Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Mengetahui dan Memahami Tentang Akhlak Pergaulan Dalam islam


DISUSUN DALAM RANGKA MENGIKUTI MATA KULIAH AIK IV

DISUSUN OLEH :
1. Sri Ayu Kurniawati
2. Marfuah Syarifudin
3. Silvia Maulina Ulfa

(201310170311094)
(201310170311095)
(201310170311097)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa
dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Akan menjadi
sesuatu yang aneh atau sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena
memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah
berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan
manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk
khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama
manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah
mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaanNya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar,
sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil.
Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi
hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain,
kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT.

1.2.
a.
b.
c.
d.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan akhlak dan pergaulan?
Bagaimanakah akhlak pergaulan dalam Islam yang benar?
Bagaimanakah akhlak pergaulan muda mudi yang terjadi saat ini?
Bagaimanakah cara bergaul dengan teman sesuai dengan akhlak pergaulan sesuai

syariat Islam?
e. Bagaimanakah cara bergaul dengan orang tua sesuai dengan akhlak pergaulan dalam
Islam?
f. Manfaat apakah yang diperoleh dengan pergaulan?
g. Bagaimanakah cara bergaul dengan guru atau dosen yang sesuai dengan akhlak
pergaulan dalam Islam?
1.3.

Tujuan
a. Dapat menjelaskan definisi dari akhlak dan pergaulan.
b. Dapat menjelaskan akhlak pergaulan dalam Islam yang benar.
c. Dapat mengetahui situasi akhlak pergaulan muda mudi saat ini.

d. Dapat menjelaskan cara bergaul dengan tepat sesuai akhlak pergaulan sesuai syariat
Islam.
e. Dapat menjelaskan cara bergaul dengan orang tua sesuai dengan akhlak pergaulan
dalam Islam.
f. Dapat menjelaskan cara bergaul dengan guru atau dosen yang sesuai dengan akhlak
pergaulan dalam Islam.
g. Dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari pergaulan.

BAB II
ISI
A. Definisi dari akhlak dan pergaulan
1.1Apa itu akhlak?
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat, perangai,
kebiasaan, bahkan agama. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa
yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan
diangan-angankan lagi.
Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah
lain.
Akhlak terbagi menjadi dua yaitu:
Akhlaaqul mahmudah (akhlak yang terpuji )

Yang termasuk Akhlaaqul mahmudah : ikhlas, sabar, syukur, khauf (takut kemurkaan
Allah),Roja (mengharapkan keridhaan Allah), jujur adil, amanah, tawadhu (merendahkan
diri sesama muslim), bersyukur.
Akhlaaqul madzmuumah (akhlak tercela )
Yang termasuk Akhlaaqul madzmuumah adalah : tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu
dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur
(membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan
pemarah.

1.2Apa itu Pergaulan?


Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa
dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Sungguh menjadi
sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri.
Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain
dalam kehidupannya. Seperti yang diungkapan pada Surah Al-Hujurat yakni:

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al Hujurat [49]:13)

Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah
berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan
manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk
khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama
manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah
mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaanNya.

B. Akhlak Pergaulan dalam Islam


Seorang mukmin dalam menjalankan kehidupannya tidak hanya menjalin
hubungan dengan Allah semata (habluuminallah), akan tetapi menjalin hubungan juga

dengan manusia (habluuminannas). Saling kasih sayang dan saling menghargai haruslah
diutamakan, supaya terjalin hubungan yang harmonis. Rasulullah saw bersabda: Tidak
dikatakan beriman salah seorang di antaramu, sehingga kamu menyayangi saudaramu,
sebagaimana kamu - menyayangi dirimu sendini. (HR. Bukhari Miisllm).
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika
Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya.
Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan
kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah
islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu taaruf, tafahum, dan taawun.
Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.

Taaruf.
Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan
saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau
memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata taaruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita
akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan taaruf kita dapat
membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri
seseorang.
Tafahum.
Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul
dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia
sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami
kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa
yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat
ditentukan oleh agama teman dekat kita.
Masih ingat ,Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak
wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang
bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan
memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.Tak dapat dipungkiri, ketika kita
bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju
kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang
akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul
majmumah ).

Taawun.
Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap
taawun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa
cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada
ummatnya untuk saling menolong, sepeti dalam Surah Al-Maidah, yakni:

Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah (5): 2).
Adapun contoh tolong-menolong dalam kebaikan adalah :
a. Meringankan beban hidup, menutupi aib, dan memberikan bantuan
kepada seseorang, seperti Hadis Nabi berikut ini yang artinya :
Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari suatu kesulitan
dunia maka Allah akan melapangkannya dari kesusahan pada hari
kiamat. Barangsiapa yang meringankan suatu penderitaan seseorang
maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat.
Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah
akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu
memberi pertolongankepada seseorang selama orang tersebut suka
menolong saudaranya (HR. Abu Daud).
b. Mengunjungi saudaranya pada saat dia sakit, seperti Hadis Nabi
berikut ini yang artinya : Hak muslim atas muslim lainnya ada lima
macam, menjawab salam, mengunjungi orang yang sakit, mengiringi
jenazah kekuburnya, memenuhi undangan dan mendoakan ornag
yang bersin. (HR. Bukhari).
Taaruf, tafahum , dan taawun telah menjadi bagian penting yang harus kita
lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah.
Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan
saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta
dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya.

C. Akhlak Pergaulan yang terjadi pada muda mudi saat ini


Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial.
Adanya interaksi antara sesama individu jelas dapat menimbulkan dampak positif maupun
negatif. Tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan sendiri dapat membuat
seorang individu menjadi pribadi yang jauh dari kesesuaian akhlak pergaulan yang
dianjurkan dalam Islam. Sifat yang ditimbulkan antara lain adalah :
1. Ghibah (gunjing)
Ghibah merupakan perilaku negatif dan dilarang dalam Islam karena perbuatannya
yang menimbulkan hal yang tidak baik (banyak menimbulkan kerugian). Disamping itu
adanya ghibah dapat menimbulkan sakit hati hingga dapat menghancurkan tali
persaudaraan seperti dalam firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat, yaitu:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhi kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat Lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat
[49]:12)
2. Namimah (memfitnah)
Namimah merupakan perbuatan yang dilarang agama karena banyak mendatangkan
dampak negatif yang tidak kita harapkan. Namimah yang lebih dikenal dengan menfitnah
merupakan perbuatan yang berdampak negatif, akibat perbuatan ini tali silaturrahim
dapat putus dan hancur, keluarga yang harmonis bisa jadi berantakan, sebab orang yang
melakukan perbuatan namimah ini memiliki tujuan tertentu seperti ingin menghancurkan
dan mencerai beraikan hubungan silaturrahim baik secara individu maupun kelompok.
Orang yang suka menfitnah biasanya memiliki sifat tidak senang melihat orang lain
sukses, memiliki rasa iri hati dan merasa senang jika orang lain menderita atau gagal.

Banyak kasus fitnah yang terjadi di masyarakat, rumah, sekolah dan lingkungan dimana
kita berada. Untuk itu kita harus berhati-hati dengan khabar atau informasi yang
disampaikan orang lain. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, sebaiknya kita waspada
dengan jalan mengecek kebenaran kabar atau informasi tersebut, Allah SWT berfirman
dalam surat al-Hujurat : 6

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jika datang seorang yang fasik kepadamu
membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui kebenarannya) agar
tidak menyebabkan kaum berada dalam kebodohan (kehancuran) sehingga kamu
menyesal terhadap apa yang kamu lakukan (QS. Al-Hujurat : 06)
3. Perkelahian (adu fisik)
atau kontak fisik antar individu juga merupakan bagian dari bentuk negatif dalam
pergaulan remaja yang sangat dilarang oleh agama. Perkelahian biasanya dipicu oleh
kata-kata yang saling menghina atau merendahkan kemudian terjadilah perang mulut,
saling mencaci. Hal itu berakhir pada kontak fisik dengan tindakan saling pukul. Yang
menyebabkan terjadinya perkelahian diantaranya; salah paham, merasa tersinggung atau
terhina, atau mungkin merasa jagoan diantara teman yang lain. Perbuatan ini
mengakibatkan rusaknya hubunga persahabatan, hubungan keluarga atau hubungan antar
kelonpok.
Dampak lain dari perkelahian adalah timbulnya rasa dendam, jika tidak segera
berdamai maka masalahnya akan berlarut-larut dan berujung pada perkelahian yang lebih
besar, seperti tawuran antar kelompok bahkan antar warga, dan lain sebagainya.
Sebaiknya hal ini jangan sampai terjadi, sebab kalau terjadi, dapat kita bayangkan yang
menang tidak dapat apa-apa, yang kalah apalagi. Oleh karena itu jika ada teman atau
saudara kita yang berselisih maka hendaklah kita cepat-cepat mendamaikan diantara
keduanya sesuai dengan ayat 10 surat al-Hujurat yang berbunyi:

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat : 10)

D. Akhlak Pergaulan pada Teman


Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan kasih sayang. Kecenderungan
untuk saling mengenal dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya merupakan suatu hal
yang diatur dengan lengkap dalam ajaran Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk
hidup menyendiri, termasuk melakukan ibadah ritual sendirian di tempat tersembunyi
sepi, terpencil, dnn jauh dari peradaban manusia.
Merupakan suatu hal yang wajar dan diajarkan oleh Islam, jika manusia bergaul
dengan sesamanya sebaik mungkin, dilandasi ketulusan, keikhlasan,

kesabaran, dan

hanya mencari keridaan Allah Swt.


Rasulullah saw hersabda: Seorang mukmin yang bergaul dengan sesama manusia serta
bersabar (tahan uji) atas segala gangguan, mereka lebih baik daripada orang mukmin
yang tidak bergaul dengan yang lainnya serta tidak tahan uji atas gangguan mereka.
(HR. Tirmidi)
Bergaul dengan sesama atau teman sebaya, baik dalam umur, pendidikan,
pengalaman, dan sebagainya, kadang-kadang tidak selalu berjalan mulus. Mungkin saja
terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadi salah pengertian (mis understanding)
atau bahkan ada teman yang zaim terhadap kita serta suka membuat gara-gara dan
masalah.
Menghadapi persoalan seperti itu, hendaklah kita mensikapi dengan sikap terbaik
yang kita miliki. Jika ada yang berbuat salah, hendaklah kita segera memaafkan
kesalahanya sekalipun orang yang berbuat salah tidak meminta maaf. Begitu juga apabila
kita berbuat kesalahan atau kekeliruan, hendaklah kita segera meminta maaf kepada orang
yang kita sakiti, baik disengaja maupun tidak disengaja. Perkara orang itu memaafkan kita
atau tidak, itu bukan urusan kita. Kewajiban kita adalah segera meminta maaf dan
memaafkan.
Jika memiliki masalah, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya, sehingga masing-masing
bisa saling memahami dan saling memaafkan. Kita dilarang untuk bermusuhan, apalagi
dalam waktu yang cukup lama.
Rasulullah Saw bersabda: Tidaklah halal bagi seorang muslmi mendiamkan (tidak
mengajak bicara) sit van in yang muslim lebih dari tiga hari. Jika keduanya bertemu, lalu
ingin memalingkan muka, dan yang lain pun demikian juga. Dan yang paling baik di

antara keduanya adalah yang terlebili dahulu mengucapkan salam. (HR. Bukhari
Muslim)

E. Akhlak Pergaulan pada orang tua


1. Menjaga Akhlak Kepada kedua orang tua
a.

Mentaati perintah kedua orang tua


Manusia penting untuk selalu menjaga akhlak kepada orang tua. Manusia harus

mentaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan
keburukkan bagi anak anaknya, jadi apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk
kecintaan yang tulus tanpa pamrih.
Keutamaan menjaga akhlak kepada orang tua melebihi keutamaan berjihad dijalan
Allah,sebagaimana dalam hadis Abdullah binMasud r.a., yaitu sebagai berikut :
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW.: Amalan yang paling utama? Beliau menjawab:
shalat tepat pada waktunya.Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab:
Berbakti kepada kedua orang tua. aku bertanya lagi: kemudia apa? Beliau menjawab.
Berjihad dijalan Allah. (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.)
b.Menolak perintah bermaksiat kepada allah dan rasul-Nya dengan cara baik dan Beretika
Keterbatasan pengetahuan dan keimanan, orang tua memerintahkan sesuatu yang
bertentangan dengan perintah Allah maupun Rasulullah, jadi dalam keadaan semacam ini,
agar akhlak kepada orang tua tetap terjaga, kita diperintahkan untuk menolak dengan cara
cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Luqman ayat 15
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan akusesuatu yang tidak
da pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduannya, dan pergaulilah
keduanya didunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan (QS. Luqman :15
c. Berkata sopan dan tidak melukai hati
Menjaga akhlakkepada orang tua dapat dilakukan dengan menjaga adab berbicara
kepada kedua orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan
tidak menyakiti hati. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra Ayat 24.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan
ucapkanlah doa : Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduannya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku waktu kecil.
d. Merawat kedua orang tua lanjut usia dengan sabar dan ikhlas
Agar Akhlak kepada orang tua seorang muslim tetap terjaga hendaknya mereka
menjaga orang tuanya hingga kahir hayatnya. Allah berfirman dalam Q.S. A-Isra ayat 23
Bila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut disisimu, maka
janganlah kamu katakan : uhf! dan jangan pula menghardik, dan katakana kepada mereka
perkataan yang mulia!
e. Mendoakan orang tua semasa hidupnya dan setelah meninggal dunia
Islam menganjurkan umatna untuk senantiasa menjaga akhlak kepada orang tua ,
berbuat baik kepada orang tua dalam keadaan apapun , dalam keadaan beriman maupun
kafir, dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan senang maupun susah, dalam
keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan hidup maupun sudah meninggal
Dalam hadis riwayatAbu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, yang bersumber
dari Abu Usaid bin Malik bin Rabiah As-Saidi
Bahwa seorang laki laki Bani Salamah dating kepada Rasulullah, apakah masih ada sesuatu
yang aku dapat lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?
Beliau bersabda , Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampun, menunaikan
janjinya, menyambungpersaudaraan yang tidak disambungkecuali Karena keduanya, dan
memuliakan kawan kawan mereka.
2.Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)
a. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan
anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir
darah orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang
tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan
demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai
anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini

mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan
sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang
diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak
yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendoakan
mereka setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada
orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut
sampai kedua orang tuanya meninggal.
b.Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain
apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang
mensubsidi bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka
bawa dari dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang
mendoakannya.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak
mendapatkan limpahan pahala dari doa yang disampaikan anaknya.Hal ini juga
mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendoakan orang tuanya yang sudah
meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, doa yang paling besar kemungkinan diterima
Allah adalah doa seorang anak untuk orang tuanya dan doa oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai
orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut
sampai mereka wafat.

Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Quran dan Hadits


a. Al-Quran


)

(
Artinya:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun[1].


Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua[2], karib-kerabat[3], anak-anak yatim[4],
orang-orang miskin[5], tetangga dekat dan tetangga jauh[6], teman sejawat[7], ibnu sabil[8]
dan apa yang kamu miliki[9]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong

dan

membanggakan

diri

[10]

See

more

at:

http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-816.html#sthash.s72G966T.dpuf
b. Dasar Al-Hadis
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Masud berkata:

: :

:

( ) .
: :
Artinya:
Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab,
sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau menjawab, berbuat baik
kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau menjawab, jihad di
jalan Allah. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:


:


( )

Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah
terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan
kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
:

:
: : : : : : :

( ) :
Artinya:

Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata:
Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi
menjawab: Ibumu. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: Ibumu. Dia
bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: Ibumu. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi
menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki
yang sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW, Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya? Beliau menjawab, Belum,
walaupun secuil.2)

F. Akhlak Pergaulan pada Dosen/guru


Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid.dengan kata lain guru
merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar
bimbingan orang tua dirumah,sehingga akhlakul karima terhadap guru perlu di rerapkan
sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Adapun akhlak mahasiswa terhadap dosen atau guru adalah sebagai berikut :
1. Jika menghadap guru maupun berkunjung haruslah dengan penuh hormat dan
2.

3.
4.

menghormati serta menyampaikan salam terhadap guru atau dosen


Jangan terlalu banyak bicara dikala sedang berada di hadapan guru, lebih-lebih
pembicaraan yang tiada arti atau manfaatnya
Jangan mengajak bicara guru atau dosen kecuali kalau memang diajaknya.
Janganlah sekali-kali mengajukan pertanyaan sebelum terlebih dahulu meminta izin

6.

kepada sang guru atau dosen bahkan diberi kesempatan bertanya.


Jangan sekali-kali menyanggah ataupun menegur ucapan guru atau dosen.
Jangan memberikan isyarat kepada guru atau dosen yang isyarat itu dapat

7.

menimbulkan khilaf dengan pendapatnya


Jangan mengadakan permusyawarahan dengan teman di tempat duduk guru atau

8.

dosen, atau berbicara dengan guru atau dosen sambil tertawa.


Manakala duduk di hadapan guru atau dosen hendaklah yang tenang, jangan menolah-

5.

noleh atau berpaling kesana-kemari. Hendaklah duduk tawadlu sebagaimana sewaktu


9.

sedang melakukan sholat


Jangan banyak bertanya sewaktu guru atau dosen kelihatan kurang berkenan atau
kelihatan bosan.

10.

Sewaktu guru atau doosen berdiri hendak pergi, maka hendaklah berdiri pula untuk

11.

memberi penghormatan
Dikala guru atau dosen hendak pergi, jangan sekali-kali dihentikan hanya akan

12.

mengajukan pertanyaan
Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan kepada guru atau dosen di tengah jalan,

13.

tetapi bertanyalah di tempat yang baik, di rumah, ataupun di ruang khusus.


Jangan sekali-kali berprasangka jelek terhadap guru mengenai tindakannya yang
kelihatan mungkar menurut pandangan murid atau mahasiswa. Sebab guru atau dosen
lebih mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam tindakannya tersebut. Jika
murid atau mahasiswa mengetahui hal yang seperti itu, lebih baik mengingatkannya
dengan jalan seperti yang telah ditempuh oleh Nabi Musa a.s. sewaktu mengingatkan
Nabi Khidhr, yaitu sebagaimana yang tersebut dalam Q.S. Al-Kahfi : 71,yang artinya:
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata:Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar.

G. Manfaat dari Bergaul


Telah di jelaskan dalam sabdanya bahwa , Rasulullah bersabda, Seseorang itu
menurut agama temannya, karena itu hendaknya seseorang diantara kalian melihat dengan
siapa dia bergaul. ( HR. Adu Dawud dan Tirmidzi dari abu Hurairah ).
Karena itu tidak heran apabila seseorang itu merupakann guru bagi orang lain di
sekitarnya. Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian
halnya dalam etika, pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu
disebabkan oleh pengaruh kedekatan dan pengaruh cinta. Dia tidak berdiam diri kecuali
dia adalah sebuah duplikasi, yang mengulang-ngulang perkataannya, yang menampakkan
perilakunya dalam perbuatan-perbuatan nya yang tanpa disadari.
Imam Ali RA berkata, bergaullah dengan orang yang bertakwa dan berilmu,
niscaya kalian bisa mengambil manfaatnya, karena bergaul dengan orang yang suka
berbuat baik bisa diharapkan (kebaikannya). Jauhilah kerusakan, sungguh jangan bergaul
dengan orang -orang yang rusak moralnya, karena bergaul dengan mereka akan menular
kepada Anda. Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina (rendah akhlaknya)
karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul, yaitu:
1. Ajang memastikan identitas diri
Anak bisa melihat apakah dirinya populer di lingkungan teman-temannya atau tidak.
Sebab, yang terlibat jalan bareng teman adalah anak-anak yang sudah terpilih di dalam

peer group-nya. Untuk terpilih di dalam peer group biasanya harus memiliki
persyaratan tertentu. Jika anak terpilih berarti ia sudah diterima di lingkungan peer
group-nya dan ini bisa. Membuat anak lebih percaya diri, ia pun akan lebih
memahami identitas dirinya.
2. Meningkatkan
kemampuan

berinteraksi

dan

ikatan

pertemanan.

Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran,
sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini
akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan
meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
3. Memenuhi kebutuhan otonomi
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau.
Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih
leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut
wajar, tidak masalah.
4. Memperkaya pengalaman
Pengalaman anak terhadap dunia luar akan meningkat. Misalnya, ketika menonton
film di bioskop, ia tahu banyak informasi yang di sajikan di film tersebut; ketika
makan di restoran, ia jadi tahu bahwa makanan di restoran berbeda dari masakan di
rumah; ketika bermain di game zone, ia tahu situasi dan kondisinya yang begitu ramai
dan riuh; ia juga bisa bertemu dengan berbagai karakter orang beserta gaya dan model
berbusananya; ia tahu apa saja yang sedang tren pada saat itu, dan banyak lagi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.


Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa
dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Akan menjadi
sesuatu yang aneh atau sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena
memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya namun pergaulan harus di barengi dengan akhlak yang mulia sehingga
menciptakan kehidupan harmonis dan dinamis serta di ridhoi oleh Allah SWT.

B. Saran
Janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita
dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi
sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar.
Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena
ketakwaannya kepada allah swt

DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/6128489/Makalah_Akhlak_Remaja
http://abarokah51.blogspot.co.id/2012/11/akhlak-terhadap-orang-tuadan-guru_439.html
http://rangga-bachdar.blogspot.co.id/2012/05/akhlak-pergaulan-dalamislam.htmlhttp://makalahapaajaboleh.blogspot.co.id/2015/01/makalahtentang-akhlak-dalam-pergaulan.html
http://suratpendekalquran.blogspot.co.id/
http://nugraharian49.blogspot.co.id/2013/11/makalah-akhlak_15.html

http://laili-masruroh.blogspot.co.id/2013/01/akhlak-di-kampus-menurutagama-etika.html
http://mochfazrulhidayat.blogspot.co.id/2014/10/makalah-akhlakkepada-kedua-orang-tua.html

Anda mungkin juga menyukai