
Kedua Pengantin Saling Menyemburkan Air
Mengenai Pasangannya
128
Bab VII: Upacara Selepas Nikah Kawin
BAB VII
UPACARA SELEPAS NIKAH KAWIN
7.2 Mebat
129
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
130
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
BAB VIII
CARA MEMINANG DAN MENERIMA
PINANGAN
8.1 Pengantar
131
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
132
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
133
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Tetapi,
134
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
Walaupun,
A: Baiklah,
135
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
136
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
Lagi pula alat yang ada pada saya tak lebih hanya
sebuah biduk tiris, sekerat pengayuh puntung.
Tetapi oleh karena sudah terdesak mudik malam,
apa boleh buat, saya dayungkan jugalah. Oleh sebab
itu kalau kedatangan kami ini kurang sempurna
sepanjang adat, lebih dulu kami minta maaf.
137
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
138
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
Karena,
B: Begini Saudara,
B: Syaratnya ialah:
1. Mahar Rp. 1000,
139
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
1
Catatan, uang antaran yang sudah diputuskan dalam
risik kecil, cuma Rp. 30.000. Inilah salah misal permainan dalam
risik besar, yang harus ditangkis oleh yang meminang sampai
menjadi Rp. 30.000. Jumlah ini adalah sebagai gambaran
ditulisnya buku ini oleh penulis tahun 1971, yang tentunya pada
masa sekarang (2018) tentu nominalnya sudah berubah jauh.
140
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
141
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
142
Bab VIII: Cara Meminang dan Menerima Pinangan
143
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
BAB IX
CONTOH ACARA MENYERAHKAN
PENGANTIN LAKI-LAKI KEPADA
ORANG TUA PENGANTIN PEREMPUAN
9.1 Pengantar
144
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
1
Semenda dalam bahasa Melayu artinya adalah persuda-
raan karena hubungan perkawinan. Istilah ini juga memiliki
pengertian seseorang yang tadinya bukan suku Melayu,
kemudian kawin dengan seorang suku Melayu, maka secara
otomatis ia masuk Melayu, dan dikategirikan sebagai Melayu
semenda, melengkapi dua kategori lainnya, yakni Melayu asli dan
Melayu seresam. Melayu asli adalah apabila emak dan ayahnya
berketurunan darah Melayu, sedangkan semenda masuk Melayu
karena perkawinan, dan Melayu seresam dipandang sebagai
orang yang menganggap dan dipandang sebagai Melayu karena
secara sadar dan aktif mengikuti adat dan budaya Melayu.
145
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
146
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
Lagi pula alat yang ada pada saya tak lebih hanya
sebuah biduk tiris, sekarat pengayuh puntung, disuruh
berdayung, konon menyongsong. Tetapi ada petuah
orang-orang tua kita dahulu kala, katanya:
147
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Karena,
148
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
149
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
150
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
Karena,
151
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Karena,
152
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
153
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
154
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
155
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
156
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
157
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
158
Bab IX: Contoh Acara Menyerahkan Pengantin Laki-laki kepada Orang Tua Pengantin Perempuan
159
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Diperbaiki pada
25 Juli 1974
160
Bab X: Tepung Tawar
BAB X
TEPUNG TAWAR
1
Keterangan mengenai tepung tawar dan berbagai
perangkatnya ini, diperoleh dan atas ijin dari Kakanda
Admadzain, Jalan Halat 74 C Medan.
2
Keterangan mengenai tepung tawar dan berbagai
perangkatnya ini, diperoleh dan atas ijin dari Kakanda
Admadzain, Jalan Halat 74 C Medan.
161
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 10.1:
Tepung Tawar
Sumber: https://www.flickr.com/photos/tombakgoyang/
3523473311
162
Bab X: Tepung Tawar
163
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 10.2:
Daun Sedingin
Sumber: https://mandasaripe.blogspot.com/2012/01/
sidingin-obat-bisul.html
164
Bab X: Tepung Tawar
Gambar 10.3:
Daun Gandarusa
Sumber: https://www.tokopedia.com/grosirbekasi80/
daun-gandarusa-segar-per-helai
165
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Gambar 10.4:
Pulut Balai
Sumber: http://www.flickr.com/houseoftmd
166
Bab X: Tepung Tawar
167
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
BAB XI
PENUTUP
11.1 Kesimpulan
1. Meritis,
2. Jamu sukut,
3. Risik kecil,
4. Risik besar,
5. Meminang,
6. Naik omas,
7. Akad nikah,
8. Ikat janji,
9. Malam berinai curi,
10. Malam berinai kecil,
11. Malam berinai besar,
12. Mengantar pengantin laki-laki,
13. Hempang pintu,
14. Buka kipas,
15. Bersanding,
16. Tepung-tawar,
17. Cemetuk,
18. Makan nasi ulam,
19. Serah-terima pengantin laki-laki,
168
Bab XI: Penutup
11.2 Saran
169
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
170
Bab XI: Penutup
171
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
DAFTAR PUSTAKA
a. Kita Suci
Al-Qur’an.
172
Daftar Pustaka
173
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
174
Seputar Penulis
Seputar Penulis
175
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
176
Dua Editor
Dua Editor
177
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
178
Glosari
GLOSARI
179
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
180
Glosari
181
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
182
Glosari
183
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
184
Glosari
185
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
Indeks
adat, v, vi, vii, viii, ix, x, xi, xii, xiii, xiv, xv, xvi, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 17,
18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 39, 43, 45, 46, 47,
48, 49, 50, 52, 53, 57, 58, 59, 60, 63, 65, 66, 67, 71, 74, 76,
77, 95, 102, 104, 105, 115, 142, 144, 148, 150, 158, 170,
175, 182, 183, 184, 185, 191, 196, 198, 202
Allah, iv, v, ix, x, xiii, xiv, xv, xvii, 1, 3, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 22, 24, 28, 31, 50, 57, 91, 97, 106, 142, 148, 149, 161,
164, 170, 171, 183, 184, 185
Al-Qur’an, xvii, 3, 8, 9, 16, 71, 187
anak, vii, x, 2, 8, 10, 12, 13, 15, 17, 18, 22, 23, 28, 29, 42, 50,
51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 61, 63, 65, 66, 69, 71, 73, 75,
77, 88, 90, 92, 93, 95, 96, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 107,
108, 112, 113, 115, 141, 142, 145, 146, 150, 157, 158, 159,
160, 161, 162, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172,
175, 184, 191, 195, 196, 198, 201
anak beru, vii, 56, 57, 61, 63, 65, 66, 69, 73, 75, 77, 88, 92, 99,
100, 101, 102, 104, 107, 113, 141, 142, 195, 196, 198, 201
bersanding, xix, xxi, 60, 64, 103, 121, 182, 195
hempang, 20, 102
impal, 54, 56
Islam, v, viii, xviii, 1, 2, 3, 4, 8, 9, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 32,
34, 35, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 57, 58, 62, 63, 71, 89,
183, 184, 195, 197
jodoh, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28
kawin, vii, xvii, Error! Not a valid bookmark in entry on page xx,
2, 8, 10, 15, 16, 22, 51, 54, 59, 64, 68, 70, 71, 72, 74, 106,
113, 158, 184, 196, 202
kebudayaan, ix, xv, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 17, 19, 20, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 40, 43, 47, 48, 49, 50, 53, 56, 57,
59, 68, 95, 175, 182, 184, 185
kekerabatan
kerabat, 1, 2, 17, 18, 32, 39, 53, 54, 55, 56, 57, 68, 69, 115, 141,
190, 195
keluarga, vii, xiv, xv, xvi, 3, 5, 10, 18, 19, 20, 21, 37, 50, 61, 65,
66, 67, 69, 73, 106, 112, 115, 141, 149, 151, 157, 159, 160,
161, 199, 201, 202
komunikasi, 4, 23, 25, 26, 39, 60, 61, 157, 199, 200
masyarakat, vi, xi, xii, xiv, 3, 16, 18, 19, 20, 21, 24, 26, 27, 28,
32, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 44, 46, 49, 52, 64, 69, 92, 96,
145, 191, 195, 202
186
Indeks
Melayu, ii, v, vi, vii, viii, ix, x, xi, xii, xiii, xiv, xv, xvi, xvii, xviii, xix,
2, 3, 4, 5, 6, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58,띸 59, 60,
65, 67, 68, 69, 73, 95, 103, 104, 142, 146, 150, 158, 165,
168, 169, 170, 172, 173, 175, 178, 182, 183, 184, 185, 187,
188, 189, 190, 191, 193, 194, 195, 198, 199, 202
mempelai, 18, 19, 21, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 196, 197,
198, 199, 200, 201, 202
merisik, 60, 61, 70, 77, 145, 196, 201
musyrik, 11, 15
Naik omas, 59, 182, 200
nikah, vii, x, xvii, 16, 20, 51, 59, 62, 68, 73, 74, 75, 76, 77, 78,
88, 89, 90, 91, 92, 145, 155, 182, 184, 195, 196
pantun, xii, xvii, 23, 25, 146, 164, 165, 168, 173, 175
pengantin, 18, 20, 59, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 70, 72, 73, 74, 75,
91, 92, 93, 94, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105,
106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 141, 142,
145, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 163, 165, 166, 167, 168,
169, 171, 173, 175, 182, 183, 195, 196, 197, 198, 199, 200,
202
peradaban, x, xv, xvi, 4, 20, 38, 40
perempuan, vii, 1, 2, 8, 9, 11, 13, 15, 17, 18, 54, 55, 60, 61, 62,
63, 64, 65, 66, 70, 74, 75, 89, 92, 93, 94, 97, 98, 99, 100,
101, 103, 104, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114,
115, 141, 142, 145, 146, 157, 169, 184, 191, 195, 196, 197,
198, 200, 201
perkawinan, ii, v, xviii, 1, 4, 8, 16, 17, 21, 32, 53, 59, 187, 188,
189, 191
puang, 69, 73, 201
semenda, 158, 160, 166, 170, 172, 202
sosial, xiv, 1, 3, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 32, 39, 40,
44, 46, 48, 52, 53, 66, 145, 198
suami, 10, 14, 16, 17, 55, 56, 62, 64, 69, 195, 197
Sumatera Timur, ii, v, vi, vii, viii, x, xi, xii, xvi, xviii, xxi, 2, 4, 5,
26, 32, 43, 46, 49, 50, 51, 52, 56, 57, 58, 59, 60, 67, 68, 69,
92, 96, 102, 129, 142, 182, 183, 184, 187, 188, 189, 191,
195
syarak, 2, 20, 31, 45, 58, 62, 183
tepak sirih, 61, 65, 66, 70, 94, 95, 99, 100, 101, 110, 113, 114,
142, 146, 198, 201
upacara, v, vii, xi, 2, 3, 5, 16, 17, 18, 19, 20, 24, 27, 28, 32, 57,
58, 60, 61, 62, 64, 65, 67, 68, 72, 74, 75, 76, 77, 89, 90, 91,
92, 95, 104, 105, 107, 108, 109, 113, 115, 142, 183, 196,
201, 202
187
Pokok-pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur
wanita, viii, 8, 10, 11, 14, 15, 16, 51, 52, 53, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 66, 67, 68, 89, 90, 100, 101, 106, 184, 196, 197, 199,
200, 201, 202
zaman, ix, xvi, xvii, 4, 9, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 53, 65,
68, 92, 96, 164, 184, 185, 197, 199
188