Anda di halaman 1dari 3

MENGIDENTIFIKASI PROSES TERJADINYA REAKSI PENGENDAPAN / ARGENTOMETRI & INDIKATOR

DALAM TITRASI PENGENDAPAN / ARGENTOMETRI

Seperti fungsi titrasi pada umumnya, jenis titrasi yang satu ini juga digunakan untuk memeriksa
kadar atau konsentrasi zat tersebut. Bagi Anda yang berkecimpung di dunia kimia pasti sudah tidak
asing lagi dengan istilah titrasi, termasuk metode titrasi bernama argentometri ini. Metode titrasi
yang satu ini masih dikembangkan lagi menjadi beberapa jenis metode titrasi dengan
mengutamakan pembentukan endapan.

Berdasarkan indikator yang digunakan, ada tiga metode yang dibedakan dalam titrasi argentometri,
yakni metode Fajans, Mohr, dan Volhard.

Penjelasan Cara Kerja Ketiga Metode

Metode titrasi yang satu ini berpatokan pada pembentukan endapan. Dengan kata lain, kadar zat
analit (zat yang diuji kadar atau konsentrasinya) ditentukan oleh pembentukan endapan dari titran
(larutan yang dipakai sebagai tolok ukur pengukuran dengan titrasi) larutan titer perak nitrat.

1. Metode Fajans
Metode titrasi argentometri yang satu ini pertama kali dikenalkan oleh Kazimierz Fajans.
Dalam metode ini, dichlorofluorescein akan digunakan sebagai indikator. Indikator ini akan
berubah warna untuk memberitahu Anda informasi kadar. Jika proses sudah mencapai titik
akhir, suspensi yang awalnya berwarna hijau akan berubah warna menjadi merah muda.
Biasanya, sebelum proses titrasi selesai, ion klorida masih berlebih jumlahnya. Kemudian, hal
yang terjadi adalah ion klorida ini akan diabsorpsi ke permukaan perak klorit. Proses
adsorpsi ion inilah yang akan mempengaruhi warna di indikator nanti. Dimana hasil reaksi
dari kedua zat tersebut adalah:
Ag+(aq) +Cl-(aq) ----> AgCl(s) (endapan putih)
2. Metode Mohr
Metode berikutnya adalah metode Mohr. Metode titrasi yang satu ini dikenalkan dan
dinamai dari nama Karl Friedrich Mohr. Dalam proses metode titrasi Mohr ini, indikator yang
digunakan sudah pasti berbeda dengan Metode Fajans tadi. Di sini, kalium kromat digunakan
sebagai indikator. Jika semua ion klorida bereaksi, nantinya akan dihasilkan kromat perak
merah. Sebaiknya tidak menguji atau memeriksa kadar zat karbonat dan fosfat
menggunakan metode ini karena keduanya akan mengendap dengan perak. Hasilnya juga
nanti tidak begitu akurat. Metode ini terutama dapat dipakai untuk memeriksa kandungan
klorin. Anda bisa melakukannya dengan menggunakan sampel lain seperti kalsium dan besi
asetat.

3. Metode Volhard
Terakhir, jenis metode titrasi argentometri yang juga bisa digunakan adalah metode Volhard.
Jacob Volhard adalah orang dibalik metode titrasi yang satu ini. Dalam metodenya, Volhard
juga menambahkan kelebihan dari perak nitrat ini ke analit. Lalu, perak klorida akan disaring
sehingga perak nitrat yang tersisa bisa dititrasi terhadap larutan yang hendak diperiksa kadar
zatnya. Untuk indikatornya, metode Volhard menggunakan besi amonium sulfat. Di hasil
akhir proses titrasi, indikator ini akan berubah warna menjadi warna merah darah. Selain itu,
indikator seperti larutan garam ferri (Fe3+) juga bisa Anda gunakan sebagai indikator
alternatif saat melakukan metode ini.

Titrasi Argentometri dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


pembentukan endapan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka
pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada
larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda
memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil
jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal
ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapation sejenis yaitu OH- sehingga akan
mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci
endapan dalam metode gravimetri.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH,
hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung
dengan I- membentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat kelarutannya dengan
adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh
AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Khopkhar, 2008).

Titrasi Argentometri pada pengukuran klorida dapat dipengaruhi oleh ion-ion pengganggu. Yurman
(2009) berargumen dengan mengatakan ion-ion yang dapat mengganggu dalam penetapan kadar
klorida metode Argentometri atau pengendapan adalah bahan-bahan yang terdapat dalam air
minum dalam jumlah yang normal yang tidak mengganggu. Ion pengganggu tersebut antara lain:

1. Bromida, iodida, dan sianida yang menyebabkan ekivalen dengan konsentrasi klorida.
2. Ion sulfida, tiosulfat dan sulfit mengganggu.
3. Ortofosfat yang lebih dari 25 mg/L mengganggu dengan membentuk endapan perak fosfat.
4. Besi yang lebih dari 10 mg/L mengaburkan titik akhir.

Anda mungkin juga menyukai