Anda di halaman 1dari 12

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 26 Januari 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Waspada, Iman Kita Bisa Naik atau Turun (bagian 1).

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal


mursalin, sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-
bapak dan ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian alhamdulillah kita dipertemukan kembali,
mudah-mudahan pertemuan ini diberkahi oleh Allah, kita diberi ilmu yang bermanfaat.
Insya Allah kita akan membahas tentang iman, yaitu iman yang sudah ada dalam dada kita
ini ternyata bisa bertambah atau bisa berkurang karena itu kita perlu waspada. Tentu kita
ingin iman kita bertambah terus dari waktu ke waktu agar kita selamat di dunia dan di
akherat, dan kita tidak menginginkan iman kita berkurang karena hal itu bisa menyebabkan
kita celaka baik didunia maupun di akherat. Sebelumnya kita segarkan dulu memory kita
mengenai iman dan indikator indikatornya yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Jadi iman itu ada di pikiran dan ada di persaan (hati) kita, karena di hati
maka tidak mudah tampak, yang bisa kita lihat indikatornya. Indikatornya itu dari ucapan
dan tindakan atau perilaku, antara yang ada di hati dan di pikiran itu tidak bisa dipisah-
pisahkan, karena kita beriman itu harus lahir bathin ikhlas sampai ke hati kita. Iman adalah
kepercayaan dan keyakinan yang ada pada tataran hati dan pikiran, karena unsur-unsurnya
atau rukun-rukun iman itu mengenai kepercayaan yaitu percaya kepada Allah, percaya
kepada malaikatNya Allah, percaya kepada utusan Allah, percaya kepada kitabNya Allah,
percaya kepada hari akhir, percaya dengan qadha dan qadar, semuanya dimulai dengan
percaya itu adanya di pikiran. Kebenaran adanya iman di hati dan pikiran itu harus
dibuktikan dalam ucapan dan tindakan, yaitu : mengucapkan syahadat, sholat (didalamnya
ada ucapan dan tindakan), dibuktikan dengan puasa, zakat dan haji yang biasa kita sebut
rukun Islam. Namun iman dan Islam saja masih tidak cukup, karena keduanya harus
dibuktikan dengan cara pelaksanaannya yaitu dengan cara yang sebaik-baiknya. Ketika
kita beriman kita atur pikiran kita dengan sebaik-baiknya, ketika kita ekspresikan dalam
bentuk tindakan misalnya sholat maka kita harus lakukan dengan sebaik-baiknya, ketika
kita bersedekah berzakat juga harus kita lakukan dengan sebaik-baiknya, cara yang sebaik-
baiknya itu namanya ihsan. Jadi ada tiga komponen: Iman, Islam dan Ihsan, ketiganya
harus menjadi satu komponen yang tidak terpisahkan. Penjelasan ini berdasarkan satu
hadits yang panjang dan cukup populer, yang dicantumkan di kajian ini hanya bagian yang
tenga yang relevan saja. Ceritanya: suatu saat Rasulullah s.a.w sedang duduk-duduk
dengan para sahabat di Masjid tiba-tiba ada seseorang yang muncul dengan pakaian yang
sangat putih bersih tidak nampak tanda-tanda bekas perjalanan jauh tetapi kalau dia orang
yang tinggal dekat daerah masjid herannya para sahabat tidak ada yang mengenal dia,
orang itu duduk sangat dekat didepan Rasulullah s.a.w sampai lututnya saling bersentuhan
kemudian dia bertanya kepada Rasulullah s.a.w sbb:

Jibril: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.”


Rasulullah : “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.“
Jibril: “Anda benar. Beritahukan aku tentang Iman.“
Rasulullah: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun
yang buruk.“
Jibril: “Anda benar. Beritahukan aku tentang ihsan.“
Rasulullah: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.”
Orang tersebut ternyata adalah Malaikat Jibril yang menampakkan dirinya seperti manusia
dan sedang menguji Rasulullah s.a.w. Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa iman, islam
dan ihsan itu tidak bisa dipisahkan, kalau kita membahas tentang iman yang bisa bertambah
dan berkurang maka ketiga-tiganya harus kita perhatikan, pola pikir kita, ekspresinya dalam
bentuk ucapan dan tindakan dan caranya, apakah sebaik-baiknya atau tidak. Karena iman
adalah di hati dan pikiran dan pikiran seseorang biasanya diekspresikan dalam ucapan dan
tindakan, maka bertambah atau berkurangnya iman bisa kita lihat bagaimana seseorang
melaksanakan islam dan ihsan. Jadi kita bisa melihat dari diri kita sendiri, apakah
bertambah atau tidak iman kita bisa dilihat dari action kita, apakah kita makin rajin shalat
atau tidak, kalau rajin sholat berarti imannya meningkat, kalau ditambah dengan sholat
yang sunnah berarti imannya meningkat lagi ini indikasi bahwa kondisi hatinya yang
membawa keimanan didalamnya menjadi lebih baik. Tetapi kalau kegiatan itu berkurang
maka itu indikasi bahwa imannya juga sedang menurun, kalau kita ingin meningkatkan
iman kita maka kita lakukan islam dan ikhsan tadi, misalnya prosedur kita melakukan sholat
kita perbaiki, caranya sholat kita perbaiki. Dengan kita memperbaiki performance kita,
kita berharap iman yang ada didalam hati kita itu membaik. Pada pertemuan kali ini kita
bahas bagaimana iman itu meningkat dan pada pertemuan berikutnya in sya Allah kita
bahas bagaimana iman bisa berkurang.
Kiat-kiat meningkatkan keimanan :
1. Menurut Allah kalau hati kita itu tenteram maka ketenteraman itu bisa menjadi fasilitas
untuk meningkatkan keimanan kita. Jadi keimanan itu membutuhkan ketenteraman
hati. Misalnya kita mau sholat di masjid kemudian kita sudah terlambat dan lari buru-
buru, maka kondisi seperti ini tidak tenteram sehingga sholatnya tidak bisa khusu’,
tetapi itu kan contoh temporer karena buru-buru sehingga tidak tenteram, yang lebih
penting dari itu adalah letenteraman yang permanen. Ketenteraman yang permanen
atau jangka panjang itu harus kita bina mulai dari pola pikir sampai dengan perilaku,
pola pikir itu harus sesuai dengan keimanan kita, misalnya kita percaya bahwa Allah itu
Maha Penyayang, Maha Pemberi dan kalau kita bersyukur maka Allah akan memberi
imbalan yang jauh lebih besar, kalau kita meyakini semacam itu maka hati kita tenang,
misalnya hari ini duit kita tinggal sedikit ya tetap tenang karena percaya Allah Maha
memberi, tiba-tiba ada saja uang yang datang nya tidak terduga. Jadi kalau kita yakin
bahwa Allah menyayangi kita maka kita yakin pasti Allah tidak akan membiarkan kita
kelaparan, pola pikir ini membuat hati menjadi tenteram. Ketenteraman itu bisa
meningkatkan keimanan, Allah Berfirman dalam surat Al Fath (48) ayat 4:

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin


supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”.

Jadi kalau orang sudah beriman seperti contoh diatas maka Allah akan memberi rasa
tenteram di dalam hati, dan ketenteraman itu justru meningkatkan keimanannya, jadi
ini seperti ada hubungan timbal balik. Maka salah satu cara untuk meningkatkan iman
adalah memperbaiki pemahaman kita tentang Allah, tentang malaikat, tentang utusan
Allah, kitab-kitab Allah, tentang hari kiamat, tentang qadha dan qadhar, ketenteraman
hati itu banyak berkaitan dengan qadha dan qadhar. Tentang Allah misalnya, kita
pelajari sifat-sifatnya, cara Allah bertindak , dsb, tentang hari akhir kita pelajari
logikanya bagaimana alam raya ini bisa suatu saat hancur dan kita mati, kemudian
setelah itu kita dibangkitkan kembali dan dipindahkan ke alam lain yang disebut alam
akherat.
2. Sambil meningkatkan pemahaman tentang 6 unsur keimanan tersebut, kita
menerapkan ajaran keimanan itu dengan benar baik melalui ibadah ritual maupun
melalui perilaku sehari-hari, sehingga ucapan dan perilaku kita konsisten atau sejalan
dengan pengakuan kita kepada Allah. Kalau kita mengakui Allah sebagai Tuhan, maka
otomatis kita ini adalah sebagai hamba karena itu kewajibannya adalah tunduk patuh
kepada Tuhannya yang prakteknya adalah melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan yang biasa di istilahkan sebagai takwa. Kalau kita bisa menerapkan keimanan
dengan baik, maka dengan sendirinya dapat memperoleh ketenteraman yang
hakekatnya ketenteraman itu diberikan oleh Allah. Kita meningkatkan keimanan tadi
dan juga dibuktikan dengan tindakan itu adalah tataran sebab, nanti ketenteraman itu
adalah akibat dan akibat itu yang melakukan Allah. Ketenteraman itu bisa dicapai
kalau seseorang terbebas dari rasa takut dan sedih, takut dan sedih itu generic nya atau
intinya dan turunannya atau derifatifnya bisa macam macam antara lain putus asa,
disstress dll. Allah Berfirman dalam surat Al Ahqaf (46) ayat 13:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian


mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada (pula) berduka cita”.

Jadi kalau orang beriman kehilangan barang itu sedihnya paling satu dua detik habis
itu legowo karena dia meyakini qadha dan qadhar, orang beriman akan berfikir bahwa
barang itu bisa hilang karena ketentuan Allah dan semua yang kita miliki hakekatnya
adalah milik Allah dan kita hanya ditugasi untuk merawat dan memanfaatkan itu, jadi
kalau Allah mengambilnya kembali ya wajar sehingga hatinya tenteram. Begitu juga
kalau ada orang yang kita cintai meninggal orang beriman akan berfikir sama bahwa
orang yang kita cintai itu milik Allah sehingga kalau Allah memanggilnya kembali ya
terserah Allah, kita tidak perlu galau atau stress karena meninggalnya seseorang.
Meninggalnya seseorang itu kalau banyak dosanya berarti itu berakhirnya dia
melakukan dosa, sebaliknya kalau dia selama ini banyak melakukan tugas perjuangan
maka kematian adalah istirahat bagi dia.
3. Agar subur iman di hati kita itu, maka iman itu kita siram, karena iman itu adanya di
pikiran dan hati maka iman itu adalah pekerjaan roh dan makanan roh adalah hal hal
yang sifatnya rohani, dan Al Qurán di salah satu ayatnya disebut juga sebagai roh, jadi
kita bisa menyiram hati kita dengan Al Qurán maka insya Allah keimanan kita bisa
meningkat.
4. Kita meyakini bahwa Allahlah yang mengatur kehidupan kita dan alam raya dimana
kita tinggal itu juga semua diatur oleh Allah. Kalau kita percaya dan mengikuti
bimbingan Allah yang dicantumkan dalam Al Qurán maka kita akan hidup dengan
nyaman dan bahagia. Karena kita ini diciptakan oleh Allah dengan sistemNya dan Al
Qurán itu memberikan bimbingan bagaimana cara hidup, bimbingan Allah itu pasti
bersesuaian dengan mekanisme alam ini. Maka kalau kita mengikuti Al Qurán
kehidupan kita ini menjadi harmonis dengan sekeliling kita. Orang orang beriman
jaman dulu kalau ada surat atau ayat datang sebagai wahyu itu mereka senang sekali.
Allah Berfirman dalam surat At Taubah (9) ayat 124:

“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya, sedang mereka merasa gembira”.

Seandainya surat yang baru turun itu adalah surat mengenai anjuran perang, maka
orang-orang yang tidak beriman tidak akan bahagia maka itu bisa mengurangi
keimanannya karena mereka takut mati dan sehingga tidak ikut berperang berarti
imannya berkurang. Bagi orang yang beriman begitu dianjurkan berperang maka dia
gembira karena selama ini mereka disiksa dan dipersekusi oleh kaum kafir tetapi Allah
tidak mengijinkan berperang maka dengan turunnya ayat tersebut semangatnya
bangkit dan keimanannya meningkat. Mereka tidak takut mati, malah menganggap
bahwa mati itu mempercepat kehidupannya kelak di surga.
Kalau ada wahyu datang atau ada penjelasan dari Nabi apakah itu bermanfaat bagi
kita atau tidak itu tergantung sikap kita. Kalau kita membuka hati kita artinya siap
menerima kebenaran yang datang dari Allah dan RasulNya maka in sya Allah kita bisa
meningkatkan keimanan. Allah Berfirman dalam surat Muhammad (47) ayat 17:

“Dan orang-orang yang mau diberi petunjuk, maka Allah akan menambah petunjuk
kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya”.

Balasan ketakwaanya artinya, Allah memberi fasilitas untuk meningkatkan ketakwaan.


Jadi kalau kita membaca Al Qurán hati kita harus siap untuk menerima kebenaran ini,
kalau kemudian ada logika yang berbeda dengan logika yang kita miliki, maka logika
Al Qurán yang digunakan karena kita selama ini sekolah dengan pengajaran dan
pendidikan secara sekuler yang tidak mengkaitkan peristiwa kealaman dengan
penciptanya, jadi kita belajar fisika, geografi, biologi, dll, tetapi tidak pernah
mengaitkan dengan penciptanya itu mempersempit kemampuan kita menerima ilmu.
Kalau kita sering mendengarkan Al Qurán dan mendengarkan kajian-kajian yang
memperkenalkan Allah maka itu juga bisa meningkatkan iman, karena mengenal Allah
dengan baik kita akan mampu menghayati betapa bergantungnya kita kepada Allah,
karene kita menyadari bahwa tidak mungkin kita bisa hidup kalau kita tidak menghirup
oksigen yang disediakan oleh Allah, kalau kita tidak minum air yang disediakan oleh
Allah, dsb. Contohnya kita merasa sehat kalau suhu badan kita antara 36~37° C kalau
lebih tinggi atau lebih rendah dari itu badan kita sakit, yang menjaga suhu tubuh kita
tetep konstan seperti itu adalah Allah dengan mekanisme yang sudah dibuat Allah.
Jadi kita menyadari bahwa tanpa pertolongan Allah tiak mungkin kita bisa hidup, kalau
sudah menyadari begitu maka ketika disebut nama Allah kita langsung sadar ini yang
mengatur hidup kita dan menyayangi kita. Allah Berfirman dalam surat Al Anfal (8)
ayat 2:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka
bertawakal”.

Yang dimaksud hatinya bergetar itu analoginya seperti ketika kita masih remaja atau
menjelang kita menikah kalau kita mendengar nama calon suami atau istri kita itu
sudah berdebar-debar. Mestinya kepada Allah juga begitu, kalau tidak berarti
penghayatannya kurang. Jadi kita bisa menyuburkan iman kita dengan disiram dengan
Al Qurán.
5. Setelah menyadari bahwa Allah telah mengatur dan membimbing kita dan kita juga
sudah tunduk dan patuh kepadaNya maka kita berserah diri kepada Allah, berserah
diri ini namanya tawakkal. Tawakkal ini akan menambah ketenteraman hati dan
ketentaraman ini juga akan menambah kekuatan iman seperti yang disebut diatas. Jadi
tawakkal itu menguntungkan kita. Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 173:

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami
dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."

Jadi mereka pasrah, ini kan takdirnya Allah dan caranya harus kita hadapi dengan
usaha/ihtiar maksimal dan sisanya diserahkan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-
hari kalau bertawakkal itu enak. Rasulullah s.a.w bercerita bahwa burung itu tidak
punya tempat untuk menyimpan makanan untuk besok, tetapi mereka pagi-pagi keluar
dari sarangnya dalam keadaan lapar dna sore kembali dalam keadaan kenyang,
demikian terus terjadi setiap hari burung tersebut tidak khawatir karena tawakkal.
Pengaruh tawakkal itu pada ketenteraman hati akan terasa pada saat kritis menimpa
kita, Allah berjanji membantu mengatasi masalah jika kita bertawakkal. Allah
Berfirman dalam surat At Thalaq (65) ayat 3:

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya”.

Jadi kalau kita bertawakkal kita menyerahkan semua urusan kita kepada Allah, apalagi
kalau dikatakan bahwa orang yang suka menkuni Al Qurán itu keluarganya Allah (kata
kiasan), kalau menjadi keluarganya Allah maka makan dan tidaknya mereka itu urusan
Allah. Dengan melihat bukti dari apa yang dijanjikan Allah dan RasulNya kita akan
merasakan ketenteraman dan sekaligus peningkatan keimanan, misalnya perang parit
(khandaq) dimana jumlah pasukan kafir sekitar 10 ribu orang dan pasukan Muslim dari
Madinah sekitar seribu lebih sedikit dan untuk memperlambat mereka menyerbu
dibuatlah parit. Ketika orang-orang Muslimin itu melihat musuh datang dengan jumlah
yang banyak mereka tidak gentar, Allah Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 22:

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu,


mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada
mereka kecuali iman dan ketundukan”.

Akhirnya di perang parit itu orang-orang kafir Mekkah dikalahkan oleh Allah sendiri
dengan mengirimkan tentara malaikat yang menyerupai manusia dan menjaga di
pinggir parit, serta memberi kemenangan kepada Ali bin Abuthalib ketika perang
tanding dengan salah satu pemuka lawan.
6. Menyatakan secara terbuka mempertahankan iman dihadapan penguasa dan
masyarakat itu juga bisa menambah keimanan. Misalnya orang yang berada di daerah
non Muslim maka dia terus terang saja menyatakan bahwa dia Muslim dengan tetap
menjaga identitas keislamannya, itu bisa memperkuat keimanan. Karena kalau dia
menyembunyikan identitasnya maka jika dia diajak berbuat maksiat dia akan berpura-
pura lagi bahwa dia bukan islam jadi imannya menurun, sebaliknya kalau dia
menunjukkan identitas keislamannya maka non muslim tidak akan mengajak berbuat
maksiat atau kalau diajak juga dapat menolak dengan tegas karena dilarang dalam
Islam. Jadi tampil saja sebagai orang beriman ditempat publik itu bisa menjaga bahkan
meningkatkan keimanannya, seperti askabulkahfi para pemuda yang masuk ke dalam
goa dan tertidur selama 300 tahun. Allah Menceritakan di surat Al Kahf (18) ayat 13-
14:
“Sesungguhnya mereka (ashabul kahfi) itu adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah
meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami
adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran."

Pemuda-pemuda itu mengumumkan didepan raja yang kafir yang mengaku dirinya
Tuhan, kemudian anak muda itu menyatakan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, ini
dikokohkan oleh Allah keimanannya.
7. Berjuang/berjihad melawan kemungkaran. Salah satu cara lain untuk mengkokohkan
keimanan adalah berjihad menghadapi orang-orang yang memusuhi Islam terutama
orang munafik, karena orang munafik itu punya kecenderungan mengganggu orang
Islam lebih dahsyat dibandingkan orang kafir. Ciri khas mereka adalah mereka
berbicara yang tidak mereka lakukan berarti mereka selalu bohong, bahkan mereka
justru melakukan apa yang tidak dianjurkan atau dilarang oleh Allah. Rasulullah
menjelaskan dalam haditsnya yang cukup panjang, tetapi dalam kajian ini diambil yang
paling relefan yaitu:

“Barang siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya, maka dialah orang
yang beriman. Barang siapa yang melawan mereka dengan lisannya, maka dialah
orang yang beriman. Barang siapa yang melawan mereka dengan hatinya, maka dialah
orang yang beriman. Kalau tidak ada pertahanan apakah pakai kekuasaan, pakai lisan
atau pakai hati maka tidak ada keimanan di hatinya” {HR Muslim dari Ibnu Mas’ud}.
Jadi tidak boleh malah ikut-ikutan dengan mereka. Bersesuaian dengan itu berjuang
melawan kemungkaran itu bisa meningkatkan keimanan. Jadi kelau melihat ada yang
kurang baik maka coba disingkirkan apakah melalui nasehat atau melalui pembuatan
sistem, misalnya membuat sistem yang dapat mencegah terjadinya korupsi. Rasulullah
s.a.w bersabda :

”Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan
tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan
lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah
selemah–lemahnya iman.” {HR Muslim dari Abu Said Al Khudri}.

Dengan hati dalam hadits ini artinya menyingkir, jadi tidak boleh mengalah bahkan
malah nimbrung ikut-ikutan, itu tidak boleh, setidak tidaknya menyingki dari situ, ini
namanya mengatasi dengan hati.

RINGKASANNYA :
 Iman adalah kepercayaan dan keyakinan di dalam hati dan pikiran, yang harus
dibuktikan melalui Islam dan Ihsan.
 Iman bisa bertambah, sesuai dengan seberapa jauh kita melaksanakan Islam dan
Ihsan, antara lain:
▪ Memperbaiki pemahaman kita tentang Allah, malaikat, utusan, kitab, hari
akhir dan qadha’-qadar.
▪ Berperilaku konsisten dengan pengakuan Allah sebagai Tuhan, sehingga hati
menjadi tenteram.
▪ Menyiram keimanan dengan pelajaran dari Al Quran.
▪ Kita buka hati kita bersedia menerima petunjuk dari Allah.
▪ Bertawakkal kepada Allah.
▪ Melaksanakan keimanan secara terbuka.
▪ Berjuang melawan kemunkaran.

Semoga Allah menjaga dan menetapkan dan bahkan meningkatkan iman di hati kita
sampai akhir hayat sehingga kita kapanpun dipanggil oleh Allah kita akan mengakhiri hidup
kita dengan keadaan beriman dan husnul khotimah..........Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai