Anda di halaman 1dari 8

KHUTBAH JUMAT MASJID SOKO TUNGGAL

ّ‫ َوَأ ْف َه َم َنا ِب َش ِر ْي َع ِة ال َّن ِبي‬،‫هلل الّذي َهدَا َنا ُس ُب َل ال ّسالَ ِم‬ ِ ‫لحمْ ُد‬ َ ‫هلل ْا‬
ِ ‫لحمْ ُد‬ َ ‫ْا‬
‫الل‬
ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫ َأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِا َل َه ِإاَّل هللا َوحْ دَ هُ ال َش ِريك َله‬،‫ريم‬ ِ ‫ال َك‬
‫ اللّ ُه َّم‬،‫ َوَأ ْش َه ُد َأنّ َسيِّدَ َنا َو َن ِب َّي َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫َواإل ْكرام‬
ِ ْ‫باركْ َع َلى َس ِّيدِنا م َُح ّم ٍد وعلى اله وأص‬
‫حاب ِه‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬ َ
،‫ فيايها اإلخوان‬:‫ أما بعد‬،‫سان إ َلى َي ْو ِم ال ِّدين‬ ِ ْ‫عين ِبإح‬ َ ‫َوال َّت ِاب‬
‫ قال هللا تعالى‬،‫أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته لعلكم تفلحون‬
‫ بسم هللا‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬:‫في القران الكريم‬
،‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هللا َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬:‫الرحمان الرحيم‬
‫يُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هللا َو َرسُو َل ُه َف َق ْد‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ َ ‫َف‬
َّ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِإال‬َ ‫وقال تعالى َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا‬
‫ صدق هللا العظيم‬.‫وَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬.َ

Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita masih dikarunia nikmat hidayah dari Allah subhanahu
wata’ala sehingga hingga kini di pertengahan bulan syawal kita memiliki
kesadaran untuk beribadah, di antaranya shalat Jum’at seperti yang kita
laksanakan siang ini. Nikmat ini sungguh tak ternilai meskipun kita mesti
terus-menerus introspeksi diri, karena manusia gudangnya lupa dan
kesalahan, untuk menjaga agar petunjuk Allah senantiasa ada dalam diri kita
dan semakin hari kian bertambah
Kami juga mengajak kepada jamaah sekalian untuk selalu berikhtiar
meningkatkan kualitas ketakwaan: tak henti-hentinya mengasah kesadaran
ketuhanan kita yang kian mendekatkan diri kita kepada-Nya.
Ketakwaan adalah modal pokok karena orang yang paling mulia di sisi Allah
bukan orang paling kaya, paling pintar, paling cantik, atau paling tinggi
jabatan, melainkan yang paling bertakwa.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dikatakan bahwa
kelak pada hari Kiamat, orang-orang berbondong-bondong menemui Nabi
Nuh ‘alaihis salâm setelah sebelumnya mereka gagal meminta tolong kepada
Nabi Adam. Mereka membutuhkan pertolongan dan meminta didoakan agar
mendapat syafa’at dari Allah karena pada hari itu situasi di Padang Makhsyar
sangat mencekam. Manusia saling memandang dan mencari siapa gerangan
yang dapat diandalkan untuk memohonkan syafa’at kepada Allah SWT agar
situasi yang mencekam dan cuaca yang sangat panas itu dapat dirasakan
sebaliknya. Mereka berkata kepada Nabi Nuh ‘alaihis salâm:

‫َّاك هَّللا ُ َع ْب ًدا‬ ِ ْ‫ت َأ َّو ُل الرُّ س ُِل ِإ َلى َأهْ ِل اَألر‬
َ ‫ َو َسم‬، ‫ض‬ َ ‫َيا ُنو ُح َأ ْن‬
ُ‫ َأال َت َرى ِإ َلى َما َنحْ ن‬، ‫ِّك َع َّز َو َج َّل‬َ ‫ َفا ْش َفعْ َل َنا ِإ َلى َرب‬، ‫َش ُكورً ا‬
‫فِي ِه ؟ َأال َت َرى ِإ َلى َما َق ْد َب َل َغ َنا ؟‬
“Wahai Nabi Nuh! Engkau adalah rasul pertama yang diutus kepada
penduduk bumi, dan Allah telah menamakanmu hamba yang bersyukur.
Tidakkah engkau dapat memintakan syafa’at untuk kami kepada Allah?
Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami dan yang menimpa kami?”

Nabi Nuh ‘alaihis salâm menjawab: 

‫ب‬ َ ‫ضبْ َق ْب َل ُه م ِْث َل ُه َو َلنْ َي ْغ‬


َ ‫ض‬ َ ‫ب ْال َي ْو َم َغ‬
َ ‫ضبًا َل ْم َي ْغ‬ َ ِ‫ِإنَّ َربِّي َق ْد َغض‬
‫ت ِب َها َع َلى َق ْومِي َن ْفسِ ي‬ َ ٌ‫ت لِي دَعْ َوة‬
ُ ‫دَع ْو‬ ْ ‫َبعْ دَ هُ م ِْث َل ُه َوِإ َّن ُه َق ْد َكا َن‬
‫َن ْفسِ ي ْاذ َهبُوا ِإ َلى ِإب َْراهِي َم‬
“Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang sebenar-
benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan
marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu do’a yang
aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at,
pergilah menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim!”
 
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dari apa yang dinyatakan Nabi Nuh ‘alaihis salâm di atas, kita tahu bahwa
beliau mengalami kesulitan memberikan syafa’at dari Allah kepada manusia.
Beliau sendiri membutuhkan syafa’at karena adanya satu kesalahan atau
masalah yang beliau lakukan semasa hidupnya ketika berdakwah kepada
kaumnya. Masalah itu adalah berkaitan dengan doa beliau sebagaimana
termaktub dalam Surah Nuh, ayat 26 dan 27: 

‫ك ِإنْ َت َذرْ ُه ْم يُضِ لُّوا‬ َ ‫ض م َِن ْال َكاف ِِر‬


َ ‫ين دَ يَّارً ا ِإ َّن‬ ِ ْ‫َربِّ ال َت َذرْ َع َلى اَألر‬
‫ادَك و الَ َيلِ ُدوا ِإال َفا ِجرً ا َك َّفارً ا‬
َ ‫عِ َب‬
'Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang
kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka
tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka
tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi
sangat kafir'.'' 

Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir besar


yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang
menolak beriman kepada Allah SWT. Peristiwa ini tidak hanya dikisahkan
dalam Al Quran tetapi juga dalam kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan
Injil. Berbagai penyeledikan ilmiah juga telah dilakukan untuk menggali
informasi lebih jauh tentang bencana besar tersebut. 
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Barangkali kita tidak pernah berpikir bahwa doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm di
atas ternyata bermasalah di hadapan Allah SWT di Padang Makhsyar di
akherat nanti. Doa itu Allah yang mengabulkan, tapi Allah marah besar
kepada Nabi Nuh ‘alaihis salâm sehingga beliau sendiri membutuhkan
syafa’at untuk terlepas dari kemarahan Allah SWT. Pertanyaannya kemudian,
mengapa doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm itu bermasalah? 

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita bandingkan doa Nabi Nuh di
atas dengan doa Nabi Muhammad SAW ketika beliau berdakwah di Thaif.
Orang-orang Thaif tidak menyambut beliau dengan baik. Malahan mereka
melempari Nabi Muhammad SAW dengan kotoran manusia dan batu hingga
melukai kepala beliau dan berdarah. Melihat keadaan Nabi Muhammad SAW
yang seperti itu, malaikat penjaga gunung tidak tahan dan tidak terima. Lalu
mendatangi beliau dan menawarkan bantuan untuk menghimpitkan dua bukit,
yakni Bukit Abu Qubais dan Bukit Ahmar, untuk mengubur hidup-hidup orang-
orang Thaif karena menolak beriman kepada Allah SWT agar mereka binasa
sebagaimana umat Nabi Nuh. Tetapi, bagaimana jawaban Nabi Muhammad
SAW atas tawaran dari malaikat tersebut? Nabi Muhammad SAW menjawab:

"‫عسى هللا أن يُخرج من أصالبهم من يعبد هللا‬...‫" ال ال‬


“Jangan, jangan! Aku bahkan berharap dan berdoa Allah akan mengeluarkan
dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah!”

Sidang Jum’ah rahimakumullah, 
Jika kita bandingkan doa Nabi Nuh  dengan doa Nabi Muhammad SAW
tersebut, maka setidaknya ada dua perbedaan yang jelas:
1. Nabi Nuh  seperti telah putus asa dalam berdakwah kepada umatnya
karena sebagian besar dari mereka menolak dan tidak mau beriman kepada
Allah SWT. Mereka bahkan menganggap Nabi Nuh  gila. Dengan penolakan
seperti itu, Nabi Nuh  seperti tidak lagi memiliki kesabaran dan harapan
bahwa mereka dan anak-anak turun mereka suatu ketika akan beriman
kepada Allah. Hal seperti ini, tidak terjadi pada Nabi Muhammad SAW yang
secara jelas tetap memiliki kesabaran dan harapan bahwa suatu ketika akan
ada dari anak turun orang-orang Thaif yang akan beriman dan mengikuti jejak
beliau. 
2. Doa Nabi Nuh  yang memohon kepada Allah SWT untuk membinasakan
umatnya agar lenyap dari muka bumi ini, sebenarnya doa negatif. Doa seperti
itu sangat berbeda dengan doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad SAW.
Beliau justru memohon kepada Allah SWT agar orang-orang Thaif yang
menentang beliau tetap diberi hak hidup dan diberi keturunan. Nabi
Muhammad SAW memohon kepada Allah kelak di kemudian hari anak turun
orang-orang Thaif mau beriman dan mengikuti jejak beliau.

‫عسى هللا أن يُخرج من أصالبهم من يعبد هللا‬


“Aku bahkan berharap dan berdoa Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi
mereka keturunan yang akan menyembah Allah!”

Sidang Jum’ah rahimakumullah
Dari membandingkan bagaimana Nabi Nuh  dan Nabi Muhammad SAW
berdoa terkait dengan umat masing-masing yang sama-sama menentang,
kita tahu bahwa sekalipun setiap doa Allah yang mengabulkan, namun doa
negatif atau tidak baik akan bermasalah di hadapan Allah SWT. Manusia
harus mempertanggung jawabkan doa yang tidak baik itu kelak di hadapan
Allah. Nabi Nuh  berdoa memohon agar umatnya dibinasakan dari muka bumi
ini karena mungkin sangat marah dan putus asa. Allah memang
mengabulkan doa itu meskipun sebenarnya Allah tidak menyukainya. Dan
yang sangat menyedihkan adalah putranya sendiri bernama Kan’an dan istri
beliau bernama Wali'ah termasuk yang binasa akibat doa itu dalam keadaan
tidak beriman kepada Allah. Selain itu, Nabi Nuh  tidak diperkenankan
memberikan syafa’at kepada orang lain. 
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Belajar dari doa Nabi Nuh , kita perlu berlatih bagaimana menahan diri untuk
tidak berdoa yang jelek. Semarah apapun kita kepada orang lain, kita harus
belajar memaafkan dan jangan sampai mendoakan yang jelek-jelek. Dalam
hal ini kita perlu meniru doa Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau
didzalimi orang-orang Thaif, beliau tetap tidak marah, malah sebaliknya tetap
mendoakan yang baik-baik. Berdoa memang baik, tetapi berdoa yang jelek
sesugguhnya merupakan penyalah gunaan doa itu sendiri. Nabi Muhammad
SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim:

‫من كان يؤمن با هلل و اليوم االخر فليقل خيرا اوليصمت‬


“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata
yang baik atau diamlah.”
Berdoa adalah berucap atau berkata, baik hanya dalam hati maupun juga
secara lisan. Maka ketika berdoa, berdoalah yang baik. Jika tidak bisa baik,
maka lebih baik menahan diri untuk tidak berdoa terlebih dahulu. 

Sidang Jum’ah rahimakumullah
Lalu bagaimana dengan doa orang-orang yang didzalimi? Rasulullah SAW
bersabda dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

َ ‫ َفِإ َّن َها َلي‬، ‫هللا ح َِجابٌ ِا َّت ِق دَعْ َو َة ْال َم ْظلُ ْو ِم‬
‫ْس َب ْي َن َها‬ ِ ‫َو َبي َْن‬
“Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, kerana doa tersebut tidak
ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah". 

Berdasar pada hadits tersebut, doa orang yang didzalimi mudah terkabul.
Namun sebenarnya, hadits tersebut tidak dimaksudkan untuk mendorong
atau membenarkan doa yang jelek bagi orang-orang yang telah didzalimi.
Hadits itu lebih merupakan peringatan kepada kita semua untuk tidak
melakukan kedzaliman kepada orang lain. Selain itu, hadits tersebut juga
ditujukan kepada orang-orang yang didzalimi untuk menjaga hati dan lisannya
agar tidak berdoa yang jelek karena mudah terkabul yang akibatnya justru
bisa merugikan diri sendiri. Rasulullah SAW telah memberikan suri tauladan
kepada kita semua untuk tidak berdoa yang jelek. Beliau lebih suka
memaafkan dan mendoakan yang baik-baik kepada siapa saja yang telah
mendzaliminya. Bagaimanapun beliau adalah rahmat lil alamin. Maka tak
seorang pun alami celaka akibat doa-doa beliau. Rasulullah tidak pernah
nyilakani orang lain. 

Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Mudah-mudahan apa yang telah saya uraikan di atas dapat memberikan
manfaat khususnya bagi diri saya sendiri dan sidang Jum’ah pada umumnya.
Semoga kita semua selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk dapat
menjaga hati dan lisan kita dari berdoa yang jelek-jelek. Amin... amin ya
rabbal alamin. 

‫ وأدخلنا وإياكم في زمرة‬،‫جعلنا هللا وإياكم من الفائزين األمنين‬


‫ بسم هللا الرحمن‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬: ‫عباده المؤمنين‬
‫ بارك هللا لي‬.‫ يايها الذين امنوا اتقوا هللا وقولوا قوال سديدا‬:‫الرحيم‬
‫ولكم في القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من االيات‬
،‫ وتقبل مني ومنكم تالوته انه هو الغفور الرحيم‬،‫والذكرالحكيم‬
‫وقل رب اغفر وارحم وانت خيرالراحمين‬

Khutbah II

ْ‫ َوَأ ْش َه ُد َأن‬.ِ‫لى َت ْو ِف ْي ِق ِه َو ِامْ ِت َنا ِنه‬


َ ‫لى ِإحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع‬ َ ‫هلل َع‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
ُ‫ك َل ُه َوَأ ْش َه ُد أنَّ َس ِّي َد َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُده‬ َ ‫الَ ِا َل َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِر ْي‬
‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َع َلى‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.ِ‫إلى ِرضْ َوا ِنه‬ َ ‫َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى‬
‫اَلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا‬
‫واهللا ِف ْي َما َأ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ َلم ُْوا‬ ‫َأمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّتقُ َ‬
‫هللا َأ َم َر ُك ْم ِبَأمْ ٍر َبدَ َأ ِف ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل‬
‫َأنَّ َ‬
‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا‬‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬
‫هللا َومَآلِئ َك َت ُه ي َ‬ ‫َتعا َ َلى ِإنَّ َ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َ‬
‫ك َومَآلِئ َك ِة‬ ‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِب َ‬
‫يآِئك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َع َلى ِ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن َأ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر‬ ‫ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬
‫َوع ُْث َمان َو َعلِى َو َعنْ َب ِق َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َت ِابعِي ال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم‬
‫ك َيا َأرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن‬ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم ِت َ‬‫ْن َوارْ َ‬ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ِب ِاحْ َس ٍ‬
‫ت اَالَحْ يآ ُء‬ ‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫اغ ِفرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ك‬‫ت الل ُه َّم َأعِ َّز ْاِإلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬
‫ص َر ال ِّدي َْن‬ ‫َك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َباد َ‬
‫ك ِإ َلى‬ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َما ِت َ‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو َدمِّرْ َأعْ دَا َء ال ِّدي ِ‬ ‫َو ْ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء‬ ‫ْن‪ .‬الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬ ‫َي ْو َم ال ِّدي ِ‬
‫ْال ِف ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َعنْ َب َل ِد َنا ِا ْن ُدو ِن ْيسِ يَّا خآص ًَّة‬
‫لعا َل ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا‬ ‫دَان ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َ‬ ‫اِئر ْالب ُْل ِ‬ ‫َو َس ِ‬
‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ‬ ‫اب ال َّن ِ‬‫َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ َ‬
‫هللا‬
‫هللا ! ِإنَّ َ‬ ‫لخاسِ ِري َْن‪ .‬عِ َبادَ ِ‬ ‫َل ْم َت ْغ ِفرْ َل َنا َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ذِي ْالقُرْ َ‬ ‫لع ْد ِل َو ْاِإلحْ َس ِ‬ ‫َيْأ ُم ُر َنا ِباْ َ‬
‫هللا ْال َعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم‬ ‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا َ‬ ‫َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬
‫هللا َأ ْك َبرْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫لى ن َِع ِم ِه َي ِزدك ْم َولذِك ُر ِ‬ ‫َوا ْش ُكرُوهُ َع َ‬
‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai