Anda di halaman 1dari 2

*Mulia karena Memberi Manfaat*

Saya percaya bahwa kebaikan itu sangat mudah dilakukan oleh siapa yang dimudahkan Allah untuk
melakukannya. Allah memiliki simpanan kebaikan yang banyak sekali, yang akan dikaruniakan kepada
siapa yang Dia kehendaki. Allah juga mengalirkan keutamaan kepada orang-orang baik yang senang
melakukan kebaikan kepada sesama."

Manusia dikaruniai pendengaran, penglihatan dan hati yang berguna untuk memahami dan meneliti
segala sesuatu, membedakan yang bermanfaat dan yang mudharat dalam soal duniawi maupun
ukhrawi.

Dengan berbagai kelebihan itu, manusia berpeluang menjadi hamba Allah yang terbaik dan termulia.
Namun patut dicatat, manusia tak serta merta akan tetap mulia dengan berbagai kelebihan yang
dimiliki itu. Kemuliaan itu akan sirna bila tak dijaga. Upaya menjaga kemuliaan itu di antaranya
dengan berperilaku mulia.

Meski usia kita telah lebih dari setengah abad, tapi semangat untuk menebar manfaat harus tetap
menyala. Potensi apa saja yang kita miliki selain usia, tubuh yang kuat, akal yang cerdas, harta, dan
kuasa yang kita miliki dan potensi lainnya, patutlah kita jadikan energi untuk menebar manfaat.
Sehingga potensi yang ada ini menjadikan kita sebagai hamba terbaik. Kita meyakini, orang terbaik
bukan sekedar yang berharta banyak, berkedudukan dan berstatus sosial tinggi. Tetapi, orang terbaik
adalah orang yang bisa memberikan yang terbaik untuk sesamanya. Ringan menebar manfaat

Menjadi apapun dan di manapun, seyogyanya kita tampil sebagai sosok yang ringan menebar
kebaikan. Sehingga kehadiran kita tak sekedar menambah jumlah. Tetapi, kehadiran kita betul-betul
bisa memberi arti. Orang lain berbahagia dengan kehadiran kita. Sebab, selalu manfaat dan
kebaikanlah yang kita tebarkan.

Menebar kebaikan tidaklah sulit. Kuncinya adalah kemauan. Potensi apapun yang kita miliki bisa
menjadi sarana untuk menebar manfaat. Harta berlebih, bisa kita sedekahkan kepada orang yang tak
berpunya. Ilmu yang kita miliki bisa kita ajarkan kepada orang lain. Hingga kekuasaan yang kita
genggam, bisa kita manfaatkan untuk menolong orang yang terdzalimi, mengeluarkan kebijakan yang
berpihak kepada kemashlahatan orang banyak.

Memberi itu bahagia. Orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat memberi itu adalah
pihak yang memberi itu sendiri. Mereka akan merasakan ‘buah’ memberi seketika itu juga, dalam
jiwa, akhlaq dan nuraninya. Sehingga mereka selalu lapang dada, merasa tenang, tenteram dan
damai.

Sungguh, umur kita di dunia ini amat terbatas. Maka, tebarkanlah manfaat sebanyak-banyaknya dan
sebaik-baiknya dalam waktu yang terbatas ini. Dengan semangat menebar manfaat, sebenarnya kita
telah membuat umur yang terbatas ini menjadi panjang tak terbatas. Karena kebaikan-kebaikan yang
telah kita ukir akan terus dikenang. Jasad kita boleh tertanam di bumi, tapi kebaikan-kebaikan kita
akan selalu dikenang di muka bumi. Meski umur biologis kita telah berakhir, tapi ukiran kebaikan kita
akan berumur panjang tak terbatas. Untuk itu, marilah kita berlomba menebar kebaikan di tengah
kehidupan.

Selamat beraktipitas

"Termasuk musibah terbesar seorang manusia adalah tidak mengetahui kekurangan dirinya.
Karena tidak akan memperbaiki diri orang yang tidak tahu kekurangan diri.
Diantara ciri orang sombong adalah tidak pernah mau menerima saran dari orang lain."

Anda mungkin juga menyukai