Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUM’AH MENYIKAPI MUSIBAH BANJIR

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,


Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memanjangkan usia kita hingga bisa
memasuki akhir tahun 2020 ini. Sungguh merupakan nikmat-Nya saat kita hidup dalam
keimanan dan semoga kelak Allah mematikan kita dalam kondisi beriman pula. Maka marilah
kita terus berusaha meningkatkan taqwa kepada-Nya.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,


Diakhir tahun 2020 ini kita dikejutkan dengan musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di
Indonesia yang disebabkan oleh efek La-Nina, La-Nina adalah pengaruh iklim global yang
meyebabkan dampak peningkatan curah hujan di pasifik barat yaitu di sebagian asia tenggara
dan australia didalamnya termasuk indonesia, dilansir olh BMKG. Seperti yang kita ketahui
bersama, bencana banjirpun sudah dirasakan olah sebagian saudara kita yang terjadi di beberapa
titik di kecamatan kroya kabupaten Cilacap yang paling parah, dan disebagian lain di kabupaten
Banyumas, dan didaerah2 lainnya di Indonesia.

Bagaimana sikap kita sebagai muslim menghadapi musibah banjir ini?

1. Sabar

Sikap pertama sebagai seorang muslim ketika menghadapi musibah atau hal-hal yang tidak
disukainya adalah bersabar. Sabar bukan berarti menyerah dan berdiam diri tanpa ikhtiar. Sabar
dalam menghadapi musibah adalah meneguhkan diri untuk tidak menyalahkan takdir Allah dan
bertahan dalam mentaati-Nya serta menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya.

Maka ketika menghadapi musibah, termasuk banjir, seorang muslim yang sabar tidak akan
marah kepada Allah. Tidak adakan menyalahkan Allah. Kalimat pertama yang ia ucapkan adalah
istirja’ yang berangkat dari kesadaran iman.
..Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali). (QS. Al Baqarah: 156)

Kesadaran bahwa semua milik Allah dan semua akan kembali kepada-Nya membuat kita lebih
ringan saat menghadapi musibah. Sebab kita menyadari semua adalah milik-Nya. Kita pun
menjadi tak terlalu kecewa dan depresi menghadapi musibah seperti ini.

Dan yang lebih menggembirakan, orang-orang yang bersabar dengan mengucapkan kalimat
istirja’ ini, Allah akan memberinya keberkahan, rahmat dan petunjuk. Sebagaimana Allah
sebutkan dalam ayat selanjutnya. Yakni Surat Al Baqarah ayat 157.

Bahkan hadits shahih dijelaskan, orang yang bersabar dan mengucapkan istirja’ saat menghadapi
musibah, ia akan mendapat pahala dan ganti yang lebih baik.

ِ ‫ف لِى َخ ْيرًا ِم ْنهَا إِالَّ أَ َج َرهُ هَّللا ُ فِى ُم‬


‫صيبَتِ ِه‬ ِ ‫صيبَةٌ فَيَقُو ُل إِنَّا هَّلِل ِ َوإِنَّا إِلَ ْي ِه َرا ِجعُونَ اللَّهُ َّم ْأجُرْ نِى فِى ُم‬
ْ ِ‫صيبَتِى َوأَ ْخل‬ ِ ‫صيبُهُ ُم‬ ِ ُ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد ت‬
‫َوأَ ْخلَفَ لَهُ َخ ْيرًا ِم ْنهَا‬

Tidaklah seorang muslim mengalami musibah, lalu dia mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun’  (dan berdoa) ‘ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan
untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya’. Melainkan Allah akan memberikan pahala
dalam musibahnya dan memberinya ganti dengan yang lebih baik. (HR. Muslim)

2. Membantu korban banjir

Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah,


Orang-orang mukmin itu bagaikan satu tubuh. Saat yang satu terkena musibah, selayaknya yang
lain membantu. Jangan justru mem-bully orang yang terkena musibah.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling
berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan
sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Bahkan kalaupun kita juga terkena musibah, namun saudara kita lebih membutuhkan, Islam
mengajarkan untuk membantunya. Semampu kita. Meskipun hanya dengan ucapan yang baik
dan untaian doa. Tentu lebih baik lagi jika mampu membantu evakuasi, membantu konsumsi dan
bantuan-bantuan lain yang diperlukannya.

Pertolongan ini bukan hanya dibatasi untuk saudara seiman. Saudara sebangsa dan sesama
manusia pun perlu ditolong. Dan menolong orang yang membutuhkan seperti inilah yang akan
mendatangkan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga musibah bisa berubah menjadi
berkah.

“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”. (HR.
Muslim)

3. Muhasabah dan introspeksi

Jamaah Jumat hafidhakumullah,


Datangnya musibah termasuk banjir 2020 ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi kita.
Muhasabah. Sebab pada umumnya musibah datang kepada kaum muslimin dalam dua jenis.
Pertama, sebagai ujian. Kedua, peringatan.

Sebagai ujian, kita kuatkan kesabaran. Namun yang tak kalah penting, dengan berbagai fakta
lapangan kita perlu introspeksi bahwa ada peringatan dalam musibah banjir ini.

Peringatan seperti apa? Peringatan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Rum: 41)

Sering kali bencana terjadi karena kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Termasuk banjir juga demikian.

Kerusakan ini ada dua macam. Pertama, kerusakan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
bencana. Dan ini merupakan bagian dari sunnatullah. Ketika hutan digunduli, air yang
melaluinya langsung lewat tanpa terserap sehingga mudah terjadi banjir dan tanah longsor.
Ketika sampah dibuang sembarangan termasuk ke sungai, ia akan menutup saluran air dan
menjadi salah satu faktor banjir. Ketika gedung-gedung dibangun tanpa memperhatikan
keseimbangan alam dan aliran air, juga menjadi salah satu faktor banjir.

Kedua, kerusakan jiwa manusia. Yakni dengan semakin banyaknya dosa dan kemaksiatan, Allah
pun menegur manusia untuk kembali kepada-Nya. Kerusakan semacam ini sangat dikhawatirkan
para sahabat sehingga ketika terjadi gempa di Madinah, Khalifah Umar bin Khattab meminta
seluruh penduduknya untuk bertaubat.

Dengan adanya musibah seperti itu kita bisa berupaya ikut dalam membantu meringankan
terjadinya musibah yang serupa, beberapa diantaranya kita bisa membuang sampah pada
tempatnya. Kita bisa menanam kembali hutan dan pepohonan. Namun kita tak bisa
mengendalikan curah hujan. Di sinilah pentingnya taubat nasuha serta menjauhi segala
kemaksiatan dan dosa.

‫أَقُوْ ُل قَوْ ِل هَ َذا َوا ْستَ ْغفِرُوْ هَّللا َ ْال َع ِظي ِْم إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai