Anda di halaman 1dari 4

Pesan Al Quran dalam Menyikapi Kesulitan

Setiap manusia yang hidup pasti memiliki permasalahan masing-masing. Tidak terkecuali
mereka yang nampak dari luarnya bergelimang harta dan aneka kemewahan yang
mengelilingi mereka. Permasalahan dalam hidup tentu banyak sekali, bisa berupa masalah
sosial, ekonomi, psikis atau yang lainnya. Jika permasalahan ekonomi ialah faktor yang
sering dianggap sebuah permasalahan pelik, toh betapa banyak para public figure yang
bahkan memiliki seantero kemewahan pada akhirnya malah memilih mengakhiri hidupnya
sendiri karena dililit masalah lainnya.

Kemampuan survival dari derasnya permasalahan dalam hidup mutlak harus dimiliki setiap
individu. Bagaimana tidak, sebab jika kita tidak memiliki kemampuan tersebut maka
kejiwaan kita akan mudah terganggu dan yang paling mengkhawatirkan ialah timbulnya
keinginan untuk melakukan hal-hal negatif sebagai jalan “keluarnya”, semisal mengakhiri
hidup diri sendiri. Sebagai seorang yang beriman, tentu pondasi yang harus tertanam kuat di
sanubari kita ialah segala permasalahan yang menimpa hidup kita sejatinya ialah
kehendakNya. Serta Dia tak akan memberi ujian dan cobaan di luar batas kemampuan diri
kita. Itu dua prinsip utama yang harus dipegang betul dalam menjalani hidup.

Lantas mengapa manusia harus menanggung permasalahan atau cobaan dalam hidupnya?
Sudah barang tentu di sana terdapat banyak sekali hikmah bagi seseorang yang mau berpikir
jernih. Ujian dan permasalahan hidup pada hakikatnya ialah proses pembelajaran yang harus
dilalui manusia jika ia menginginkan kenaikan level pada kualitas spiritualnya. Ibarat siswa
yang melakukan proses pembelajaran, tentu ia harus melalui serangkaian ujian untuk bisa
melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Maka senyatanya permasalahan hidup ialah cara Tuhan untuk menguji sejauh mana kualitas
keimanan dan sisi spiritual hambaNya. Bagi hamba yang mampu melalui ujian tersebut maka
ia akan naik “kelas”. Sebaliknya, jika ia tak mampu melalui ujian tersebut maka ia akan
mengendap lebih lama dalam “kelas” tersebut. Sudah barang tentu semakin tinggi level
spiritual seseorang maka ujian yang akan ia terima makin menantang. Seperti bunyi pepatah,
makin tinggi pohon, makin kuat pula angin yang menerpa.

Resep Menghadapi Permasalahan

Seperti yang sudah disinggung di atas. Dua kata kunci yang harus selalu kita pegang erat
ialah, tidak satu pun ujian yang menerpa hidup kita tanpa seizinNya. Ini menandakan bahwa
Tuhan sendiri yang menghendaki segala ujian atau permasalahan tersebut “mengunjungi”
kita. Pun Allah sendiri telah berfirman, “Allah tidak akan membebani(memberi ujian) kepada
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS: Al Baqarah, 286). Dari ayat
tersebut kita bisa memetik pelajaran bahwa tak ada satu ujian atau beban dalam tiap masing-
masing individu yang melebihi batas kekuatannya. Ujian yang kita terima adalah ujian yang
memang sudah berada dalam level kekuatan kita. Itu prinsip yang harus dipegang betul.

Dalam firman lainnya, Dia memberikan informasi yang tak kalah penting bagi kita untuk
dijadikan prinsip dikala menghadapi ujian. Yaitu pada QS: Surat Asy Syarh,4-5, yang artinya,
“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan”. Menarik bila kita mencermati tafsir Washith menyoal tentang kedua ayat
tersebut, bahwa redaksi ayat tadi tidak menggunakan kata “setelah”. Maksudnya tidak
berbunyi, maka sesungguhnya setelah ada kesulitan ada kemudahan. Akan tetapi
menggunakan redaksi bersama. Ini menunjukkan betapa kemudahan tidak berjarak manakala
terdapat kesulitan. Ia berada sangat dekat dengan ujian atau kesulitan tersebut.

Dalam tafsir Baghawi dijelaskan lebih lanjut bahwa pengulangan ayat ini pada ayat kelima,
mengindikasikan bahwa Allah sendiri yang mengukuhkan janjiNya. Dia menggaransi betul
bahwa selalu ada jalan keluar terhadap setiap persoalan. Bahkan solusi tersebut berjarak
sangat dekat. Dengan catatan kita mau memiliki hati dan pikiran yang jernih dengan didasari
ketaqwaan dan tawakkal. Tafsir Al Baghawi, menginformasikan bahwa Sayyidina Hasan
berkata, tatkala ayat tersebut turun, Nabi SAW bersabda: “Berbahagialah kalian semua,
kemudahan benar-benar telah datang. Dan satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan
dua kemudahan”.

Para mufassirin berpendapat bahwa, dalam kebiasaan orang Arab ketika ada isim ma’rifat
(kata benda yang terdapat partikel al) diulangi sampai dua kali, yaitu pada kata: al’usri.
Sementara terdapat isim nakirah (kata benda umum atau yang tidak terdapat partikel al) yang
juga diulangi sebanyak dua kali, yaitu kata: yusran, maka kata yang terdapat al wajib dihitung
satu sementara yang tidak terdapat al dihitung dua. Maka ini memberikan pengertian bahwa
Allah hendak mendeklarasikan melalui ayatNya bahwa memang jika ada satu kesulitan maka
di situ pula akan terdapat dua kemudahan atau solusi ganda. Sekali lagi, pemahaman orang
yang beriman akan betul-betul menyadari bahwa tiap kesulitan, sebagaimana pun dahsyatnya,
Allah telah menyediakan solusi yang berbilang.
Melalui pesan Al Quran tadi kita bisa mengambil benang merah bahwa selalui ada lebih dari
satu solusi dari tiap permasalahan. Solusi berikutnya untuk menghadapi problematika ialah
dengan taqwa. Taqwa ialah dengan selalu menaati perintah dan menjauhi laranganNya. Hal
ini mengandaikan bahwa dalam menghadapi persoalan kita harus selalu memperhatikan opsi-
opsi mana saja yang sejalan dengan aturanNya dan mana yang menjadi pantanganNya. Itu
berarti kita dituntut untuk selalui sesuai dalam koridor jalanNya. Bahkan dengan cara
ketaqwaan semacam ini, Allah akan menjanjikan solusi. Hal ini sesuai dengan firmanNya
pada QS: At Thalaq, 2, yang artinya, “barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya”.

Mengapa taqwa bisa menjadi solusi? Tentu karena di dalam ketaqwaan ada sisi penghambaan
yang komprehensif. Maksudnya ialah seorang hamba dalam mencari solusi dia akan dipandu
pada track yang sesuai jalan yang benar menurutNya. Karena selalu memperhatikan dan
menimbang segala strategi pencarian jalan keluar. Ia tidak akan sembrono dalam menentukan
upaya mencari pemecahan masalahnya.

Masih mengacu pada Tafsir Baghawi, dalam menafsiri surat di atas. Ia menuturkan bahwa
pada suatu ketika sahabat Auf bin Malik Al Asyja’i mendatangi Nabi SAW untuk meminta
solusi atas putranya yang bernama Malik yang ditawan oleh musuh. Dalam curhatannya itu
pula, ia mengeluhkan krisis perekonomian yang melilitnya. Kemudian nabi SAW
memberikan solusi yaitu untuk bertaqwa, bersabar dan memperbanyak dzikir La hawla wa la
quwwata illa billah. Syahdan, tidak lama setelah itu putranya kembali pulang dan malah
membawa banyak unta, bahkan menurut sebuah riwayat lain menyebutkan bahwa putranya
membawa sebanyak 4000 unta. Dengan begitu dua kesulitan tadi nyatanya mendapatkan jalan
keluar yang bahkan luar biasa dahsyatnya. Maka masihkah kita ragu atas janjiNya?
Identitas Penulis:

Nama Lengkap : Muhammad Saiful Umam

Nama Pena : Saiful MU

Karya : Prosiding Muktamar Pemikiran Santri Nusantara (2019), Sebuah Kado Untuk
Fiya (2016), Luntamarja dan Kisah di Rel Kereta (Antologi, 2015)

Email : saifulmu7@gmail.com

No Hp : 081556779979

Anda mungkin juga menyukai