Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

( Konsep akhlak dalam islam : Sabar dan Syukur )

OLEH

SRI HUSADA PUTRI 20001645


PUJA LESTARI 20001641
LISA AVIYA NINGRUM 20001689
KALSUM 20001635

AKADEMI MANAJEMEN

ADMINSTRASI YPK YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam ini, tepatnya materi
tentang Sabar dan Syukur.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dengan mencari informasi dari
berbagai sumber. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen atas bimbingan
dan pengetahuan yang telah diberikan kepada kami sebagai bantuan untuk menyelesaikan
makalah ini.Dengan menyelesaikan makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan tentang
Sabar dan Syukur kepada orang banyak dan tentunya sebagai tamabahan ilmu untuk diri saya
sendiri.
Di samping itu saya menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
sehingga dapat kami jadikan sebagai perbaikan di masa mendatang. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi khalayak banyak. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.

Kendari, 2 Desember 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Halaman


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………5
C. Tujuan ……………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sabar ……………………………………………………6
B. Hakikat Sabar ……………………………………………………8
C. Pembagian Sabar ……………………………………………………10
D. Jenis – Jenis Sabar ……………………………………………………11
E. Konsep Sabar dan Syukur Menurut Al Quran dan Hadist …………………....12
F. Pengertian Syukur ……………………………………………………13
G. Lebih Utama Sabar atau Syukur ……………………………………………14
H. Hikmah Sifat Sabar dan Syukur …………………………………………....15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabar merupakan sifat yang wajib ada pada diri seseorang, karena sifat inilah yang
menentukan kualitas hidup sesorang, terutama orang islam, karena disetiap hal yang dilakukan
oleh kaum muslimin disitu dituntut adanya kesabaran, sifat sabar jugalah yang telah membuat
para nabi dan rasul berhasil dalam dakwahnya menyampaikan risalah dari Allah SWT. Bahkan
para Rasul yang disebut sebagai Ulul Azmi adalah mereka yang tingkat kesabarannya paling
baik diantara Rasul-rasul yang lain. Kita sebagai manusia biasa tentu harus banyak belajar dari
mereka terutama dalam hal kesabaran. Selain bersabar kita juga harus banyak bersyukur, sering
sekali kita melupakan hal ini, karena kurangnya kesadaran kita bahwa segala nikmat itu
datangnya dari Alloh SWT, sebagai umat muslim yang memiliki banyak pengetahuan kita harus
belajar untuk selalu mensyukuri nikmat Alloh. Namun dalam merealisasikan sifat sabar dan
syukur ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena nafsu kita cenderung kepada hal-hal yang
menuntut untuk segera diselesaikan dengan mudah tanpa harus melalui hambatan yang
membutuhkan kesabran yang tinggi, apabila seorang telah merasa kesabarannya telah habis maka
yang akan muncul adalah sifat-sifat tercela seperti serakah. Sifat serakah inilah yang
menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam lembah kenistaan karena ambisinya yang tidak di
barengi dengan kesabaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sabar dan syukur ?
2. Apa konsep sabar dan syukur dalam Al-Quran dan Hadist ?
3. Mana yang lebih utama antara sabar dan syukur?
4. Apa hikmah sifat sabar dan syukur ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian sabar dan syukur.


2. Untuk mengetahui konsep sabar dan syukur dalam Al-Quran dan Hadist.
3. Untuk memahami mana yang lebih utama antara sabar dan syukur.
4. Untuk mengetahui hikmah sifat sabar dan syukur.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian sabar
Kata sabar bermakna mencegah, mengekang atau menahan (man’u, habs). Menurut istilah,
sabar bermakna menahan jiwa dari perasaan cemas, menahan lisan dari berkeluh-kesah dan
menahan anggota badan dari tindakan menampar pipi sendiri, menyobek-nyobek pakaian sendiri
dan lain-lain, yang sering disebut sebagai tindakan jahiliyah.
Ada pendapat bahwa asal kata “sabar” itu adalah bermakna keras dan kekuatan. Pendukung
makna ini adalah kata shabir yaitu obat yang sangat pahit dan tidak enak (jadam).
Al-Usmu’i berkata, “ketika seseorang menghadapi kepayahan dan kesulitan yang memuncak,
maka disebutkan: laqiyaha bi ashbariha. Yakni dia mendapatkan getirnya.” Juga kata shubru
adalah bermakna “tanah subur”, karena tanah itu padat dan mengeras, dan perempuan merdeka
disebut ummu shabbar yang bermakna ibu penyabar.” Orang arab mengatakan: waqa’a al-
qaumu fi amrin shabbur, yang bermakna orang-orang itu berada dalam urusan yang sulit atau
berbahaya. Juga kata shabarrah yang bermakna musim dingin karena suhu dingin yang
mencekam.
Pendapat lain mengatakan kata “sabar” itu bermakna menghimpun, karena orang yang
bersabar menghimpun atau mengkonsentrasikan jiwanya untuk tidak cemas dan berkeluh-kesah.
Termasuk makna demikian adalah shubrah al-tha’am bermakna “seonggok atau sekumpulan
makanan”, dan shubarah al-hijarah bermakna “setumpuk batu”.
Melihat makna-makna tersebut berarti sabar mengandung tiga makna: menahan atau
mengekang, kuat kokoh atau keras, dan menghimpun.
Ketika bentuknya berubah (sesuai wazan, pola kata) maka terdapat selipan makna. Shabara:
menjalani kesabaran. Tashabbara, memaksakan atau mendorong jiwanya untuk bersabar.
Ishthabara: menuntut dan melatih bersabar. Shabara, menghentikan musuh pada ruang
kesabaran. Shabbara: membawa jiwanya pada kesabaran. Sedangkan bentuk ism fa’il-nya, shabir
(dari shabara, shabbar, shabur, mushabir, (dari shabara), dan mushtabir (dari ishthabara);
adapun shabbar dan shabur adalah bentuk lain yang mengandung makna banyak (sebagai bentuk
mubalaghah) seperti kata dharrab dan dharub (tukang pukul).
B.   Hakikat Sabar

Kata “sabar” secara etimologi sudah cukup jelas diterangkan diatas. Hakikat sabar adalah
suatu sikap utama dari perangai kejiwaan yang dapat menahan perilaku yang tidak baik dan tidak
simpati. Sabar merupakan kekuatan jiwa untuk stabilitas dan baiknya orang dalam bertindak.
Al-junaidi Ibn Muhammad Al-Baghdadi (seorang ulama’ yang zuhud, wafat th. 297 H)
mengatakan, “sabar adalah menelan kepahitan tanpa bermuka masam.” Dzunnun Al-Mishri,
(seorang yang terkenal zuhud dan gemar beribadah, wafat th. 245 H) berkata, “sabar ialah
menjauhi larangan, bersikap tenang disaat meneguk duri cobaan, dan menampakkan sikap tidak
membutuhkan padahal kemelaratan menimpa ditengah pelataran kehidupan.”
Ada definisi lain bahwa sabar adalah konsisten menghadapi cobaan dengan berbaik sikap.
Ada pula yang mengatakan bahwa sabar adalah sikap tidak membutuhkan sesuatu ketika dicoba,
tanpa menampakkan pengaduan. Abu utsman berkata, “penyabar adalah orang yang
membiasakan jiwanya menyerang atau menghadapi berbagai kesulitan.” Juga ada yang
berpendapat, “sabar ialah konsisten menghadapi cobaan dengan sikap yang baik sebagaimana
konsisten bersama dalam keadaan selamat (sehat).”
Seorang hamba wajib memenuhi pengabdian kepada Allah disaat sehat atau selamat dan saat
diuji. Dia wajib menyikapi sehat dan selamat dengan bersyukur dan menyikapi ujian dengan
bersabar.
Amribn Utsman Al-Makki (seorang sufi dan ulama’ ilmu ushul, wafat th. 297 H) berkata,
“sabar ialah berteguh bersama Allah dan menerima ujian-Nya dengan lapang dada dan sikap
tenang.” Yakni diterimanya ujian Allah dengan jiwa lapang, yang tidak mengenal kesempitan,
kedengkian dan pengaduan.
Al-Khawwash (Abu Ishaq Al-Khawwash, seorang sufi, wafat th. 291 H) berkata, “sabar
adalah konsistensi terhadap peraturan dan ketentuan Al-qur’an dan Al-hadits.” Ruwain (seorang
sufi terkenal di Bagdad, wafat th. 330 H) menyatakan, “kesabaran adalah berkomitmen
meninggalkan pengaduan.”
Ulama’ lain mengatakan, “kesabaran adalah sikap memohon pertolongan kepada Allah.” Abu
Ali menyatakan, “sabar ialah seperti kata itu sendiri (pahit rasanya).” Ali ibn Abu Thalib ra.
menyatakan, ‘sabar itu kendaraan yang tidak akan terperosot.”Abu Muhammad Al-Jarir
mengatakan, “sabar itu tidak membedakan antara mendapatkan kenikmatan dengan mendapatkan
ujian, dengan sikap ketenangan jiwa.”
Aku katakan, (tidak membedakan sikap antara ketika mendapat kankenikmatan dengan ketika
mendapatkan ujian) itu tidak dalam ukuran kemampuan dan tidak diperintahkan, karena Allah
menciptakan tabi'at manusia tersusun untuk membedakan antara dua keadaan tersebut. Adapun
kemampuan manusia menahan jiwa dari berkeluh kesah, tidaklah menyetarakan dua keadaan
tersebut.
Cakupan keselamatan (sehat, keadaan normal) adalah lebih luas daripada kesabaran,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam do’a beliau:
َ َ‫ي فَالَ ُأبَالِى َغ ْي َر اَ َّن عَافِيَت‬
‫ك َأوْ َس ُع لِى‬ َ ‫اِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن بِكَ غ‬
َّ َ‫َضبٌ َعل‬
“... jika pada-Mu tidak ada kemurkaan kepadaku, maka aku tidak peduli (tidak masalah). Tetapi
keselamatan (dari)-Mu lebih luas bagiku.” (Khanz al-Ummal 3613, Majma’ al-Zawaid 96: 35).

Hadits ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW.:


َّ ‫َو َما اُ ْع ِط َي َأ َح ٌد َعطَا ًء َخ ْيرًا َواَوْ َس َع ِمنَ ال‬
‫صب ِْر‬
“Tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada
kesabaran.”(HR. Al-Bukhari 1469, Muslim 1053).

Abu Ali al-Daqqaq berkata, “Batasan minimal kesabaran adalah tidak menentang takdir.
Adapun menampakkan cobaan, tanpa ada unsur pengaduan, tidaklah menafikan kesabaran. Allah
SWT berfirman dalam mengisahkan Nabi Ayyub:
َ ّ‫اِن‬
َ ُ‫او َج ْدنَه‬
‫صابِرًا‬

“Sungguh kami (Allah) mendapati Ayyub sebagai orang yang sabar.” (QS. Shad: 44)
“Aku (Ayyub) terkena sakit.” (QS. Al-Anbiya’:83).
C. Pembagian Sabar
Kesabaran terbagi dua, kesabaran secara fisik oleh anggota badan (badany) dan kesabaran
oleh iwa (nafsany), dan masing-masing ada yang merasa sukarela(atas pilihan sendiri) atau
terpaksa. Dengan demikian maka kesabaran pada manusia terbagi empat:
Pertama: kesabaran anggota badan secara sukarela (badany ikhtiyary), yaitu seperti
menggeluti aktifitas fisik yangdan kemauan sendiri.
Kedua: kesabaran anggota badan secara terpaksa (badany dharury), seperti bersabar
merasakan sakitnya dihantam, sakit, penderitaan, kepanasan, kedinginan, dan lain-lain.
Ketiga: kesabaran jiwa secara sukarela (nafsany ikhtiyary), seperti kesabaran jiwa tidak
melakukan perilaku yang tidak baik di mata syariat dan akal sehat.
Keempat: kesabaran jiwa secara terpksa (nafsany dharury), seperti kesabaran jiwa ketika
dipaksa untuk berpisah dengan kekasih oleh suatu sebab.
Kita mengetahui bahwa pembagian empat tersebut adalah untuk manusia, tidak-lah untuk
hewan. Kesabaran untuk hewan adalah dua bagian dari empat bagian tersebut: yaitu kesabaran
badan dan kesabaran jiwa secara terpaksa. Akan tetapi, kesabaran hewan kadang lebih kuat
daripada manusia. Sedangkan keistimewaan manusia dibandingkan dengan hewan adalah pada
dua bagian kesabaran yang sukarela. Namun banyak manusia kwesabarannya menguat pada
bagian kesabaran yang juga dimiliki hewan (kesbaran terbaksa)-tidak pada bagian kesabaran
yang istimewa pada manusia-maka dalam hal ini dia masukl dalam kategori oranmg yang
bersabar tetapi tidak termasuk golongan orang-orang yang sobirin yakni bersabar karena
ketulusab hati tanpa merasa terpaksa untuk bersabar.
Mungkin ada yang bertanya, “apakah jin sama seperti manusia dalam hal sabar?” ya, sabar
adalah konsekuensi logis dari taklif (beban / tugas dari Allah), yang terdiri dari perintah dan
larangan. Maka jin juga dibebani bersabarterhadap pelaksanaan perintah dan pencegahan
larangan, sebagaimana kita dibebani demikian.
Apabila ditanyakan lagi, “apakah taklif kepada jin itu dengan bentukya sama ataukah berbeda
dengan bentuk taklif kepada kita?” sikap kejiwaan-seperti cinta, benci, iman, membenarkan,
menjalin kasih sayang dan bermusuhan pada jin sama dengan kita dalamhal ini.adapun tu tutan
tuntutan yang bersifat badany-seperti mandi besar, membasuh anggota badan dalam berwudlu,
cebok, klhitan, mandi selesai haid dan lain-lain. Tidaklah hjarus sama dengan kita dalam ukuran
pembebanan, karena taklif berstandar dengan ruipa penciptaan dan cara kehidupan mereka.
Pertanaan lagi,”apakah malaikat sama seperti kitadalam pembagian sabar tersebut? “ malaikat
tidak diuji dengan hawa nafsu yang memerangi akal dan pengetahuan mereka, bahkan bagi
mereka ibadah dan ketaata bagi nafas bagi kita. Maka tidak bisa dibayangkan pada mereka
bentuk kesabaran, yang notabene ketabahan yang membangkitkan agama dan akal pikiran untuk
mengahadapi dorongan keinginan dan awa nafsu. Meski demikian mereka berkesabara yang
sesuai bagi mereka, yaitu ketabha dan konsisitensi mereka terhadap habitat mereka, tanpa
perlawanan dengan hawa nfsu, keinginan atau perwatakan.
Maka manusia yang kesabaranya mengalahkan pendorong hawa nafsu dan keinginan,dia
sekelas malaikat; tetapi sebaliknya, jika pendorong hawa nafsu dan keibginannya mengalahkan
kesabarannya, maka dia seklas setan. Apabila pendorong abiat makan-minum dan bersetubuh
mengalahkan kesabarannya maka dia sekelas hewan.

D. Jenis – Jenis Sabar


1. Sabar dilihat dari variabelnya, terbagi tiga bagian:
a.       Kesabaran terhadap perintah dan ketaatan, hingga itu terlaksana.
b.      Kesabaran dari larangan dan penyimpangan, hingga ia tidak terjatuh ke dalamnya.
c.       Kesabaran menghadapi takdir dan penentun, hingga dia tidak marah.
Tiga bentuk kesabaran inilah yang dikatakan Abd al-Qodir (seorang sufi yang zuhud, pendiri
toriqoh qodiriah, wafat th. 561 H) di dalam futuh al-ghaib,”keharuan bagi hjamba terhadap
perintah adalah melaksanakan, terhadap larangan adalah menghindar, dan terhadap takdir adalah
bersabar.1[4]
2.  Sabar berdasarkan hukum lima
a.      Kesabaran yang wajib
Sabar yang wajib ada tiga:
Pertama, kesabaran dalam menjauhi keharaman,
Kedua, kesabaran dalam melaksanakan kewajiban,
Ketiga, kesabaran dalam mengahadapi musibah yang tidak dibuat hamba, seperti
kefakiran , sakit, dan lain-lain.

b.      Kesabaran yang sunnah

1
sabar yang sunnah adalah kesabaran tidak melakukan hal-hal yang makruh, kesabaran
melaksanakan hal-hal yang sunnah, dan kesabaran tidak membalas setimpal pada pelaku
kejahatan.
c.       Kesabaran yang haram
Adapun bentuk kesabaran yang dilarang (haram), jumlahnya cukup banyak, seperti
kesabaran tidak makan minum hingga meninggal. Bersabar tidak memakan bangkai,
darah, atau daging babi, ketika kelaparan (dan tidak ada makanan halal) adalah haram,
apabila dikhawatirkan akan menimbulkan kematian.
Imam Tawus (seorang tabi’in, ulama Fiqh dan Hadits yang zuhud, wafat th. 106 H)
kemudian didukung oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal mengatakan, orang yang dalam
keadaan darurat harus memakan ulat atau darah, tetapi jika dia tidak makan dan
akhirnya dia meninggal, maka dia masuk neraka.
d.      Kesabaran yang Makruh
Kesabaran yang makru, contohnya: bersabar tuidak makan-minum-bersetubuh yang
menyebabkan jasmani terganggu; bersabar tidak menyetubuhi istri, ketika istri
membutuhkan dan tidak mengganggunya; bersabar terhadap hal-hal yang tidak
mengenakan; dan bersabar tidak melakukan kesunnahan.
e.       Kesabaran yang boleh
Kesabaran yang boleh adalah kesabaran terhadap segala perilaku, yang kedua sisinya
sama-sama baik. Yakni dia berhak memilih antara melakukan, tidak melakukan dan
bersabar terhadap hal ini.
Jadi, kesabaran terhadap yang wajib adalah wajib dan bersabar tidak melaksanakan
yang wajib adalah haram. Bersabar untuk tidak melakukan yang haram adalah wajib
dan bersabar melakukan yang haram adalah haram. Bersabar terhadap yang sunnah
adalah sunnah, dan bersabar tidak melakukan yang sunnah adalah makruh. Bersabar
tidak melakukan yang makruh adalah sunnah, dan bersabar terhadap makruh adalah
makruh. Bersabar tidak melaksanakan yang mubah adalah mubah (boleh).

E. Konsep Sabar dan Syukur Menurut Al-Quran dan Hadist


Menurut M. Quraish Shihab, di dalam Al-Quran ditemukan perintah bersabar berkaitan
dengan sekian banyak konteks, antara lain:
1. Dalam menanti ketetapan Allah, seperti dalam QS. Yunus (10): 109, Dan bersabarlah
sehingga Allah memberi putusan.
2. Menanti datangnya hari kemenangan, seperti dalam QS. Al-Rum (30): 60, Dan
bersabarlah sesungguhnya janji Allah adalah hak (pasti).
3. Menghadapi ejekan (gangguan) orang-orang yang tidak percaya, seperti dalam QS. Thaha
(20): 130, Dan bersabarlah menghadapi apa yang mereka ucapkan (berupa ejekan dan
kritik').
4. Menghadapi kehendak nafsu untuk melakukan pembalasan yang tidak setimpal, seperti
dalam QS. Al-Nahl (16): 127, Dan bersabarlah, dan tiada kesabaranmu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka.
5. Dalam melaksanakan ibadah, seperti dalam QS. Maryam (19): 65, Maka mengabdilah
kepada-Nya dan bersabarlah dengan penuh kesungguhan dalam pengabdian kepada-Nya.
Demikian juga pada QS. Thaha (20): 132, Perintahkanlah keluargamu (melaksanakan)
shalat dan bersabarlah dalam pelaksanaannya.
6. Dalam menghadapi malapetaka, seperti dalam QS. Luqman (31): 17, Dan bersabarlah
menghadapi apa yang menimpamu.
7. Dalam usaha memperoleh apa-apa yang dibutuhkan, misalnya dalam QS. Al-Baqarah (2):
153, Dan mintalah bantuan (makanan dalam menghadapi segala kebutuhanmu) dengan
sabar (ketabahan) dan shalat (doa).

Hadist diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri,
Radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ص ْب ِر‬
َّ ‫س َع ِمنْ ال‬ ِ ‫صبِّ ْرهُ هَّللا ُ َو َما ُأع‬
َ ‫ْط َي َأ َح ٌد َعطَا ًء َخ ْي ًرا َوَأ ْو‬ َ َ‫َو َمنْ يَت‬
َ ُ‫صبَّ ْر ي‬

Bacaan Latin: “Waman yatashobbar yushobbar hullahu wamaa u’thiya ahadun a’thoan
khoyron wa awsaa’ min shobri”.

Artinya: “Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar, maka Allah akan mudahkan
kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala)
pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada sifat sabar.” [HR. Al-
Bukhâri No. 6105 dan Muslim No. 1053]

F. Pengertian Syukur
Syukur menurut bahasa artinya berterimakasih. Adapun menurut istilah, adalah merasa
gembira dan puas serta berterimaksih atas segala nikmat dan anugerah Allah yang dilimpahkan
kepadanya, sungguh pun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sikap dan sifat syukur tersebut
diwujudkan dalam bentuk meningkatkan amal ibadah dan ikhtiar, yang semuanya itu dilakukan
karena Allah dan untuk Allah. Kedudukan syukur mengisyaratkan kesadaran serta mencakup
ikhwal keluasan rahmat Allah atas hamba-Nya.

G. Lebih Utama Sabar Atau Syukur


Dalam hal ini Ibnu Faraj al-Jauzi meriwayatkan tiga pendapat: pertama, sabar lebih utama.
Kedua, syukur lebih utama. Ketiga, seimbang, sebagaimana Umar Ibn al-Khottob berkata, “jika
sabar dan syukur berwujud dua ekor unta maka aku tidak peduli yang mana aku menunggang.
1.    Argumen orang-orang yang bersabar
Para penyabar berkata, Allah SWT. Memuji sabar dan pelakunya, dia menyanjung sabar dan
memerintahkannya, dan Dia mengatakan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dengan
sabar. Dia juga menuturkannya di dalam, al-Qur’an dalam 90-an tempat.
Kiranya cukup untuk menunjuklan bahwa sabar lebih utam dengan sabbda Rasulullah SAW.
‫اَلطَّا ِع ُم اَل َّشا ِك ُر بٍ َم ْن ِزلَ ِة اَلصَّاِئ ِم اَلصَّابِ ِر‬
“orang tidak berpuasa yang bersyukur adalah sekelas dengan orang berpuasa yang
bersabar.” (H.R. Al-Titmidzi 3488, Ibnu Majjah 1769 dan Ahmad 2: 283).2[7]
2.   Argument orang-orang yang bersyukur
Orang-orang yang besyukur berkata, “hai orang-orang yang penyabar (yang mayoritas orang
fakir), kalian telah melangkahi tahapan, kalian mengumpulkan suatu kedudukan padahal ada
kedudukan lain yang lebih unggul, dan kalian mengedepankan sarana atas sarana, mengdepankan
sarana antara atas sarana tujuan, amal sempurna atas amalan yang lebih sempurna, amal utama
atas amalan yang lebih utama, pula kalian tidak mengenali syukur secara benar dan kalian tidak
mendudukan syukur pada martabatnya. Padahal Allah SWT. Menyejajarkan syukur dengan
dzikir (mengingati) Allah, yang dikehendaki-Nya dari makhluk. Dzikir dan syuikur adalah tujuan
diciptakannya makhluk dufan sasaran perintah, sedangkan sabar adalah pelayan dan penolong
keduanya, serta sebagai sarana bagi keduanya.

2
H. Hikmah Sifat Sabar dan Syukur

Berikut ini manfaat sabar dalam Islam, diantaranya.


1. Sabar merupakan akhlak para Rasul
Semua tingkah laku, sikap, dan sifat sudah di contohkan Allah SWT melalui para Rasul.
Para Rasul tidak mudah menyebarkan agama Islam. Banyak tantangan dan rintangan
yang harus mereka lalui. Namun mereka pantang menyerah untuk menyiarkan agama
Islam. Para Rasul tetap tabah dan sabar meskipun diolok-olok oleh kaum kafir.

Allah SWT berfirman, “Sungguh telah didustakan rasul-rasul sebelummu maka mereka
pun bersabar menghadapi tindakan pendustaan tersebut, dan mereka pun disakiti sampai
datanglah kepada mereka pertolongan kami.” (QS. Al An’am: 34)

2. Sabar adalah ladang pahala tanpa batas


Dalam surat Az Zummar ayat 10 dijelaskan bahwa Allah SWT senantiasa akan
memberikan balasan luar biasa kepada mereka berupa pahala yang lebih baik dan tanpa
batas, dimana pahala tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bersabar
dalam menghadapi ujiannya. Allah berfirman, Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az Zummar:10).
3. Sabar membuahkan kebahagiaan hidup
Allah ta’ala berfirman, “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati
dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (QS. Al ’Ashr: 1-3)
Umar bin Khatthab radhiyallahu’anhu mengatakan, “Kami berhasil memperoleh
penghidupan terbaik kami dengan jalan kesabaran.” (HR. Bukhari).

Manfaat sifat syukur adalah sebagai berikut :


1. Ditambahkan Nikmat
Seseorang yang selalu senantiasa mengucap syukur dengan kondisi apapun, maka Allah
akan menambahkan nikmatnya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh dan selalu iri
dengan kehidupan orang lain maka ia hidupnya akan semakin menderita. llah Ta’ala
berfirman dalam Al-Quran: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(QS. Ibrahim : 7).
2. Diampuni dosa-dosanya
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Allah SWT tidak memberi suatu
nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah
SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah
yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia
mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni
dosa-dosanya.” (HR. Hakim dan Baihaqi).
3. Bersyukur adalah Hal Utama di sisi Allah Ta’ala
Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda : “Allah SWT tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia
memuji Allah SWT atas nikmat-Nya,kecuali pujiannya itu lebih utama dari nikmat itu,
meskipun kenikmatan itu besar.” (HR. Tabrani).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari materi diatas dapat di simpulkan bahwa sabar dan syukur adalah salah satu ungkapan
terimakasih seseorang kepada sang pemberi nikmat, yang dapat di aplikasikan melalui lisan, hati,
juga perbuatan, yang memilik keutamaan pada al-qur’an, as-sunnah, dan atsar sahabat. Seorang
yang senantiasa bersyukur niscaya Allah tambah kenikmatannya, sedangkan seorang yang kufur
niscaya Allah ambil kenikmatannya, serta dapat menimbulkan bahaya dan bencana.
Untuk menanamkan sabar dan syukur pada diri, maka harus membiasakan diri dengan
perbuatan kebajikan, tidak mengutamakan dunia, senantiasa mengucap hamdalah, tidak
mengeluh dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ulya Ali Ubaid, Sabar dan Syukur, Jakarta: AMZAH ,2012.


Karman Supriana, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.

file:///H:/Kiat Ampuh untuk Menjad Pribadi yang Mudah Bersyukur_Renunga Islami.htm.

Al-Jauziyah, Ibnu al-qayyim, Sabar dan Syukur, Semarang: Pustaka Nun, 2010.
Hartati , Netty, dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Iman, Fauzul, Lensa Hati, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Al-Hafidz, Ahsin W., kamus Ilmu Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2012.
https://akurat.co/rahmah/id-1218336-read-manfaat-sifat-sabar-bagi-kehidupan-manusia?page=2

Anda mungkin juga menyukai