Perkara penting yang lainnya, yang seharusnya seorang muslim menanamkan dalam aqidahnya, bahwasanya
semua musibah dan bencana itu semua akibat perbuatan dosa manusia. Bukan sebatas fenomena alam semata
seperti yang diklaim oleh orang-orang yang tidak beriman. Seorang yang beriman dia akan meyakini apa yang
dikabarkan oleh Allah ta’ala dalam ayat-ayatnya
Allah berfirman:
…َظَهَر اْلَفَس اُد ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan dosa manusia…” (QS. Ar-Rum[30]: 41)
Allah berfirman:
… َو َم ا َأَص اَبُك م ِّم ن ُّمِص يَبٍة َفِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد يُك ْم
“Tidak ada satupun musibah yang menimpa kecuali semua itu akibat daripada perbuatan dosa-dosa kalian…” (QS.
Asy-Syura[42]: 30)
Kita harus meyakini bahwa semua makhluk tunduk dan patuh hanya kepada penciptanya saja. Maka Allah
memberikan bencana demi bencana tiada lain adalah untuk kebaikan kita, yaitu dalam rangka mengingatkan agar
kita kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar kita mau mengakui dosa-dosa kita kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, agar kita kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak memaksiatinya.
Ibarat seseorang yang mendapatkan kecelakaan karena dia melanggar rambu-rambu lalu lintas, seharusnya dia
sadar bahwa dia mendapatkan musibah kecelakaan tersebut diakibatkan tindakannya yang melanggar
peraturanlalu lintas
Begitupun pula musibah, bencana yang menerpa manusia, tidak lain tidak bukan dikarenakan pelanggaran-
pelanggaran yang mereka lakukan terhadap rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasulNya
Namun ternyata kebanyakan manusia tidak mau mengambil pelajaran, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun
memberikan bencana demi bencana kepada diri kita tak henti-hentinya.
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Nuh berkata: ‘Wahai kaumku beribadahlah kepada Allah
saja, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia…” (QS. Al-A’raf[7]: 59)
Tapi mereka tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh. Allah memberikan kesempatan selama 950 tahun kepada
mereka agar mereka mau kembali kepada Allah dan mengikuti ajakan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam. Tapi hati mereka
keras, mereka lebih senang mempersekutukan Allah, tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh, maka Allah
tenggelamkan mereka semua dalam air bah yang luar biasa dahsyatnya.
Lihatlah apa yang Allah perlakukan terhadap kaumnya Nabi Hud, yaitu kaum ‘Aad. Mereka suatu kaum yang
badannya sangat besar, tidaklah pernah Allah menciptakan seperti mereka setelahnya,
وَِإَلٰى َعاٍد َأَخ اُهْم ُهوًداۚ َقاَل َيا َقْو ِم اْع ُبُدوا َهَّللا َم ا َلُك م ِّم ْن ِإَٰل ٍه َغْيُر ُه
“Dan kepada kaum ‘Aad Kami utus Hud. Hud berkata: ‘Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah saja, tidak ada Ilah
yang berhak disembah kecuali Dia saja…” (QS. Hud[11]: 50)
Tapi ternyata kaum ‘Aad pun menolak ajakan Nabi Hud, maka Allah kirimkan angin yang sangat dingin dan kencang
selama seminggu yang membuat mereka pun hancur dan binasa. Mereka pun kemudian mati bagaikan batang-
batang pohon.
Lihatlah apa yang Allah perlakukan kepada kaum Tsamud. Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada
mereka Nabi mereka Shalih. Allah berfirman:
…وَِإَلٰى َثُم وَد َأَخ اُهْم َص اِلًحاۚ َقاَل َيا َقْو ِم اْع ُبُدوا َهَّللا َم ا َلُك م ِّم ْن ِإَٰل ٍه َغْيُر ُه
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) Nabi mereka Shalih. Berkata Nabi Shalih: ‘Wahai kaumku, beribadahlah kepada
Allah saja, jangan kalian sekutukan Allah sedikitpun juga, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia
saja…” (QS. Hud[11]: 61)
Namun kaum Tsamud pun, mereka tidak mau mengikuti ajakan Nabi Saleh. Maka Allah pun kirimkan suara yang
memekakan telinga mereka yang membuat mereka pun tumbang dan mati semuanya. Semua akibat kesyirikan,
semua akibat mereka mempersekutukan Allah ‘Azza wa Jalla.
Makanya kaum muslimin yang dirahmati Allah, kesyirikan merupakan sumber terbesar munculnya malapetaka di
muka bumi ini. Maka kewajiban kita adalah mari kita ikuti ajakan para Nabi untuk mentauhidkan Allah,
menjauhkan kesyirikan, menjauhkan berbagai macam warna-warni kesyirikan.
Kita masih banyak melihat ditengah-tengah masyarakat kita, Subhanallah banyak sekali warna-warni kesyirikan.
Diantara mereka ada yang mendatangi kuburan untuk menyembah orang yang ada didalam kubur tersebut,
mereka lantunkan permohonan doa, meminta pertolongan, keselamatan, keberkahan kepada orang yang sudah
meninggal, dan Alhamdulillah Allah kabulkan doa rasulullah agar kuburannya tidak dijadikan tempat untuk
meminta kepada beliau,
Ditengah kita masih ada yang menyembah selain Allah, menyembah kepada matahari, mengangungkan pohon-
pohon dan yang lainnya,
Juga termasuk kesyirikan yang lainnya adalah perdukunan, Semua itu adalah bentuk-bentuk kesyirikan, ketika
ibadah-ibadah yang seharusnya dia berikan, dia perutnukkan kepada Allah kemudia dia palingkan kepada selain
Allah, maka itulah kesyirikan dalam beribadah. Allah tidak ridha Dirinya disekutukan, maka jangan salahkan kalau
Allah murka dan mengirimkan bencana dan petaka.
Ini kita hamba-hamba Allah yang lemah, kita tidak punya daya dan upaya kecuali dengan izinNya. Sementara Allah
yang Maha Kuat tidak pernah akan mampu bisa dikalahkan sekuat apapun kita. Cukup Allah kirimkan angin yang
sangat dahsyat, semua kita hancur dan mati. Ini adalah sebab pertama yang menyebabkan datangnya petaka dan
bencana.
Ini semua menunjukkan bahwa maksiat menyebabkan datangnya bencana kepada kita. Subhanallah, namun aneh
sebagian orang, ketika kita berusaha mengajak manusia kepada tauhid, mengajak manusia kepada ketaatan,
mereka berkata “Tidak perlu kalian mengingkari karena sesungguhnya kami yang akan menanggung dosa-dosa
kami.” Padahal Rasulullahs Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa kalaulah suatu kaum mampu
mengingkari sebuah kemungkaran tapi mereka diam seribu bahasa, Allah akan ratakan adzab kepada mereka
semuanya. Walaupun di sana ada orang-orang shalih, bertakwa dan ulama. Tapi ketika mereka tidak mengingkari
kemungkaran dan mereka mampu, maka saat itu Allah ratakan adzab kepada mereka semuanya.
…وَاَّتُقوا ِفْتَنًة اَّل ُتِص يَبَّن اَّلِذ يَن َظَلُم وا ِم نُك ْم َخ اَّص ًة
“Takutlah kalian kepada adzab yang tidak menimpa orang-orang zalim saja, tapi orang shalih pun kena
semuanya…” (QS. Al-Anfal[8]: 25)
Ini akibat daripada mereka tidak mau peduli dengan kemungkaran yang ada di sekitarnya, dia diam sering bahasa,
tidak berusaha mengingkarinya walaupun dengan hatinya.
Maka sadarilah bahwa musibah/bencana/malapetaka bukanlah sebatas fenomena alam, akan tetapi ia adalah
perintah dari pemiliknya, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla akibat dosa-dosa manusia.
Demi Allah, kalaulah penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah pasti bukakan kepada mereka pintu-
pintu keberkahan. Allah berfirman:
َو َلْو َأَّن َأْهَل اْلُقَر ٰى آَم ُنوا َو اَّتَقْو ا َلَفَتْح َنا َع َلْيِه م َبَر َك اٍت ِّم َن الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض َو َٰل ِكن َك َّذ ُبوا َفَأَخ ْذ َناُهم ِبَم ا َك اُنوا َيْك ِس ُبوَن
“Kalaulah penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, tentu Kami akan bukakan pintu-pintu keberkahan dari
langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami timpakan azab disebabkan
perbuatan mereka.” (QS. Al-A’raf[7]: 96)
Segera kita minta ampun kepada Allah, segera kita istighfar, karena ketika suatu penduduk desa banyak
beristighfar kepada Allah, maka Allah tahan adzab dari mereka. Allah berfirman:
َو َم ا َك اَن ُهَّللا ِلُيَع ِّذ َبُهْم َو َأنَت ِفيِه ْم ۚ َو َم ا َك اَن ُهَّللا ُمَع ِّذ َبُهْم َو ُهْم َيْسَتْغ ِفُروَن
“Allah tidak akan pernah mengadzab mereka selama mereka mohon ampun kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala…” (QS. Al-Anfal[8]: 33)
Selama kita minta ampun kepada Allah, mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah, selama itu Allah tahan adzab
dari kita, saudaraku.