Anda di halaman 1dari 5

Dikutuk Jadi Anak Soleh

Naskah Drama Komedi

Pemain
1) Malinge
2) Ibu Malinge
3) Ustad Abude
4) Peang
5) Paijo
6) Itai
7) Paijhem
8) Vero

Di sebuah sudut kota yang kumuh hiduplah seorang perempuan tua bersama anak laki-laki satu-
satunya, Malinge namanya. Ia tinggal bersama Ibunya di gubuk koran mungil. Sehari-hari mereka
bekerja sebagai penjual koran keliling. Ayah nya sudah meninggal sejak 1 minggu yang lalu.
Malinge dikenal sebagai anak yang kurang ajar kepada ibunya. Bagaimanakah kisah Malinge yang
terkenal akan kedurhakaan nya pada ibu kandungnya sendiri?

Ibu M : sudah seharian aku mengelilingi rumahku sendiri tetap saja tak ada satupun orang yang
ingin membeli dagangan ku. Ya Allah bagaimana nasib aku dan anakku? (tersungkur sambil
menangis)

Malinge : mana ada yang mau beli mak kalau dirimu itu hanya berkeliling di rumah saja? Cobalah
kau berkeliling hutan. Itu ketek-ketek pasti ramai beli.

Ibu M : cerdas betul kamu nak kenapa tidak bilang dari tadi. Baiklah mamak akan segera pergi ke
hutan untuk menjual koran- koran ini kepada jamaah ketek yang sedang bergelantungan di hutan.
(nada semangat 45)

Malinge : ya sudah, cepat lah mak kau pergi dari sini, bawakan anak mu ini uang yang
banyak. (memerintah dan menunjuk pergi)

Ibu M. : iya anakku mamak mu ini akan kembali dengan membawa uang walau pun itu recehan.

Sesampainya di hutan, Ibu M. pun diculik oleh jamaah ketek yang berebut untuk mendapatkannya.
Tiga hari terlewati Malinge menunggu kedatangan mamaknya yang tak kunjung pulang.

Malinge : Onde mande kemana kau mak sudah 3 hari ini tak pulang anakmu cuma bisa makan laron
goreng, bahkan mentah juga doyan. Aku butuh uang mak untuk beli kuota biar bisa balas BBM
cabe-cabean perempatan. (keluh Malinge di depan rumah)

Tak sengaja cabe-cabean perempatan yang sedang lewat mendengar keluh Malinge dan
menghampirinya.

Cabe : abanggg! Iihhh jahat, jahat, jahat, BBM aku gak dibales. Kalau gini caranya aku enggak mau
lagi deket sama abang.

Malinge : alamak jangan begitulah be, mak ku saja sudah 3 hari tidak pulang, dari mana aku bisa
dapat uang?
Cabe : pokoknya aku enggak mau tahu, abang harus balas BBM aku secepatnya atau aku cari
chanel yang lain saja.! Bye!

Malinge : Aduh bagaimana ini, cabe marah sama aku, lebih baik aku jual rumah megah nan mewah
ini yang wallpaper dindingnya bernuansa shaby shack dipenuhi berita ter-update disetiap
masanya. (pikir Malinge)

Keesokan harinya, Malinge pun menjual gubuk kardus mungil itu kepada seorang pengepul barang
bekas. Rumahnya terbeli dengan harga Rp. 30.000, rumah yang lumayan mewah untuk seekor
ayam ternak. Disisi lain, Ibu M. pun berusaha membujuk Jamaah ketek agar bisa melepaskannya.

Ibu M. : wahai para ketek yang tampan aku mohon lepaskan lah aku.
Jamaah k: kami tidak akan melepaskan mu
Ibu M. : aku punya anak dirumah dia pasti sedang mencari ku, merengek ingin selalu ada di dekat
ku. (menangis)
Jamaah K: apa, anak?

Ibu M. : oh iya abang ketek yang tampan nan gagah perkasa aku bukan lagi perawan bang aku
adalah seorang janda yang ditinggal mati 2 kali. Aku masih dalam masa Idah maka dari itu kau
tidak boleh menyentuhku.

Jamaah k: sungguh janda malang baiklah kau boleh pergi.

Setelah sampai di lokasi rumah. Ibu M. menangis karena Rumahnya sudah tidak ada ditempat, dan
tetangganya pun memberi tahu bahwa Malinge lah yang telah menjual rumahnya. Ibu M. pun
bergegas mencari keberadaan Malinge, mulai dari Got, septiktank, hingga ke TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) keberadaanya tak juga ditemukan. Hingga di satu sisi ketika ibu nya sedang
menjual koran di depan Mol ia Bertemu dengan Malinge.

Ibu M. : Malinge anakku, kemana saja kau nak, ibu sudah lama mencari mu. (sambil memegang
pipi Malinge)

Malinge : siapa kau berani sekali kau menyentuh ku. (sorak Malinge kasar menepis tangan ibunya)
Ibu M. : kenapa kau bicara begitu pada ibu kandung mu sendiri nak. Aku ibu mu Malinge, yang
melahirkan mu penuh pengedenan.

Malinge : hah mana mungkin aku seorang pria tampan memiliki ibu sepertimu.
Ibu M : durhaka kau Malinge! Ku kutuk kau jadi...(belum menyelesaikan kalimatnya)

Malinge : Stoooppp!!! Kutuk saja aku jadi lelaki terkaya di negeri ini mak,
Ibu M. : ehhh macam mana? Dimana-mana anak durhaka itu dikutuk jadi batu.
Malinge : tapi itu jaman dahulu mak sekarang sudah canggih, kutuk saja aku menjadi Superhero
yang dapat menuntaskan segala masalah termasuk Tragedi Sianida macam di TV itu mak.

Ibu M. : tidak Malinge, dasar kau anak durhaka! Ku kutuk kau jadi Batu!!!

Seketika Malinge pun menjadi batu, ibunya terkejut.

Ibu M. : astagfirullah anakku, ya allah tolong berikan aku kesempatan kedua untuk me replay
ucapan ku ya allah (menangis dan memohon)
Malinge : macam mana kau mak aku sudah PW ini dikutuk jadi batu. Janganlah galau (menjadi
batu lagi)

Ibu M. : diam kau Malinge!! Ya allah wujudkan lah kutukan terakhir ku ini ya allah, ku kutuk kau
jadi anak Soleh Malinge!

(Malinge pun kembali menjadi manusia)

Malinge : emak ampuni aku mak, aku telah durhaka kepadamu selama ini mak. (menangis dan
bersujud).

Beberapa hari setelah insiden itu terjadi, Malinge pun langsung mencari Pondok pesantren untuk
menimba ilmu. Setelah menemukan sebuah pesantren yang cukup terkenal, naskah drama komedi
lucu. Malinge pun segera meminta izin untuk menjadi salah satu santri di sana. Lantas apakah
yang terjadi setelah Malinge menjadi seorang Santri di sana?

Ustad Abude: assalamualaikum, baiklah anak-anak disini kalian kedatangan kawan baru dari pulau
sumatra yang bernama Malinge, disini dia akan menimba ilmu dunia dan akhirat bersama kalian.

Peang : masya allah, mbok de’e sing dikutuk karo mboke dewek mergo durhaka kae yak?

Malinge : (belum mengerti) (beberapa saat menggunakan google translate) eh mana kau tau itu
cerita rakyat dulu, sekarang jaman sudah canggih mak ku mengutukku jadi anak soleh!!
Paijo : hah lelaki murahan (sinis)
Malinge : mulut kau itu...(menahan emosi)
Ustad Abude: sudah! Kalian ini santri tolong jaga sikap! Baiklah kalau begitu kalian bisa saling
ta'aruf.

All : na'am ustad. (ustad pergi)


Peang : hey mas, jenengku Raden Mas Peang Panjaitan asli wong kraton berdarah ningrat alias
uwong sugih nang yogya. Sampean iso nyelok aku Peang.

Malinge : (menggunakan google translate) luar biasa, aku Malinge si anak tunggal dari pasangan
suami istri asli padang, namun ayahku sudah meninggal 1 bulan yang lalu, aku lahir dari keluarga
yang serba kurang tapi kadang lebih, lebih banyak kurangnya maksudnya.

Paijo : orang udik, (senyuman tipis)

Malinge : beginilah aku (tersenyum lebar tak menanggapi) sudah berapa lama kalian menjadi santri
disini?

Peang : 1 minggu.
Malinge : pantas saja kelakuannya begini? Haduhh

Tak sadar sudah 3 bulan Malinge menjadi santri di pesantren kini dia sudah memiliki sahabat
seberingin bernama Peang. Hingga suatu ketika dia bertemu dengan anak Ustad Abude yang
teramat cantik dari pondok pesantren putri. Dan Malinge pun merasa terhipnotis akan kecantikan
dan kesolehahan nya yang mempesona itu. Tak disangka Paijo juga menanam rasa kagum pada
Gadis itu.

Malinge : Onde mande cantik nian gadis itu (terpesona tak berkedip)
Peang : ealah cah iki, jenangane wedok yo koyo ngono. Tapi yo tetep ayu mbok ku lah
Malinge : ehh siapa dia njol, apakah kau mengenalnya? Ayolah bantu aku mendapatkannya.
Peang : wooo cah gendeng de’e ki anake pak Ustad Abude sing nang pondok putri
konoh. (menunjuk entah kemana)

Malinge : benarkah? Kesempataan emas akan ku dekati dulu ayahnya baru anaknya.
Peang : eehh ojo Ling ojoo! iso gawe perkoro mending gak usah karo de’e, golek wedo’an laen ae.
Malinge : kenapa njol? Apa aku tak ada hak mengaguminya?

Peang : uduk ngono lin, justru aku iki melindungi koe ben gak ono masalah karo si Paijo mbleketek
kae.
Malinge : Paijo? Kenapa dia?
Peang : de’e yo seneng kambek anakke ustad.
Malinge : darimana kau tau?

Peang : yo ko santri laen, tapi yo aku juga ngerti dewek, mergo nang dompete enek foto anak ustad,
Itai nek gak salah jenenge.
Malinge : aku tak akan mundur selangkah pun?

Setelah mengetahui hal tersebut Malinge pun semakin berusaha untuk mendekati Itai anak pak
Ustad Abude itu, bahkan brani mengajaknya berkenalan ketika Itai pulang dari masjid.

Malinge : hay gadis cantik tunggu aku. (sapa Malinge sambil ngos-
ngosan) Asalammualaikum (mendekat)

Itai : (menoleh) waalaikumsalam, (tersenyum tipis)


Malinge : aku Malinge dari pesantren Putra. bolehkah aku mengenalmu? Man ismuki?
Itai : ismi Itai Nakhwa. Wassalammualaikum (pergi)
Malinge : jazakillah ukhti Nawa. (tersenyum lebar dan melambaikan tangan)

Tak masalah, pertemuan pertama lancar siapkan momen berikutnya.

Paijo : ternyata kau sainganku,? Hah lelaki murahan tak mungkin antum itu bisa mendapatkan
Itai. (sinis)
Malinge : kita buktikan saja (tersenyum lalu pergi)

Empar bulan kemudian diadakan Ta'aruf di pesantren putri dengan berbagai kegiatan yang
dilakukan salah satunya adalah Pencak silat. Akhirnya pun Malinge dan Paijo bersayembara
barang siapa yang dapat memenangka pertarungan maka dia bisa mendekati dan mengenal lebih
jauh Itai si anak pak Ustad Abude.

Itai : ada apa disana?


Paijhem : seprtinya akan ada yang berkelahi
Vero : Rupanya itu dua lelaki yang menyukai kau Itai. Wiihh tampan kali dia ( melihat k Paijo)
Paijhem : lah mbok iyo kae si Malinge karo Paijo jel arep ngopo jel
Itai : sudahlah lebih baik kita pergi,
Vero : yasudahlah ayo.. Tak ada guna juga kita disini

Paijhem : ojo toh. Mbok di delok diset pertarungan sengite


Itai : biar aku kesana. Ayo temani
Vero : alamakk apa lagi kalian ini macam bertengkar disini?
Paijhem : he'eh koyo kurang kerjanan wae
Itai : ada apa ini para akhwan yang baik hati (tersenyum)
Paijo : kami ini bertarung hanya untuk memperebutkan cintamu Itai wanita idamanku.
Malinge : kami hanya ingin membuktikan siapa yang paling pantas mendapatkanmu, wahai Ukhti

Itai : Astagfirullah akhwan macam apa kalian! aku bukanlah barang yang bisa diperebutkan
seenaknya. Aku hanya wanita biasa yang ingin mendapatkan cinta sesuai Ridho-Nya. (kecewa)

Paijo : tapi kau telah membutakan kita, maka dari itu kau harus memilih antara aku dan Malinge
Malinge : tolong jangan gantung kami macam jemuran itu,

Itai : aku tidak akan memilih siapa diantara kalian, karena aku masih mau membuat kedua orang
tuaku bangga dan aku ingin menjadi wanita solehah seutuh nya, lagi pula aku tidak ingin ada zina
diantara kalian, jadi tolong mengertilah dan maafkan aku. ( tertunduk lalu pergi)

Paijhem dan Vero: Itai tunggu kami (berlari mengejar Itai)

Akhirnya Itai pun tidak memilih Malinge ataupun Paijo, keduanya pun sepakat untuk berteman dan
tidak lagi bermusuhan. Untuk menghibur hati keduanya Peang mengajak mereka menonton
Wayang Kulit yang dilaksanakan diluar Pesantren, kebetulan pada malam itu mereka boleh keluar
hanya 2jam saja.

Peang : wes lah ojo podo sedih, yok melu aku wae nonton wayang kulit neng samping pondok kene.
Piye gelem ora engko tak tukoke geblek karo kacang godok.
Malinge : ayok lah mau saja aku refreshing keluar pesantren walau cuma 2 jam
Paijo : yasudah aku ikut, tapi benar ya kau yang belikan,

Sesampainya di sana....

Peang : pie pileme apik to?


Malinge : masyaallah, ini film jawanya kental sekali aku tak begitu mengerti.
Paijo : yah walaupun gak ngerti-ngerti amat. Tapi kacang dan gebleknya sudah cukup menghibur
untuk malam ini.
Malinge : mamak... (seorang wanita lewat di depannya)
Ibu M : Onde mande Malinge anakku, kenapa kau disini nak, ibu baru saja ingin menjenguk mu di
pesantren

Paijo : ibu mu?


Peang : owalah mbokde, aku koncone Malinge jenenganku Raden Mas Peang Panjaitan asli wong
kraton berdarah ningrat alias uwong sugih nang yogya. Sampean iso nyelok aku Peang.

Malinge : iya mak mereka semua teman-temanku di pesantren. Malam ini kami boleh keluar
pesantren selama 2 jam. Kalau begitu ayo mak ikut aku ke pesantren dan akan aku kenalkan emak
ke semua warga pesantren
Ibu M : alhamdulillah kini kau mau mengakui aku sebagai ibu mu nak, kau telah benar-benar
berhijrah dari sesuatu yang buruk menjadi baik. Trimkasih yaallah

Malinge : iya mak aku kini sudah berhijrah, maafkan semua salah ku mak (mencium tangan ibunya)

Akhirnya Malinge pun sudah dapat menjadi anak yang soleh dan menjadi pribadi yang lebih baik
lagi. Hikmah yang dapat kita ambil adalah Hormati Orangtua, dan jangan pernah durhaka
kepadanya. Jangan pernah takut untuk berhijrah dari keburukan menjadi kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai