Anda di halaman 1dari 7

Q.

S Al Insyirah, 30: 1-8

Surat ini merupakan surat yang ke-12 yang diterima


Rasulullah dan surat ke 94berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an.
Terdiri dari 8 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyyah.

Terjemahan Surat Al-Insyirah 1-8 :


1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?

Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan,


menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha juga
berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.

Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar,


keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang
mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini,
tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan
sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-
olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri
dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat
dan yang sulit menjadi mudah.

Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa


pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah.
Itulah syarhyang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan
di luar penyaksian langsung.

Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada


semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi
beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta
telah diungkapkan kepadanya.

2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,

Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau
menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya
'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau
raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita
dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba
Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka
kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya
melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa
menambah beban lagi kepada diri kita.

3. Yang telah memberatkan unggungmu?

Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang


nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban
yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar
bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan
segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang
dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat
sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara
tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun
kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak
memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu
orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan
menimpa kita.
4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?

Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir
lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan
kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak
terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki
kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang
paling dekat kepada-Nya.

Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi
berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,

6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.

Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan,


yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa
hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua
kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan
berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan
berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi
kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan
tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan
di dalamnya.

Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan


memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga
kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai
faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud
mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah
itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna
kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah
kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan
muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.
7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!

Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai
berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di
dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan
langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-
Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita,
maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang
sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita
sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan
terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan
mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah
makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja
menjadi 'perang suci'.

8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau


semata!

Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita


menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis
sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi
kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk
menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan
Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan
kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan
melaksanakan keinginan untuk melarikan diri

 Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah

Surat ini diturunkan berkenaan dengan suksesnya Nabi Muhammad


SAW dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan hambatan yang
berasal dari orang-orang kafir, kemudian beliau mendapatkan
kelapangan dan kemudahan, yaitu setelah beliau mengalami
kemenangan dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk berdakwah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari al-Hasan bahwa ketika
surat al-Insyirah ayat 6 turun, Rasulullah saw bersabda: “Bergembiralah
kalian, karena akan datang kemudahan bagi kalian. Satu kesusahan tidak
akan mengalahkan dua kemudahan.

 Pokok-pokok Isi Kandungan Surat At-Insyirah

1. Allah telah melapangkan dada Nabi Muhammad Saw dengan cara


membersihkan jiwanya dari segala macam perasaan cemas dan
gelisah ketika menghadapi kaumnya yang tidak mau menerima
kebenaran. Allah menjadikannya selalu tenang dan percaya akan
pertolongan dan bantuan Allah kepadanya. Dan mampu
menyelesaikan semua tugas kerasulannya dengan baik.

2. Orang yang lapang dada adalah orang yang besar dan kuat cita-
citanya, seberapa berat beban yang dipikulnya maka beban tersebut
dianggap enteng.

3. Allah Allah telah meringankan beban yang dipikulkan Nabi


Muhammad SAW dalam menunaikan penyebaran risalah-Nya
sehingga dengan mudah ia dapat menyampaikannya kepada
manusia, dengan jiwa yang tenteram menghadapi tantangan
musuh-musuhnya walaupun kadang-kadang tantangan itu
membahayakan dirinya.

4. Allah telah mengangkat derajat Nabi Muhammad Saw,


meninggikan kedudukannya dan memperbesar pengaruhnya, hal
ini diantaranya nama nabi Muhammad saw diikutkan dalam nama
Allah seperti dalam dua kalimah syahadat, adzan, iqomah, dan
sebagainya.

5. Setiap kesulitan yang dihadapi dalam menuntut sesuatu yang


diinginkankan jika dihadapi dengan sabar, tidak mengeluh dan
disertai tekad yang sungguh-sungguh serta tawakal kepada Allah,
maka Allah akan memberikan kelapangan dan jalan keluar dari
kesulitan yang dihadapi.

6. Dalam kehidupan sehari-hari harus bekerja keras, dilarang


bermalas-malasan. Bila telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan
maka haruslah mengerjakan pekerjaan yang lain, dan tidak suka
menunda-nunda suatu pekerjaan.

7. Hanya kepada Allah saja kita berharap atas keberhasilan dari setiap
usaha dan cita-cita. Jangan mengharapkan kepada siapapun dalam
hasil usahanya selain berharap kepada Allah karena Dialah yang
sebenarnya yang dituju dalam amal ibadat. dan pada-Nyalah
tempat merendahkan diri.

 Pesan Surat Al-Insyirah

1. Tema utama surat Al-Insyirah ini adalah penegasan tentang nikmat-


nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan
pernyataan Allah bahwa bersama kesukaran ada kemudahan karena itu
Nabi Muhammad SAW diperintahkan agar tetap melakukan usaha-
usaha dan bertawakkal kepada-Nya.
2. Pada ayat 2-3 dalam surat Al-Insyirah ini dapat diketahui betapa berat
beban yang dipikul oleh Nabi Muhammad SAW. Ulama’-ulama’
berpendapat tentang beban berat yang dirasakan olehbNabi Muhammad
SAW, yaitu antara lain;
a) Wafatnya istri beliau, Khadijah dan paman beliau Abu Thalib.
b) Beratnya wahyu al-Qur’an yang beliau terima (QS. Al-Hasyr [59]: 21).

c) Keadaan masyarakat pada masa Jahiliyyah.


3. Surat Al-Insyirah ini memberi petunjuk bahwa seseorang harus selalu
memiliki kesibukan. Bila telah berakhir suatu pekerjaan, ia harus
memulai lagi dengan pekerjaan yang lain, sehingga ia tidak akan pernah
menyia-nyiakan waktu.
4. Pada ayat 7-8 dalam surat Al-Insyirah ini memberi petunjuk kepada
manusia bahwa dalam ketika manusia ingin meraih sesuatu, maka ia
harus berusaha dan bekerja terlebih dahulu, baru kemudian
menggantungkan harapan kepada Allah.

 Perilaku beriman dan beramal shalih dalam kehidupan sehari-


hari.

Setelah memahami isi kandungan Surat Al-Insyirah hendaklah kita


mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Surat Al-Insyirah
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang dapat kita
terapkan dalam kehidupan kita antara lain :
1. Berusahalah untuk selalu berbuat dengan maksimal, sehingga
kalian akan berhasil dengan baik dalam setiap apa yang kalian
lakukan. Tanpa usaha yang maksimal akan sulit kalian meraih cita-
cita kalian.
2. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, karena itu jika kalian
menghadapi berbagai kesulitan, terutama dalam belajar ilmu
pengetahuan, yakinlah bahwa Allah akan memberikan kemudahan
jika kalian mau berusaha untuk mengatasi kesulitan itu.
3. Jika kalian sudah merampungkan suatu pekerjaan dengan baik,
mulailah untuk melakukan pekerjaan berikutnya. Jangan sampai
kalian berhenti untuk selalu berbuat yang terbaik untuk kalian.
4. Sebagai seorang pelajar, kamu harus bekerja keras dalam belajar
untuk mendapat nilai yang baik. Kerja keras seorang pelajar
ditunjukkan dengan cara belajar yang sungguh-sungguh, giat
dalam menuntut ilmu.

Anda mungkin juga menyukai