Anda di halaman 1dari 4

Terjemah Surat Al Insyirah ayat 1-8 :

1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,


2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang memberatkan punggungmu?
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain,
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

Pokok-pokok Isi :

Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW,
dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan
kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.

Kandungan Surah :

Surat al-Insyirah turun sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah. Al-Insyirah artinya
kelapangan dada. Surat ini juga dinamakan dengan al-Syarh. Ada juga yang menyebutnya surat
Alam Nasyrah. Semua nama tersebut merujuk ke ayat pertamanya.
Surat al-Insyirah adalah wahyu yang ke-12 yang diterima Nabi Muhammad Saw. Ia turun
sesudah surat ad-Duha dan sebelum al-‘Ashr. Ia terdiri dari 8 ayat.

Menjelang turunnya surah ad-Dhuha, Rasulullah Saw sangat gelisah dan bimbang, karena lama
tidak mendapatkan wahyu lagi dari Allah. Sedangkan ketika turunnya surat ini, kegelisahan dan
kekhawatiran tersebut telah hilang. Beliau merasakan kelapangan dada dan jiwa yang tenang.
Oleh karena itu pada awal surat ini Allah mengingatkan beliau tentang anugerah tersebut.
Isi kandungan surat ini berkaitan dengan akhir surat sebelumnya, ad-Duha. Yaitu perintah untuk
menyampaikan dan menunjukkan nikmat-nikmat Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Diantara
nikmat itu adalah wahyu yang selama ini telah beliau terima. Dalam surat ini beliau diingatkan
agar terus menyampaikan dakwahnya, walaupun penyampaian itu berat dan mendapat penolakan
oleh banyak manusia. Beliau tidak perlu khawatir dan berkecil hati, karena Allah akan selalu
bersama beliau.

Allah tidak akan pernah meninggalkan nabi-Nya. Buktinya adalah Dia telah melapangkan dada
(hati) beliau sehingga mendapatkan ketenangan. Kelapangan dada inilah yang menyebabkan
Nabi saw mampu menerima dan menemukan kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan. Serta dapat
memberikan maaf atas kesalahan dan gangguan dari orang lain.
Bukti kedua, Allah telah menghilangkan beban berat yang harus beliau pikul.
Diantaranya adalah :
a. wafatnya istri beliau, Khadijah ra. dan paman beliau, Abu Thalib
b. beban berat saat menerima wahyu
c. beban psikologis (mental) akibat keadaan umat yang beliau yakini berada dalam jurang
kebinasaan, tapi belum tahu jalan keluar yang tepat.

Menghadapi kondisi Nabi Saw yang seperti ini, Allah kemudian menghibur beliau dengan
berfirman : “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu”. Nama beliau disebut dalam dua
kalimat syahadat dan adzan. Disamping itu Allah juga memerintahkan kaum muslimin agar
bershalawat dan mentaati perintah beliau. Mentaati beliau juga berarti mentaati Allah,
sebagaimana firman-Nya :

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4]
: 59)

Ini semua Allah sebutkan untuk memompa semangat beliau. Allah juga mengingatkan bahwa
beliau adalah manusia paling mulia di hadapan-Nya. Sehingga tidak perlu khawatir dan kecil
hati. Serta tidak perlu untuk berputus asa, karena setiap kesulitan pasti jalan keluarnya.
Selanjutnya, Allah tunjukkan bukti kebenaran firman-Nya kepada beliau. yaitu keberhasilan
beliau dalam berdakwah di masa-masa awal. Pada awalnya beliau sendirian, ditantang dan
dianiaya oleh kaum kafir Mekah. Sampai-sampai beliau dan keluarganya diboikot, tidak boleh
berjual beli, bicara, kawin dan berbicara selama tiga tahun lamanya. Tapi akhirnya tiba juga
kelapangan dan jalan keluarnya. Hal ini seakan menyatakan bahwa kelapangan dada, keringanan
beban yang dirasakan dan keharuman nama Nabi Saw karena sebelumnya beliau telah
mengalami puncak kesulitan. Namun beliau tetap tabah dan optimis. Sehingga berlaku
sunnatullah “Apabila kesulitan telah mencapai puncaknya maka pasti akan sirna dan disusul
dengan kemudahan.”

Namun semua kemudahan tersebut tidak akan dapat dicapai bila tidak dibarengi dengan
kesungguhan dalam berusaha. Disamping kesungguhan dalam berusaha, juga harus dibarengi
dengan berdo’a kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah :

Yang artinya :
“.... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq [65] : 2-3)

Kesimpulan:

Berikut ini isi pesan dan ajaran dari surat Al Insyirah tersebut, yaitu :
1. Allah SWT mengingatkan kepada manusia bahwa Dia telah memberikan nikmat yang
jumlahnya tiada terhitung. Hanya saja kebanyakan manusia tidak menyadari atau lupa ketika
mendapat nikmat. Sebaliknya, kalau mendapatkan sedikit kesulitan saja atau masalah dia pasti
menyadarinya, bahkan tak henti-hentinya mengeluh. Tahukah kamu bahwa ketika sedang
mengeluh kita lupa bahwa seakan-akan kita tak pernah mendapatkan nikmat.

2. Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya, setiap kesulitan tentu ada jalan keluarnya. Oleh
karenanya kita diperintahkan untuk terus berusaha mencari jalan keluar yang paling baik ketika
mendapatkan masalah. Kita dilarang berputus asa, misalnya ketika ada masalah malah
melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri seperti merokok, mengkonsumsi narkoba
sebagai pelampiasan masalah, atau bahkan sampai bunuh diri. Hal ini tidak menyelesaikan
masalah, malahan menambah masalah. Bagaimana cara terbaik yang harus dilakukan? Caranya
adalah dengan berzikir, beribadah, introspeksi diri, apa yang masih kurang, mohon ampun
kepada Allah SWT danmemohon agar segera ditunjukkan jalan keluarnya.

3. Ketika telah selesai menyelesaikan suatu pekerjaan, maka dengan segera lakukanlah pekerjaan
yang lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita diperintahkan untuk menjadi umat yang rajin
bekerja dan kreatif, tidak menjadi umat yang pemalas. Contoh orang yang malas adalah baru
mau bekerja kalau sudah tidak mempunyai uang. Sikap mental semacam ini tidak dikehendaki
oleh Allah SWT. Kita diperintahkan untuk bekerja keras, tekun, gigih, dan ulet, sehinga tidak
hidup kekurangan, bahkan kalau bisa membantu orang lain.

4. Sukses atau tidaknya suatu pekerjaan ditentukan oleh sejauh mana semangat seseorang dalam
berusaha. Selain itu kita juga diperintahkan untuk berserah diri kepada Allah, karena Dialah
Yang Maha Kuasa dan menentukan segalanya. Jangan cepat puas dan menyombongkan diri
ketika sukses, dan jangan cepat menyerah ketika menemui kendala. Sebaliknya, kita diajarkan
untuk bersyukur ketika sukses, dan tetap sabar ketika menemui rintangan.
BTA
BAB VII
SURAH AL-INSYIRAH
(KELAPANGAN HATI)

Devi Azalia Permatasari


Rara Erlina Oktafia
Safira Anggithania
Tiara Lasha Elryana
Yulia Ayu Pustita

Kelas XI MIPA 2
SMAN 7 Banjarmasin
2016

Anda mungkin juga menyukai