Anda di halaman 1dari 8

Nama : Bima Mangatas Simanjuntak

Nirm :01.02.19.070
Kelas :Bun 7A

Pemberdayaan Masyarakat Sipil

Masyarakat sipil bisa diartikan sebagai sebuah "wilayah" di antara negara


dan rumah tangga yang mencakup beragam organisasi-baik formal maupun
informal-meliputi beragam bidang (sosial, ekonomi, kultural, informasi, dan
pendidikan), bermacam ke- pentingan, serta berorientasi isu dan
kewarganegaraan. Mereka terbentuk secara sukarela olch anggota-anggota
masyarakat untuk melindungi dan memperluas ke- pentingan, nilai, atau identitas
mereka.
Secara mendasar, masyarakat sipil menempatkan diri dalam posisi yang
kritis terhadap negara dengan terus melakukan usaha perubahan dalam semua
aspek kehidupan serta melakukan kontrol terhadap kekuasaan. Dalam praktiknya,
masyarakat sipil mengorganisasi dirinya secara mandiri, sekaligus mempunyai
landasan pengetahuan yang menjadikan mereka berbeda dari masyarakat biasa
(yang tidak kritis dan pasif) dalam struktur sosial yang bisa jadi menindas mereka.
Fungsi masyarakat sipil sebagai agen kontrol sosial ini sebenarnya sudah
banyak kita jumpai dalam sejarah perjalanan kepemimpinan Islam. Contoh yang
seder- hana, dahulu Umar bin Khatab pernah menerima kritikpedas dari seorang
nenek renta yang lemah ketika ia sedang berpidato di depan umum. Si nenek
bertanya tentang asal-muasal pakaian yang dikenakan Umar. Si nenek bersikeras
jika ia tidak mengetahui asal-muasal pakaian yang dikenakannya, ia tidak akan
menaati Umar sebagai khalifah. Setelah dijawab bahwa pakaian yang dikenakan
adalah jatah pembagiannya sebagai khalifah, baru si nenek mempersilakan Umar
menerus- kan pidatonya dan ia sanggup menaatinya.

Prinsip kontrol sosial ini jelas bersumber dari norma-norma Islam yang
diterima secara utuh dan sepenuh hati oleh para pejabat negara dan rakyatnya. Hal
ini tertuang dalam hadits Nabi Muhammad Saw. yang artinya: Tuban menjadi
ridho kepadamu dalam tiga perkara. Pertama, hendaklah kamu sembah Dia dan
sekali-kali jangan kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatu apa pun juga.
Kedua, kamu berpegang teguh pada tali Allah dan jangan kamu berpecah belah.
Ketiga, hendaklah kamu menasihati (mengkritik dan mengoreksi) orang-orang
yang ditakdirkan Tuhan menjadi penguasa mu. (HR. Muslim).

Kontrol sosial dapat menghilangkan perasaan dengki hati setiap muslim,


baik bagi yang dikritik maupun yang mengkritik. Dalam hadits lainnya,
Rasulallah Saw. bersabda: Ada tiga perkara yang tidak membuat dengki hati
setiap muslim. Pertama amal ikhlas karena Allah. Kedua, menasihati (kontrol
sosial) terhadap para penguasa. Ketiga, bergabung dengan jama'ah kaum muslim
karena sesungguhnya per- tolongan mengalir dari pihak mereka (HR Bukhari).

Buku ini adalah buku ketiga dari Seri Khotbah Jum'at, melengkapi dua
buku yang sudah terbit se- belumnya, yaitu Memberdayakan Lingkungan dan
Meningkatkan Sumber Daya Manusia. Sebagai sebuah tawaran pemberdayaan
untuk masyarakat sipil, khotbah dalam buku ini mencakup beberapa isu krusial di
Indonesia, seperti isu pendidikan, pajak dan zakat, korupsi, serta pemerintahan
dan kenegaraan. Khotbah- khotbah dalam buku ini, setidaknya bisa landasan
pengetahuan dan landasan berpikir kritis demi terbentuknya masyarakat sipil yang
dicita- citakan bersama.
Pendidikan membaca baik dalam keluarga maupun di luar keluarga ini
menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan kekuatan dasar manusia, yaitu
ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Tanpa membaca. manusia tidak akan memiliki
ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan manusia akan tersesat.
Usaha mengembangkan minat baca ini memang tidak dapat diketahui
hasilnya dalam waktu 1-2 tahun. Usaha ini adalah usaha meningkatkan akal budi
dan peradaban manusia sehingga hasilnya mungkin baru dapat terlihat setelah 20
tahun. Namun, kita semua yakin, anak-anak yang tumbuh dalam ilmu
pengetahuan dan budi pekerti yang luhur akan menjadi berkah bagi peradaban
dunia.
Membangun Generasi yang Kuat
Pemahaman kita tentang generasi yang kuat seharusnya bukanlah sekadar
fisik atau tubuhnya saja, melainkan yang lebih penting lagi-adalah kekuatan
mental mereka.Kecenderungan merosotnya kualitas generasi muda akhir-akhir ini,
semakin tampak karena tidak adanya penguatan moral, iman, dan mental. Oleh
karena itu, ketika Tuhan berpesan agar kita tidak meninggalkan generasi yang
lemah, maka pesan ini sesungguhnya tidak selalu berhubungan dengan anak-anak
yang memiliki tubuh besar, otot kuat, dan bisa mengalahkan lawan- lawannya.
Akan tetapi, sesungguhnya Allah sedang berbicara kepada kita mengenai generasi
yang memiliki kekuatan jiwa untuk membangun diri, keluarga, ma- syarakat,
bangsa, dan negara. Dan kekuatan jiwa ini dapat kita tumbuhkan melatih dan
membiasakan mereka untuk senantiasa tunduk kepada Allah. Sesungguhnya,
orang yang kuat bukanlah ora yang menang dalam bergulat, melainkan orang y
mampu memenangkan pertempuran melawan ha nafsunya. Dengan demikian,
generasi yang kuat ada generasi yang memiliki iman, cerdas dan emosi.
Sebaliknya, jika anak tidak mengerti agama, dia tidak akan bisa dijamin
akhlaknya, sehingga mungkin menyusahkan orang tua, masyarakat, dan
lingkungannya. Orang tua yang meng- ajarkan agama dan akhlak yang baik
kepada anak-anaknya.
Hendaknya kita jangan menyepelekan pendidikan agama terhadap anak-
anak kita. Sebab, satu-satunya sumber budi pekerti dan akhlak adalah agama. Jika
kita meninggalkan anak-anak dalam keadaan bodoh alias tidak mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang bathil, mana
halal mana haram, maka siksa Allah bukan saja ditanggung oleh sang anak,
melainkan orang tua pun ikut merasakannya. Sebaliknya, jika anak-anak memiliki
ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia, maka bukan saja anak yang
mendapatkan keuntungan, melainkan orang tuanya pun demikian.
Namun, tidak semua orang tua dapat mendidik anak-anaknya secara langsung dan
terus-menerus.Demikian pula, terkadang tidak semua orang tua memiliki biaya
yang cukup untuk kebutuhan pendidi- kan anak-anaknya. Oleh karena itu, Jika
kita bersama-sama mendukung kegiatan pendidikan, ada keluarga yang
mengalami kesulitan dalam membiayai pendidikan anak.Sungguh beruntung
orang-orang yang mau gotong royong membiayai anak-anak yang mencari ilmu.
Jika anak-anak tidak memeroleh pendidikan yang memadai, maka tetap berada
dalam kebodohan.

Empat Pilar Penyangga Kehidupan Masyarakat

Pemimpin yang adil tidak akan terwujud manakala tidak memperoleh


dukungan dari orang-orang yang ikhlas, berani, dan cerdik. Sebab, ada kalanya
kejahatan justru dapat mengalahkan kebenaran. Kejujuran saja tidak cukup, tetapi
juga harus disertai kecerdasan dan keberanian supaya tidak terjebak dalam tipu
daya dan berbagai macam godaan.
Seorang pemimpin, seorang ayah, atau siapa pun tidak mau menerima nasihat,
sangat mungkin ter- yang jerumus ke dalam kesesatan. Oleh sebab itu, janganlah
kita merasa malu menerima nasihat orang lain, mes- kipun nasihat itu diberikan
oleh seorang anak kecil, tua renta, tidak berpendidikan, atau orang miskin.

Selama nasihat diberikan dengan cara-cara yang baik dan dilandasi dengan
iman dan kasih sayang untuk menyelamatkan sesama muslim, tidak ada alasan
untuk merasa takut memberi nasihat atau sakit hati ketika mendapat nasehat.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang menggiurkan. Semua orang berlomba
mendapatkan kekuasaan. Memang, kekuasaan memberikan kehormatan dan harga
diri. Namun, kita kerap lupa bahwa kekuasaan selalu menuntur tanggung jawab.
Di sinilah, kekuasaa menjadi tidak mudah. Sebab, kekuasaan tidak bia dilihat
hanya sekadar sebagai panggung tempar pemegang kekuasaan bisa tampil dan
memper tontonkan kehebatannya. Sebaliknya, kekuasaan harus memberikan
manfaat bagi masyarakat yang dipimpin Kekuasaan harus dipakai untuk
memberikan kesejah teraan umum (bonum publicum).

Mengapa demikian? Kekuasaan yang tidak diper gunakan sebagaimana


mestinya akan melahirkan ke sengsaraan dan penderitaan masyarakat. Kekuasaan
tanpa tanggung jawab akan menghancurkan kehidupan ma syarakat. Sejarah telah
menunjukkan bahwa salah satu di antara sebab kehancuran dunia adalah
kezaliman pemimpin. Padahal, sebuah kekuasaan menuntut tanggung jawab dan
akan dimintai jawabannya kelak di akhirat.Dengan lain kata, menjadi seorang
pemimpin da- lam keluarga bukan hanya menguasai keluarga dan
mempertontonkan kekuasaan di hadapan anak isteri, melainkan juga harus ingat
akan tanggung jawab atas kekuasaan itu. Sekecil apa pun kekuasaan yang
dimiliki, hendaklah dipakai untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi
orang yang dipimpin.

Untuk itulah, tidak semua orang berhasil ketika diberi kekuasaan. Bahkan,
sering kali kekuasaan itu hanya dipakai untuk kepentingannya sendiri; hanya
dinikmati kehormatannya, tidak tanggung jawabnya. Dengan kekuasaan itu,
banyak orang menjadi lupa diri dan merasa menjadi orang yang tak tertandingi.
Kursi dalam arti kekuasaan merupakan hal penting karena secara langsung
dapat memengaruhi kehidupan dan nasib manusia. Penyelenggaraan kekuasaan
atau pemerintahan yang benar akan memengaruhi kehidupan dan nasib manusia.
Pemerintahan yang benar meng- hadirkan suasana kondusif terhadap
perkembangan potensi manusia menuju kemuliaan, ketenteraman,keadilan, dan
kesejahteraan.Apabila tidak melaksanakan kepercayaan, sama artinya dengan
berkhianat. Akibat pengkhianatan ini, kepercayaan menjadi hilang, dan akhirnya
akan merugi- kan masyarakat seluruhnya. Jika kepercayaan ini hilang, manusia
akan saling memusuhi, saling menipu, dan saling menerkam sehingga kehidupan
yang lebih baik, yang diidam-idamkan, tidak akan terwujud.Sekecil apa pun
amanat atau kekuasaan yang diberikan kepada kita, hendaknya kita laksanakan
dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai kita tidak mampu
mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.

Memperingati Hari Pendidikan

Pertama, mengajari anak belajar membaca menulis. Setiap orang tua wajib
mendorong dan menumbuhkan semangat mencari ilmu pengetahuan. Jangan
sampai anak-anak kita menjadi orang yang bodoh, tidak me- ngetahui perkara
dunia dan akhirat, halal dan haram, serta baik dan buruk. Mula-mula, anak-anak
wajib memeroleh pendidikan membaca dan menulis. Sebab, membaca dan
menulis dapat menjadi titik awal bagi mereka untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan pemahaman terhadap kehidupan.

Kedua, berenang dan memanah. Maksudnya, or- ang tua wajib menjadikan
anak-anaknya tumbuh sehat dan kuat sehingga selalu penuh semangat dalam men-
cari ilmu ataupun menjalani hidup. Jika anak-anak tidak sehat, tentu mereka akan
menjadi beban orang tua dan masyarakat. Anak tidak akan dapat belajar atau
melakukan kegiatan lainnya dikarenakan terganggu kesehatannya. Sebaliknya,
dengan tubuh yang sehat dan trengginas, setiap pekerjaan/kegiatan dapat
dilakukan dengan baik dan tuntas.

Ketiga, memberikan nafkah yang baik dan halal. Orang tua wajib
memberikan nafkah berupa sandang pangan yang halal, baik halal dari segi
barangnya maupun cara memerolehnya. Sebab, setiap makanan haram yang
masuk ke dalam tubuh bisa mendatangkan laknat .

Memperingati Hari Anti Narkoba 26 Juni

Tak dapat disangkal bahwa kita akan berhasil me- matuhi peraturan itu
bila kita sudah merasakan akibat- akibatnya. Bahkan terkadang, meskipun murka
Allah sudah ditimpakan di dunia, manusia sering kali mencari berbagai cara dan
alasan untuk tidak menaati Allah. Pelacuran dan perzinaan, misalnya. Walaupun
larangan agama terhadap perzinaan telah menghiasi buku-buku agama, namun
semuanya berlalu tanpa bekas. Bahkan, semakin hari semakin merajalela. Baru
setelah dunia medis menegaskan hubungan AIDS/HIV dengan per- zinaan,
beberapa orang sadar akan bahaya yang mung- kin menimpa dirinya.

Bahaya AIDS/HIV tidak menyerang pelaku perzi- naan saja, tetapi juga
bisa menimpa orang yang tidak melakukan perzinaan. Kita semua berlindung
kepada Allah. Karena, terbukti penderita AIDS di Jawa Tengah mencapai ribuan
orang dan tertinggi ke-7 di Indonesia. Virus AIDS dapat bertahan hingga 10 tahun
sehingga seseorang yang terkena virus pada usia 17 tahun mungkin baru akan
terdeteksi pada saat ia berusia 27 tahun. Sungguh merupakan bahaya yang tak
terkira sehingga alui Un segala macam pencegahan tidak berhasil jika akar
penyebabnya, yakni perzinaan, tidak dihindari.

Ada beberapa alasan kenapa kita harus meng hindari narkoba dan miras.
1. Pertama, pentingnya hidup sehat. Miras dan nar- koba merupakan salah
satu faktor tertinggi penyebab masalah kesehatan.
2. Kedua, keprihatinan terhadap nasib generasi muda. Di Amerika Serikat,
sepertiga dari pertikaian keluarga yang mengakibatkan perceraian,
terputusnya hubungan anak dengan keluarga (broken home), dan tindak
ke- kerasan disebabkan oleh miras.
3. Ketiga, pencegahan kecelakaan lalu lintas. Di Amerika Serikat, ratusan
ribu anak muda tewas setiap tahunnya. Di sekitar kita pun, peristiwa
kecelakaan lalu lintas, tindak kekerasan, dan pemerkosaan sering kali
bersumber dari miras.
4. Keempat, pemeliharaan kesehatan bayi. Bayi yang dikandung oleh ibu
yang mengkonsumsi miras dapatterserang gangguan otak yang bersifat
permanen. Bibit manusia yang ditanam ke rahim ibu yang berasal dari
pengonsumsi miras akan tumbuh menjadi janin yang mengidap kelainan
jaringan tubuh, sistem kekebalan tubuh, at Do dan sistem nalar yang
memengaruhi perilakunya ketika ia lahir. Di AS, sekitar 300 ribu bayi per
tahun menjadi korban perilaku ibu yang tidak bertanggung jawab.
Selanjutnya, penelitian di AS juga menunjukkan ba- angunanyaknya
perilaku ayah yang juga berakibat buruk ter- hadap bayi.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu di- perhatikan dalam upaya
menyelamatkan manusia dari bahaya miras.
1. Pertama, kita mesti menyatukan pikiran dan sikap memperkokoh
kecenderungan antimiras dan perilaku hidup sehat sebagai bagian penting
dari budaya masyarakat dan bangsa.
2. Kedua, kita harus yakin bahwa apa pun alasannya, produsen, pengedar,
dan pengecer ikut bertanggung jawab atas akibat buruk miras dan narkoba.
Adalah sangat bertentangan dengan prinsip keadilan apabila sekelompok
orang mengeruk keuntungan di atas pen- deritaan orang lain. Masyarakat
dan negara dihadap- kan pada kerugian ekonomi dan sosial akibat miras
dan narkoba. Masyarakat, negara, dan bangsa harus me- nanggung akibat,
seperti meluasnya penyakit AIDS, tindak kekerasan dalam rumah tangga
serta akibat-akibat buruk lainnya. dan masyarakat, serta akibat-akibat
buruk lainnya.
Pajak digolongkan sebagai kewajiban warga negara terhadap negara.
Sebaliknya, kewajiban negara adalah mengelola dan memanfaatkan pajak
untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun
golongan. Pajak yang dikelola dengan baik dan benar sudah barang tentu akan
membantu terwujudnya pem- bangunan baik di tingkat desa, kecamatan,
maupun daerah. Adalah bencana besar manakala pajak tidak dipergunakan
atau dikembalikan untuk kepentingan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai