Anda di halaman 1dari 8

Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-Orang

Yang Berpuasa (Part 1)

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-
Baqarah : 183)

Seperti yang mungkin kebanyakan dari kita ketahui bahwa tujuan akhir dari puasa
adalah mendapatkan gelar sebagai orang yang bertakwa. Ibarat sepak bola, takwa
merupakan sebuah gol yang dapat membawa kita menuju kedalam sebuah
kemenangan. Dalam usaha mencapai kemenangan itu, tak ubahnya permainan
sepak bola, kita juga harus menyusun strategi untuk mencapai gol yaitu takwa itu
sendiri.

Dalam materi kultum kali ini, saya akan berbagi ilmu mengenai ketakwaan itu
sendiri. Menurut sumber yang saya dapatkan, ketakwaan itu dapat kita bagi menjadi
dua jenis. Jenis yang pertama yaitu Ketakwaan Individu. Ketakwaan ini merupakan
gol yang dapat kita raih dan kita sendiri yang merasakannya. Oleh karena itu,
ketakwaan jenis yang pertama ini tidak berhubungan dengan orang lain. Melainkan
berhubungan dengan diri kita sendiri. Sedangkan ketakwaan jenis yang kedua yaitu
Ketakwaan Sosial. Ketakwaan jenis ini merupakan ketakwaan yang melibatkan orang
lain dalam pelaksanaannya.

Ketakwaan Individu
 1. Qona'ah

"Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan
memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya,
Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah
yang demikian itu lebih baik bagi mereka)." (At Taubah (9):59)

Qana’ah yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki serta ridha dengan apa yang
telah Allah berikan. Sifat ini juga tidak berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau
berusaha dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi Qana’ah disini menjauhkan diri dari
sifat merasa kurang dan tidak puas yang berlebihan. Jadi orang yang Qana’ah itu
selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan penuh rasa
syukur kepada Allah SWT. Jika hal ini telah kita miliki, maka akan mendatangkan
rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.

Suasana hati yang damai dan penuh kesyukuran atas semua yang Allah berikan
kepada kita, baik itu kenikmatan maupun ujian,  ini hanya dapat dirasakan dan
dinilai oleh pribadi masing-masing. Sejauh mana tingkat Qana'ah kita. Oleh karena
itu lah Qana'ah itu termasuk jenis Ketakwaan yang sifatnya Individu.
Saudaraku yang saya cintai karena Allah, mungkin cukup sekian yang dapat saya
sampaikan dikarenakan keterbatasan waktu. Semoga kultum yang singkat ini dapat
bermanfaat dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ketakwaan
individu ini jumlahnya ada lima dan kitapun belum membahas mengenai ketakwaan
yang sifatnya sosial. Oleh karena itu insyaAllah kita akan lanjut kembali materi ini
esok hari. 
Forgive me if i have mistake, thank you for your attention.
Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Wednesday, July 18, 2012

Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-Orang


Yang Berpuasa-Part2

Melanjutkan kultum dengan tema Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol
nya Orang-Orang Yang Berpuasa.

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilaalamiin, kita dapat melanjutkan kembali materi kultum kita dengan


tema "Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-Orang Yang
Berpuasa". Seperti yang telah kita bahas, Ketakwaan Individu yang pertama yaitu Qana'ah.
dan InsyaAllah di pagi ini kami akan lanjutkan kembali matri tersebut.

2. Mudah Bertobat

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran (3):135).

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan,
mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya." (Al A’raf (7):201)
Ya, ketakwaan individu selanjutnya yaitu mudah bertobat. Apakah anda telah bertobat?
Apakah anda yakin tobat anda diterima? Anda yakin tobat anda sah? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut haruslah sering kita lontarkan pada diri kita agar kita senantiasa terus  bertobat.
Kenapa demikian? karena sebagai manusia, kita tidak luput dari lupa dan salah, selain itu
tobat kita pun memiliki kemungkinan tidak sah jika kita tidak memenuhi syarat tobat itu
sendiri.

Dalam kitab Riyadhus Shalihin yang ditulis oleh Imam Nawawi dengan judul asli Nuzhatul
Muttaqin, ada tiga syarat tobat yang harus dipenuhi, jika kemaksiatan yang dilakukan tidak
berkaitan dengan hak sesama manusia, yaitu:

1). Menghentikan kemaksiatan itu

2). Menyesalinya

3). Bertekad untuk tidak melakukan kemaksiatan itu lagi.

Jika ketiga syarat ini tidak terpenuhi, maka tobat yang anda lakukan tidak sah. 

Namun, jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ada satu syarat
lagi yang harus dipenuhi selain yang telah disebutkan di atas. Syarat keempat itu adalah
membebaskan diri dari hak tersebut.

Sekian materi kultum kita kali ini saya sampaikan. Semoga kita termasuk sebagai golongan
orang yang bertakwa yang selalu melakukan tobat dengan sungguh-sungguh atau tidak tobat
kemudian kumat, setelah itu tobat lagi dan kumat lagi yang sering kita sebut dengan sebutan
TOMAT, Tobat kemudian Kumat lagi.

Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-Orang


Yang Berpuasa-Part3

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Ta'ala atas berkat rahmat-Nya kita dapat dipertemukan
kembali di media dakwah modern ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahualaihi Wasalam yang telah membawa kita dari
jaman kegelapan menuju jaman terang benderang.
Materi Kultum Kita kali ini akan melanjutkan postingan kita yang terdahulu, yaitu
dengan tema "Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-
Orang Yang Berpuasa" Part ke 2. Langsung saja, ketakwaan individu selanjutnya
setelah Qana'ah dan Mudah bertobat yaitu:

3. Konsisten (Istiqomah)

Ciri dari orang yang bertakwa yang bersifatnya individu dan hanya dapat dinilai oleh
pribadi masing-masing lainnya adalah kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam
melaksanakan ibadah. Disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali bahwa orang
yang istiqomah yaitu menempuh jalan (agama) yang lurus/benar dengan tidak
berpaling
ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup ketika pelaksanaan semua bentuk
ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan istiqomah ketika meninggalkan semua
bentuk larangan-Nya.

Umar ra.  pernah berkata, "Istiqomah adalah komitmen terhadap perintah dan
larangan. Dan, janganlah melakukan tipu muslihat seperti tipu  muslihat serigala."
(Syarah & Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 1, Hal. 132).

Oleh karena itu sahabat Materi Kultum Kita yang dirahmati Allah, kita harus melatih
diri kita dalam bulan suci Rhamadhan ini agar senantiasa Istiqomah terhadap ajaran
Islam. Istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah dan istiqomah dalam
menjauhi larangan-larangan Allah. 

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu".  31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia
dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. 32. Sebagai hidangan
(bagimu) dari Tuhan yang  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
Fushshilat (41):30-32)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah",


kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada (pula) berduka cita. 14. Mereka itulah penghuni-penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al Ahqaf (46):13-14)

4. Sabar (2:45, 153) dan Bersyukur


Sebenarnya point ini terbagi menjadi dua, yaitu Sabar sebagai point ke-4 dan
Bersyukur point ke-5. Namun, karena keduanya dijelaskan dalam satu hadis, jadi
saya satukan kedua point tersebut.

Sungguh mengagumkan keadaan orang beriman, sesungguhnya setiap urusannya


menjadi kebaikan. Yang demikian tidak akan terjadi kecuali bagi orang beriman.
Sebab, jika dia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, maka dengan bersyukur itu
menjadi kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka
dengan kesabarannya itu, menjadi kebaikan baginya. (HR.Muslim)

Gol orang yang berpuasa yang keempat ini mengajarkan kita agar senantiasa
bersabar dalam melakukan sesuatu dan ketika mendapatkan musibah. Bersabar
berarti terus berjuang, tidak hanya bertahan. Ketika kita sakit maka kita bersabar
untuk terus mengobati rasa sakit itu, bukan pasrah atas keadaan. Ketika kita
menemui kegagalan dalam belajar, maka kita bersabar untuk terus belajar, bukan
pasrah atas kemampuan yang dimiliki. Jadi bersabar itu berarti aktif bukan pasif.

Dalam berpuasa ini kita sangat di uji kesabaran kita. Seorang suami diuji kesabaran
atas istrinya. Seorang istri di uji kesabaran atas suaminya. Bahkan banyak dari
sodara kita yang melaksanakan ibadah puasa ini di lingkungan yang bukan islami,
maka dia pun di uji kesabaran atas lingkungannya. Dan masih banyak lagi ujian yang
lainnya terutama di bulan suci Rhamadhan ini. Inilah ujian yang dapat
mengahantarkan kita kepada sebuah penghargaan termulia, yang didambakan
seluruh manusia, yaitu predikat sebagai orang yang bertakwa. Yang mana, tidak ada
manusia yang paling mulia di sisi Allah kecuali karena ketakwaannya. 

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. An Nahl (16):18)

Gol nya orang-orang yang berpuasa yang bersifat ketakwaan individu yang terakhir
yaitu senantiasa bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
Letak perbedaan orang yang sangat berbeda antara orang yang beriman dengan
orang yang tidak beriman. jika dia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, maka
dengan bersyukur itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia
bersabar, maka dengan kesabarannya itu, menjadi kebaikan
baginya. (HR.Muslim).

Sekian Materi Kultum Kita pagi ini mengenai Ketakwaan Individu dan insyaAllah
akan dilanjutkan besok pagi mengenai Ketakwaan Sosial. Semoga Rhamadhan tahun
ini kita dapat mencetak gol yang lebih banyak lagi. Terimakasih atas perhatiannya,
wabillahitaufiq wal hidayah, waAllahu a'lam.
Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarhakatuh.
Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya Orang-Orang
Yang Berpuasa-Part4

KETAQWAAN SOSIAL

Assalaamualaikum Warahmatulullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Ta'ala atas Rahmatnya kita masih diberi kesempatan
untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini dan melaksanakan ketaatan kepada
Allah Ta'ala di bulan Ramadhan. Di bulan ini adalah waktu dimana ibadah kita
dilipat gandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Semoga kita tetap
istiqomah dalam melaksanakan ketaatan ini. Sebagai lanjutan dari Materi Kultum
Kita dengan tema "Ketakwaan Individu dan Ketakwaan Sosial Sebagai Gol nya
Orang-Orang Yang Berpuasa" bagian ketiga atau "Part3", pagi ini mari kita pelajari
bagian ke empatnya (part4) yaitu tentang ketakwaan yang bersifat
sosial/menyangkut orang lain.

1. BERLAKU JUJUR

Ketakwaan sosial yang pertama yaitu


mengenai berlaku jujur. Berbicara soal kejujuran, kita selalu mengaitkannya dengan
lawan katanya yaitu dusta. Jadi Ketaqwaan sosial yang pertama ini mengharuskan
kita berlaku jujur kepada orang lain. Ketakwaan seperti ini dikatakan sebagai
ketakwaan sosial, karena menyangkut orang lian. 

“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu sumber kebaikan. Setiap
kebaikan itu menuju ke surga. Selama seseorang itu berlaku jujur, maka Allah
akan mencatatnya sebagai orang yang jujur.  Dan hendaklah kalian waspada
dengan kedustaan, sebab setiap kedustaan adalah sumber kejahatan. Dan setiap
kejahatan kesudahannya menuju neraka. Selama seseorang berlaku dusta, maka
Allah akan mencatatnya sebagai pendusta”. (HR.Bukhori & Muslim)

2. AMANAH

Ketakwaan sosial yang selanjutnya yaitu tentang amanah. Yaitu ketakwaan yang
bermakna menunaikan apa-apa yang dititipkan dan dipercayakan. Hal ini tidak
hanya menyangkut materi saja. Melaksanakan hak Allah pun merupakan amanah.
Memperlakukan orang lain dengan baik pun merupakan amanah.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.  28. Dan ketahuilah, bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar. 29. Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa
kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan[pembeda &
pertolongan], dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal
(8):27-29)

3. RENDAH HATI

Rendah hati adalah menyadari bahwa setiap kebaikan yang ada dalam diri
merupakan karunia dari Allah Ta'ala. Yaitu orang yang tidak bersombong diri
dengan apa yang dia miliki di dunia ini. 

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Al
Furqan (25):63)

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Lukman (31):18)

4. PEMAAF

Dalam bulan yang suci ini juga kita diharuskan untuk mensucikan diri dengan
meminta maaf atau saling bermaaf-maafan dengan orang lain. Tidak hanya di hari
raya Idul Fitri saja kita bermaaf-maafan. Sebaiknya bermaaf-maafan itu di setiap
saat, karena manusia tidak luput dari kesalahan. 

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun


sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(Ali Imran (3):134)

Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al A’raf (7):199)

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti
akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (Al Hijr (15):85)

5. SEDERHANA

Sederhana dalam segala hal merupakan hal yang sangat baik untuk kita lakukan.
Menggunakan baju yang sederhana lebih nyaman dibandingkan dengan baju  yang
mewah. Makanan yang sederhana akan lebih sehat dibandingkan dengan makanan
yang yang mewah. Coba bandingkan, sayur bayam+tempe/tahu+ikan+nasi atau
Junk Food? pastinya yang lebih sehat itu pilihan yang pertama, padahal menunya
sederhana. Pekerjaan yang sangat bagus adalah pekerjaan yang disederhanakan,
tidak ribet dan bertele-tele, tapi selesai dengan waktu cepat dan hasil yang sangat
baik.

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,


dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian. (Al Furqan (25):67)
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Lukman (31):19)

6. PENYANTUN

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.  274. Orang-orang yang
menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqarah
(2):273-274)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al
Qashash (28):77)

Mungkin cukup sekian Materi Kultum Kita pagi ini. Semoga bermanfaat dan
menambah wawasan anda. Terimakasih.

Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tambahan Materi

 Al qur’an

Anda mungkin juga menyukai