Anda di halaman 1dari 5

TUGAS THK

Karma/Nasib Dan Kebahagiaan Serta Peranan Pemerintah Dalam Mewujudkan


Kebahagiaan

KELOMPOK 1
Luh Risa Santiani 11/1912011031/PBSI
Ni Kadek Intan Wahyuni 03/1911031045/PGSD
Gede Arta Sattvika 06/1911031126/PGSD

ROMBEL 04 THK
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
1. Karma/nasib
Kadang-kadang seseorang mencapai banyak keberhasilan meskipun usahanya sangat kurang.
Demikian pula, orang lain mungkin tidak dapat mencapai hasil yang baik meskipun kerja keras
yang berlebihan. Untuk kasus-kasus seperti itu, kita mendengar orang berkata karma masa
lalunya baik, atau karma masa lalunya buruk.
Dilansir Boldsky karma di sini mengacu pada perbuatan kehidupan masa lalu. Dalam kasus
lain, ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan, mereka akan berkata, itu
semua yang telah ditulis Allah dalam takdir. Mereka percaya bahwa kehidupan direncanakan
oleh Tuhan. Semua yang terjadi sesuai dengan kehendakNya. Tetapi pernahkah Anda bertanya-
tanya bagaimana kedua hal itu bisa terjadi? Entah itu karma, dan kita mendapatkan hasil sesuai
dengan itu, atau Tuhan lah yang menulis takdir kita. Tanpa memikirkan apa artinya, kita
menyalahkan Tuhan. Bayangkan takdir seperti apa yang Anda akan tulis sebagai orangtua untuk
anak-anak Anda? Apakah Anda pernah menulis bahkan hal yang paling tidak menyenangkan
dalam nasib anak Anda? Anda tidak akan pernah melakukan itu.

a. Apa Itu Karma?


Apa yang kebanyakan orang gagal pahami adalah makna sebenarnya dari karma dan
mengasosiasikannya dengan takdir. Tuhan, kenapa Ia harus menulis hal-hal baik untuk beberapa
orang, dan menulis hal-hal tidak baik bagi beberapa orang yang lain? Bukankah semua manusia
adalah hamba-Nya? Karma berasal dari kata Sansekerta berarti tindakan, perbuatan. Dan takdir
berarti apa yang telah terjadi di bagian akhir. Ia datang dalam bagian kita, dilakukan oleh orang
lain, atau hasil dari karma masa lalu kita. Demikian pula, apa yang kita lakukan adalah karma
untuk kita dan takdir untuk orang lain. Pembunuhan seorang prajurit atas musuhnya adalah
karma baginya dan takdir bagi musuh yang telah mati. Itu bukan Tuhan, yang memutuskan apa
yang seharusnya menjadi bagian kita, itu adalah diri kita sendiri. Ini adalah hasil dari karma,
tindakan yang telah kita lakukan di kehidupan lampau.
Karma adalah hal abstrak yang kita berikan kepada diri kita sendiri untuk melahirkan. Itu
berasal dari kita dan kembali kepada kita suatu hari nanti. Apa yang menyebabkan orang lain
harus menghadapi hal yang sama satu hari atau yang lain.

b. Bagaimana Karma Bekerja?


Dikatakan, hasil perbuatan masa lalu kita tidak akan mengubah target mereka, apa pun yang
terjadi. Apa yang dilakukan seseorang dalam satu kehidupan pasti akan kembali padanya pada
suatu hari nanti. Begitulah karma bekerja. Fokus pada karma dan bukan pada hasilnya. Ini jelas
menandakan bahwa apa yang dapat kita kendalikan adalah tindakan kita dalam kehidupan ini,
hasilnya adalah campuran dari tindakan masa lalu kita serta dari karma masa lalu. Karma masa
lampau mungkin tidak mempengaruhi hasil dari karma saat ini. Jika kita telah berbuat baik di
kehidupan lampau, kita pasti akan mendapatkan hasil yang baik dari upaya kita saat ini. Hasilnya
dalam kasus-kasus seperti itu adalah sesuai dengan tingkat upaya yang dilakukan. Teori Karma
menjelaskannya sebagai, jenis hubungan yang kita miliki dengan seseorang dalam kehidupan ini
lagi karena hubungan yang kita miliki dengan orang itu di masa lalu. Mengalami masalah dari
seseorang dalam kehidupan ini, mungkin berarti kita mengalami kesulitan dalam kehidupan
sebelumnya. Karma melihat kita bukan sebagai manusia, tetapi sebagai jiwa, dan tidak pernah
gagal menemukan orang dari mana asalnya. Oleh karena itu, selalu mencapainya dan
memberinya hasil yang sama beberapa hari. Di sinilah spiritualitas ikut bermain. Mengetahui
alasan penderitaan tertentu membuat lebih mudah bagi seseorang untuk mentolerirnya. Ini
memberi orang itu kekuatan yang dibutuhkan dan pemahaman spiritual yang tepat. Spiritualitas
membangunkan bagian dalam diri seseorang dan mengajari dia cara yang tepat untuk
menghadapinya

2. Kebahagiaan
Pengertian kebahagiaan menurut para ahli
Istilah happiness atau kebahagiaan seringkali dikaitkan dengan aliran baru di bidang
psikologi, yaitu psikologi positif yang lebih menekankan pada aspek positif karakteristik yang
dimiliki manusia. Hingga saat ini terdapat banyak pengertian mengenai kebahagiaan. Hurlock
(2004) mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan gabungan dari adanya sikap menerima
(acceptance), kasih sayang (affection) dan prestasi (acheivement). Sikap menerima orang lain
dipengaruhi oleh sikap menerima diri sendiri dalam penyesuaian sosial dimana dalam
penyesuian sosial diperlukan adanya daya tarik fisik yang akan menimbulkan rasa cinta dan
penerimaan dari orang lain, sedangkan cinta merupakan hasil sikap penerimaan orang lain di
dalam lingkungan. Selain itu, prestasi juga salah satu esensi kebahagiaan. Prestasi ini timbul
karena adanya kerja keras, pengorbanan, kompetensi dan mempunyai tujuan yang realistik.
Ketiga esensi kebahagiaan ini harus dapat dijalani secara bersamaan. Konsep Scaffolding dan
Aplikasi Teorinya Kepuasan hidup yang biasanya disebut dengan kebahagiaan, timbul dari
pemenuhan kebutuhan atau harapan, yang merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati,
seperti yang dijelaskan oleh Alston dan Dudley (dalam Hurlock, 2004)
Menurut Seligman (2002) kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif dimana
seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan juga pikiran dan perasaan yang
positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Emosi positif bisa tentang masa lalu, masa
sekarang, atau masa depan, dengan mempelajari ketiga macam kebahagiaan ini, seseorang bisa
menggerakkan emosi kearah yang positif dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara
berpikir tentang masa depan, dan cara menjalani masa sekarang. Kebahagiaan jangka panjang
muncul meningkat sejalan dengan banyaknya emosi positif yang dialami seseorang pada saat
mengingat masa lalu, menatap masa mendatang, dan menjalani masa kini. Emosi positif tentang
masa lalu mencakup kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggan dan kedamaian.
Aspek Kebahagiaan (Happiness) Menurut Hurlock (2004) ada terdapat “tiga A” aspek
kebahagiaan, yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement
(pencapaian). Chaplin (2008) dalam kamus lengkap psikologi menjelaskan secara rinci mengenai
defenisi tiga aspek kebahagiaan tersebut sebagai berikut: Acceptance (penerimaan) Merupakan
suatu yang ditandai dengan sikap positif atau menolak, dalam praktik klinis, pengakuan atau
penghargaan terhadap nilai-nilai individual, tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah
lakunya, atau tanpa keterikatan emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan.
Affection (kasih sayang) Merupakan perasaan yang sangat kuat, cinta, satu kelas yang luas dari
proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi, suasana hati, dan temperamen. Achievement
(pencapaian) Merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai, satu tingkat khusus dari
kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari kecakapan/keahlian dalam
tugas-tugas sekolah atau akademis. Apabila seorang lansia tidak dapat memenuhi acceptance,
achievement, dan affection tersebut maka akan sulit baginya untuk dapat mencapai kebahagiaan.
Misalnya, ia merasa diabaikan oleh anggota keluarga atau petugas panti, merasa bahwa prestasi
pada masa lalu tidak memenuhi harapan dan keinginan, atau apabila mereka mengembangkan
perasaan bahwa tidak ada satu orang pun yang mencintainya. Kebahagiaan tidak memiliki arti
yang sama bagi mereka yang berusia lanjut. Namun, secara umum lansia yang bahagia lebih
sadar dan siap untuk terikat dengan kegiatan baru dibandingkan lansia yang merasa tidak
bahagia. Hal ini disebabkan apa yang dikerjakannya lebih penting bagi kebahagiaannya dimasa
usia lanjut dibandingkan siapa mereka. Ada beberapa kondisi penting yang dapat membantu
pencapaian kebahagiaan lansia, antara lain terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan
menarik, diterima oleh dan memperoleh respek dari kelompok sosial, menikmati kegiatan sosial
yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman, dan melakukan kegiatan produktif,
baik kegiatan di rumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan.

3. Peranan Pemerintah Dalam Mewujudkan Kebahagiaan


Untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin (kebahagiaan) bukan hanya menjadi tanggung
jawab diri sendiri atau individu tetapi juga tanggung jawab pemerintah.menurut (Giddenns,2019)
konsep negara kesejahteraan memandang tugas utama negara adalah menyejahterakan
raknyanya. Dimana negara sangat berperan penting dalam menyejahterakan rakyatnya, peran
penting itu juga terkandung dalam Pancasila yaitu dalam sila ke-5 yang berbunyi “ Kedilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia” yang membuktikan sejak awal pembentukan NKRI memiliki visi
bahwa rakyaknya harus sejahtera dan merasakan kebahagiaan. Ada banyak yang harus dilakukan
untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat, yaitu sebagai berikut:
a. Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai untuk kelangsungan kehidupan
selanjutnya
b. Menerapkan asas subsidiaritas yaitu yang lebih kuat membantu yang lebih lemah, dalam
artian pemerintah harus membantu rakyatnya yang memerlukan bantuan atau yang
kurang beruntung
c. Menyediakan kebutuhan daasar bagi rakyat, paling tidak menyediakan 5W, yaitu Wareg (
Pangan), Wastra (pakaian), Wisma (perumahan), Waras (ilmu pengetahuan), dan yang
terakhir yaitu Waskita (Kesehatan)
Dengan demikian pemerintah sudah bisa berperan dalam kebahagiaan rakyatnya, terkadang
pemerintah hanya menyediakan sekolah serta tempat berobat namun pemerintah tidak
menyediakan perumahan itu berarti pemerintah belum berperan terhadap kebahagiaan serta
sekejahteraan rakyatnya. Oleh sebab itu peran pemerintah sangat penting dalam kebahagiaan
serta kesejahteraan rakyatnya.

Anda mungkin juga menyukai