Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HIDAYANTI AZIZUL ROFIAH NS

NIM : 1913071002
ROMBEL : 35 TRI HITA KARANA
PRODI : S1 PENDIDIKAN IPA

MASA LALU TIDAK BISA DIUBAH


DAN MASA DEPAN ADA DI TANGAN ANDA

Dalam menjalani kehidupan pasti kita sebagai manusia pernah berpikir mengenai takdir
dan nasib. Apakah takdir dan nasib kita ini sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa? Apakah
kita bisa mengubahnya atau hanya menjalani takdir tersebut tanpa bisa melakukan apa-apa?
Kita juga pasti pernah mendengar pernyataan bahwa “Hidup hanyalah menjalani takdir, tak
ada yang bisa dilakukan. Kita hanya butuh kepasrahan kepada Tuhan, karena Dialah yang
maha mengatur segalanya”. Namun, jika kita telaah apakah doa-doa yang selalu kita panjatkan,
harapan yang kita inginkan dan usaha yang kita lakukan itu hanya sia-sia? Apakah manusia
hanya robot ciptaan Tuhan yang hanya bekerja sesuai program yang tertulis sebagai takdir?
Pertanyaan-pertanyaan itu wajar bagi kita yang memang ingin mengetahui lebih dalam
mengenai takdir dan nasib ini.

Jadi, takdir merupakan suatu kenyataan yang harus belajar diterima dengan keikhlasan
dan dijalani dengan kepasrahan. Sedangkan nasib adalah harapan yang bisa dibangun menjadi
kenyataan lewat suatu usaha dan kerja keras dalam tuntunan kebenaran. Jadi takdir dan nasib
ini berbeda. Manusia bisa mengubah nasib, tetapi tidak bisa mengubah takdir yang artinya
manusia wajib berusaha untuk menentukan nasibnya. Untuk lebih jelasnya lagi contoh dari
takdir adalah kematian. Kematian adalah suatu hal yang pasti, karena setiap makhluk hidup
akan mengalami mati, begitu juga manusia yang merupakan makhluk sempurna, suatu saat
akan mengalami hal demikian dan tidak bisa dipungkiri dan berlari untuk menghindari dari
kematian. Sedangkan, contoh nasib adalah jika kita terlahir pada keluarga yang kurang mampu
dalam kondisi perekonomiannya, kemudian kita berusaha agar perekonomian keluarga
meningkat dan akhirnya kita menjadi orang kaya, maka itulah yang disebut nasib, yang mana
nasib dapat ditentukan oleh diri kita sendiri.

Namun, tidak semua orang mau berusaha untuk mengubah nasib. Mereka pasrah
dengan keadaan yang ada. Beberapa orang tidak memahami dengan benar apa arti kata
‘pasrah’, mereka menyangka pasrah kepada takdir adalah sebuah pilihan untuk diam dan
menyerah pada ketetapan takdir. Padahal bukan seperti itu yang harus dilakukan, pasrah adalah
momentum saat kita menyerahkan kuasa berikutnya pada apa yang tak sanggup lagi kita
kendalikan, karena itu bukan lagi wilayah kekuasaan kita. Jika kita hanya diam tanpa usaha
apa pun untuk mengubah nasib masa depan, karena menyakini bahwa suratan takdir telah
mengatur segalanya, itu bukanlah suatu sikap kepasrahan, melainkan sikap putus asa dan
menyerah. Kepasrahan adalah keadaan berserah pada kuasa yang lebih tinggi, setelah kita
melakukan sebisa mungkin segala hal terbaik yang masih bisa kita lakukan. Usaha yang dapat
kita bayangkan untuk mengubah nasib adalah dengan mengandaikan jika ada seseorang sedang
membentangkan panahnya untuk membidik sebuah sasaran. Kakinya kokoh berdiri
membentuk kuda-kuda yang kuat. Lengannya membentang busur dengan tegar tak
tergoyahkan angin. Matanya fokus menatap sasaran yang dibidik. Ia menggunakan seluruh
tubuhnya untuk mengantar anak panah itu melesat dengan tenaga yang maksimal agar
mencapai titik sasaran. Inilah yang bisa kita andaikan sebagai sebuah usaha. Karena, tanpa
usaha yang maksimal, kita tidak bisa berharap bahwa takdir akan membawa kita menuju nasib
yang kita inginkan.

Jadi, memilih untuk hanya diam dan menyerah, tidak akan mengubah keadaan menjadi
nasib baik di masa depan. Hanya suatu usaha terbaik dan kemudian berserah pada kuasa yang
lebih tinggi, menjadi suatu bentuk kepasrahan yang sebenarnya. Dan saat itulah peran sebuah
doa. Yang mana doa adalah usaha dari kekuatan pikiran dan keyakinan hati untuk membangun
harapan dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik, sebelum usaha mengubah nasib itu
diteruskan oleh kata-kata dan tindakan. Selain itu, apakah kalian pernah mendengar atau
membaca pernyataan bahwa “Seseorang yang sudah bekerja keras dengan perilaku baik,
namun belum mencapai kebahagiaan. Sedangkan, di sisi lain, orang yang jahat, justru hidupnya
makmur dan bahagia. Lalu, Apakah Tuhan tidak adil terhadap kita?”.

Saat ini beberapa dari kita mengenal istilah hukum karma. Yang mana karma ini
bergantung dari tindakan atau perbuatan kita, baik itu tindakan (perbuatan) yang baik maupun
yang buruk. Tindakan atau perbuatan mencakup: pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dengan
begitu, karma bisa berwujud karma mental (pikiran), karma verbal (bahasa), dan karma tubuh
(fisik dan tindakan). Kehidupan semua makhluk yang diciptakan ini tergantung pada karmanya
masing-masing. Pahala atas karma baik maupun buruk selalu akan mengikuti pelakunya, ibarat
anak sapi yang tidak akan pernah salah mencari puting susu induknya sendiri. Jadi, karma
adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan atau perilaku atau sikap dari kehidupan yang
lampau dan yang menentukan nasib saat ini, Segala tindakan atau perilaku atau sikap baik
maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan
berikutnya. Karma masa lalu menentukan kehidupan saat ini, karma masa kini menentukan
kehidupan sekarang, dan karma masa kini akan menentukan bagaimana kualitas kehidupan
yang akan datang. Semua apa yg kita terima saat ini adalah konsekuensi logis dari perbuatan
kita sendiri. Istilah lainnya adalah apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai.

Untuk memperoleh kebahagiaan yang harus kita lakukan adalah berbudi pekerti luhur,
dengan cara memurnikan pikiran dan batin, disertai kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas,
serta kerja sebagai bentuk pelayanan kepada sesama dan bentuk bakti kepada Tuhan yang
sudah menciptakan kita dan menjadikan kita makhluk yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Adapula cara agar kita mendapatkan kebahagiaan yaitu dengan
bersikap baik kepada semua orang. Salah satu contoh kecil dengan memberi sedekah untuk
pengemis yang memang sudah tua dan cacat. Memberi sedikit sumbangan kepada anak yatim
piatu. Kemudian, membantu orang yang membutuhkan. Kita bisa meluangkan waktu untuk
membantu teman-teman bahkan orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Begitu pun
sebaliknya, saat kita sedang mengalami depresi atau masalah, mereka yang pernah kita bantu
akan membantu kita dan memberikan dukungan terhadap kita. Kemudian, yang terakhir kita
bisa membuang kebiasaan buruk. Hal ini merupakan hal yang paling sulit dilakukan. Jika hal
buruk itu sudah menjadi kebiasaan kita maka kita memerlukan waktu yang sedikit lebih lama
agar dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Kita harus mengisi pikiran kita
dengan hal-hal positif. Jangan biarkan kebiasaan buruk kita menjadikan penghalang untuk
merasakan kebahagiaan. Sebenarnya, menjadi bahagia dalam hidup ini sangat sederhana.
Semua ini hanya membutuhkan sedikit usaha, dan pikiran terbuka.

Selain diri kita, adapula peran pemerintah dalam mewujudkan kebahagiaan


masyarakatnya, yang mana tertuang dalam sila kelima Pancasila yaitu “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”, hal ini membuktikan bahwa sejak awal pembentukannya NKRI
memiliki visi Negara Kesejahteraan Sosial. Kemudian, yang perlu dilakukan negara agar
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakatnya, yaitu menyediakan prasarana dan
sarana yang memungkinkan masyarakatnya mampu mewujudkan kesejahteraannya. Sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Sedangkan, prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Sarana dan prasarana ini memiliki fungsi yaitu, dapat
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga mampu menghemat waktu,
meningkatkan produktivitas baik barang maupun jasa, dan menimbulkan rasa puas pada orang-
orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.

Kemudian, menerapkan asas subsidiaritas, yaitu yang lebih kuat membantu yang lebih
lemah atau pemerintah membantu masyarakat yang kurang beruntung atau tidak punya.
Pemerintah juga perlu membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk mengurangi jumlah
pengangguran, menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok agar masyarakat memiliki
kemampuan atau memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyediakan
beasiswa pendidikan bagi siswa miskin pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, hingga perguruan tinggi, memberikan pelayanan kesehatan rujukan bagi
keluarga miskin secara gratis. Serta yang terakhir menyediakan kebutuhan dasar bagi warga
negara, paling tidak dalam urusan 5 W, yaitu: wareg (pangan), wastra (pakaian), wisma
(perumahan), waras (kesehatan), dan waskita (pendidikan). Itulah hal yang perlu dilakukan
oleh pemerintah agar mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Jadi, karma bisa menghampiri kita dimana pun dan kapan pun. Karma bukanlah sebuah
keyakinan, melainkan suatu hal yang berkaitan dengan hidup manusia. Karma adalah sesuatu
yang tidak terlihat, namun terasa dan merupakan hukum yang berdasar kepada sebab dan
akibat. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Jika kita menanamkan kebaikan maka
kebaikanlah yang akan kita dapatkan, begitu pun sebaliknya jika kita menanam keburukan
maka keburukanlah yang akan kita dapatkan. Ubahlah hidupmu hari ini. Jangan bertaruh pada
masa depan, bertindaklah sekarang tanpa menunda. Masa lalu tidak bisa diubah dan masa
depan masih ada di tangan anda.

Anda mungkin juga menyukai