Anda di halaman 1dari 6

HAL – HAL YANG MENYEBABKAN TURUNNYA BENCANA

Hadirin Jamaah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah.


Dari mimbar khutbah jum’at ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT. Peningkatan iman yang terus dilakukan
dengan peningkatan amal shalih. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai
dengan ketakwaannya. Allah berfirman

“Sesungguhnya orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…” (Qs. Al-Hujuraat: 13).
Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kehidupan manusia di dunia ini hampir tak pernah sepi dari musibah yang datang silih
berganti. Dari yang kecil sampai yang besar. Dari yang ringan sampai yang berat. Dari yang
sedikit hingga yang banyak. Ada musibah yang bersifat individu dan ada yang bersifat
umum.

Dan hari ini, kita bisa menyaksikan betapa dahsyatnya musibah yang Allah turunkan
terhadap saudara-saudara kita di belahan negeri. Di saat rehabilitas pasca gempa Lombok
belum selesai, Allah Ta’ala kembali menurunkan gempa yang disusul tsunami di Palu,
Donggala, Sulawesi Tengah. Entah berapa jumlah korban yang meninggal dalam bencana
itu. Mungkin mencapai ribuan nyawa lenyap ditelan bumi.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Sebagai umat Islam, kita tentu berharap bahwa sekecil apapun bentuk musibah dapat
mengundang kasih sayang Allah kepada kita. Kita yakin bahwa dibalik itu ada hikmah yang
hendak Allah inginkan untuk kita.  Karena itu, kita tidak patut untuk menyesalkan diri lalu
putus harapan untuk berjuang. Sikap optimisme seperti ini harus selalu menyertai kita.
Entah bagaimanapun keadaannya. Karena begitulah karakter umat Islam yang
sesungguhnya. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya


(membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia
mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika
dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Lalu apa yang perlu kita perhatikan saat musibah melanda kita? Setidaknya ada dua hal
pokok yang harus kita lakukan bila musibah menimpa kita.

Pertama:  Tetap Optimis dan Tidak Mengeluh atau Mencela Musibah

Seorang mukmin selalu berbaik sangka terhadap taqdir yang menimpa dirinya. Keyakinan
ada Allah di balik setiap musibah merupakan modal dasar bagi seseorang yang ingin
sukses lulus dari ujian dan cobaan Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah;
barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam)
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: At-Taghâbun [64]: 11).

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz. 8, hal. 137, menjelaskan, “Maknanya: seseorang yang
ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan
takdir Allah Ta’ala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah
Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah Ta’ala tersebut,
maka Allah Ta’ala akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan
musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam
hatinya, bahkan bisa jadi Allah Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan
sesuatu yang lebih baik baginya.”
Karena itu, rasanya tidak pantas jika kita sebagai makhluk Allah menyalahi segala
ketetapan yang Allah turunkan. Baik itu berupa kenikmatan ataupun cobaan. Justru dengan
musibah itu kita yakin bahwa Allah peduli dan sayang terhadap kita.

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dalam sebuah hadis beliau bersabda:

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang
siapa yang ridho terhadap ujian tersebut maka baginya ridha Allah dan barang siapa yang
marah terhadap ujian tersebut maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadis lain Rasulullah SAW menegaskan, “Tidak ada musibah yang menimpa umat
Islam hingga sekecil duri menusuknya, melainkan Allah Azza wa Jalla akan menghapus
dosa-dosanya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kedua: Segera Intropeksi diri (Bermuhasabah)

Selain mengharap pahala dibalik musibah yang menimpa, kita juga perlu bermuhasah
terhadap apa yang telah kita lakukan. Sebab, boleh jadi gempa atau tsunami merupakan
bagian dari teguran Allah terhadap amal kita selama ini. Sejatinya, semua musibah yang
terjadi di alam ini, berupa gempa, banjir, tsunami dan sebagainya tidak lain disebabkan oleh
perbuatan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan
kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu),” (QS.
Asy-Syuura: 30)

Makanya kita bisa melihat betapa para salaf shalih begitu takut saat musibah terjadi.
Bahkan Rasulullah SAW sendiri mencontohkan demikian. Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua
tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.” Lalu,
Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian
menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”

Demikian juga dengan Khalifah Umar bin Khattab, Ketika gempa melanda kota Madinah,
beliau berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya
apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi,
aku tak akan bersama kalian lagi!” 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa
kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma
ba’du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya
telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka
barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya.”
Demikian para salaf shalih mencontohkannya. Ketika musibah terjadi, Selain bersabar dan
mengaharap magfirah dari Allah, kita juga patut bermuhasabah. Melihat-lihat kembali apa
yang pernah kita lakukan sehingga musibah itu Allah Ta’ala turunkan di atas kita. Sehingga
dengan seperti itu, kita selalu dekat dengan petunjuk dan ridha dari Allah Ta’ala

KHOTBAH KE DUA

Akhirnya marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa kepada Allah SwT semoga kita
dijauhkan dari hal – hal yang menyebabkan turunya bencana dan senantiasa selalu mendapat bimbingan
dalam mewujudkan budaya utama dalam keseharian kita sehingga kita selalu diridhai-Nya.

Anda mungkin juga menyukai