Jadi kalau orang sudah beriman seperti contoh diatas maka Allah akan memberi rasa
tenteram di dalam hati, dan ketenteraman itu justru meningkatkan keimanannya, jadi
ini seperti ada hubungan timbal balik. Maka salah satu cara untuk meningkatkan iman
adalah memperbaiki pemahaman kita tentang Allah, tentang malaikat, tentang utusan
Allah, kitab-kitab Allah, tentang hari kiamat, tentang qadha dan qadhar, ketenteraman
hati itu banyak berkaitan dengan qadha dan qadhar. Tentang Allah misalnya, kita
pelajari sifat-sifatnya, cara Allah bertindak , dsb, tentang hari akhir kita pelajari
logikanya bagaimana alam raya ini bisa suatu saat hancur dan kita mati, kemudian
setelah itu kita dibangkitkan kembali dan dipindahkan ke alam lain yang disebut alam
akherat.
2. Sambil meningkatkan pemahaman tentang 6 unsur keimanan tersebut, kita
menerapkan ajaran keimanan itu dengan benar baik melalui ibadah ritual maupun
melalui perilaku sehari-hari, sehingga ucapan dan perilaku kita konsisten atau sejalan
dengan pengakuan kita kepada Allah. Kalau kita mengakui Allah sebagai Tuhan, maka
otomatis kita ini adalah sebagai hamba karena itu kewajibannya adalah tunduk patuh
kepada Tuhannya yang prakteknya adalah melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan yang biasa di istilahkan sebagai takwa. Kalau kita bisa menerapkan keimanan
dengan baik, maka dengan sendirinya dapat memperoleh ketenteraman yang
hakekatnya ketenteraman itu diberikan oleh Allah. Kita meningkatkan keimanan tadi
dan juga dibuktikan dengan tindakan itu adalah tataran sebab, nanti ketenteraman itu
adalah akibat dan akibat itu yang melakukan Allah. Ketenteraman itu bisa dicapai
kalau seseorang terbebas dari rasa takut dan sedih, takut dan sedih itu generic nya atau
intinya dan turunannya atau derifatifnya bisa macam macam antara lain putus asa,
disstress dll. Allah Berfirman dalam surat Al Ahqaf (46) ayat 13:
Jadi kalau orang beriman kehilangan barang itu sedihnya paling satu dua detik habis
itu legowo karena dia meyakini qadha dan qadhar, orang beriman akan berfikir bahwa
barang itu bisa hilang karena ketentuan Allah dan semua yang kita miliki hakekatnya
adalah milik Allah dan kita hanya ditugasi untuk merawat dan memanfaatkan itu, jadi
kalau Allah mengambilnya kembali ya wajar sehingga hatinya tenteram. Begitu juga
kalau ada orang yang kita cintai meninggal orang beriman akan berfikir sama bahwa
orang yang kita cintai itu milik Allah sehingga kalau Allah memanggilnya kembali ya
terserah Allah, kita tidak perlu galau atau stress karena meninggalnya seseorang.
Meninggalnya seseorang itu kalau banyak dosanya berarti itu berakhirnya dia
melakukan dosa, sebaliknya kalau dia selama ini banyak melakukan tugas perjuangan
maka kematian adalah istirahat bagi dia.
3. Agar subur iman di hati kita itu, maka iman itu kita siram, karena iman itu adanya di
pikiran dan hati maka iman itu adalah pekerjaan roh dan makanan roh adalah hal hal
yang sifatnya rohani, dan Al Qurán di salah satu ayatnya disebut juga sebagai roh, jadi
kita bisa menyiram hati kita dengan Al Qurán maka insya Allah keimanan kita bisa
meningkat.
4. Kita meyakini bahwa Allahlah yang mengatur kehidupan kita dan alam raya dimana
kita tinggal itu juga semua diatur oleh Allah. Kalau kita percaya dan mengikuti
bimbingan Allah yang dicantumkan dalam Al Qurán maka kita akan hidup dengan
nyaman dan bahagia. Karena kita ini diciptakan oleh Allah dengan sistemNya dan Al
Qurán itu memberikan bimbingan bagaimana cara hidup, bimbingan Allah itu pasti
bersesuaian dengan mekanisme alam ini. Maka kalau kita mengikuti Al Qurán
kehidupan kita ini menjadi harmonis dengan sekeliling kita. Orang orang beriman
jaman dulu kalau ada surat atau ayat datang sebagai wahyu itu mereka senang sekali.
Allah Berfirman dalam surat At Taubah (9) ayat 124:
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya, sedang mereka merasa gembira”.
Seandainya surat yang baru turun itu adalah surat mengenai anjuran perang, maka
orang-orang yang tidak beriman tidak akan bahagia maka itu bisa mengurangi
keimanannya karena mereka takut mati dan sehingga tidak ikut berperang berarti
imannya berkurang. Bagi orang yang beriman begitu dianjurkan berperang maka dia
gembira karena selama ini mereka disiksa dan dipersekusi oleh kaum kafir tetapi Allah
tidak mengijinkan berperang maka dengan turunnya ayat tersebut semangatnya
bangkit dan keimanannya meningkat. Mereka tidak takut mati, malah menganggap
bahwa mati itu mempercepat kehidupannya kelak di surga.
Kalau ada wahyu datang atau ada penjelasan dari Nabi apakah itu bermanfaat bagi
kita atau tidak itu tergantung sikap kita. Kalau kita membuka hati kita artinya siap
menerima kebenaran yang datang dari Allah dan RasulNya maka in sya Allah kita bisa
meningkatkan keimanan. Allah Berfirman dalam surat Muhammad (47) ayat 17:
“Dan orang-orang yang mau diberi petunjuk, maka Allah akan menambah petunjuk
kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya”.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka
bertawakal”.
Yang dimaksud hatinya bergetar itu analoginya seperti ketika kita masih remaja atau
menjelang kita menikah kalau kita mendengar nama calon suami atau istri kita itu
sudah berdebar-debar. Mestinya kepada Allah juga begitu, kalau tidak berarti
penghayatannya kurang. Jadi kita bisa menyuburkan iman kita dengan disiram dengan
Al Qurán.
5. Setelah menyadari bahwa Allah telah mengatur dan membimbing kita dan kita juga
sudah tunduk dan patuh kepadaNya maka kita berserah diri kepada Allah, berserah
diri ini namanya tawakkal. Tawakkal ini akan menambah ketenteraman hati dan
ketentaraman ini juga akan menambah kekuatan iman seperti yang disebut diatas. Jadi
tawakkal itu menguntungkan kita. Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 173:
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami
dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Jadi mereka pasrah, ini kan takdirnya Allah dan caranya harus kita hadapi dengan
usaha/ihtiar maksimal dan sisanya diserahkan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-
hari kalau bertawakkal itu enak. Rasulullah s.a.w bercerita bahwa burung itu tidak
punya tempat untuk menyimpan makanan untuk besok, tetapi mereka pagi-pagi keluar
dari sarangnya dalam keadaan lapar dna sore kembali dalam keadaan kenyang,
demikian terus terjadi setiap hari burung tersebut tidak khawatir karena tawakkal.
Pengaruh tawakkal itu pada ketenteraman hati akan terasa pada saat kritis menimpa
kita, Allah berjanji membantu mengatasi masalah jika kita bertawakkal. Allah
Berfirman dalam surat At Thalaq (65) ayat 3:
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya”.
Jadi kalau kita bertawakkal kita menyerahkan semua urusan kita kepada Allah, apalagi
kalau dikatakan bahwa orang yang suka menkuni Al Qurán itu keluarganya Allah (kata
kiasan), kalau menjadi keluarganya Allah maka makan dan tidaknya mereka itu urusan
Allah. Dengan melihat bukti dari apa yang dijanjikan Allah dan RasulNya kita akan
merasakan ketenteraman dan sekaligus peningkatan keimanan, misalnya perang parit
(khandaq) dimana jumlah pasukan kafir sekitar 10 ribu orang dan pasukan Muslim dari
Madinah sekitar seribu lebih sedikit dan untuk memperlambat mereka menyerbu
dibuatlah parit. Ketika orang-orang Muslimin itu melihat musuh datang dengan jumlah
yang banyak mereka tidak gentar, Allah Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 22:
Akhirnya di perang parit itu orang-orang kafir Mekkah dikalahkan oleh Allah sendiri
dengan mengirimkan tentara malaikat yang menyerupai manusia dan menjaga di
pinggir parit, serta memberi kemenangan kepada Ali bin Abuthalib ketika perang
tanding dengan salah satu pemuka lawan.
6. Menyatakan secara terbuka mempertahankan iman dihadapan penguasa dan
masyarakat itu juga bisa menambah keimanan. Misalnya orang yang berada di daerah
non Muslim maka dia terus terang saja menyatakan bahwa dia Muslim dengan tetap
menjaga identitas keislamannya, itu bisa memperkuat keimanan. Karena kalau dia
menyembunyikan identitasnya maka jika dia diajak berbuat maksiat dia akan berpura-
pura lagi bahwa dia bukan islam jadi imannya menurun, sebaliknya kalau dia
menunjukkan identitas keislamannya maka non muslim tidak akan mengajak berbuat
maksiat atau kalau diajak juga dapat menolak dengan tegas karena dilarang dalam
Islam. Jadi tampil saja sebagai orang beriman ditempat publik itu bisa menjaga bahkan
meningkatkan keimanannya, seperti askabulkahfi para pemuda yang masuk ke dalam
goa dan tertidur selama 300 tahun. Allah Menceritakan di surat Al Kahf (18) ayat 13-
14:
“Sesungguhnya mereka (ashabul kahfi) itu adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah
meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran."
Pemuda-pemuda itu mengumumkan didepan raja yang kafir yang mengaku dirinya
Tuhan, kemudian anak muda itu menyatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, ini
dikokohkan oleh Allah keimanannya.
7. Berjuang/berjihad melawan kemungkaran. Salah satu cara lain untuk mengkokohkan
keimanan adalah berjihad menghadapi orang-orang yang memusuhi Islam terutama
orang munafik, karena orang munafik itu punya kecenderungan mengganggu orang
Islam lebih dahsyat dibandingkan orang kafir. Ciri khas mereka adalah mereka
berbicara yang tidak mereka lakukan berarti mereka selalu bohong, bahkan mereka
justru melakukan apa yang tidak dianjurkan atau dilarang oleh Allah. Rasulullah
menjelaskan dalam haditsnya yang cukup panjang, tetapi dalam kajian ini diambil yang
paling relefan yaitu:
“Barang siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya, maka dialah orang
yang beriman. Barang siapa yang melawan mereka dengan lisannya, maka dialah
orang yang beriman. Barang siapa yang melawan mereka dengan hatinya, maka dialah
orang yang beriman. Kalau tidak ada pertahanan apakah pakai kekuasaan, pakai lisan
atau pakai hati maka tidak ada keimanan di hatinya” {HR Muslim dari Ibnu Mas’ud}.
Jadi tidak boleh malah ikut-ikutan dengan mereka. Bersesuaian dengan itu berjuang
melawan kemungkaran itu bisa meningkatkan keimanan. Jadi kelau melihat ada yang
kurang baik maka coba disingkirkan apakah melalui nasehat atau melalui pembuatan
sistem, misalnya membuat sistem yang dapat mencegah terjadinya korupsi. Rasulullah
s.a.w bersabda :
”Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan
tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan
lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah
selemah–lemahnya iman.” {HR Muslim dari Abu Said Al Khudri}.
Dengan hati dalam hadits ini artinya menyingkir, jadi tidak boleh mengalah bahkan
malah nimbrung ikut-ikutan, itu tidak boleh, setidak tidaknya menyingki dari situ, ini
namanya mengatasi dengan hati.
RINGKASANNYA :
Iman adalah kepercayaan dan keyakinan di dalam hati dan pikiran, yang harus
dibuktikan melalui Islam dan Ihsan.
Iman bisa bertambah, sesuai dengan seberapa jauh kita melaksanakan Islam dan
Ihsan, antara lain:
▪ Memperbaiki pemahaman kita tentang Allah, malaikat, utusan, kitab, hari
akhir dan qadha’-qadar.
▪ Berperilaku konsisten dengan pengakuan Allah sebagai Tuhan, sehingga hati
menjadi tenteram.
▪ Menyiram keimanan dengan pelajaran dari Al Quran.
▪ Kita buka hati kita bersedia menerima petunjuk dari Allah.
▪ Bertawakkal kepada Allah.
▪ Melaksanakan keimanan secara terbuka.
▪ Berjuang melawan kemunkaran.
Semoga Allah menjaga dan menetapkan dan bahkan meningkatkan iman di hati kita
sampai akhir hayat sehingga kita kapanpun dipanggil oleh Allah kita akan mengakhiri hidup
kita dengan keadaan beriman dan husnul khotimah..........Aamiiin.