Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SENTYA

NIM : 30317066

PRODI : D3 FARMASI

KELOMPOK :D

KELAS :B

IODIMETRI

Suatu titrasi langsung dimana titrasi menggunakan kanji di awal penitaran. Sebagai larutan
standar digunakan I2. Penambahan indikator kanji di awal di karenakan kanji tidak akan
mengadsorbsi I2 dalam larutan. Zat-zat yang mungkin dititrasi dengan metode ini adalah zat
yang merupakan pereaksi pereduksi (reduktor) yang cukup kuat dititrasi secara langsung
dengan menggunakan larutan Iodium diantaranya adalah Tio (Na2S2O3), Arsenat (III),
Antimon (III), Sulfida, Sulfit, Timah-Putih (II) dan Ferisianida (Fe(CN)2

IODOMETRI

Proses Iodometri adalah suatu titrasi tidak langsung dimana titrasi menggunakan larutan
standar Na2S2O3 sebagai penitar. Penambahan indikator kanji di akhir di karenakan kanji
akan mengadsorbsi I2 dalam larutan. Sehingga I2 tidak dapat bereaksi dengan Na2S2O3.

Perbedaan :

Meski Iodometri dan Iodimetri memiliki beberapa persamaan dan juga merupakan termasuk
kedalam metoda redoks tetapi keduanya memilki beberapa perbedaan diantaranya :

Iodometri Iodimetri
Termasuk kedalam Reduktometri Termasuk kedalam Oksidimetri
Larutan Na2S2O3 (Tio) sebagai penitar Larutan I2 sebagai Penitar (Titran)
(Titran)
Penambahan Indikator Kanji disaat Penambahan Indikator kanji saat awal
mendekati titik akhir. penitaran
Termasuk kedalam Titrasi tidak langsung Termasuk kedalam Titrasi langsung
Oksidator sebagai titrat Reduktor sebagai titrat
Titrasi dalam suasana asam Titrasi dalam suasana sedikit basa/netral
Penambahan KI sebagai zat penambah Penambahan NaHCO3 sebagai zat
penambah
Titran sebagai reduktor Titran sebagai oksidator
ALKALIMETRI

Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan
menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan biasanya adalah natrium hidroksida
(NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan asam oksalat
(H2C2O4). Hidroksida-hidroksida dari natrium, kalium dan barium umumnya digunakan sebagai
larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut dalam air.
Pembuatan larutan standar alkalis dan amonium hidroksida tidak dibenarkan, kecuali bersifat
sebagai basa lemah, pada proses pelarutan dilepaskan gas amonia (beracun).

ASIDIMETRI

Asidimetri merupakan penetapan kadar terhadap larutan yang bersifat basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indicator.

ARGENTOMETRI

Argentometri merupakan istilah yang diturunkan dari bahasa latin yaitu Argentum yang artinya
perak. Titrasi Argentometri sering kali disebut sebagai Titrasi Pengendapan. Jadi argentometri itu
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan tritasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag. Atau definisi titrasi
argentometri yaitu penetapan kadar zat yang didasari atas adanya reaksi pembentukan endapan dari
komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat. Atau yang dimaksud titrasi argentometri
ialah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak gampang larut antara
titran dengan analit.

Faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan/ titrasi argentometri :

 Temperatur, kelarutan akan bertambah jika temperatur mengalami kenaikan.


 Efek ion sejenis, kelarutan endapan dalam air berkurang apabila larutan itu mengandung
satu dari ion-ion yang menyusun endapan.
 Sifat pelaut, garam anorganik lebih larut di dalam air, berkurangnya kelarutan di dalam
organik bisa dipakai sebagai dasar dalam pemisahan dua zat.
 Pengaruh pH, larutan garam dari asam lemah itu bergantung dari pH larutannya.
 Efek ion-ion lain, endapan dapat bertambah kelarutannya jika dalam larutan ada garam yang
beda dengan endapan.
 Pengaruh kompleks. Kelarutan dari garam yang sedikit larut adalah fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
 Pengaruh hidrolisis, apabila garam dari asam lemah dilarutkan ke dalam air, maka dapat
menghasilkan (H), kation dari spesies garam akan mengalami hidrolisis sehingga
kelarutannya bertambah.

Macam macam Metode Titrasi Argentometri :

 Titrasi Argentometri Metode Mohr

Metode mohr pada titrasi argentometri yaitu metode yang terbatas untuk lartutan dengan nilai pH
sekitar 6 hingga 10. Perak oksida akan meengndap dalam larutan yang lebih basa. Kegunaan dari
metode Mohr adalah sebagai penetapan kadar Bromida atau Klorida. Prinsip penetapannya larutan
bromida atau klorida dalam keadaan netral atau agak alkalis diitrasi dengan larutan perak nitrat
dengan indikator kromat. Jika ion bromida atau klorida sudah habis diendapkan oleh ion perak,
maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang
warnanya coklat meerah sebagai titik akhir titrasi. Larutan standarnya ialah larutan perak nitrat
dengan indikator larutan kalium kromat.

 Titrasi Argentometri Metode Volhard

Metode volhard adalah metode yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1874 oleh Jacobus
Volhard, yang merupakan seorang ahli kimia dari Jerman. Metode volhard pada titrasi argentometri
larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang didalamnya terkandung ion
halogen (contohnya Cl-). Kelebihan dari ion Ag+ dalam keadaan asam dititrasi dengan standar garam
tiosianat (NH4SCN atau KSCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Hingga titik ekivalen, terjadi
sebuah reaksi antara titran dan Ag+ membentuk sebuah endapan putih. Jika titran kelebihan maka
dapat menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III)
yang warnanya merah.

 Titrasi Argentometri Metode Fajans

Metode fajans dalam argentometri sama halnya dengan pada metode Mohr, perbedaannya hanya
pada jenis indikator yang dipakai. Indikator yang dipakai dalam metode fajans yaitu indikator
adsorpsi seperti fluonescein atau cosine menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya
yaitu AgNO3 sampai suspensi violet menjadi merah. pH tergantung dari macam anion dan indikator
yang digunakan. Indikator adsorpsi yaitu zat yang bisa diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan tersebut bisa diatur supaya terjadi di titik ekuivalen
antara lain dengan cara menentukan macam indikator yang digunakan dan PH. Sebelum titik
ekuivalen dapat tercapai, ion Cl- ada dalam lapisan primer dan sesudah tercapai ekuivalen maka
akan kelebihan sedikit AgNO3 yang menyebabkan ion Cl- digantikan Ag+ sehingga ion Cl- berada
dalam lapisan sekunder.

Cara penetapan titik akhir dalam reaksi pengendapan (Argentometri) :

1. Pembentukan suatu endapan berwarna

Bisa diilustrasikan dengan mohr untuk penetapan bromide dan klorida. Dalam titrasi sebuah larutan
netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit ditambahkan larutan kalium kromat
sebagai indikator. Di titik akhir, ion kromat bergantung dengan ion perak untuk membentuk perak
kromat merah yang hanya sedikit bisa larut. Hendaknya titrasi ini dilakukan ketika suasana netral
atau sedikit basa, yaitu dalam jangkauan pH 6,59.

2. Pembentukan sebuah senyawa yang berwarna dan bisa larut.

Contoh dari cara ini yaitu pada metode volhard untuk tritasi perak dengan terdapatnya asam nitrit
bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya yaitu larutan besi (III)
amonium sulfat. Dengan penambahan larutan tiosianat maka dapat menghasilkan mula-mula
endapan perak klorida. Kelebihan dari tiosianat yaitu meskipun sedikit dapat menghasilkan
pewarnaan coklat kemerahan, hal itu dikarenakan terbentuknya sebuah ion kompleks. Cara ini bisa
diterapkan untuk menetapkan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat
standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat.

3. Penggunaan indikator adsorpsi

Aksi dari indikator adsorpsi yaitu disebabkan sebuah fakta kalau pada titik ekuivalen, indikator itu
diadsorpsi oleh endapan. Ketika proses adsorpsi terjadi sebuah perubahan dalam indikator yang
menyebabkan suau zat dengan warna yang tidak sama, maka disebutlah indikator adsorpsi. Zat-zat
yang dipakai yaitu zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein en eosin
yang dipakai sebagai garam natriumnya. Untuk tritasi klorida dapat digunakan flouresein. Sebuah
larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, maka perak klorida yang akan mengendap
mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk sebuah kompleks dari perak yang
warnanya merah jambu.

KOMPLEKSOMETRI

Kompleksometri merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu metode titrasi atau pengukuran kadar
logam dengan menggunakan senyawa kompleks. Titrasi ini berdasarkan reaksi antara logam dengan
ligan untuk membentuk senyawa kompleks antara logam dengan ligan (peghelat). Pada
kompleksometri, hanya unsur atau senyawa nonlogam yang memberikan pasangan elektron bebas
kepada unsur logam, jadi ikatan yang terbentuk pada titrasi ini adalah ikatan ionik. Senyawa
kompleks terbentuk karena adanya anion yang konsentrasinya melebihi sneyawa garam. Contoh dari
senyawa kompleks tersebut adalah [FeCl6]-4. Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar
penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut
namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui
reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.

KOMPLEKSOMETRI

Filed under: KIMIA ANLISIS — Leave a comment

17 June 2012

KOMPLEKSOMETRI

Kompleksometri merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu metode titrasi atau pengukuran kadar
logam dengan menggunakan senyawa kompleks. Titrasi ini berdasarkan reaksi antara logam dengan
ligan untuk membentuk senyawa kompleks antara logam dengan ligan (peghelat). Pada
kompleksometri, hanya unsur atau senyawa nonlogam yang memberikan pasangan elektron bebas
kepada unsur logam, jadi ikatan yang terbentuk pada titrasi ini adalah ikatan ionik. Senyawa
kompleks terbentuk karena adanya anion yang konsentrasinya melebihi senyawa garam.

Metode-metode titrasi kompleksometri :

1. Titrasi Langsung
Titrasi ini dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan indikator logam.
Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan
endapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering digunakan untuk logam
yang membentuk kompleks dengan amoniak.

2. Titrasi Kembali

Titrasi ini digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTAlambat atau apabila indicator yang
sesuai tidak ada. EDTA berlebih ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan
standar Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-EDTA mempunyai
stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak digantikan dengan magnesium. Cara ini
dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam
CaSO4.

3. Titrasi Subtitusi

Titrasi ini berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion logam yang ditentukan. Sebuah
larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya M2+,
menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah itu.

4. Titrasi Tidak Langsung

Titrasi ini beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan sulfat dengan menambahkan
larutan baku barium berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat sudah
ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu sukar larut lalu menitrasi
kelebihan Mg.

5. Titrasi alkalimetri

Dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion
hydrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

KESERAGAMAN BOBOT

Pengertian : Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui keseragaman bobot dari tablet.

Tujuan : Keseragaman bobot digunakan sebagai salah satu indikator homogenitas


pencampuran formula.

Alat : Timbangan digital

Anda mungkin juga menyukai