Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nafi’un Lighairihi berasal dari bahasa arab yang berarti bermanfaat bagi orang
lain. Nafi’un Lighairihi merupakan salah satu muwashofat seorang muslim.
Seorang muslim harus bisa memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia lainnya”. Dalam hadist tersebut dapat dikatakan bahwa
Rasulullah SAW ingin umatnya bisa menebar kebaikan-kebaikan di muka bumi,
dan saling tolong-menolong satu sama lain tanpa melihat segala perbedaan
didalamnya.
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan
menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan
pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat
kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita
sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Untuk itu
penulis membuat makalah yang berjudul “Pengertian, Urgensi, dan Kisah terkait
Nafi’un Li Ghairihi”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang
akan dibahas didalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian Nafi’un Li Ghairihi?
2. Apa rgensi Nafi’un Li Ghairihi?
3. Salah satu kisah terkait Nafi’un Li Ghairihi?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Nafi’un Li Ghairihi.
2. Mengetahui urgensi Nafi’un Li Ghairihi.
3. Mengetahui salah satu kisah Nafi’un Li Ghairihi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nafi’un Li Ghairihi

Nafi’un Lighairihi berasal dari bahasa arab yang berarti bermanfaat bagi
orang lain. Nafi’un Lighairihi merupakan salah satu muwashofat seorang muslim.
Seorang muslim harus bisa memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia lainnya”. Dalam hadist tersebut dapat dikatakan bahwa
Rasulullah SAW ingin umatnya bisa menebar kebaikan-kebaikan di muka bumi,
dan saling tolong-menolong satu sama lain tanpa melihat segala perbedaan
didalamnya.

Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun
dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat
besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan
tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu
berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal mungkin agar dapat
bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu
tidak bisa mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.
Terdapat sebuah kisah dari hadist Nabi SAW yang menceritakan keadaan
Abu Hurairah yang sedang beri’tikaf di Masjid Nabawi. Pada saat itu Abu
Hurairah melihat seseorang di masjid yang sama, dalam keadaan bersedih duduk
di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya dan menanyakan mengapa
seseorang itu terlihat sedih. Setelah Abu Hurairah tahu permasalahan yang
dimiliki oleh seseorang itu, Abu Hurairah menawarkan bantuan, seraya berkata
“mari kita keluar, saudaraku. Aku akan memenuhi keperluanmu.” Orang tersebut
kaget “apakah kau akan meninggalkan i’tikafmu demi menolongku?”. Abu
Hurairah pun menjawab, “Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengan Rasulullah
bersada, ‘Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi
kebutuhan saudaranya lebik baik daripada i’tikaf di masjidku selama sebulan’.”

2
Rasulullah benar-benar ingin melihat kita sebagai umatnya untuk senantiasa
berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.
Tidak hanya kepada sesama manusia, manfaat juga bisa ditebarkan kepada
alam sekitar kita. Salah satunya dengan tidak berbuat dzalim kepada binatang
maupun tumbuhan yang tidak bersalah. Memang ada ya binatang atau tumbuhan
yang bersalah?~mikir~ Karena sekecil apapun kebaikan kita, akan mendapatkan
ganjaran dari Allah SWT, asalkan dilakukan ikhlas karena Allah dan dengan
mutaba’ah. Kita bisa bercermin dari kisah seorang pelacur yang memberi minum
anjing yang kehausan. Bahkan, manfaat yang terkadang kita anggap kecil ini
ternyata besar di sisi Allah, di akhir kisahnya, wanita ini mendapat ampunan dari
Allah dan menjadi ahli surga karena pertolongan yang ia berikan pada seekor
anjing tersebut.

B. Urgensi Nafi’un Li Ghairihi

Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah


kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah, maka orientasi hidupnya
adalah memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat
bagi sesama, nafi’un li ghairihi. Kita dapat memberikan manfaat kepada orang
lain, karena setiap manusia mempunyai potensi untuk itu, caranya yaitu :

1. Dengan ilmu. Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita, kita
bagikan kepada orang lain. Kita mengajari orang lain, melatih orang lain,
dan memberdayakan mereka. Ilmu ini tidak terbatas pada ilmu agama,
tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan, keterampilan hidup, serta
keahlian dan profesi.
2. Dengan harta. Kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk
membantu sesama. Yang wajib tentu saja adalah dengan zakat ketika harta
itu telah mencapai nishab dan haulnya. Setelah zakat ada infaq dan
sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas.

3
3. Dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan orang
lain, membantu mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan
urusan mereka, dan sebagainya.
4. Dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang
menenangkan dan mengajak kepada kebaikan.
5. Dengan sikap kita. Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita
kepada sesama, serta senyum kita di hadapan orang lain. Sederhana,
mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan kemanfaatan kepada
orang lain. Kelima hal nafi’un li ghairihi itu, jika kita lakukan dengan
ikhlas, Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala.

Bermanfaat bagi orang lain atau nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan
kepada setiap muslim wa muslimah. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat
yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan
keberadaannya karena bermanfaat besar. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu
berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal mungkin agar dapat
bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu
tidak bisa mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.

Adapun aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam


kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;


2) Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);
3) Melaksanakan hak-hak anak;
4) Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;
5) Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;
6) Mendorong orang lain berbuat baik;
7) Membantu yang membutuhkan;
8) Membantu yang kesulitan;
9) Membantu yang terkena musibah;
10) Menolong yang terzhalimi;

4
11) Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;
12) Memberi makan orang lain;
13) Mendo’akan yang bersin.

Memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu
membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir.
Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada
hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita
menolong orang lain, Allah akan menolong kita.

Allah SWT berfirman:

‫س ْنت ُم أِل َ ْنفُ أ‬


‫س ُك ْم‬ َ ْ‫س ْنت ُ ْم أَح‬
َ ْ‫إأ ْن أَح‬

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri
(QS. Al-Isra’:7)

C. Kisah Terkait Nafi’un Li Ghairihi

Nabi Muhammad lahir ke dunia ini membawa banyak manfaat untuk orang
lain,contohnya saja perubahan yang dibawa oleh ajaran Rasulullah terhadap
bangsa Arab yaitu sebagai berikut:

1. Segi Agama
Bangsa Arab di zaman jahiliah kebanyakan adalah penyembah patung dan
suka menyembelih hewan-hewan dan dikurbankan dihadapan patung-
patung. Meraka pun suka berperang serta tata kehidupannya tidak teratur
dan semaunya sendiri. Ketika Islam datang membawa undang-undang dari
Allah yakni al-Qur’an yang mengatur kehidupan mereka, baik yang
mengenai hubungan antar individu maupun antar suku juga mengenai
kepercayaan (hubungan dengan tuhan) juga mengenai ibadah seperti
Puasa, Shalat dan Zakat kemudian saling menghormati sesama. Ajaran
Islam benar-benar menghidupkan jiwa bangsa Arab menjadi bangsa yang
berkebudayaan tinggi.

5
2. Segi Kemasyarakatan
Satu pengaruh yang menonjol dalam Islam terhadap mental bangsa Arab
ialah timbulya kesadaran akan arti pentingnya disiplin dan ketaatan,
sebelum Islam datang kesadaran yang demikian sangat tipis bagi mereka.
Padahal untuk membina masyarakat yang teratur dan tertib diperlukan
disiplin dan ketaatan pada zaman sebelum Islam orang menuntut bela
dengan cara menghakimi sendiri-sendiri sehingga yang kuat bisa berbuat
semaunya. Termasuk terhadap wanita Islam memberikan hak dan derajat
yang lebih baik, juga Islam memberantas perbudakan
3. Segi Politik
Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku dan berdiri sendiri-
sendiri, mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional yang ada hanyalah
ikatan suku. Dasar perhubungan sesama suku atau kabilah berdasarkan
pertalian darah. Jika salah seorang diantara mereka teraniyaya maka
seluruh anggota kabilah akan bangkit membelanya semboyan mereka
adalah “tolongi saudaramu baik dia menganiaya maupun dianiyaya”
sesudah Islam datang sifat kekabilahan itu ditinggalkan dan timbulah
kesatuan persaudaraan dan kesatuan agama, meraka bernaung dibawah
panji kalimat syahadat. Dasar pertalian darah diganti dengan dasar
pertalian agama. Bangsa Arab yang tadinya tercerai berai, berkelompok,
berkat agama Islam menjadi bersatu dalam kesatuan agama. Rasullulah
juga membuat suatu pemerintahan yang tertib dan teratur dan mereka
semua tunduk kepada aturan yang dibuat yang berdasar pada hukum Allah
dan Rasullnya.

Inilah beberapa kelebihan dan keistimewaan Nabi Muhammad


SAW. Beliau seorang Rasul juga seorang pemimpin yang dapat mengubah
keadaan masyarakat diberbagai bidang.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nafi’un Lighairihi berasal dari bahasa arab yang berarti bermanfaat bagi
orang lain. Nafi’un Lighairihi merupakan salah satu muwashofat seorang muslim.
Seorang muslim harus bisa memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusia lainnya”. Dalam hadist tersebut dapat dikatakan bahwa
Rasulullah SAW ingin umatnya bisa menebar kebaikan-kebaikan di muka bumi,
dan saling tolong-menolong satu sama lain tanpa melihat segala perbedaan
didalamnya.
Kita dapat memberikan manfaat pada orang lain yaitu dengan ilmu, harta,
waktu dan tenaga, tutur kata, dan dengan sikap kita. Memberikan manfaat kepada
orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta
kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita
memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam
kebaikan untuk diri kita sendiri.
B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifanya membangun. Akhir kata
penulis ucapkan terimakasih.

7
8

Anda mungkin juga menyukai