Anda di halaman 1dari 5

YAKIN AKAN PERTOLONGAN ALLAH

Allah Swt. akan menolong kita kalau kita bertawakal kepada-Nya. Semakin besar tawakal kita
kepada Allah, semakin besar pertolongan Allah akan datang menghampiri kita. Jika ada satu
titik keraguan di hati kita akan kekuasaan Allah, maka itu akan menjauhkan kita dari
pertolongan Allah Swt.

Kenyataannya kira seringkali kurang yakin kepada Allah. Cirinya, kita hanya berdoa kepada Allah
manakala kita berada dalam situasi yang sulit, atau ketika hati kita sedang sakit, kecewa, sedih.
Namun, jika keadaan kita sedang senang, hati sedang gembira karena suatu kesuksesan,
biasanya yang kita ingat hanyalah orang-orang yang kita cintai dan kehebatan diri kita sendiri.
Paling, baru beberapa waktu kemudian kita baru ingat kepada Allah dan
mengucap Alhamdulillah.

Padahal, jika kita benar-benar yakin kepada Allah Swt., kita akan tetap berdoa, memuji Allah
dan memohon ampun kepada-Nya dalam setiap keadaan. Ketika susah dan ketika mudah.
Ketika sedih dan ketika senang. Karena semua itu terjadi atas diri kita tiada lain adalah karena
kekuasaan Allah Swt.

Modal utama para Nabi dan Rasul dalam menjalankan amanah dakwah adalah keyakinan yang
utuh dan menyeluruh bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah SWT. 

Sebagai bukti kita bisa belajar dari apa yang dialami oleh Nabi Yusuf AS. Sejak kecil beliau telah
menghadapi cobaan hidup luar biasa. Beliau didengki oleh saudaranya sendiri, bahkan dibuang
ke dalam sumur hingga akhirnya dijual ke Mesir, difitnah hingga dipenjara.

Jika mau didata, Nabi Yusuf tidak pernah mengalami masa hidup kecuali selalu dalam kesulitan
demi kesulitan. Namun, Nabi Yusuf memiliki satu keyakinan bahwa Allah pasti menolongnya.
Dan, karena itu, komitmen dalam kebenaran menjadi pilihan hidup yang tak pernah
tergoyahkan, meski ia harus menghadapi penderitaan.
suatu ketika di Mesir terjadi paceklik berkepanjangan, sampai sungai Nil hampir kering dan
tidak bisa mengairi ladang dan kebun warga Mesir. Saat itu Islam sudah masuk di Mesir.
Kekeringan ini hampir saja membuat banyak warga Mesir putus asa dan berpikir untuk kembali
kepada perbuatan syirik karena mereka berpikir bahwa setelah memeluk Islam pun ternyata
tidak bisa menyelamatkan mereka dari musibah paceklik. Amr bin Ash ra. yang ketika itu
sebagai gubernur Mesir mengirim surat kepada Umar bin Khaththab ra. di Madinah untuk
mengadukan keadaan ini dan supaya Umar mengirimkan bantuan ke Mesir.

Ternyata, yang dikirimkan oleh Umar adalah surat balasan yang isinya sebuah kalimat
doa, “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ya Allah turunkanlah hujan untuk rakyat Mesir yang
mencukupi untuk mereka”.

Surat itupun tiba di ibu kota Mesir, saat itu masih di Alexandria. Amr bin Ash membukanya dan
membaca doa yang tertulis di dalam surat itu. Dan, seketika itu juga hujan turun di Mesir
hingga membuat sungat Nil penuh kembali. Allaahu akbar!

Hal-hal seperti ini rasanya mustahil terjadi, doa seketika itu juga dikabulkan oleh Allah Swt.
Bagaimana ini bisa terjadi, bukankah Umar dan Amr bukan seorang nabi dan rasul? Tiada lain
adalah karena keyakinan mereka yang 100 % kepada Allah Swt.

Tanpa pertolongan Allah SWT, harapan manusia mustahil bisa menjadi kenyataan.

tiap manusia bisa belajar dari Al-Qur'an surat Muhammad ayat 7,

‫أَ ْقدَا َم ُك ْم‬ ْ ‫َويُثَب‬


‫ِّت‬ ‫يَنصُرْ ُك ْم‬ َ ‫ٱهَّلل‬ ۟ ‫صر‬
‫ُوا‬ ُ ‫تَن‬ ‫إِن‬ ‫َءا َمنُ ٓو ۟ا‬ َ‫ٱلَّ ِذين‬ ‫ٰيَٓأَيُّهَا‬

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum


Artinya: Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Kemudian dalam surat At Talaq ayat 3. Dalam surat itu Allah SWT berfirman: wa may
yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh.

"Siapa yang bersandar, bergantung, berserah kepada Allah SWT, Allah cukupkan baginya,"

Kisah nyata dari surat At Talaq ini menurut Ustaz Hanan Attaki dapat dilihat dari cerita Nabi
Ibrahim yang pernah dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Saat itu, malaikat Jibril kemudian
datang menolong Nabi Ibrahim. Dia bertanya pada sang nabi, apa yang dibutuhkannya. Namun
Nabi Ibrahim menolak permintaan Jibril.

"Hasbunallah wanikmal wakil, cukup bagi saya Allah sebaik-baik penolong," demikian jawaban
Nabi Ibrahim. Setelah mengucapkan kalimat itu, atas izin Allah SWT, api tidak membakar Nabi
Ibrahim. Sang nabi selamat dan dalam kondisi utuh setelah api padam.

Dalam menghadapi pekerjaan; bagaimanapun beratnya, mesti dilakukan sepenuh hati dan
sepenuh harapan berdoa tanpa rasa bimbang akan datangnya pertolongan Allah. Insya Allah
pekerjaan kita akan bermakna dan berhasil sukses walaupun secara kasap mata perkerjaan
tersebut sulit dihadapi. Hal itu mencontoh sikap Nabi dalam menghadapi situasi sulit baik
sebelum dan saat Perang Badar sedang berkobar. Dalam situasi sulit Nabi tetap penuh harapan
berdoa mengharap pertolongan Tuhan dan ternyata hasilnya sangat sukses mendapat
kemenangan yang cemerlang.
Sebaliknya, kaum muslimin mendapat teguran menghadapi Perang Hawazin dan Tsaqif atau
Hunain kira-kira dua puluh hari berselang setelah menaklukkan Kota Makkah. Ternyata
kekalahan itu terjadi karena adanya rasa sombong dan tidak terlalu berharap lagi pertolongan
Allah, maka Allah menegur mereka yang merasa sombong tersebut, dengan firman-Nya,
artinya; “Di waktu terjadi perang Hunain (Hawazin) ketika kamu sangat gembira karena
besarnya jumlah kalian akan tetapi jumlah yang banyak itu tidaklah memberi faidah sedikitpun
kepadamu, sehingga terasa sempitlah rasanya bagimu bumi yang luas ini kemudian kamu
mundur ke belakang.” (QS. Al-Taubah (9): 25). Dalam kondisi umat Islam kalah tetapi Nabi tetap
berdiri kokoh di tempatnya seperti pohon yang tidak tergoyahkan oleh angin maka demi
melihat hal itu kaum Muhajirin dan Anshar kembali lagi surut ke belakang dan mengelilingi
Nabi. Mereka bertekad ingin hidup atau mati bersama Rasulullah, termasuk paman Nabi Abbas
yang baru saja masuk Islam pada waktu penaklukan Kota Makkah.

Kemudian Allah-pun menurunkan pertolongan-Nya kepada kaum muslimin. Ke dalam hati


mereka ditanamkan Allah rasa aman dan tenteram juga pasukan  tentara yang tidak kelihatan.
Seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya, artinya; “Kemudian Allah menurunkan keamanan
kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman dan diturunkan-Nya tentara yang tidak kelihatan
olehmu”. (QS. Al-Taubah (9): 26). Demi setelah pertolongan Allah datang maka kaum muslimin
menang dan pihak musuh pun kalah.

Lalu, bagaimana hubungannya keyakinan ini dengan ikhtiar, jika bisa dengan begitu mudah doa
dikabulkan berarti kita sudah tidak perlu ikhtiar lagi? Saudaraku, ikhtiar itu tidak ada hubungan
dengan keyakinan, ikhtiar itu hubungannya dengan kewajiban. Allah yang menyuruh kita
berikhtiar, adapun urusan hasil itu serahkan kepada Allah.

Jika kita sudah menjadikan ikhtiar sebagai keyakinan maka ini bisa mengurangi kadar keyakinan
kita kepada Allah. Sebagai contoh, kita sedang sakit, kemudian kita ikhtiar berobat ke dokter
dan kita meyakini dokter inilah yang bisa menyembuhkan kita. Nah, rasa yakin seperti ini bisa
mengurangi kualitas keyakinan kepada Allah, tanpa disadari memunculkan rasa ragu pada
kekuasaan Allah. Padahal, seharusnya keyakinan kita tetap bahwa yang menyembuhkan
hanyalah Allah Swt., adapun ikhtiar kita berobat ke dokter adalah bagian dari kewajiban kita
sebagai hamba untuk berusaha.

Saudaraku, dalam hadits qudsi Allah Swt. berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan
mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya
di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)   

Yakinlah kepada Allah Swt. Benar bahwa di dunia ini ada hukum sebab-akibat, namun jika kita
hanya meyakini dan berpegangan pada hukum sebab-akibat ini maka yang terjadi pada kita pun
tidak jauh-jauh dari sebab-akibat ini. Semua serba rasional. Namun, jika kita berpegang pada
kekuasaan Allah Swt., maka sungguh tiada yang mustahil bagi Allah, tidak ada yang tidak
mungkin bagi Allah. Itulah mengapa kita menemukan banyak kejadian luar biasa,
ajaib, miracle, tidak masuk akal menurut kita, terhadap orang-orang shalih di masa dulu baik di
masa Rasulullah Saw. maupun generasi setelahnya, itu tiada lain adalah karena faktor
keyakinan 100% kepada Allah Swt. Dan, apa yang terjadi pada orang-orang shalih di masa lalu
itu mungkin juga terjadi pada kita di masa sekarang, asalkan kita pun memiliki keyakinan yang
kokoh kepada Allah Swt.

Jadikanlah dzikir, doa-doa dan istighfar sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hari-hari kita
dan dari setiap aktifitas kita. Hadirkan selalu Allah di hati kita. Semoga Allah senantiasa
menolong kita dengan cara-Nya yang luar biasa dan dari jalan yang tiada pernah kita
duga. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai