Anda di halaman 1dari 83

CRITICAL BOOK REPORT

PASAR MODAL

Dosen Pengampu : Sabda Dian Nurani Siahaan,S.Pd.,M.B.A

Disusun Oleh :

Surtama S.D Simanjuntak (7183141045)

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas “Critical Book
Report” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Terimakasih saya ucapkan kepada Deni Andriani, yang telah membimbing kami dalam
mata kuliah Pasar Modal, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas CBR ini. Kami menyadari
dalam pembuatan CBR ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami, walaupun mungkin hanya sedikit ilmu yang bisa kami tuliskan dalam
makalah ini. Semoga  bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca.

Medan, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

BAB I...................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1
1.1. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR........................................................................................ 1
1.2. TUJUAN PENULISAN CBR.......................................................................................................... 1
1.3. MANFAAT PENULISAN CBR...................................................................................................... 1
1.4. IDENTITAS BUKU........................................................................................................................ 2

BAB II..................................................................................................................................................... 3

RINGKASAN BUKU........................................................................................................................... 3
2.1. RINGKASAN DAN KRITIKAN BUKU........................................................................................ 3

BAB III................................................................................................................................................. 74

PEMBAHASAN................................................................................................................................... 74
3.1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.............................................................................74

BAB IV................................................................................................................................................. 76

PENUTUP............................................................................................................................................ 76
4.1. KESIMPULAN.............................................................................................................................. 76
4.2. SARAN.......................................................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 77

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Mengkritik sebuah buku atau lebih adalah salah satu kegiatan yang harus dikuasai
oleh siswa maupun mahasiswa. Terlebih lagi untuk kita para calon pendidik bangsa.
Baik dari segi penulisan, cocok tidaknya materi dengan pembaca, maupun dari segi
kelengkapan materi. Setiap buku pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu
sebagai bahan pembelajaran atau sumber informasi bagi para pembaca. Banyaknya buku
yang beredar dipasaran, menyebabkan kita terkadang sulit memilih dan memilah buku
yang bagus serta cocok sebagai bahan referensi. Setiap buku pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Untuk itu kita sebagai pengguna harus pandai-pandai
menilai buku mana yang lebih layak untu kita gunakan walaupun pada dasarnya
penilaian-penilaian tersebut bersifat relatif.

1.2.TUJUAN PENULISAN CBR

1. Mengulas isi buku

2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku

3. Mengkritis isi buku dari sudut pandang penulis

1.3.MANFAAT PENULISAN CBR

1. Untuk memberi pengetahuan pembaca dan penulis tentang manfaat CBR.

2. Memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang Pasar Modal

3. Memberi rumusan dan informasi tentang buku yang telah dikaji.

4. Melatih mahasiswa untuk berpikir kritis.

5. Mengembangkan potensi mahasiswa dalam mengkritisi sebuah buku.

1
1.4. IDENTITAS BUKU
A. BUKU UTAMA
Judul buku : Pasar Modal dan Manajemen Portofolio
Penulis : Sudirman
Penerbit : Sultan Amai Press
Tahun terbit : 2015
Kota terbit : Gorontalo
ISBN : 978-979-155-877-3

B. BUKU PEMBANDING
Pembanding 1
Judul buku : Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis Investasi Di Instrumen Keuangan Pasar
Modal
Penulis : Dr. Nor Hadi, SE., M.Si., Akt
Penerbit : GRAHA ILMU
Tahun terbit : 2017
Kota terbit : Yogyakarta
ISBN : 978-979-756-926-6

Pembanding 2
Judul buku : Pasar Modal
Penulis : Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak
Tahun terbit : 2016
Kota terbit : Jakarta
BAB II

RINGKASAN BUKU
2.1. RINGKASAN DAN KRITIKAN BUKU
BUKU UTAMA
BAB I
PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Pasar modal (capital market) merupakan salah satu sarana yang efektif dalam pembentukan modal
dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menunjang
pembangunan, serta pembiayaan nasional guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Peran pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran
dana dari pihak investor (pemilik dana) dengan pihak perusahaan yang membutuhkan dana, baik
untuk keperluan ekspansi usaha ataupun perbaikan struktur modal perusahaan (Manurung,
2005:16).
KINERJA PASAR MODAL
Pasar modal Indonesia sebagai salah satu tempat penanaman modal bagi para investor tentunya
memiliki track dan record, sehingga para investor tertarik menanamkan modalnya. Hal ini dapat
terlihat dari kinerja pasar modal Indonesia tersebut. Untuk mencermati kinerja pasar modal di
Indonesia yang meliputi perkembangan jumlah perusahaan yang go public, total perdagangan,
indeks harga saham, dan jumlah saham beredar.
Pasar modal Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan. Hal tersebut
terlihat dari nilai transaksi, volume transaksi, dan pergerakan IHSG serta pertumbuhan jumlah
emiten terus meningkat, dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Pada tahun 1999, nilai
transaksi sebesar 147,88 trilyun rupiah dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 1.050,154 trilyun
rupiah. Peningkatan jumlah emiten serta nilai transakasi mengindikasikan bahwa pasar modal
Indonesia sedang membaik. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI, 2007: 9) juga merupakan salah
satu pasar modal terbaik di dunia dilihat dari segi peningkatan indeks harga saham yang mencapai
peningkatan sebesar 430 persen dari 416,32 pada tahun 2000 menjadi 1.805,52 pada tahun 2006
(Kompas, Desember 2007). Ini mengindikasikan bahwa kesempatan untuk memperoleh dana di
Pasar Modal atau di Bursa Efek sangatlah besar.
PERKEMBANGAN INDEKS RATA-RATA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Pergerakan dari berbagai kelompok saham yang ada di BEI akan ikut berkontribusi terhadap
pergerakan IHSG. Pada tabel berikut ini dapat dilihat pergerakan indeks rata-rata saham di BEI dari
3
beberapa kelompok saham yang diperdagangkan dalam enam tahun terakhir, yaitu sejak tahun
2004 sampai dengan 2009.
FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH TERHADAP IHSG
Pergerakan indeks saham yang cenderung meningkat, juga tidak terlepas dari kondisi
perekonomian negara secara makro. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-variabel
makro. Indeks saham juga bergerak mengikuti optimisme dan pesimisme para investor saham.
Indeks saham suatu negara juga dipengaruhi perekonomian negara lain. Pertumbuhan ekonomi
telah membawa dampak berupa meningkatnya kinerja Bursa Efek yang dapat dilihat dari
meningkatnya IHSG.
Adanya perbedaan intensitas pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga saham perusahaan,
memunculkan kelompok saham, dimana harga-harga sahamnya memiliki trend yang cenderung
naik dari periode ke periode yang dikenal dengan kelompok saham bullish dan kelompok saham, di
mana harga- harga sahamnya memiliki trend yang cenderung menurun dari periode ke periode
yang disebut dengan kelompok saham bearish.
Perubahan harga saham yang terjadi pada setiap saat disebabkan oleh berbagai isu, baik isu
perekonomian global, maupun pengaruh faktor politik dan keaman yang terkadang tidak menentu.
Di era reformasi ini, kondisi politik di Indonesia terkadang tidak menentu, aktivitas politik yang
dilakukan oleh para politisi terkadang melahirkan konflik sosial. Kondisi ini menyebabkan iklim
investasi menjadi tidak kondusif serta mendorong terjadinya fluktuasi pada variabel makro
ekonomi yang akan berdampak buruk terhadap perekonomian nasional Indonesia.
BAB I BUKU PEMBANDING
Sejarah Pasar Modal Indonesia
Menurut buku “Effectengids” yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun
1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi
sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan
untuk perdagangan komoditas dan sekuritas, yaitu Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas. Tahun
1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia mengeluarkan prospektus
penjualan 400 saham dengan harga 500,00 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896),
harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus penjualan saham senilai
105.000,00 gulden dengan harga perdana 100,00 gulden per saham. Menurut perkiraan, saham
yang diperjualbelikan adalah yang terdaftar (listed) di bursa Amsterdam. Namun demikian,
investornya berada di Batavia, Surabaya, dan Semarang. Pada periode ini, belum ada bursa di
4
Indonesia.
Perkembangan Pada awal abad ke -19
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-
besaran di Indonesia. Para penabung terdiri dari orang Belanda dan Eropa yang penghasilannya
lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Oleh karena itu kolonial mendirikan pasar modal.
Akhirnya Amsterdamse Effectenbeurs mendirikan cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada
tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi penyelenggara adalah Vereniging voor de
Effectenhandel dan langsung memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan
yang keempat. Pada awalnya bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/
perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia.
Tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena adanya Perang Dunia I, namun dibuka kembali
pada tahun 1918. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik
masyarakat kota lainnya. Pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di
Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah Fa. Dunlop & Koff,
Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan
anggota bursa di Semarang waktu itu adalah Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa.
Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co. Nilai efek yang tercatat yang
mencapai NIF1.400.000.000,00 (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada tahun 1982,
nilainya adalah  Rp7.000.000.000.000,00) yang berasal dari 250 jenis efek.
Periode ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan
pecahnya Perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek
Surabaya dan Semarang ditutup sementara. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek
Jakarta. Pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek Jakarta kembali aktif. Namun dikarenakan
terjadinya Perang Dunia II, hal ini tidak berlangsung lama karena kemudian Jepang masuk ke
Indonesia dan Bursa Efek Jakarta kembali tutup.
BerdasarkanKeputusan Menteri KeuanganNomor 289737/UUtanggal1November 1951
penyelenggaraan bursa diserahkan kepada Perserikatan Uang dan Efek-Efek (PPUE). Bank
Indonesia (BI) ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus. Selanjutnya baru pada
tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu
dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara,
bank swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26 tentang Bursa yang kemudian ditetapkan
sebagai Undang-Undang Bursa.
5
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 hingga 1987 mengalami kelesuan meskipun
pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana
dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh
beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat,
adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT Semen Cibinong merupakan
perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.
Kritikan :
Pada bab ini kedua bab menjelaskan mengenai sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia,
pada buku utama dijelaskan sejarah perkembangannya secara ringkas serta dikaitkan dengan IHGN
suatu Negara. Sementara di buku pembanding menejlaskan sejarah operkembangan pasar modal
baik di duni dan juga di Indonesia yang sijelaskan secara rinci dan juga menjelaskan perkembangan
pasar modal dari awal hingga saat ini.

BUKU UTAMA
BAB II
PASAR MODAL DAN PENAWARAN UMUM
Gambaran Umum Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal
menyebutkan bahwa pasar modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15
Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, Bursa adalah
gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan Efek,
sedangkan surat berharga yang dikategorikan sebagai Efek adalah saham, obligasi, dan surat bukti
lainnya yang lazim dikenal sebagai Efek (BLKL 2 - Pasar Modal).
Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Pasar modal juga dapat diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi (Fabozzi, 1995: 27). Sedangkan tempat terjadinya jual beli
sekuritas disebut Bursa Efek. Oleh karena itu, Bursa Efek merupakan arti dari pasar modal. Pasar
modal (Bursa Efek) adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan
perdagangan sekuritas di Pasar Sekunder (Husnan, 1994). Setelah sekuritas terjual di Pasar
6
Perdana, sekuritas tersebut kemudian didaftarkan di Bursa Efek, agar nantinya dapat
diperjualbelikan di Bursa. Pada waktu sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di Bursa dan
dikatakan sekuritas karena diperdagangkan di Pasar Sekunder.
Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi menunjukkan
peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena pihak
investor dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal.
Asumsinya adalah return yang memberikan return relatif besar adalah sektor-sektor yang paling
produktif yang ada di pasar (Brealey, 1971: 64 dan Fabozzi, 2002: 69). Dengan demikian yang
dimaksud pasar modal, yaitu pasar yang dikelolah secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan
surat berharga, seperti saham, obligasi, option, warrant, right, dengan menggunakan jasa perantara,
komisioner, dan underwriter.
Kekuatan ekonomi suatu negara tercermin dari kelengkapan dan efektivitas lembaga pasar yang
dimilikinya. Lembaga pasar meliputi: pasar uang, pasar komoditas, pasar modal, dan pasar
berjangka. Sebagian masyarakat membutuhkan uang maupun barang, sementara sebagian lagi
kelebihan uang dan barang. Sifat kelebihan dan kebutuhan tersebut dapat berupa jangka pendek
maupun jangka panjang. Kelebihan dan kebutuhan uang jangka pendek ditampung oleh lembaga
perbankan (pasar uang), sementara yang berjangka panjang ditampung oleh lembaga pasar modal.
Di sisi lain, kelebihan dan kebutuhan barang jangka pendek ditampung oleh lembaga pasar
komoditas. Pasar uang, pasar modal, dan pasar komoditas merupakan pasar tunai (spot market)
karena penyelesaiannya harus segera dilaksanakan.
Pasar modal (Bursa Efek) adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan
kegiatan perdagangan sekuritas di Pasar Sekunder (Husnan, 1994). Setelah sekuritas terjual di
Pasar Perdana, sekuritas tersebut kemudian didaftarkan di Bursa Efek, agar nantinya dapat
diperjual-belikan di Bursa. Pada waktu sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di Bursa,
dikatakan sekuritas tersebut diperdagangkan di Pasar Sekunder.
Kaitannya dengan pasar modal Indonesia menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasal Modal,
pasal 1 butir 4 menyebutkan Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Yang dimaksud dengan Efek ialah surat-
surat berharga, seperti saham, sertifikat saham dan obligasi. Di dalam Keputusan Menteri
7
Keuangan No. 697/KMK.041/1985 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Efek adalah setiap
saham, obligasi atau bukti sementara dari surat tersebut, bukti keuntungan dan surat-surat jaminan,
opsi atau hak-hak lainnya untuk memesan atau membeli saham, obligasi atau bukti penyertaan
dalam modal atau penjamin lainnya. Dengan demikian pasar modal merupakan pasar atau usaha
perdagangan Efek-efek.
Menurut sejarahnya pasar modal pertama kali diperkenalkan di Jakarta pada tahun 1911, kemudian
pada tahun 1926 pasar modal dikembangkan di tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Pada saat perang dunia kedua meletus pada tahun 1942 maka pasar modal terpaksa ditutup. Pada
tahun 1951 pasar modal dibuka kembali akan tetapi kembali ditutup untuk kedua kalinya ketika
terjadinya perang pembebasan Irian Barat. Upaya untuk menghidupkan kembali pasar modal, yaitu
dengan melalui pembentukan panitia pada Tahun 1977 dengan dibentuknya Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) kegiatan pasar modal dimulai kembali. Pada tahun 1977, PT. Semen Cibinong
tampil sebagai perusahaan yang pertama mencatat sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang juga
sekaligus menandai dimulainya kegiatan pada pasar modal di Indonesia dan selanjutnya disusul
dengan pendirian Bursa Efek di Surabaya (BES) (Marsuki Darusman, 1996 :6-7).
Jenis Pasar Modal
Pada pasar modal ada berbagai jenis pasar yang dikenal untuk menawarkan Efek, antara lain:
Pasar Perdana
Pasar Perdana adalah pasar dalam masa penawaran Efek dan perusahaan penjual Efek (emiten)
kepada masyarakat untuk pertama kalinya. Pasar Perdana terjadi pada saat perusahaan emiten
menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham
di Pasar Perdana, perusahaan emiten terlebih dahulu akan mengeluarkan informasi mengenai
perusahaan secara detail (prospectus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga investor dapat mengetahui prospek perusahaan
di masa datang dan dan tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan oleh emiten.
Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga
pendukung pasar modal untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang
diperlukan untuk go public. Di Indonesia, proses penawaran umumnya adalah Initial Public
Offening (IPO) di Pasar Perdana.
Pasar Sekunder
Pasar Sekunder adalah penjualan Efek setelah penjualan pada Pasar Perdana berakhir. Pada
pasarsekunder ini harga Efek ditentukan berdasarkan kurs suatu Efek tersebut. Naik turunnya kurs
8
ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran Efek tersebut. Bagi Efek
yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual Efeknya dalam Bursa Efek, sedangkan bagi
Efek yang tidak dapat memenuhi syarat listing dapat menjual Efeknya di luar Bursa Efek.
Setelah sekuritas emiten dijual di Pasar Perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut dapat
diperjualbelikan oleh antar investor di Pasar Sekunder. Dengan adanya Pasar Sekunder, investor
dapat melakukan perdagangan
Pasar Paralel
Pasar Paralel adalah merupakan pelengkap Bursa Efek yang ada. Bagi perusahaan yang
menerbitkan Efek dan akan menjual Efeknya melalui Bursa dapat dilakukan melalui Bursa paralel.
Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE-BLKL 2 -
Pasar Modal).
Instrumen Pasar Modal
Saham
Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia (2003: 12), saham adalah sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim
atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum
permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami
kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Saham adalah salah
satu Efek pasar umumnya dijual di pasar modal (Bursa Efek) adalah saham. Saham adalah bukti
penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT).
Menurut Kendall, harga saham tidak bisa diprediksi atau mempunyai pola tidak tentu, ia bergerak
mengikuti random walk sehingga pemodal harus puas dengan normal return dengan tingkat
keuntungan yang diberikan oleh mekanisme pasar (Husnan, 1994). Abnormal return hanya
mungkin terjadi bila ada sesuatu yang salah dalam efisiensi pasar, keuntungan abnormal hanya bisa
diperoleh dari permainan yang tidak fair.
Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan utang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu jatuh
tempo sebesar niali nominalnya. penerbitan obligasi ini membutuhkan persyaratan berupa
pendapatan yang stabil bagi penerbit obligasi. Pendapatan yang stabil merupakan syarat mutlak
agar obligasi dapat dilunasi, dan harga obligasi akan diterima oleh pasar. Perusahaan yang
menggunakan dana obligasi untuk membiayai kegiatan usaha yang bersifat tidak stabil atau yang
terpengaruh oleh siklus ekonomi, maka akan terancam gagal dalam melunasi kupon atau pokoknya.
9
Option
Option adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga (bukan emiten) untuk
memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (Call Option).
Warrant
Warrant adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Warrant adalah instrumen pasar modal yang bersifat ekuitas yang bebrarti merupakan Efek yang
dapat dikonversi menjadi saham. Warrant merupakan turunan dari saham sehingga kinerja
bergantung pula pada kinerja dan perkembangan saham yang menjadi induknya (Fakhruddin, 2008:
219)
Right Issue
Setelah penawaran umum perdana (IPO), emiten dapat melakukan penambahan modal, yaitu
dengan melakukan penawaran umum terbatas atau yang lebih dikenal dengan sebutan right issue.
Right issue adalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya
(pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan saham baru.
Penerbitan right issue dapat mendorong emiten untuk meningkatkan modal disetornya dengan
memberikan penawaran terlebih dahulu kepada pemegang saham lama untuk menambah modalnya
di perusahaan tersebut. Jika seorang investor tidak ingin menggunakan hak tersebut, maka mereka
dapat menjual hak tersebut, atau dengan kata lain, hak tersebut dapat diperjualbelikan, sehingga
muncul periode perdagangan right. Right issue terkait erat dengan Pre- emtive Right (hak yang
dimiliki oleh pemegang saham untuk mempertahankan persentase kepemilikannya). Sebagaimana
diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. IX.D.1 tentang hak memesan Efek terlebih dahulu
khususnya butir 2 disebutkan bahwa ”Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan penawaran
umum saham atau perusahaan publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk
melalui penerbitan warrant atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham kepemilikan
mereka.”
Right Issue dan Kepentingan Investor
Rencana right issue ditanggapi beragam oleh investor. Sebagaimana ketika harus mengambil
keputusan apakah membeli saham atau tidak pada saat emiten melakukan penawaran umum
perdana saham, investor juga harus menelaah secara lebih detail rencana right issue yang akan
dilakukan oleh suatu emiten. Investor harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
10
Latar belakang dilakukannya right issue.
Tujuan right issue.
Rencana penggunaan dana hasil right issue.
Kinerja keuangan emiten setelah right issue.
Harga pelaksanaan setelah right issue.
Hasil penelaahan atas rencana right issue tersebut harus dikaitkan dengan tujuan investasi oleh
investor, jangka waktu investasi, dan pengaruh right issue tarhadap dilusi kepemilikannya dan
pengaruh right issue terhadap nilai investasinya (harga saham emiten). Investor jangka panjang
yang ingin mempertahankan nilai investasinya tentunya harus menggunakan haknya untuk
membeli tambahan saham.
Ketentuan Pelaksanaan Right Issue
Adapun beberapa ketentuan yang terkait dengan right issue, sebagai
berikut:
Harus disetujui oleh RUPS. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas pasal 34 ayat 1 (selanjutnya disingkat UU PT) yang menyatakan bahwa ”penambahan
modal perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.”
Harga pelaksanaan right issue tidak boleh lebih rendah dengan harga nominalnya (UU PT pasal
26).
Dalam Peraturan BAPEPAM No. IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (selanjutnya
disingkat dengan HMETD) disebutkan bahwa untuk dapat melaksanakan RUPS dalam rangka
penambahan modal
Harga Teoritis Akibat Right Issue
Sesuai dengan ketentuan yang diatur melalui Peraturan Perdagangan BEI No. II-A lampiran II-A.1.
Lembaga yang Mengatur Mekanisme Pasar Modal di Indonesia
Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan suatu lembaga yang mengatur
pasar modal tersebut. Pasar modal di Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah yang disebut
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). BAPEPAM ini bekerja atas nama Departemen
Keuangan. Instansi pemerintah yang ikut terlibat dalam mekanisme pasar modal adalah Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis dan Departemen Keuangan.
BKPM memberikan izin penanaman modal yang meliputi komposisi dan jumlah dana investasi,
besarnya modal dasar, batas waktu penyetoran modal, dan koposisi pemegang saham. Departemen
Teknis memberikan izin usaha pada bidang-bidang tertentu. Misalnya, izin usaha perbankan
11
diberikan oleh Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia. Sejak tahun
2013, fungsi pengawasan Pasar Modal Indonesia yang selama ini perankan oleh Bank Indonesia
telah dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK diberikan peran untuk melakukan
fungsi pengawasan terhadap lembaga- lembaga keuangan, termasuk bank Indonesia. Walaupun
demikian, akan tetapi dalam menjalankan fungsinya, OJK tetap melakukan koordinasi dengan
Bank Indonesia (BLKL 2 - Pasar Modal)

BUKU PEMBANDING
Bab 2
Mengenal produk dan mekanisme pasar modal
MENGENAL PRODUK PASAR MODAL
Klasifikasi Produk Pasar Modal
Produk pasar modal secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu produk pasar modal dengan cara
investasi langsung yaitu saham dan obligasi dan produk pasar modal dengan cara investasi tidak
langsung yaitu melalui reksa dana. Kemudian seiring dengan perkembangan, produk tersebut
mengalami perkembangan sehingga muncul produk derivatif, variasi dan produk hybrid yang
memiliki gabungan-gabungan karakteristik tersebut.

Secara umum klasifikasi produk pasar modal dengan investasi langsung dapat dibagi menjadi
sebagai berikut:
Saham
Merupakan bukti penyertaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan. Karakteristik yuridis bagi
pemegang saham:
Limited Risk (pemegang saham hanya bertanggung jawab terhadap sejumlah dana yang disetorkan
dalam perusahaan).
Ultimate Control (pemegang saham, secara kolektif, akan menentukan arah dan tujuan
perusahaan).
Residual Claim (sebagai pihak terakhir yang memperoleh pembagian hasil usaha perusahaan dan
sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan, setelah kreditur).

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
Dividen
12
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal
harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama hingga kepemilikan saham
berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau
dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan
adanya pembagian dividen saham tersebut.

Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan
adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham
Obligasi
Merupakan Efek berbasis surat hutang yang memberikan hasil investasi bersifat tetap selama
periode tertentu hingga jangka waktu jatuh temponya.

Terdapat beberapa jenis obligasi, yaitu:


Dilihat dari sisi penerbit:
Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha
milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyek-
proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

Dilihat dari sistem pembayaran bunga:


Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.
Namun, bunga, dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan
ketentuan penerbitnya.
13
Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum
masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka
waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD)
yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

Dilihat dari hak penukaran/ opsi:


Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi
pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
Harga “Obligasi”
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan
dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3 kemungkinan harga pasar dari
obligasi yang ditawarkan, yaitu:
Par (nilai par): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal. Misalnya obligasi dengan nilai nominal
Rp50.000.000,00 dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x
Rp50.000.000,00 = Rp50.000.000,00.
At premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal. Misalnya obligasi
dengan nilai nominal Rp50.000.000,00 dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102%
x Rp50.000.000,00 = Rp51.000.000,00.
At discount (dengan diskon): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misalnya obligasi
dengan nilai nominal Rp50.000.000,00 dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah
98% x Rp50.000.000,00 = Rp49.000.000,00.
Transaksi Saham dan Obligasi
Secara umum transaksi surat berharga untuk saham dan obligasi dapat dibagi menjadi transaksi
pada pasar perdana dan transaksi pada pasar sekunder. Pasar perdana artinya investor membeli
pada saat dilakukan IPO pertama kali. Dana investasi dari investor selanjutnya langsung masuk ke
perusahaan dan digunakan untuk kepentingan ekspansi perusahaan. Proses pembelian saham dan
obligasi pada pasar perdana ini pada dasarnya tidak berbeda.
14
Selanjutnya, transaksi juga dapat terjadi di pasar sekunder. Dimana transaksi pembelian dan
penjualan sudah tidak terjadi di antara investor dengan perusahaan, tapi antara investor yang satu
dengan investor yang lain. Pada pasar sekunder, yang membedakan antara saham dengan obligasi
adalah bahwa transaksi saham dilakukan melalui fasilitas bursa, sementara untuk transaksi obligasi
dilakukan tidak melalui fasilitas bursa atau Over The Counter.
Pada pasar sekunder, dana jual beli investor sudah tidak masuk ke perusahaan yang mengeluarkan
efek tersebut melainkan berpindah tangan dari investor yang satu ke investor yang lain. Dalam
dunia keuangan, harga saham dianggap mencerminkan kinerja fundamental perusahaan. Jika
kinerja keuangan baik, proses bisnis menjanjikan, maka nilai harga saham akan meningkat dari
waktu ke waktu berikut juga harga pasar sahamnya.

Dalam kondisi tertentu, perusahaan penerbit efek juga dapat membeli kembali saham yang
diterbitkannya di pasar sekunder. Aksi korporasi ini disebut dengan buyback. Salah satu penyebab
aksi korporasi ini misalkan perusahaan ingin menyelenggarakan ESOP (Employee Stock
Ownership Program) dan MSOP (Management Stock Ownership Program) sehingga membeli
saham pada
pasar sekunder dan membagikannya kepada karyawan dan manajemen. Selanjutnya karyawan dan
manajemen berhak untuk menyimpan atau menjual kembali di pasar sekunder.

Penyebab lain perusahaan melakukan buyback adalah ketika harga saham turun sigfinikan sehingga
jauh di bawah harga wajarnya. Perusahaan dapat membeli saham tersebut untuk disimpan (treasury
stock) untuk dijual di kemudian hari ketika harga sahamnya naik. Pembelian saham sendiri juga
bisa meningkatkan earning per share karena mengurangi jumlah saham yang beredar.

Segmen Pasar di Bursa untuk perdagangan Efek Bersifat Ekuitas terdiri dari:
Pasar Reguler, yaitu pasar di mana perdagangan efek di Bursa dilaksanakan berdasarkan proses
tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh anggota
bursa efek dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa
(T+3).
Pasar Negosiasi, yaitu pasar dimana perdagangan efek bersifat ekuitas di bursa dilaksanakan
berdasarkan tawar menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang yang
15
berkesinambungan (non continuous auction market) dan penyelesaiannya dapat dilakukan
berdasarkan kesepakatan Anggota Bursa Efek.
Pasar Reguler Tunai (Pasar Tunai), yaitu pasar di mana perdagangan efek di Bursa dilaksanakan
berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction
market) oleh anggota bursa efek dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama dengan
terjadinya transaksi bursa (T+0).
Biaya Transaksi di Pasar Sekunder
Dalam melakukan transaksi di pasar sekunder, investor dikenakan biaya transaksi berupa komisi
kepada pialang. Biaya komisi tersebut bernilai maksimum 1% dari nilai transaksi dan dikenakan
PPN sebesar 10% yang dibebankan kepada investor. Khusus untuk transaksi penjualan saham,
investor dikenakan pajak transaksi sebesar 0,1%.
Berikut adalah ilustrasi pengenaan biaya dalam transaksi jual beli saham WXYZ sejumlah 2 lot
pada harga Rp5.000,00 dan Rp6.000,00 per saham. Komisi yang dibayarkan investor kepada AB
(komisi pialang) maksimum 1% dari nilai transaksi. Komisi broker dikenakan PPN 10% yang
dibebankan ke investor. Nilai transaksi dikenakan pajak transaksi 0,1% (hanya untuk transaksi
penjualan saham).

Ilustrasi pengenaan biaya dalam transaksi jual beli saham WXYZ sebanyak 2 lot pada harga
Rp5.000,00 dan Rp6000,00 per saham.
Kritikan:
Pada bab buku utama menjelaskan mengenai padar modal dan penawaran umum di reksadana.
Pada bab ini menjelaskan secara rinci mengenai pasar modal dan ejnis pasar modal, sedangkan
di buku oembandig meskipun memilikii judul yang berbeda anmun sub banya masih
mengandung apa apa saja yang di bahas dalam bab buku utama. Dari yang say abaca pada
buku pembanding lebih banyak menjelaskan produk dari pasr modal secara rinci dan mengenai
perusahaan go public, namun di buku utama menjelaskan produk dan bagai mana penawaran
di pasar reksadana.
BUKU UTAMA
BAB 3 MANAJEMEN DAN KEPUTUSAN INVESTASI
Dasar pengambilan keputusan investor terdiri atas tingkat return yang diharapkan (expected
return), risiko, dan hubungan antar return dan tingkat risiko (Jones, 2000: 11).
Return
16
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham
perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang
telah diinvestasikannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, 2000:
107). Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor
tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka pendek
maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut
return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Alasan untuk berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi
disebut return. Return yang diharapkan oleh seseorang merupakan konpensasi atas biaya
kesempatan (oportunity cost) dan resiko inflasi.
Risiko
Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
Penelitian terhadap return saham dan obligasi di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Jeremy J.
Siegel tahun 1992, menemukan bahwa dalam periode 1802-1990, return saham jauh melebihi
return obligasi. Salah satu faktor menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut
adalah
Hubungan Return dan Tingkat Risiko
Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi,
maka return juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah, maka risiko juga akan
rendah. Hubungan antara expected return dan tingkat risiko (risk) merupakan hubungan yang
bersifat searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, maka semakin besar pula
expected return atas aset tersebut. Risk dan return merupakan kondisi yang dialami oleh
perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun
keuntungan dalam suatu periode akuntasi.
Proses Keputusan Investasi
Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going
process).
Tahapan selanjutnya adalah pemilihan aset, yaitu pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan dalam
portofolio. Tahapan terakhir adalah pengukuran dan evaluasi kinerja portfolio meliputi pengukuran
kinerja portofolio dan pembandingan dengan hasil pengukuran kinerja portofolio lainnya melalui
proses benchmarking untuk mengetahui seberapa baik kenerja portofolio (Archer and D’
17
Ambrosio, 1972: 247). Proses benchmarking dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk
mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dibanding dengan portofolio
lainnya (portofolio pasar).

Indeks Harga Saham


Indeks harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks. Indeks saham digunakan untuk tujuan
analisis dan menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah. Corporate
action yang dilakukan oleh perusahaan dapat merusak analisis apabila menggunakan harga saham
dalam rupiah tanpa dikoreksi lebih dahulu. Menggunakan indeks dapat dihindari kesalahan analisis
walaupun tanpa koreksi. Indeks harga saham merupakan indikator yang dapat digunakan para
pemodal untuk mengetahui pergerakan pasar. Dengan melihat angka indeks, maka kita dapat
mengetahui apakah pergerakan pasar pada hari ini lebih tinggi atau lebih rendah dari kemarin, kita
dapat pula membandingkan kondisi pasar pada minggu ini dibandingkan minggu kemarin, bulan
lalu dengan bulan sekarang, dan seterusnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Kartopo (1997), IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal
1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI, indeks ini mencakup pergerakan
harga seluruh saham biasa dan preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG
adalah tanggal 1 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan
saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham (Wilsom R. L, 2008: 22).
IHSG (Composite Stock Price Indeks = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis
saham yang tercatat di Bursa efek. Cara perhitungan IHSG sama dengan indeks harga saham
parsial, yang berbeda hanya jumlah emiten. IHSG pada dasarnya mencerminkan harga-harga
seluruh saham yang diperdagangkan dalam waktu tertentu dibagi dengan nilai pasarnya dikalikan
100 persen di BEI. IHSG dihitung setiap hari atau setiap detik selama jam perdagangan. IHSG
berubah setiap hari karena: (a) Perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari; dan (b) Adanya
saham tambahan.
Jenis-Jenis Indeks Harga Saham di BEI
Pada BEI terdapat beberapa jenis indeks yang diperjualbelikan atau diperdagangkan, antara lain:
Indeks individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau
indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI
Indeks harga saham sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing
18
sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain.
Indek harga saham gabungan atau IHSG (composite stock price index), menggunakan semua
saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan
Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan mengacuh kepada 2 (dua)
variabel, yaitu likulitas perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Indeks syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks saham yang mengakomodasi
investasi syariah dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang
masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
syariah Islam, seperti:
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
Usah yang memproduksi, memdistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang
tergolong haram
Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang atau pun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat (merusak).
Indeks papan utama dan papan pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus
didasarkan pada kelompok-kelompok saham yang tercatat di BEI.
Pasar Modal dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pada dasarnya kinerja pasar modal dapat dievaluasi dengan indikator indeks, indeks dibuat dan
dijadikan sebagai tolok ukur (lead indicator) dalam mengevaluasi kinerja pasar modal, dan bahkan
indeks juga dijadikan sebagai indikator ekonomi untuk mencermati kondisi perekonomian secara
makro. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pasar saham dan aktivitas ekonomi bergerak
dengan siklus pola yang serupa. Perubahan pada pasar saham cenderung akan diikuti pula oleh
perubahan pada kondisi bisnis. Karena itu, indeks harga saham kemudian menjadi salah satu
komponen utama indikator ekonomi (leading indicator economic) yang secara konsisten
memberikan indikasi tentang adanya perubahan aktivitas bisnis, dan juga sebagai landasan analisis
statistik atas pasar terakhir. Manfaatnya menjadi lebih karena dibandingkan dengan indikator-
indikator lain yang memiliki rentang waktu yang cukup panjang, indeks harga saham tersedia
setiap waktu dan selalu dapat dimonitor (Wilsom R. L, 2008: 41
Manfaat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Secara spesifik, indeks harga saham diharapkan memiliki 5 (lima) manfaat yaitu:
Indeks dapat digunakan untuk menghitung total imbal hasil dari pasar secara agregat atau beberapa
19
komponen pasar pada periode waktu tertentu dan menggunakan tingkat pengembalian tersebut
sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja dari portofolio individu.
Untuk mengembangkan portofolio indeks.
Indeks dapat pula digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga
saham secara agregat.
Perubahan harga historis dapat digunakan untuk memprediksikan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Volatilitas)
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam
suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu.
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah
sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan
menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami
peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk
menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham.
Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun
bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.

BUKU PEMBANDING
ANALISIS RETURN DAN RISIKO INVESTASI
18.1. Mengukur Return Investasi
Investasi oleh para investor sesungguhnya adalah bermain diantara ekpektasi masa depan. Ambil
saja logika bahwa membeli saham A, berarti investor bersangkutan berharap di masa datang (bisa:
1.2.5, 20 jam mendatang, satu hari, dua hari, dan seterusnya, satu minggu, dua minggu, dan
seterusnya, satu bulan, dua bulan dan seterusnya, satu tahun, dua tahun kedepan dan seterusnya
memperoleh hasil dari investasi saham tersebut. Dengan demikian, tujuan investor dalam
berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus
dihadapi.
Sumber return dalam investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gains.
Yield merupakan komponen retrun yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh
secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gains (loss) merupakan kenaikan
(penurunan) harga dari surat berharga yang bisa memberikan keuntungan kerugian) bagi investor.
20
Perlu disadari bahwa, sulit dipisahkan antara return (sebagai keuntungan investasi dengan risiko
investasi. Terdapat korelasi antara return dengan investasi, sebagaimana dalam teori portofolio
bahwa semakin tinggi retum yang ditawarkan satu instrumen sekuritas) maka semakin tinggi
kandungan risiko dalam sekuritas bersangkutan Wight returm hight risk). Artinya, setiap ekpektasi
di masa datang atas satu investasi maka pasti terdapat risiko potensial akan terjadi dari investasi
bersangkutan. Terlebi masa datang mengandung ketidakpastian, sementara ketidakpastian
sesungguhnya adalah risiko (chans).
Hal yang sama juga terjadi instrumen keuangan, termasuk didalamnya adalah instrumen pasar
modal. Karena investasi pasar modal juga berbicara tentang futute time, maka sudah barang pasti
disamping berbicara return juga harus membahas tentang risiko yang terkandung dalam investasi
instrumen bersangkutan. Dibawah ini akan dibahas tentang return investasi secara lebih rinci,
sebagai berikut:
18.1.1. Konsep tentang Return (Return Concept
Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga akan mempertimbangkan segala keputusan
investasi den dana yang dimiliki memberikan probalilitas keuntungan yang optimal. Artinya,
investor akan melakukan portofolio yang memberikan keuntungan tertentu dengan risiko yang
rendah.
Terkait dengan pengharapan investor tersebut dijelaskan dalam teori expectancy dan teori motif
(motive dari investasi. Investor akan meningkat psikologis investasi manakala probabilitas
ekpektasi keuntungan masa theory). Teori expectancy menjelaskan bahwa investor memiliki
pengharapan fekpektasi) keuntungan tertentu datang lebih besar dari probalitas risiko yang muncul.
Kontek teori expectancy tersebut diperkuat oleh sikap sehingga mereka akan menjatuhkan pilihan
investasi apabila economic benefit akan diperolehnya. Untuk itu, opportunistik investor
sebagaimana dijelaskan dalam motive theory bahwa investor merupakan pihak rasional, Investor
akan melakukan kalkulasi trade of cost and benefit dalam banyak tindakan dan keputusan. Investor
akan memberikan ruang dan peluang manakala instrumen tersebut dapat memberikan probabilitas
return yang diharapkan.
Return kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi
yang dilakukannya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya
pemodal tidak melakukan investasi Robert Ang 1995). Dengan demikian, setiap investasi baik
jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang
disebut return baik secara langsung maupun tidak langsung.
21
Berbicara tentang return satu investasi, memiliki banyak jenis. Hal itu, tergantung pada jenis
instrumen bersifat tetap, sertifikat deposito, obligasi, Sertifikat Bank Indonesia dan lainnya.
Terdapat instrumen investasi yang tidak memberikan tingkat freturn tertentu secara tetap dan
periodeik, seperti saham, yang mana tidak menjanjikan suatu return yang pasti bagi para pemodal.
18.1.2. Komponen Return
Sebagaimana dijelaskan pada sub bab diatas bahwa tetum merupakan salah satu dari motivasi
investor dalam berivestasi. Karena itu, return menjadi pusat perhatian, termasuk dimensi-dimensi
yang ada didalamnya.
Satu hal yang harus dimengerti oleh investor adalah jenis return yang ditawarkan oleh suatu
instrumen investasi, karena jenis return sangat ditentukan oleh jenis instrumen bersangkutan. Pada
prinsipnya, komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu current income pendapatan lancar)
dan capital gain (keuntungan selisih harga).
Current income (keuntungan lancari adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang
bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. Jenis
keuntungan tersebut bersifat jangka pendek (current income) karena diterima dalam bentuk kas
(misalnya: kupon bunga obligasi, giro/cek, dividen tunai dan sejenisnya), maupun setara kas yang
mudah dicairkan (misalnya: saham bonus atau dividen saham yang mudah dicairkan lewat
penjualan dipasar modal) (Robert Ang, 1995).
Jika return yang diberikan pada investasi pasar modal (saham, obligasi dan derivasinya) adalah
current income dan capital gain/loss , maka return total dalam investasi.
Disamping itu, sebagaimana dinyatakan tersebut diatas bahwa investasi dalam efek merupakan
potensi masa datang, sehingga investor harus mampu memprediksi probabilita return masa datang.
Untuk itu investor dengan menggunakan data historis yang merupakan kualifikasi riil kemampuan
sekuritas untuk memprediksi apapun masa depan. Return yang diharapkan akan diterima dimasa
datang yang disebut tingkat kembalian yang diinginkan (fexpected return).
Experted Return dapat didefinisikan sebagai return kembalian) yang diharapkan oleh seorang
investor satu investasi yang akan diterima pada masa yang akan datang (Robert Ang, 1995).
Expected return sebut sebagaimana karakter yang uncertainty maka dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain: (1) Mong perusahaan, dan sebagainya; (2) faktor ekstenal, seperti: pengaruh
kebijakan moneter dan fiskal,lor internal perusahaan, seperti: kualitas dan reputasi manajemennya,
struktur permodalan, struktur perkembangan sektor industrinya, dan sebagainya, faktor ekonomi,
seperti terjadinya intiasi (kenaikan harga) atau deflasi (penurunan harga).
22
18.1.3. Konsep Time Value of Money
Investasi yang dalam perspektif retur dan risikonya adalah future value maka dalam kontek menilai
pertensi masa datang membutuhkan tolok ukur yang operasional. Tolok ukur tersebut mampu
memberikan wifikasi obyektif terhadap penilaian aset investasi.
Karena itu, untuk menilai suatu aset investasi sekarang yang didalamnya adalah peletakkan nilai
tertentu dari dara investor, berapa nilai aset tersebut dimasa datang, sehingga dapat diperhitungkan
keuntungan dalam investasi dalam aset bersangkutan. Untuk mengukur nilai aset dari investasi
masa datang dapat menggunakan kaidah time value of money,
Time value of money, menentukan nilai dari uang berdasarkan waktu. Time value of money
didasarkan asumsi bahwa nilai uang sekarang akan berbeda dengan nilai uang tersebut 3, 4 tahun
dan seterusnya dimasa datang. Perbedaan nilai tersebut salah satunya akibat pengaruh inflasi.
Time Value of Money didefinisikan sebagai nilai uang dipengaruhi oleh titik waktu pada saat uang
tersebut diharapkan dapat diterima atas dasar fakta sepanjang ada kesempatan untuk mendapatkan
bunga.
Mengingat time value of money adalah menentukan nilai uang masa datang, maka dalam
menentukan time value of money menggunakan tingkat bunga tertentu. Artinya, dengan bunga
tertentu jumlah nilai uang sekarang akan berbeda dengan nilai uang tersebut dimasa datang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bunga sebagai parasmeter menentukan time value of
money merupakan jumlah uang balas jasa yang diterima oleh pemberi pinjaman (ender dari
penerima pinjaman (borrower) atas penggunaan uang pinjaman yang diberikan. Bunga dapat
dihitung berdasarkan dua metode yaitu:
1. Bunga Sederhana (Simple Interest)
2. Bunga Majemuk (Compound Interest
18.1.3.1. Bunga Sederhana
Metode perhitungan bunga yang pertama adalah bunga sederhana (simple interest), yaitu tingkat
bunga Irate interest langsung dikalikan dengan pokoknya untuk jangka waktu yang ditentukan.
Untuk menghitung tingkat bunga dengan menggunakan simple interest, digunakan rumus berikut
ini:
Simple Interest - i x P x t
Dimana:
i = annual interest rate tingkat bunga setahun)
23
P² = Principal (Pokok)
t = Holding period (lamanya), dinyatakan dalam tahun.
18.1.3.2. Bunga Majemuk
Disamping simple interest, untuk menentukan tingkat bunga investasi juga dapat menggunakan
bunga majemuk compoundung). Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebutkan Bunga
Majemuk (Compound Interests adalah bunga berbunga. Dalam compounding prinsipal yang di
tabungkan kemudian memperoleh bunga, bunga tersebut menambah prinsipalnya dan selanjutnya
dibungakan lagi, begitu seterusnya. Artinya, bunga yang diterima pada periode tertentu akan
mendapatkan bunga lagi disamping pokok yang berbunga.
Sesungguhnya, bunga majemuk juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus simple interest,
apabila bunga majemuk dihitung dengan menggunakan simpole interest, maka langkah-langkah
yang dapat dijelaskan sebagaimana.
18.1.3.3. Present Value dan Future Value
Contoh sebagaimana tersebut diatas merupakan menghitung nilal uang masa datang (future value.
Future Value Inilai masa mendatang merupakan menghitung nilai uang sekarang berapa nilainya
masa datang. Uang Rp. 200.000 sekarang dengan tingkat bunga 10% maka uang tersebut senilai
Rp. 266.200 untuk tiga tahun mendatang.
Hal itu tentu lain kejadiannya, jika melihat present value Inilai sekarang). Nilai sekarang berarti
kebalikan dari future value yaitu uang tertentu lima tahun mendatang berapa nilai uang tersebut
jika dinilai sekarang. Misalnya, uang Rp. 1.000.000 lima tahun mendatang, berapa nilai uang
tersebut jika dinilai sekarang.
Jika future value dinyatakan sebagai FV, sedang present value dinyatakan sebagai PV, maka dapat
dinyatakan: PV - PV - compound interest.
Jika formula matematis compound interest dengan P Pokok diganti dengan kata PV, maka didapat
rumus:
Compound Interest - PVT 01-11
Dengan mendasar pada kedua rumus persamaan tersebut diatas, maka dapat diperoleh rumus
sebagai berikut: PV - PVPV - 01-11.
18.1.3.4. Annuitas (Annuity)
Pola penentuan perhitungan bunga lain adalah dengan menggunakan anuitas. Perhitungan dengan
anuitas lebih komplek, karena memperhitungkan serial waktu atau time series. Pembayaran secara
annuitas berarti pembayaran bunga yang dilakukan secara serial dalam jumlah yang sama selama
24
periode tertentu (Robert Ang 1995).
Anuitas dibagi menjadi dua, yaitu ordinary annuity dan due annuity. Ordinary annuity (anuitas
biasa) adalah anuitas jika pembayaran dilakukan pada akhir setiap periode, sedangkan jika
pembayaran dilakukan pada awal setiap periode disebut anuitas jatuh tempo (Due Annuity),
Dalam perhitungannya, anuitas menggunakan nilai bunga yang dibayarkan setiap periode baik
yang bersifat future value maupun present value. Rumus untuk menentukan Compound Interest
adalah (Robert Ang 1995).
18.1.5. Required Return
Sejalan dari teori expectancy dan teori opportunity investor akan menggunakan prefensinya
terhadap return investasi dan memanfaatkan opportunity waktu selama investasi. Untuk itu,
disamping memperhitungan mengetahui tingkat pengembalian investasi tersebut dijelaskan dalan
required return. Required retum adalah expected return dan expected risk juga memperhitungkan
tingkat pengembalian dari investasi. Untuk tingkat kembalian yang dibutuhkan oleh seorang
investor yang menginvestasikan modalnya (Robert Ang. 1995).
Rumus required return tersebut diatas menunjukkan bahwa terdapat dua elemen yang menentukan
yaitu risk free rate investasi bebas risiko) dan tingkat bunga yang berlaku diatas risk free rate.
Risk Free Rate merupakan suku bunga pada suatu investasi yang tidak mengandung risiko, dimana
didalamnya sudah terkandung faktor inflasi. Biasanya berupa suku bunga atas instrumen yang
digunakan oleh Bank Sentral, untuk mengontrol kebijakan moneter, seperti di Indonesia adalah
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Sedangkan, risk premium for investment (Rp) merupakan tingkat bunga diatas risk free rate yang
anda inginkan. Misalkan suku bunga SBI adalah 12% sedangkan premium yang anda inginkan
adalah 8%, maka required return on investment sebesar 20%.
18.1.6. Holding Period Return (HPR)
Jika required rate of return adalah kembalian yang dibutuhkan oleh inevstor dalam investasi,
sementara untuk mengetahui kembalian diterima investor dapat dihitung dengan holding periode
reurn, Holding Period Return adalah tingkat kembalian yang diterima oleh investor atas sejumlah
investasi tertentu dalam jangka waktu tertentu (Robert Ang, 1995), Jadi holding periode return
merupakan cara atau metode untuk investasi tersebut dapat untung, Hoding periode return dihitung
dari total return dibagi dengan nilai investasi awal. Seperti kita ketahui, total return adalah current
income ditambah dengan capital gain.
Perlu diketahui bahwa holding rate of return tidak memperhitungkan time value of money, untuk
25
itu hanya dapat digunakan untuk menghitung investasi yang yang kurang dari satu tahun.
KRITIKAN:
Pada buku utama menjelaskan mengenai investasi di pasar modal, begitu juga dengan di bab
pembanding. Pada buku utama sudah dijelaskan secara rinci mengenaai pembahasan di materi
tersebut, sementara untuk buku pembandig harus mengambil materi dari dari beberapa buku akrena
dibahas hanya mengenai sub babnya saja.

BUKU UTAMA
BAB IV
ANALISIS SAHAM DAN OBLIGASI

1. Pengertian Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular dan
paling banyak dipilih para investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan
yang menarik. Berdasarkan pendapat Rusdin (2005: 72), saham adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, di mana pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan Ang (1997: 2) berpendapat bahwa saham
adalah surat berharga sebagai bukti penyertaaan atau kepemilikan individu maupun
institusi dalam suatu perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas.
Pergerakan harga saham selalu berubah-ubah, sehingga diperlukan alat analisis
untuk membantu para investor dalam menganalisis dan memilih saham yang akan
memberikan return yang tinggi.

2. Analisis Saham
Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku pasar di Pasar
Modal, setiap tipe memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Kedua tipe tersebut adalah
analisis teknikal dan analisis fundamental.

a. Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2001: 349), “analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham dan kondisi pasar dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di
waktu yang lalu.” Menurut Ang (1997: 20.17), “analisis teknikal adalah suatu studi yang dilakukan
untuk mempelajari berbagai kekuatan yang berpengaruh di pasar saham

b. Analisis Fundamental
Menurut Husnan (2001: 315) mengatakan bahwa analisis fundamental mencoba memperkirakan

26
harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menetapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model analisis fundamental
sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering digunakan dalam berbagai
pelatihan analisis sekuritas.
B. Pengaruh Laporan Keuangan Bagi Investor
Menurut Syafri (2007: 191) bahwa “investor dalam hal tertentu juga sama
seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi
keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.”
Pengaruh laporan keuangan bagi investor menurut Munawir (2002: 53)
diungkapkan sebagai berikut:
Equity investor (investor saham) yang meliputi pemegang saham yang sudah ada
maupun calon pemegang saham yang potensial, mereka membutuhkan informasi
keuangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk mempertahankan, menjual,
atau justeru menambah saham yang dimilikinya. Pemegang saham potensial
membutuhkan informasi keuangan untuk membantu dalam pemilihan alternatif
investasi yang bersaing. Investor saham pada umumnya tertarik dalam perolehan
profitabilitas di masa yang akan datang dan tingkat resiko perusahaan.

C. Tinjauan Umum Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Secara teoritis analisis laporan keuangan tediri dari dua kata, yaitu analisis dan
laporan keuangan. Menurut Meriewaty dan Setyani (2005: 277) diungkapkan bahwa:
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
(perfomance) perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan
dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi
fenomena ekonomi.

Sedangkan Syafri (2007: 190) terkait dengan pengertian analisis laporan


keuangan memberikan batasan sebagai berikut:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain, baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

27
D. Tinjauan Umum Obligasi

1. Pengertian Obligasi
Dalam melakukan kegiatan investasi pastilah dihadapkan kepada berbagai
alternatif investasi. Salah satu alternatif investasi yang cukup popular adalah obligasi.
Obligasi ini menjadi alternatif investasi yang banyak diminati oleh para investor karena
obligasi dianggap sebagai suatu investasi yang cukup aman. Obligasi adalah suatu
instrumen keuangan berbentuk surat hutang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
guna menghimpun dana dari masyarakat dengan nilai nominal dan tingkat suku bunga
tertentu. Pada umumnya tingkat suku bunga obligasi ditetapkan dengan perhitungan-
perhitungan tertentu oleh penerbit obligasi tersebut.
Pada dasarnya, obligasi dianggap sebagai suatu instrumen investasi yang
menawarkan pendapatan yang relatif lebih aman jika dibandingkan dengan instrumen-
instrumen keuangan lainnya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa alasan, yaitu:
a. Memberikan cash-in-flow yang tetap; obligasi akan memberikan cash-in- flow atau
arus pendapatan yang tetap. Sebab penerbit obligasi akan membayarkan sejumlah
uang sebagai bunga obligasi kepada pemegang obligasi dengan nilai yang telah
ditentukan sebelumnya serta jangka waktu yang konstan.
b. Jaminan pengembalian pokok pinjaman; pemegang obligasi akan menerima
sejumlah uang sebe\agai pelunasan aias hutang pokok pinjaman oleh penerbit
obligasi sejumlah nilai par yang tertera pada obligasi tersebut. Uang tersebut akan
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo obligasi tiba.

E. Karakteristik Obligasi
Secara umum, sebuah obligasi mempunyai beberapa karakteristik yang
membedakan antara satu obligasi dengan obligasi lainnya. Karakteristik- karakteristik
yang dimiliki suatu obligasi adalah: (1) ciri-ciri intrinsik; (2) tipe obligasi; (3) surat
perjanjian; dan (4) fitur lain yang mempengaruhi jatuh tempo obligasi tersebut.

F. Struktur Pasar Obligasi Global


Pada dasarnya pasar obligasi dan asset-aset berpendapatan tetap lainnya
memiliki pasar yang lebih luas jika dibandingkan dengan jenis asset lainnya. Dalam
mencari dan menghimpun dana, perusahaan akan mempertimbangkan untuk
menerbitkan saham baik saham preferen maupun saham biasa sebagai modal sendiri
ataupun meminjam dari luar dengan menerbitkan obligasi. Pasar obligasi secara umum
tersebar di hamper semua Negara. Namun sekitar 50% dari keseluruhan pasar obligasi
global adalah berasal dari Amerika Serikat. Selain itu, negara lain di kawasan Eropa dan
Asia

G. Kopur dan Kupon


Emisi obligasi dapat diterbitkan dalam beberapa nilai nominal atau disebut
kopur, yaitu Rp. 100.000, Rp 1.000.000, Rp. 10.000.000, Rp. 25.000.000, dan Rp.
100.000.000. Sementara itu, pembayaran kupon dapat dilakukan dengan tingkat yang
28
tetap (fixed rate) dan mengambang (floating rate). Floating rate berarti mengambang
sebesar persentase tertentu (umumnya 3%) di atas bunga deposito sertifikat Bank
Indonesia. Biasanya, obligasi yang berisiko adalah berkupon fixed rate. Pada saat
tingkat bunga umum di bawah fixed coupon rate, maka penjualan obligasi masih
menarik bagi investor. Pada saat tingkat bunga umum meningkat karena pemerintah
mengeluarkan kebijakan “tight money policy” dengan menarik uang dari peredaran,
yaitu dana Milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang semula berada dideposito
bank swasta, dan kemudian mentransfernya ke rekening Bank Indonesia, maka kurs
obligasi berjatuhan.

BUKU PEMBANDING
BAB 7
SAHAM BIASA
7.1. Pengertian Saham (Equity/Stock)

Saham merupakan salah satu komoditas keuangan yang diperdagangkan dipasar


modal yang paling populer investasi saham oleh investor diharapkan memberikan
keuntungan, yang sudah barang pasti dalam saham juga mengandung resiko.

Pengertian saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau
lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjual-belikan. Saham merupakan instrument
ekuitas, yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Jadi saham merupakan surat berharga sebagai bukti
penyertaan atau kepemilikan individu maupuninstitusi dalam suatu perusahaan. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS).

Saham sebagai surat berharga,berarti saham memiliki nilai dan dapat diperjual-belikan.  Nilai
suatu  Nilai suatu saham,berdasarkan fungsinya saham,berdasarkan fungsinya dapat dibagi
dapat dibagi menjadi tiga menjadi tiga jenis,yaitu: (1) jenis,yaitu: (1) Par Value Par Value
(nilai nominal);(2) Base Price (nilai/harga dasar);dan (3) Market Price (nilai/harga pasar).
7.2. Karakteristik Yuridis Pemegang Saham Biasa

Sebagaimana posisi dan batasannya,dimana saham merupakan bukti penyertaan modal  pada satu
perusahaan,maka secara yuridis saham memiliki karakteristik antara lain :

29
1. Limited risk Artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas jumlah
yang disetorkan,yaitu sejumlah nilai saham yang dimiliki. Disini,keuntungan dan
kerugian yang terjadi pada  perusahaan  perusahaan akan dinikmatai dinikmatai
dan/atau dan/atau ditanggung ditanggung sebesar sebesar proporsi proporsi saham
yang dimiliki/dipegangnya. Jadi seandainya perusahaan mengalami kerugian,maka
tanggung  jawab pemegang pemegang saham hanya sebatas sebatas jumlah saham
yang dipegang,tidak dipegang,tidak sampai pada hak milik pribadi lainnya.
2. Ultimate control Artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah
dan tujuan perusahaan. Hal itu,dilakukan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan secara harian dilaksanakan oleh Dewan Komisaris yang merupakan
wakil/representasi dari pemegang saham.
3. Residual claim Artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapatkan pembagian hasil  perusahaan.  perusahaan. claim Berarti pemegang
saham memiliki pembagian keuntungan diperoleh perusahaan dalam  bentuk
dividen. Pemegang saham juga memperoleh memperoleh bagian atas sisa asset
perusahaan, ketika  perusahaan  perusahaan telah dilikuidasi setelah dikurangi
kewajiban kepada pegawai, pajak, hutang  pada pihak ketiga, pemegang saham
preferen dan kewajiban lainnya.
7.3. Hak Pemegang Saham Biasa

Pemegang saham,yang berarti bersangkutan ikut memiliki perusahaan sebesar proporsi saham
yang dimiliki,memiliki hak-hak antara lain :
1. Berhak atas pendapatan perusahaan (claim on income)

Memiliki hak atas pendapatan bersih perusahaan,yang berupa pembagian dividen.


Perusahaan berkewajiban memberikan dividen secara berkala (dividen regular),dan
dividen lain.
2. Berhak atas harta perusahaan (claim on assets)

Memiliki hak atas asset-aset perusahaan,termasuk ketika perusahaan dilikuidasi,setelah


segala bentuk kewajiban perusahaan diselesaikan,termasuk setelah penyelesaian hak
pemegang  pemegang saham preferen. preferen. Hal itu dinyatakan dinyatakan dalam
UUPT No 1/1995 ayat (2) yang  berbunyi “sisa kekayaan hasil likuidasi dipergunakan

30
bagi para pemegang saham”. agi para pemegang saham”.
3. Berhak mengeluarkan suara (voting right)

Memiliki hak suara untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan di masa datang
ketika Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pemegang saham memiliki hak suara
dalam RUPS sesuai dengan porsi kepemilikan saham.
4. Hak memesan efek terlebih dahulu/HMETD (preemptive right)

Memiliki hak untuk memesan efek terlebih dahulu (HMETD) ketika listed terbatas. Hal ini
merupakan hak istimewa yang diberikan emiten terhadap pemegang saham lama
untuk memiliki saham baru dengan harga dan waktu yang telah di tentukan.
7.4. Jenis Saham

Sejalan dengan pertumbuhan industri keuangan, saham mengalami perkembangan dengan


variance return dan risiko investasi. Adapun pembagian jenis saaham dijelaskan sebagai
berikut :
a. Dilihat dari hak yang melekat pada saham
1) Saham biasa (common stock), saham yang menempatkan pemiliknya paling
akhir terhadap claim, Saham biasa (common stock) adalah saham yang paling
dikenal di lingkungan masyarakat. Di antàra emiten (perusahaan yang
menerbitkan surat berharga), saham biasa merupakan saham yang paling
banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham biasa
paling menarik, baik bagi pemodal maupun bagi emiten.
2) Saham preferen (preferred stock), merupakan gabungan (hybrid) antara
obligasi dan saham biasa. Artinya, di samping memilikí karakteristik seperti
obligasi, juga memiliki karakteristik seperti saham biasa. Karakteristik
obligasi misalnya, saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga
obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak
pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang menghendaki
penerimaan dividen yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang
menghendaki didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.
Memiliki karakteristik saham biasa, sebab tidak selamanya saham preferen
bisa memberikan penghasilan seperti yang dikehendaki pemegangnya. Jika

31
suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa
tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi
jelasnya, saham preferen adalah saham yang memberikan prioritas pilihan
(preferen) kepada pemegangnya. Prioritas yang ditawarkan saham preferen,
antara lain:
1) Prioritas pembayaran, pemodal memiliki hak untuk didahulukan dalam
hal pernbayaran dividen.
2) Dividen tetap, pernodal memiliki hak mendapat pembayaran dividen
dengan jumlah tetap.
3) Dividen kumulatif, pemodal berhak mendapat pembayaran semua
dividen yang terutang pada tahun-tahun sebelumnya.
4) Convertible preferen stock/ pemodal berhak menukar saham preferen
yang dipegangnya dengan saham biasa.
5) Adjustable dividend, pemodal mendapat prioritas pembayaran
dividennya menyesuaikan dengan saham biasa.
b. Dilihat dari cara peralihan :
1) Saham atas unjuk (bearer stock)/ artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemilik. Saham jenis ini sangat mudah dipindahtangankan (dialihkan)
kepemilikan (seperti uang) sehingga memiliki likuiditas lebih tinggi. Siapa
saja yang dapat menunjukkan sertifikat saham jenis ini, berarti dapat hadir
serta memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pemegang saham jenis ini hendaknya berhati-hati dalam penyimpanan
sertifikat saham, karena jika hilang atau pindah tangan tidak dapat meminta
duplikatnya.
2) Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dan cara peralihannya melalui. prosedur,
tertentu. Nama pemegang saham jenis ini harus tercatat dalam buku khusus,
yaitu buku yang memuat daftar pemegang saham perusahaan. Jika sertifikat
saham hilang pemegang saham dapat meminta pengganti sertifikat saham
karena namanya tertera dálam buku pemegang saham perusahaan.
c. Dilíhat dari Kinerja Perdagangan

32
1) Blue Chip Stock, jika emiten saham biasa memiliki: (1) reputasi tinggi; (2)
sebagai leader di industri sejenis; (3) pendapatannya stabil dan konsisten
dalam membayar dividen. Untuk menilai suatu saham dapat masuk kategori
blue chip memerlukan waktu yang lama. Untuk itu, tidak mungkin bagi saham
perusahaan yang baru go publik (baru daftar di Bursa Efek) yang kebetulan
memiliki permintaan besar lantas dikatakan saham blue chip.
2) Income Stock, saham dari emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayar tahun sebelumnya.
Emiten yang dapat bisa melakukan hal demikian adalah yang mampu
menghasilkan pendapatan yang tinggi dan dengan teratur memberikan dividen
tunai. Emiten demikian biasanya lebih senang membagikan keuntungannya
sebagai dividen dari pada diendapkan sebagai laba ditahan. Investor yang
memiliki saham jenis ini biasanya tidak mementingkan tingkat price eraning
ratio (PIE) atau potensi pertumbuhan pasar. Mereka adalah kelompok investor
lanjut usia atau para pensiunan. Index beta tipe saham jenis ini cénderung
menurun, kurang dari 1.
3) Growth Stock (well known), saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, leader di industri sejenis. Saham jenis ini biasanya
memiliki price earning ratio (PÍE) tinggi. Di samping itu, emiten saham jenis
ini memiliki reputasi tinggi, gaya publikasinya nampak glamor dalam
memperbaiki peningkatan atau penurunan harga sahamnya. Saham jenis ini
umumnya memiliki index beta 1 ,5 atau lebih. Saham jenis ini diminati oleh
investor reactive, jangka pendek, terutama investor yang mengejar up normal
retum karena menawarkan dividen dan capital gain yang tinggi.
4) Growth stock (lesser known), saham ini emitennya tidak menjadi pemimpin
dalam industrinya, namun sahamnya memiliki ciri seperti well known, yaitu
mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata
tahuntahun terakhir. Saham ini kurang populer di kalangan investor, meskipun
menjanjikan rate of return (ROR) tinggi. Price Earning Ratio (P/E) saham ini
umumnya lebih rendah dibanding well known. Saham jenis ini biasanya
perusahaan berasal dari daerah, dan memiliki kedudukan cukup kuat di
daerah.
33
5) Speculative Stock, saham dari perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun. Namun emiten saham ini
memiliki potensi menghasilkan pendapatan di masa datang, meskipun
penghasilan tersebut belum dapat dipastikan. Pemegang saham ini dapat
dikonotasi dengan berspekulasi, karena dalam jangka pendek saham ini
kemungkinan hanya bisa membagikan dividen kecil atau bahkan tidak
membayar dividen sama sekali. Namun jangka panjang kemungkinan terdapat
ekpektasi memperoleh penghasilan tinggi. Penerbit saham ini umumnya
sedang melakukan pengembangan research & development atau
menggembangkan produk produk baru yang sedang dipasarkan. Price earning
rasio (P/E) saham jenis ini memiliki fluktuasi sangat tinggi dan indeks beta
diatas 2. Jika ingin berinvestasi apada saham jenis ini harus berani
menanggung resiko tinggi
6) Counter Cyclical Stock yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi mikro maupun situasi bisnis secara umum
d. Dilihat dari Nilai Kapitalisasi Pasar
1) Kapitalisasi besar sering disebut dengan istilah blue chip. Blue chip merujuk
pada sekelompok saham unggulan yang di transaksikan di bursa efek. Disebut
unggulan karena saham jenis ini memiliki karakter dasar yang istimewa.
Saham yang tergolong dalam kelompok ini adalah saham yang nilai
kapitalisasi pasarnya > Rp. 5 triliun. Kelompok saham ini juga sering disebut
saham unggulan/ saham lapis pertama. Adapun karakter istimewa dari saham
saham unggulan ini, antara lain :
a) Memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar. Nilai kapitalisasi pasar
merupakan perkalian antara harga saham dengan jumlah saham
perusahaan. Dibursa efek Indonesia (BEI), batasan big cup tidak ada
formulanya. Namun, jika dilihat dari sebaran jenis saham yang listing
dan diperdagangkan di BEI, maka satu saham masuk dalam kelompok
big cap jika nilai kapitalisasinya diatas Rp. 1 Triliun
b) Sahamnya likuidas. Hal itu karena saham kelompok ini mudah di
transaksikan pada harga yang wajar. Artinya, jika investor
membutuhkan uang, maka saham tersebut sewaktu waktu bisa
34
dicairkan menjadi uang. Jika investor hendak menjual, selalu ada
investor lain yang bersedia membeli. Semakin besar nilai, volume, dan
frekuensi suatu saham, maka saham tersebut semakin likuid
c) Kinerja keuangan emiten yang mengeluarkan saham tersebut tumbuh
stabil dan konsisten dari waktu ke waktu. Dari sisi fundamental,
pendapatan dan taba bersih selalu mengalami kenaikan yang stabil.
Dengan stabilnya fundamental emiten, maka investor bisa
memprediksi berapa taba yang bakal dicapai oleh emiten pada masa
mendatang dan berapa harga saham yang wajar di pasar, berikut
berapa dividen yang akan dibagikan.
d) Jumlah pemegang sahamnya besar (dí atas 400 pihak) karena banyak
investor atau fund manager yang menjadikannya sebagai portofolio
investasi. jumlah pemegang saham ini juga ikut menentukan likuiditas
saham di pasar. Hampir semua investor besar termasuk fund manager
menjadikannya sebagai portofolio.
e) Konsiten dalam membagikan dividen setiap tahun. Dividen merupakan
bagian yang penting bagi investor. la merupakan salah satu indikator
tingkat kesehatan emiten. Jika emiten sehat, fundamentalnya selalu
tumbuh dan manajemen cash flow bagus, maka ia akan membagikan
dividen setiap tahun.
f) Cash flow-nya cenderung positif (bagus). Artinya, emiten tidak
menemui kendala soal dana jika hendak melakukan ekspansi usaha,
bahkan mampu mendanai dari sumber dana perusahaan sendiri.
g) Transparan dan profesional. Artinya, informasi material yang berkaitan
dengan kondisi emiten selalu tersedia dan terdistribusi secara merata
ke semua investor baik tokal maupun asing. Tidak terjadi asimetris
informasi di pasar.
h) Patuh terhadap berbagai peraturan perundangan yang berlaku
2) Kapitalisasi Sedang (Mid-Cap)

Kelompok saham ini sering disebut saham lapis kedua. Kapitalisasi pasar saham
kelompok ini berkisar antara Rp.l s/d 5 triliun. Dilihat dari likuiditas saham,

35
saham lapis dua umumnya harganya berfluktuatif sehingga cocok untuk
investor yang sudah berpengalaman dan memiliki nyali dalam menghadapi
risiko besar. Saham lapis ini memiliki daya tarik tersendiri bagi kelompok
investor karena di samping return on investment realatif tinggi, harga
sahamnya relatif stabil dan naik Umumnya, perusahaan yang sahamnya berada
dalam lapis ini adalah perusahaan yang cukup besar dan berada di industrinya
untuk waktu cukup lama. Satu catatan penting bahwa saham pada lapis ini
agak rentan terhadap kondisi gorengmenggoreng saham sehingga rawan
terhadap permainan spekulasi. Saham yang berada di Mid Cap sering disebut
sebagai saham baby blue chip atau disebut baby blues. Saham baby blues ini
memiliki karakteristik sama dengan blue chip, kecuali kapitalisasinya saja
yang kecil.
3) Kapitalisasi Kecil (Small Cap)

Saham yang nilai kapitalisasi pasarnya < Rp 1 triliun. Kelompok saham ini sering
disebut dengan istilah saham lapis ketiga. Umumnya, saham lapis ini memiliki
retum on investment tinggi karena harganya yang relatif murah, namun
risikonya yang besar. Sifat likuiditas saham kelompok ini rendah, harganya
sangat labil dan sering dikatakan sebagai saham tidur dan dimiliki sedikit
investor. Sering dijadikan sebagai ladang favorit penggorengan para Bandar.
Saham ini cocok untuk investor yang paham betul tentang perusahaan, atau
dimiliki orang yang memiliki hubungan dekat dengan orang dalam
perusahaan. Saham tipe ini tidak banyak berpengaruh oleh kebijakan bidang
keuangan, tetapi justru dipengaruhi oleh aksi emiten.
7.5. Nilai Saham

1.5.1 Par Value ( Nilai Nominal/ Nilai Pari )


Par Value atau nilai awal (started value) atau face value atau sering disebut dengan istilah
nilai nominal atau par value. Nilai nominal (par value) adalah nilai yang tercantum pada saham
bersangkutan. Nilai ini hanya sebatas sebagai fungsi untuk tujuan catatan akuntansi. Nilai nominal
(par value) digunakan untuk dasar pencatatan modal yang disetor penuh dalam perusahaan. Modal
disetor penuh merupakan perkalian antara jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan dikalikan
dengan nilai nominalnya. Nilai tersebut merupakan ekuitas perusahaan yang dicantumkan dalam
36
Laporan Posisi Keuangan (LPK) sisi ekuitas.
Di Indonesia, nilai nominal saham publik yang diperdagangkan di Bursa Efek memiliki nilai
nominal antara Rp. 500 s/d Rp. 1.000, Menurut UUPT No. I/1995 bagian kelima tentang saham
pada pasal 42 disebutkan bahwa nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang
Republik Indonesia dan saham yang tanpa nilai nominal tidak dapat diperdagaangkan.
4.5.2 Base Price & Base Value (Harga Dasar & Nilai Dasar)
Base price muncul setelah saham aktif trading di Pasar Sekunder, karena erat kaitannya dengan
harga pasar suatu saham. Harga dasar (base price) saham bagi saham yang baru listing, berarti
harga perdana saham bersangkutan. Harga dasar ini dipergunakan untuk menghitung dan
menentukan indek harga saham. Harga dasar (base price) akan mengalami perubahan sesuai
dengan aksi emiten, seperti: Right Issue, stock split, warrant redemption, dan lain-lain. Untuk itu,
harga dasar (base price) yang baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil
perhitungan aksi emiten tersebut.
Sedangkan, base value (nilai dasar) merupakan hasil perkalian antara base price (harga dasar)
dengan jumlah saham yang beredar (outstanding shares). Rumus untuk menentukan base value
adalah:
Rumus: V base = P base X Ss
V base = base value (nilai dasar)
P base = base price (harga dasar)
Ss = jumlah saham beredar (outstanding shares)
4.5.3 Market Price & Market Value (Harga Pasar & Nilai Pasar)
Market price muncul dari tingkat penawaran dan permintaan satu saham. Market price (harga
pasar) adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung (German, Thomas, Sidney,
dan Raymond, 1985). Jika Bursa Efek sudah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya
(closing price). Harga pasar saham mencerminkan nilai saham emiten yang mengalami naik-turun
sesuai dengan likuiditas saham bersangkutan.
Sementara, market value (nilai pasar/nilai kapitalisasi) merupakan hasil perkalian antara
harga pasar (market price) dengan jumlah saham yang beredar (outstanding shares). Rumus untuk
menentukan nilai pasar (market value) adalah:
Rumus: Vs = Ps x Ss
Di mana:
Vs = market value (nilai pasar/nilai kapitalisasi)
37
Ps = market price (harga pasar)
Ss = jumlah saham yang beredar (outstanding shares)
Harga dasar (base price) dan harga pasar (market price) digunakan untuk menghitung indek
individual saham (individual stock price index). Sedangkan nilai dasar (base value) dan nilai pasar
(market value digunakan untuk menghitung IHSG (Composite Stock Price Index/CSPl). Market
value (nilai pasar) dalam bahasa praktik sehari-hari biasa disebut kapitalisasi pasar (market
capitalization)
7.6. Capital Gain dan Capital Loss

Ekpektasi investor dalam berinvestasi di suatu saham adalah tingkat capital gain yang akan
diterima di masa depan, sehingga capital gain merupakan salah satu return diharapkan dari saham.
Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga jual dengan harga
beli (harga jual lebih tinggi dari harga beli). Sementara, capital loss merupakan kerugian yang
dialami oleh investor dari selisih harga beli dengan harga jual (harga beli lebih tinggi dari harga
jual). Potential gain/loss merupakan keuntungan atau kerugian investor yang belum direalisasi
(karena belum dijual).
7.7. Agio/Disagio Saham

Dalam sub bab sebelumnya dinyatakan bahwa setiap saham harus memiliki nilai pari (nilai
nominal), yang mana, nilai tersebut lebih untuk kepentingan dalam catatan akuntansi. Karena nilai
nominal saham merupakan total seluruh saham yang dikeluarkan (outstanding share) perusahaan
dan merupakan nilai yang tercatat dalam ekuitas (modal disetor), maka total nilai nominal saham
sama dengan total semua modal yang telah disetor penuh oleh perusahaan.
7.8. Dividen

Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga pilihan investasi oleh investor akan
memperhitungkan expected return yang akan diterima. Return tersebut yang dimaksud adalah
dividen dan capital gain. Khusus mengenai dividen, merupakan keuntungan yang diberikan kepada
para pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari
operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (net income after
tax). Jadi dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham,
Menurut peraturan perundangan yang berlaku bahwa perusahaan diperkenankan untuk
mengambil cadangan dari net income after tax sampai cadangan mencapai 20% dari modal yang

38
ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah modal yang
belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham seperti Right Issue dan Waran. Jumlah laba
ditahan dan dividen yang akan dibagi diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Keputusan tersebut merupakan usulan dari Dewan Direksi (Bord of Directors).
Sementara, dalam melakukan usulan tentang dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham hendaknya memperhitungkan berbagai faktor. Hal itu karena, pembagian dividen, terutama
dividen kas akan mengganggu likuiditas perusahaan karena adanya aliran dana dari dalam
perusahaan. Faktor faktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan pembagian dividen yang
diusulkan oleh Board Of director di antara lain :
1. Keuntungan (laba) perusahaan

Tingkat laba bersih perusahaan merupakah salah satu elemen yang dipertimbangkan perusahaan
untuk membagi dividen atau tidak. Namun demikian, jika perusahaan rugi bukan berarti tidak
membagi dividen, jika perusahaan rugi dan membagi dividen berarti laba ditahan perusahaan
bersaldo negative
2. Aspek Hukum

Direksi dalam menentukan besaran dividen juga harus mempertimbangkan aspek hokum, kontrak
dan sejenisnya. Termasuk yang dipertimbangkan dalam keputusan pembagian dividen adalah
masih adakah klaim hutang dengan pihak ketiga, ada perjanjian batasan pembagian dividen
atau tidak
3. Prospek pertumbuhan perusahaan

Direksi akan memperhatikan projek pertumbuhan dalam rangka going concern perusahaan dimasa
depan. Untuk itu, direksi harus cukup jeli dalam mencermati penggunakan laba ditahan
sebagai sumber pembiayaan sendiri dalam pengembangan perusahaan. Jika, direksi
perusahaan membagi dengan presentase tertentu dari laba tertentu, hal itu apakah tidak
berakibat kecilnya cadangan untuk pengembangan dan apakah tidak mengganggu ekspansi
perusahaan.
4. Ekspektasi Pasar

Pada prinsipnya pasar memiliki ekspektasi tersendiri terkait besaran dividen yang akan diterima
(diperoleh) sesungguhnya, harga pasar saham sudah diberi premium oleh investor, sehingga
harga pasar tetap tinggi. Ekpektasi pasar yang demikian, jika direksi membagikan dividen
39
lebih baik dari ekspektasi investor, maka akan memicu reaksi negative investor sehingga
pasar akan terkoreksi negative
5. Posisi kas (likuitas)

Dalam pembagian dividen, salah satu dimensi lain yang diperhitungkan adalah posisi likuitas
perusahaan. Terlebih, jika yang diberikan adalah dividen kas, maka yang terjadi sudah barang
pasti akan mengganggu posisi kas perusahaan
7.8.1. Jenis Dividen Berdasarkan Tahun Buku

Dilihat dari waktu pembagian dividen terhadap para pemegang saham, dividen dikategorikan
menjadi dua yaitu: (1) dividen interim; dan (2) dividen final.
1. Dividen interim

Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan antara satu tahun buku dengan tahun abuku
berikutnya atau antaraa dividen final satu dengan dividen final berikutnyaa=. Dividen
interim bisa dibagikan lebih dari satu kali dalam satu tahun. Namun kasus di
Indonesia, dividen interim, umumnya satu kali atau bahkan tidak ada. Tujuan
pemberian dividen interim adalah untuk memacu kinerja saham perseroan di bursa.
2. Dividen final

Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah tutup buku perusahaan
berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun
sebelumnya unutk dibayarkan tahun berikutnya.
7.8.2. Jenis Dividen Berdasarkan Pembayaran
Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham (investor), dividen,
dapat dikategorikan menjadi dua kelompok : (1) dividen kas; dan (2) dividen saham.
1. Dividen tunai (cash dividend)

Dividen yang dibayarkan perseroan dalam bentuk uang tunai. Nilai dividen tunai sebesar nilai
yang dibayarkan emiten atau diterima oleh pemegang saham (investor). Bagi direksi,
pembagian dividen tunai harus memperhitung tingkat likuiditas perusahaan, mengingat
dividen ini pasti akan menguangi tingkat likuiditas perseroan
2. Dividen saham (stock dividend)

Dividen yang dibayarkan perseroan dalam bentuk saham baru, dengan proporsi tertentu. Harga
40
wajar dividen saham ditentukan dalam RUPS; yang mana, harga wajar ini sesuai dengan
PSAK (Pernyaaan Standar Akuntasi Keuangan) yaitu harga penutup sebelum RUPS yang
akan memutuskan dividen saham, biasanya harga penutup adalah sesi terakhir hari bursa
sebelumnya atau Sesi terakhir sebelum RUPS dimulai.

Contoh kasus sebagaimana tersebut diatas diasumsi bahwa nilai nomial saham baru sama dengaan
nilai nominal saham lama tidak berubah sehingga rasio dividen sesuai dengan proporsi yang
diberitahukan yaitu 100:80. Namun, bagaimana jika nilai nominal saham baru tidak sama
dengan nilai maka rasio saham harus dilakukan penyesuaian sebanding dengan nilai nominal
dari dividen saham yang harganya ditetapkan sebagai harga pasar dividen saham
bersangkutan.

Satu catatan yang harus diketahui pihak pihak yang berkepentingan terhadap dividen tunai
maupun dividen saham, bahwa dividen diberikan kepada para pedangan saham adalah
kepentingan pasar yaitu menaikkan reputasi saham perusahaan

Khusus untuk dividen saham disamping pembagian dividen bertujuan untuk meningkatkan reputasi
market performance juga untuk meningkatkan kepemilikan pemegang saham lama. Alasan
mengapa direksi membagikan dividen dalam bentuk dividen saham adalah pertimbangan likuiditas
perusahaan, mengingat jika diberikan dalam bentuk dividen kas (cash dividend) bararti terjadi cash
out flow sementara terjadi keterbatasan instrument kas dalam perusahaan.

Dalam kasus dimna direksi perusahaan atau emiten membagikan deviden dalam bentuk kas, yang
mana hal itu telah dicadangkan diambil dalam laba ditahan sebagaimana hasil rapat umum
pemegang saham (RUPS) tahun sebelumnya, lantas bagaimana posisi vadangan untuk pembagian
dividen tersebut

Posisi cadangan dividen yang sedianya akan dibagikan dalam bentuk tunai dikapitalisasi yang
disetor penuh. Sehingga, modal yang disetor penuh menjaid bertambah,fakta seperti itu maka
tidak terjadi cash in flow maupun cash out flow, yang terjadi hanya perubahan sejumlah dari akun
laba ditahan ke akun modal disetor penuh.

Konsekuensinya, perusahaan harus menerbitkan saham baru sebesar nilai tambahan modal yang
disetor penuh yang akan dibagikan dalam bentuk dividen saham atau (pengganti dividen kas
akibat kebijkan direksi membagi dividen dalam bentuk saham). Untuk menenukan berapa jumlah
41
saham baru yang diterbitkan sebagai pengganti cadangan dividen yang tidak dibagi dalam
perusahaan bermaksud untuk membagikan dividen, baik berupa dividen kas maupun dividen
saham, maka didahului dengan penerbitan pengumuman pembagian saham. dalam pengumuman
tersebut mencantumkan tanggal pembayaran dividen yang meliputi:

Declaration date (tanggal pengumuman )

Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya dividen serta
jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan

Cum dividend date (tanggal cum dividen)

Tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen
(dividen tunai atau saham disini, siapa saja investor) yang membeli saham sesudah tanggal
declaration date dan sebelum atau pada tanggal cum-dividend, maka berhak untuk memperoleh
bentuk dan besarnya dividen sesuai dengan yang diumumkan oleh emiten. Siapa saja yang
memegang (membeli saham) sebagaimana dalam kasus tersebut, harus segera mendaftarkan
kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten guna meregristrasikan nama anda
sebaga pemegang saham. Proses registrasi harus dilakukan sebelum atau pada tanggal date of
record.

Ex dividend date (tanggal ex dividen)

Merupakan batas tanggal di manaa perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak atas
dividen. Jadi pada tanggal tersebut saham yang diperdagangkan sudah tdak melekat lagi hak
untuk memperoleh pembagian saham dari emiten,

Recording date (tanggal registrasi)

Tanggal di mana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham, sehingga ia
mempunyai hak sebagai pemegang saham. Saham yang dibeli harus segera didaftarkan sebelum
atau pada saat date of record, jika tidak segera didaftarkan atau terlambat mendaftarkan saham
yang dimiliki pada date of record, maka tidak memiliki hak untuk mendapatkan pembagian
dividen dari emiten bersangkutan.

BAB 11

OBLIGASI

42
Pengertian obligasi

Selain saham, instrumen pasar modal yang relatif cukup familier di masyarakat adalah obligasi.
Obligasi ini telah menjadi investasi alternatif oleh para investor, serta diminati karena disamping
memberikan pendapatan tetap (bunga tetap) juga memberikan capital gains.

Obligasi termasuk salah satu jenis efek pendapatan tetap. Feed Income Securities (FIS) adalah
semua jenis sekurita/efek atau surat berhagara yang dapat memberikan pendapatan tetap/pasti
kepada pemegangnya (Robert Ang 1995). Obligasi merupakan kontrak antara pemberi pinjaman
dengan yang diberi pinjaman. Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa
pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada yang diberi pinjaman melalui sebuah
kontrak, ada akibat adanya kontrak tersebut pemberi pinjaman memiliki hak untuk dibayar
kembali pada waktu dan dengan jumlah tertentu pula.

Sebagai bentuk efek yang berpendapatan, obligasi memiliki ciri-ciri umum dari efek pendapatan
tetap, anatara lain

Merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum

Memiliki batas periode atau jangka waktu tertentu

Adanya pendapatan tetap

Memiliki nilai nominal

Memiliki kekuatan hukum maksud nya terdapat nilai yang terkandung di dalamnya serta
mengikat kedua belah pihak secara hukum. Obligasi memiliki batas periode atau jangka waktu
berlakunya yang biasanya disebut masa hidup pasar.

Obligasi adalah egek utang pendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana
penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan
membayar kembali jumlah pokoknya pada jatuh tempo.

Untuk melakukan pemeringkatan efek obligasi dilakukan lembaga pemeringkat resmi. Lembaga
pemeringkat (rating agency) di dunia yang terbesar dan terkenal adalah:

Moody’s

Standard & Poor’s

43
Di Indonesia, lembaga pemeringkat yang diakui adalah PT. Pemeringkat Efek Indonesia
(PEFINDO), yang mana operasinya juga bekerjasama dengan standard&Poor’s.

Maksud dan tujuan dilakukan pemeringkat efek (obligasi), disamping sebagai bentuk iktikat dan
keterbukaan perusahaan tentang posisi kinerja lembaga juga untuk menunjukkan kualifikasi efek
obligasi yang dikeluarkan.

Bersinggungan bahwa pemeringkay ini maksudkan untuk memberikan gambaran secara fair
tentang wanprestasi emiten dan kualifikasi efek (obligasi), maka pemeringkatan dapat dibagi atas
dua jenis, yaitu Corporate Rating dan Securities Rating.

Corporate Rating dimaksudkan untuk memeringkat atau menilai suatu perusahaan secara
menyeluruh. Sedangkan, Securities Rating dimaksudkan untuk memeringkat atau menilai suatu
produk efek yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan, misalnya Bond Rating, pemeringkat
terhadap suatu obligasi.

Jenis Obligasi

Dilihat dari penerbitya

Dilihat dari pihak yang menerbitkan obligasi dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu :

Obligasi pemerintah

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Upayah pemerintah untuk mencapai
sumber dana memenuhi kebutuhan. Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan obligasi surat utang
pemerintah (SUN), dan surat utang pemerintah Sayari’ah yaitu ORI 1-5. Di Amerika Serikat,
pemerintah daerah (negara bagian) juga mengeluarkan obligasi untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaannya.

Obligasi perusahaan milik negara

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik pemerintah atau perusahaan BUMN.

Obligasi perusahaan swasta

Merupakan obligasi yang diterbitkan perusahan swasta murni. Sebagian besar obligasi yang
diperdagangkan di Bursa Efek adalah tipe jenis obligasi ini.

Dilihat dari pendapatan yang diberikan

44
Dilihat dari rate of resum yang berupa pemberian pendapatan pada para pemegang obligasi oleh
penerbit obligasi berupa tingkat bunga tertentu, maka obligasi dapat dibagi atas dua jenis
yaitu:

Coupon Bond

Merupakan obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa tingkat bunga tertentu yang
dibayarkan pada periode tertentu. Obligasi jenis ini, membayar bunga secara periodik,
misalnya setiap triwulan, semesteran, atau tahunan.

Zero Coupon Bond

Disamping obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa tingkat bunga tertentu, terdapat
pula obligasi yang tidak memberikan tingkat bunga tertentu secara periodik.

Dilihat dari bentuk pendapatan bunga yang diberikan

Dilihat dari bentuk bunga yang melakat pada obligasi sebagai pendapatan para pemegang
obligasi, maka obligasi dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara lain:

Obligasi dengan bunga tetap

Obligasi jenis ini, bunga pada obligasi ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah
sampai jatuh tempo.

Obligasi dengan bunga mengambang

Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali kupon, sedangkan pada waktu jatuh
tempo kupon pertama maka ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian lah
seterusnya.

Obligasi dengan bunga campuran

Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang memberikan bunga tipe gabungan antara bunga tetap
dan dengan bunga mengambang. Bunga tetap ini ditetapkan untuk periode tertentu biasanya
pada periode awal dan selanjutnya bunganya bersifat mengambang.

Dilihat dari jeminan yang menyertai


45
Dilihat dari apakah suatu obligasi terdapat jaminan atau tidak terdapat jaminan, maka obligasi
dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain.

Secured bond

Merupakan obligasi yang ada jaminannya, yang mana, jaminannya biasanya berupa hadirnya
guarantor atau jaminan berupa aktiva tetap.

Unsecured bond

Merupakan obligasi yang tidak ada guarantornya serta tidak ada jaminan lainnya.

Dilihat dari tempat penerbitnya

Obligasi juga dapat dilihat dari aspek tempat penerbitan atau dimana obligsi tersebut
diperdagangkan. Dilihat dari aspek tempat asal penerbitan dan tempat dimana obligasi
tersebut di perdagangkan, obligasi dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara lain:

Domestic Bond

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga dalam negeri dan dipasarkan
di dalam pasar modal negeri.

Foreign Bond

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga asing dan dipasarkan dimana
obligasi tersebut diterbitkan.

Global Bond

Obligasi yang diterbitkan untuk dapat diperdagangkan dimanapun tanpa adanya keterbatasan
tempat penerbitan atau tempat perdagangan tertentu.

Dilihat dari rating obligasi

Dilihat dari rating obligasi, maka obligasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:

Investment

Merupakan obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam peringkat yang layak untuk
investasi. Beberapa peringkat yang dapat dikategorikan investment grade adalah peringkat
AAA, AA, dan A menurut standard & poor’s.

46
Non-investment grade bond

Merupakan obligasi yang telah diperingkat, tetapi tidak termasuk peringkat yang layak untuk
investasi. Umumnya peringkat obligasi ini adalah BBB, B dan B mneurut S&P.

Dilihat dari call feature

Diantara pengelompokkan obligasi, terdapat obligasi yang dikelompokkan menuurt hak yang
melekat pada obligasi. Dilihat dari segi call feature, obligasi dibagi atas tiga jenis, yaitu:

Freely callable bond

Merupakan obligasi yang dapat dibeli kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh
tempo.

Noncallable bond

Merupakan obligasi yang mana penerbitnya tidak dapat membeli kembali dari pemegangnya
sebelum obligasi tersebut jatuh tempo, kecuali penerbitnya membelinya melalui mekanisme
pasar.

Keuntungan callable bond

Merupakan obligasi kombinasi antara freely callable bond dengan noncallable bond. Biasanya
ditentukan suatu batas waktu tertentu dimana obligasi tersebut tidak dapat dibelikan kembali.

Keuntungan investasi pada obligasi

Obligasi yang merupakan bentuk instrumen investasi memberikan keuntungan kepada para pihak
yang memegang obligasi untuk memperoleh keuntungan yang bersifat tetap dan tidak tetap.
Dalam obligasi akan memberikan 3 keuntungan komponen kepada pemegangnya, antara lain:

Pendapatan bunga

Bunga merupakan komponen utama dalam obligasi. Umumnya, bunga obligasi berada diatas
bunga deposito agar dapat menarik para investor berinvestasai. Bunga obligasi dibayarkan
sepanjang masa hidup pasar obligasi tersebutm biasanya dibayarkan setiap triwulan sekali,
setiap semester sekali, atau setahun sekali.

Capital gain
47
Obligasi diterbitkan dengan nilai nominal tertentu. Artinya, nilai nominal obligasi berarti harga
obligasi pada waktu ditawarkan, yang berarti juga jumlah hutang yang harus
dikembalikan/dibayar oleh penerbit pada waktu obligasai tersebut jatuh tempo (Robert Ang
1995).

Special feature gain

Bentuk elemen keuntungan investasi lain dalam obligasi adalah keuntungan khusus terlekat pada
obligasi. Ini adalah cara emite untuk merangsang agar investor mau tertarik membeli
obligasi.

Resiko Investasi Obligasi

Disamping memberikan keuntungan, sebagaimana tersebut di atas, investasi di obligasi juga


memiliki resiko. Beberapa resiko investasi obligasi antara lain:

Resiko tingkat bunga pasar

Resiko yang dihadapi pemegang obligasi karena naiknya tingkat bunga pasar, resiko ini
merupakan sumber resiko bagi investor pada efek pendapatan tetap.

Resiko daya beli

Resiko karena naiknya tingkat inflasi yang menyebabkan harga barang-barang naik, sehingga
daya beli turun.

Resiko wanprestasi

Resiko yang dihadapi karena ketidakmampuan issuer dalam membayar kewajibannya baik bunga
maupun pokoknya.

Resiko likuiditas

Resiko yang dihadapi karena kesulitan untuk menjual pada saat butuh uang ( belum ada pasar
reguler).

Resiko jangka waktu jatuh tempo

Resiko yang dihadapi karena makin panjang jangka waktu jatuh tempo, obligasi akan makin labil
harga pasarnya.

Resiko mata uang


48
Resiko ini dihadapi oleh investor yang membeli obligasi dalam denominasi mata uang asing.

Resiko call

Resiko ini dihadapi oleh investor karena issuer dapat menarik obligasi sesuai dengan aturan dalam
kontrak.

Resiko politik

Resiko ini dihadapi oleh investor karena kondisi stabilitas dan keamanan suatu negara.

Resiko sektor industri

Resiko ini dihadapi oleh investor karena pertumbuhan sektor industri mengalami kelesuan atau
penurunan.

Penawaran Umum Obligasi

Obligasi yang merupakan salah satu instrumen investasi, dapat dikeluarkan perusahaan lewat
penawaran umum. Jika perusahaan bermaksud melakukan penawaran umum oblgasi terdapat
seperangkat aturan yang harus diikuti, termasuk didalamnya adalah aturan penjadwalan
dalam penawaran umum. Jadwal penawaran umum obligasi terbagi atas lima tanggal, antara
lain :

Tanggal efektif, merupakan tanggal dimana pernyatan pendaftaran untuk melakukan penawaran
umum obligasi telah memperoleh persetujuan Bapepam-LK.

Masa penawaran. Merupakan kisaran waktu yang disediakan kepada investor untuk melakukan
pemesanan obligasi yang ditawarkan dalam penawaran umum.

Tanggal penjatahan, proses pemesanan dilakukan dengan investor yang memesan menyerahkan
formulir pemesanan pembelian obligasi tanpa membayar terlebih dahulu.

Tanggal penyelesaian surat obligasi, setelah penjatahan dilakukan oleh underwriter, selanjutnya
dalam pengumuman penjatahan maka negara menyetor dana sesuai dengan jatah yang di
dapat.

Investasi Pada Obligasi

Meskipun sama sama efek anatar saham dan obligasi memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan
tersebut terlihat baik dalam return yang ditawarkan maupun dalam resiko yang dihadapi.
49
Untuk itu investor dalam investasi di obligasi hendaknya memperhatikan hal-hal tertentu
terkait dengan berbagai karakter investasi obligasi tersebut. Berbagai faktor yang harus
diketahui oleh investor ketika hendak berinvestasi pada obligasi, anatar lain :

Masa hidup pasar obligasi

Investor perlu memperhatikan masa hidup suatu obligasi karena terkait dengan pembayaran bunga
dan date to maturity.

Jenis bunga

Pada prinsipnya penerbitan obligasi dapat menggunakan berbagai pola jenis bunga. Terdapat jenis
bunga yang bersifat tetap, mengambang atau kombinasi.

Jenis obligasi

Dalam kenyataan dilapangan bahwa obligasi jenisnya bermacam-macam. Setiap sejenis, sudah
barang pasti memiliki karakter tersendiri, dengan retrn dan resiko yang berbeda pula.

Sifat-sifat khusus obligasi

Terkadang, dalam rangka mempengaruhi investor untuk membeli obligasi emiten juga
menerbitkan waran berkaitan penerbitan obligasi bersangkutan.

Credit rating

Hal penting diperhatikan karena terkait kualifikasi lembaga penerbit obligasi maupun kualifikasi
instrumen obligasi itu sendiri.

Redemption

Hal penting yang perlu diperhatikan oleh investor saat berinvestasi di obligasi adalah adanya
proses pelunasan obligasi, baik karena permintaan sendiri oleh pemegang obligasi maupu.

Resiko investasi

Ini merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh investor. Untuk itu, investor harus benar-benar
memperhatikan kemungkinan terjadinya resiko ini.

KRITIKAN:

50
Pada bab di buku uatama menjelaskan menegnai pasar saham dan obligasi, pada buku
pembanding mejelaskan mengenai pasar saham dan obligasi di bab yang berbeda. Dari sini
terlihat jelas mengenai materi yang lebih lengkap ada di buku pembanding karena membahas
di dua bab sekaligus dan membahas secara rinci apa itu saham dan obligasi daan hal hal yang
terkait untuk itu.

BUKU UTAMA

TEORI PERGERAKAN HARGA SAHAM DAN TEORI PORTOFOLIO

Teori Pergerakan Harga Saham

T eori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham secara acak adalah teori
Random Walk dan teori yang menjelaskan pola perubahan harga saham adalah teori Elliot
Wave. Menurut Maurice Kendall, harga saham tidak act diprediksi atau mempunyai pola
tidak tentu, ia bergerak mengikuti random walk sehingga pemodal harus puas dengan normal
return dengan tingkat keuntungan yang diberikan oleh mekanisme pasar (Husnan, 1994).
Abnormal return hanya mungkin terjadi bila ada sesuatu yang salah dalam efisiensi pasar,
keuntungan abnormal hanya bisa diperoleh dari

permainan yang tidak fair (Jogiyanto, 2003: 15).

Teori Random Walk

Istilah random walk merupakan istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di nature
yang membahas mengenai bagaimana strategi optimal untuk mencari orang mabuk yang
ditinggal di tengah lapangan. Caranya adalah dengan memulai mencari-mencari di tempat
pertama kali orang tersebut ditempatkan, sebab orang mabuk akan berjalan dengan arah yang
tidak tertebak dan acak (Miller, 1998).

Teori Portofolio Modern

Model Penentuan Harga Aset

Sejak tahun 1950-an, teori portofolio berkembang pesat. Teori ini muncul ketika Markowitz
(1952) memperkenalkan metode seleksi portofolio optimal dengan menggunakan analisis
variance-covariance. Hasil karya Markowitz inilah yang dianggap sebagai pelopor teori
portofolio modern. Para ahli di bidang keuangan perusahaan terus berupaya mengembangkan

51
teori portofolio dengan melakukan studi untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat
digunakan untuk mengestimasi expected return sebagai pertimbangan bagi investor dalam
melakukan investasi atas saham.

Pada 1960-an, Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Mossin (1966) mengembangkan konsep
Markowitz dalam model penentuan harga aset. Model penentuan harga aset yang dikenalkan
oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin dikenal sebagai Capital Asset Pricing Model (CAPM), di
mana model ini memasukkan variabel portofolio pasar yang diasumsikan efisien. Model ini
berkembang secara luas di kalangan akademisi dan praktisi dalam penelitian-penelitian
empiris. Walaupun kemampuan CAPM dalam menjelaskan return saham diragukan karena
hanya menggunakan indeks pasar (market index) sebagai proksi portofolio pasar, namun
hingga sekarang CAPM masih banyak digunakan oleh kalangan akademisi dan praktisi
dalam penelitian empiris tentang sekuritas.

Membentuk Portofolio Optimal

Portofolio optimal adalah portofolio yang memberikan perbandingan tertinggi antara excess return
dengan risiko (variability ratio) di antara portofolio yang efisien. Portofolio optimal diperoleh
dengan cara mengkombinasikan salah satu portofolio berisiko yang terletak diefisien frontier
dengan surat berharga bebas risiko, dalam hal ini rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (PRf SBI). Risiko investasi yang relevan pada teori keseimbangan pasar adalah
risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga di pasar modal, dikenal dengan nama “risiko
sistematik.” Risiko lain yang tidak berkaitan dengan fluktuasi harga di pasar modal akan
sama dengan nol (risiko tidak sistematik). Hal ini sejalan dengan diversifikasi dalam teori
keseimbangan pasar yang melibatkan seluruh surat berharga yang diperdagangkan di pasar
modal. Investor yang menerapkan teori ini dalam berinvestasi, menganut strategi

Pemilihan Risiko

Setiap investasi selalu membandingkan besarnya risiko dengan pengembalian yang diharapkan.
Investasi disebut juga sebagai the trade of between risk and return. Hampir semua investor
tidak suka dengan risiko, kalau boleh menghindarinya. Untuk mengharapkan agar investor
bersedia mengambil risiko tinggi, maka kepada mereka harus ditawarkan tingkat
pengembalian yang tinggi. Dengan kata lain, apabila seorang investor menghendaki tingkat
pengembalian yang lebih tinggi, dia harus berani atau bersedia mengambil risiko yang lebih

52
tinggi (high risk high return).

Cara Mengevaluasi Risiko

Pada umumnya investor tidak mengetahui adanya ukuran kuantitatif berapa besar risiko yang
diinginkannya. Model risiko dan pengembalian tradisionil cenderung mengukur risiko dalam
bentuk volatility atau standard deviation. Artinya risiko dilihat sebagai fluktuasi (naik
turunnya) pengembalian dari pengembalian yang diharapkan, atau simpangan baku
pengembalian dari rata-rata pengembalian.

Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah alat untuk memprediksi keseimbangan
expected dari suatu aset berisiko (Bodie et al., 2008: 293). Harry Markowitz meletakkan
fondasi manajemen portofolio modern pada tahun 1952. Asumsi-asumsi penyederhanaan
CAPM menurut Sharpe et al. (dalam Bodie et al., 2008: 294; Denthine and Donaldson, 2001:
104) sebagai berikut:

Terdapat banyak investor, masing-masing dengan jumlah kekayaan yang sangat kecil
dibandingkan total kekayaan seluruh investor.

Seluruh investor merencanakan untuk satu periode investasi yang identik.

Investasi dibatasi hanya pada aset keuangan yang diperdagangkan secara umum, seperti saham
dan obligasi, dan pada kesepakatan pinjaman dan pemberian pinjaman yang bebas risiko.

Investor tidak membayar pajak atas return dan juga tidak terdapat biaya transaksi atas
perdagangan sekuritas.

Arbitrage Pricing Theory (APT)

Berkenan dengan kegagalan dari berbagai penelitian yang mengunakan CAPM untuk menjelaskan
perubahan return saham sebagaimana dijelaskan, terdapat model alternatif untuk penentuan
harga aset yang dikembangkan oleh Ross (1976) yang dinamakan Arbitrage Pricing Theory
(APT). Model APT pada dasarnya menggunakan konsep hukum satu harga (the law of one
price) yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang
53
identik sama, tidaklah dapat dijual dengan harga yang berbeda (Francis, 1991: 304).
Bilamana ada dua aktiva yang karakteristiknya identik tersebut terjual dengan harga yang
berbeda, maka investor mempunyai peluang untuk melakukan arbitrage dengan membeli aset
tersebut pada harga tertentu dan pada saat yang sama menjual dengan harga yang lebih atas
atau lebih tinggi.

Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan return, tetapi dengan
menggunakan asumsi dan produser yang berbeda. Estimasi expected return dari suatu
sekuritas dengan menggunakan APT, tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar seperti halnya
dalam CAPM. Pada CAPM, portofolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa
risiko yang relevan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta. Sedangkan pada APT,
return sekuritas tidak dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa
expected return dari suatu sekuritas dapat dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko lainnya
dan tidak hanya diukur dengan beta.

Persamaan Arbitrage Pricing Theory (APT) Multifaktor

Sebagaimana model-model sebelumnya, Ross (1976) dalam analisisnya menggunakan hipotesis di


mana return saham dipengaruhi oleh k faktor secara linear, di mana k faktor ini tidak dapat
ditentukan secara definitif. Meskipun APT multi faktor tidak member panduan tentang
bagaimana menentukan faktor risiko yang relevan maupun premi risiko. Menurut Bodie et al.
(2008: 344), terdapat dua prinsip yang memandu dalam membuat daftar faktor yang layak.
Pertama, dengan membatasi hanya pada faktor risiko sistematis (systematis risk) yang
mempunyai kemampuan besar untuk menjelaskan return saham. Kedua, memilih faktor yang
tampaknya merupakan faktor risiko terpenting, yaitu faktor yang cukup mendapat perhatian
para investor sehingga mereka akan meminta premi risiko yang berarti atas eksposur risiko
ini.

Ross juga dalam teorinya juga berpegang pada asumsi Markowitz yang menyatakan bahwa
investor dalam setiap pilihan investasi saham selalu diawali dengan keputusan pembelian
pada awal periode (t=0), dimana investor tidak mengetahui besarnya return saham yang akan
diperoleh pada akhir periode. Oleh karena itu harus mampu memprediksi return saham akhir
periode investasi. Berdasarkan return saham estimasi akhir periode inilah, investor
mengambil keputusan apakah ia membeli atau tidak membeli saham.

54
BUKU PEMBANDING

BAB 19

MANAJEMEN PORTOFOLIO

19.1. Pengertian Portofolio Investasi

Investasi pasar di Pasar Modal meskipun Portofolio memberikan ekpektasi keuntungan (expected
return) namun juga mengandung risiko yang mungkin akan dihadapi investor fexpected risk).
Untuk itu, investor harus cukup jeli dalam memandang setiap instrumen Pasar Modal yang
akan dijadikan objek investasi. Investor layak memperhatikan penggunaan strategi investasi
tertentu dalam rangka mencapai investasi yang optimal, yaitu investasi yang dapat
memberikan expected return tertentu dengan kandungan risiko yang dapat ditekan seminimal
mungkin. Salah satu strategi yang dapat digunakan ialah dengan menggunakan portofolio
strategy. Portofolio merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk
memenuhi suatu sasaran umum investasi. Sasaran dari suatu portofolio investasi tentunya
sangat tergantung pada individu masing-masing investor.

Sebelum memahami strategi portofolio investasi, terlebih dahulu akan dijelaskan berbagai konsep
dasar tentang potofolio, dengan harapan dapat memberikan pemahaman dasar guna
memahami lebih lanjut tentang strategi portofolio. Ketika memahami portofolio, paling tidak
terdapat tiga konsep dasar yang perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami pembentukan
portofolio investasi, antara lain: (1) portofolio efisien dan portofolio optimal; (2) fungsi
utilitas dan kurve indeferen; dan (3) aset berisiko dan aset bebas risiko (Tandelilin Eduardus,
2000).

19.1.1. Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal

Pada prinsipnya investor, merupakan pihak yang rasional, sehingga akan melakukan pilihan-
pilihan investasi yang memberikan keuntungan tertentu dengan risiko yang rendah atau yang
dapat ditanggungnya imau menanggungnya). Dalam kondisi seperti itu, maka investor harus
mampu membentuk portofolio yang efisien yaitu melakukan investasi dalam sekuritas atau
gabungan sekuritas yang memberikan keuntungan yang diharapkan (expected return) tertentu
dengan tingkat risiko tertentu (expected risk tertentu yang rendah atau yang bersedia investor
tanggung.

55
Konsep tentang portofoilo efisien sesungguhnya tidak lepas dari konsep perilaku investor
(Tandelilin Eduardus, 2001, yang mana, investor pada prinsipnya tak lepas dari pertimbangan
trade of cost and benefit dalam menjatuhkan pilihan investasi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
investor berusaha untuk menghindar resiko investasi (trisk averse), sehingga berusaha untuk
berusaha mencari pilihan instrumen dan gabungan investasi yang bersifat hight return dengan
lower risk.

Pilihan pilihan investasi (gabungan instrumen investasi tersebut oleh investor berusaha mencari
gabungan instrumen yang memberikan nilai optimal, yaitu portofolio yang dipilih dari sekian
banyak pilihan adalah ada pada kumpulan pornofoto yang efisien (andelilin Eduardus, 2000).
Sudah barang pasti, portofolio yang dipilih oleh investor adalah portofolio yang sesuai
dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang
bersedia ditanggungnya.

19.1.2. Fungsi Utilitas dan kurve Indeferen

Konsep preferensi investor dalam meningkatkan nilai guna (utilitasi dalam investasi dapat
mengacu pada kaidah teori utilitas dalam ilmu ekonomi. Mengingat dalam preferensi investor
sebagaimana yang dijelaskan dalam teori portofolio investasi bahwa investor dapat
menggabungkan berbagai instrumen keuangan sehingga diperoleh portofolio optimum yaitu
portofolio vang dipilih investor dari sekian banyak portofolio yang memberikan kumpulan
portofolio yang efisien. Portofolio efisien adalah portofolio yang memberikan expected retum
tertentu dengan risiko yang rendah atau investor dapat menerimanya. Konsep portofolio
tersebut secara essensi sesungguhnya dijelaskan dalam teori nilai guna (utilitas) yaitu kurve
indeferen dalam ilmu ekonomi.

Fungsi utilitas dapat diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua
alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi
alternatif tersebut (Sadono Sukimo, 1996). Ini jika diaplikasikan dalam investasi, khususnya
dalam manajemen portofolio bahwa fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang investor
terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko seorang investor dan tingkat
retum yang diharapkan (Tandelilin, Eduardus, 2000).

19.1.3. Aset Berisiko dan Aset Tidak Berisiko

Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga dapat memilih instrumen Investasi
56
sebagaimana preferensinya. Bersinggungan dengan aset Investasi, terdapat dua kategori aset
yaitu aset investasi yang mengandung risiko tinggi dan aset investasi yang bebas risiko crisk
free rate). Investor dalam menjatuhkan pilihan investasi dapat memilih diantara berbagai
jenis aset tersebut. Investor dapat memilih investasi pada aset yang mengandung risiko, pada
aset yang bebas risiko, atau gabungan diantara kedua aset tersebut. Yang jelas, dalam teori
investasi terdapat hubungan positif antara return (keuntungan dalam investasi terhadap risiko
investasi (risk of invenstment).

Aset berisiko merupakan aset-aset yang retum aktual dimasa depan masih mengandung
ketidakpastian (unsertainty) (Tandelilin Eduardus, 2000). Maksudnya, meskipun investor
telah menghitung expected return tertentu dari dimasa datang dengan berbagai pertimbangan
pada investasi aset tertentu, namun return actual nya masih sangat belum pasti. Expected rear
tersebut mungkin dapat direalisasi sesuai dengan yang diharapkan, atau bahkan mungkin
dapat direalisasi lebih tinggi atau lebih rendah. Contohnya adalah investasi dalam saham,
bahwa investor pasti telah memperhitungkan expected reum-nya. Namun expected return
tersebut dapat menjadi return actual atau tidak sangat sulit diprediksi tuncertainty).

Aset bebas risiko merupakan aset-aset yang tingkat return actual-nya dimasa datang sudah dapat
dipastikan saat ini, dan ditunjukkan variance return yang sama dengan nol (Tandelilin
Eduardus, 2000). Contoh rilaset yang tergolong bebas risiko adalah obligasi, Surat Utang
Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SB), deposito dan sejenisnya. Bagi investor yang
berinvestasi pada obligasi, maka return aktual dapat ditentukan dimuka, dan bahkan return
tersebut (coupon) hampir pasti akan diterima pada saat pembayaran bunga dan/atau pada saat
maturity date.

19.2. Menghitung Expected Return

Pada sub bab sebelumnya telah dinyatakan bahwa investasi pada prinsipnya adalah bermain
diantara potensi masa depan atau peluang (probabilitas) keuntungan masa depan. Untuk itu,
investor dalam berinvestasi pada sekuritas harus memperhitungkan return yang diharapkan
(expected return) yang akan didapat ketika berinvestasi pada sekuritas tertentu atau kelompok
sekuritas tertentu. Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung return
tertentu yang diharapkan (expected return) atas sekuritas tersebut.

19.3. Menghitung Risiko (Risk)

57
Merupakan satu keniscayaan manakala investor berusaha menghindari risiko dalam investasi.
Investor merupakan pihak yang rasional sehingga penghindaran risiko merupakan upaya
nyata yang harus dilakukan, mengingat investasi adalah upaya meningkatkan kesejahteraan
bahi investor.

Terkait dengan hal itu, investor harus mampu menghitung risiko yang mungkin timbul atas
investasin yang dilakukan (expected risk), karena tidak ada satupun keputusan investasi yang
tidak mengandung risiko. Secara statistik, menghitung risiko investasi dapat dilakukan
dengan menghitung varians dan standar deviasi retum investasi bersangkutan (Tandelilin
Eduardus, 2000).

19.4. Menghitung Risiko Portofolio

Portofolio investasi berarti investasi yang melibatkan banyak sekuritas dalam satu keputusan
investasi dengan harapan dapat mengeliminasi risiko. Manajemen portofolio mengenal logika
baliwa pengurangan risiko investasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan sekuritas
investasi dalam portofolio. Menurut Tandelilin Eduardus (2000) bahwa jika menambahkan
secara terus menerus jenis sekuritas ke dalam portofolio, maka manfaat pengurangan yang
diperoleh akan semakin besar sampai mencapai titik tertentu dimara manfaat pengurangan
tersebut mulai berkurang.

Dalam memahami konsep risiko portofolio, dapat diasumsikan bahwa return sekuritas yang ada
dalam portofolio tidak saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga risiko portofolio
bisa deliminasi dengan mengukur varians portofolio bersangkutan.

19.5. Menentukan Return dan Risiko Portofolio yang Diharapkan

Mengestimasi atau menentukan risiko yang diharapkan dari portofolio tidak bisa hanya
menjumlahkan seluruh risiko aset-aset individual yang ada dalam portiofolio bersangkutan
(Tandelilin Eduardus, 20001). Kontribusi risiko aset-aset individual dalam portofolio tersebut
dilihat dari seberapa besar kontribusi risiko aset tersebut terhadap portofolio.

19.5.1. Menghitung Return Diharapkan dari Portofolio

Dalam menentukan return diharapkan (expected returni potofolio investasi dalam ditentukan
dengan menghitung rata-rata tertimbang dari return diharapkan masing-masing aset
individual yang ada dalam portofolio (Candelilin Eduardus, 2000). Persentase nilai portofolio
58
yang diinvestasikan dalam setiap aset-aset dalam portofolio disebut sebagai "bobot
portofolio" yang dilambangkan dengan huruf "W".

19.5.2. Menghitung Risiko Diharapkan dari Portofolio

Logika risiko portofolio tidak sama dengan return, yang mana jika dalam return portofolio
merupakan pejumlahan return aset-aset individual yang tergabung dalam portofolio,
sementara dalam risiko portofolio ditentukan lewat kontribusi aset-aset individual yang
tergabung dalamportofolio terhadap risiko portofolio.

Dalam menentukan risiko portofolio, terdapat tiga hal yang perlu ditentukan (Tandelilin
Eduardus, 2000):

a. Varian setiap sekuritas

b. Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya

c. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas.

19.5.3. Model Index Tunggal

Model Markowitz tersebut diatas sebenarnya membantu dalam memahami return dan risiko
portofolio dengan pola perhitungan yang cukup komplek. Selanjutnya, William Shape
dengan menciptakan model indeks tunggal. Shape Model dalam perhitunganya mengkaitkan
antara return aset individual dengan return pasar.

Dalam shape model mengenal dua jenis kejadian yang mempengaruhi retum yaitu terkait dengan
kejadian-kejadian mikro yang hanya mempengaruhi perusahaan bersangkutan.

19.6. Manajemen Portofolio

Sebagaimana konsep trade of dalam teori opportunity, investor akan memaksimalkan dana untuk
investasi. Untuk itu, investor hendak memahami berbagai skenario guna meningkatkan
expected retum dan mengurangi expected risk. Salah satu skenario adalah dengan melakukan
manajemen portofolio, yaitu strategi penggabungan sekuritas baik dalam sekuritas kelas
maupun sekuritas antar kelas sehingga diperoleh portofolio optimal dan efisien.

Menurut Robert Ang (1995) bahwa terdapat langkah-langkah melakukan manajemen portofolio,
antara;

59
1) Memilih instrumen investasi yang diinginkan, ini sudah melalui berbagai analisis tentang
masing-masing instrumen investasi

2) Menentukan bobot dari masing-masing instrumen investasi terhadap nilai portofolio secara
keseluruhan

3) Menentukan horison investasi investment horizon)

4 Menentukan expected return dari masing-masing instrumen investasi sesuai dengan horizon
investasi

5 Menghitung expected return dari portofolio sesuai dengan horizon investasi

6) Menghitung rata-rata expected return dari portofolio dalam horison investasi

7) Menghitung standar deviasi expected retum dari portofotlo lain.

Untuk mendapatkan kontruksi portofolio yang baik, dilakukan dengan melalui berbagai
perbandingan misalnya dengan mencoba memberikan pembobotan yang berbeda untuk
melihat hasilnya optimum atau tidak. Portofolio yang memberikan return rata - rata yang
tertinggi dan standard deviasi yang terendah (mengandung risiko yang lebih rendah) adalah
menjadi pilihan. Disamping itu juga harus membandingkan dengan pilihan portofolio lain,
sehingga didapatkan hasil yang optimum.

19.7. Pengukuran Kinerja Portofolio

Portofolio investasi sebagaimana yang dibahas tersebut diatas dapat dianggap sebagai strategi
investasi sehingga perlu di ukur tingkat efektifitas strategi tersebut. Apakah strategi
portofolio yang dilakukan telah memberikan nilai keuntungan atau tidak. Untuk itu, perlu
kiranya diukur efektifitas portofolio yang dilakukan lewat kinerja portofolio, Robert Ang
(1995) menunjukkan terdapat berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
portofolio, antara lain: menghitung holding period return, capital gain, dan sebagainya.

Ada tiga ahli yang mengemukakan cara mengukur kinerja portofolio, antara lain:

1. Sharpe's Measure

2. Treynor's Measure

3. Jensen's Measure (Jensen's Alpha)

60
Menurut Sharpe's Measure mengukur kinerja portofolio lewat membagi premium retur dengan
total risiko. Sementara, Treynor's Measure mengukur kinerja portofolio dengan membagi
premium retur dengan risiko pasar. Untuk memberikan gambaran secara lebih rinci,
pengukuran kinerja portofolio baik dengan Shape's Measure dan Treynor's Measure.

Dalam suatu portofolio yang terdiversifikasi dengan sempuma, maka T-S tetapi pada suatu
portofolio yang tidak terdiversifikasi dengan baik, akan menghasilkan nilai tinggi dan rendah
(Robert Ang. 20001. Baik T maupun harus digunakan untuk mengukur kinerja portofolio dan
saling melengkapi.

Pengukuran kinerja portofolio investasi yang ketiga adalah dengan menggunakan Jensen's
Measure. Metode ini mengukur return yang nyata terhadap expected return, dengan asumsi
bahwa portofolio telah terdiversifikasi dengan baik (Robert Ang, 2000). Pengukuran Jensen
didasarkan pada logika teori Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana dengan
Treynor, pengukuran kinerja portofoliom investasi Jensen's didasarkan asumsi bahwa
portofolio terdiversifikasi dengan baik. Secara matematis Jensen's Measures.

KRITIKAN

Pada buku utama membahas mengenai teori pergerakan harga saham dan teoti portofolio,
dari buku yang saya dapat saya hanya mendapat mengenai teoti prtofolio. Dalam buku utama
dan pembanding sama sama menjelaskan mengenai teori portofolio dan manejemen
portofolio. Berdasarkan yang say abaca semua dapat dipahami dari isinya dan mencakup
pengertian yang sama meskipun dari sumber yang berbeda.

BUKU UTAMA

HARGA SAHAM UTAMA DAN FAKTOR EKONOMI MAKRO

Hubungan antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Faktor Makro Ekonomi

Teori investasi menjelaskan bahwa lingkungan bisnis dipengaruhi oleh faktor lingkungan bisnis
yang terdiri dari faktor lingkungan eksternal yang meliputi faktor makro ekonomi dan lingkungan
bisnis internal yang meliputi faktor mikro ekonomi (Bodie et al., 2008: 259). Risiko investasi

61
berasal dari 2 (dua) sumber, yaitu faktor makro ekonomi yang menghasilkan risiko sistematis
(systematic risk) dan faktor mikro ekonomi sebagai efek dari aktivitas perusahaan yang
menghasilkan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Menurut pandangan Ross dan Roll
dalam teori Arbitrage Pricing Theory (APT) bahwa faktor makro ekonomi adalah bersifat umum,
dan berpengaruh secara langsung pada setiap harga aset, namun intensitasnya berbeda antara
perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Sedangkan faktor mikro ekonomi bersifat spesifik,
artinya hanya berpengaruh pada harga faktor perusahaan yang bersangkutan, bisa positif ataupun
negatif. Berdasarkan pandangan tersebut bahwa faktor makro ekonomi akan mempengaruhi
kinerja pasar modal yang diukur dari pergerakan rata-rata harga saham yang direfresentasikan ke
dalam nilai IHSG pada suatu pasar modal (Damodaran, 1996: 23).

Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan sumber utama peningkatan standar hidup
(standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Dengan perkataan lain,
kemampuan dari suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat
ditentukan laju pertumbuhan ekonomi jangka panjang (long run rate of economic growth). Telah
berkembang suatu pandangan bahwa pertumbuhan penduduk akan dibatasi oleh kemampaun alam
untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs).

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari
suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan perkataan lain, pertumbuhan
ekonomi lebih menunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan
biasanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (GDP), atau pendapatan output
perkapita. GDP adalah total nilai pasar (total market value) dari barang- barang akhir dan jasa-
jasa (final goods and services)\ Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan
perubahan. Dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, manusia selalu berusaha
mengembangkan perekonomiannya melalui pembangunan ekonomi. Di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) disebutkan bahwa: Pembangunan ekonomi didasarkan kepada demokrasi
ekonomi, dimana masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan,
sedang pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan
ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat dunia usaha, sebaliknya dunia usaha memberikan
tanggapan terhadap pengerahan menciptakan iklim tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang nyata.
62
Todaro (2000), mengemukakan bahwa pembangunan dalam arti luas selalu mengacu pada proses
perubahan pertumbuhan ekonomi maupun faktor budaya yang dapat menciptakan kemajuan bagi
umat manusia. Proses perubahan ini berdimensi global, meliputi: perubahan-perubahan mendasar
dalam struktur sosial, pola hidup masyarakat, kebudayaan, pengurangan disparitas,
pemberantasan, kemiskinan penduduk, dan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
Usman (1986), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka waktu panjang.
Perkembangan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perubahan dari struktural karena bermaksud
untuk memperluas dasar ekonomi dan lapangan.

Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan, sebab tanpa pertumbuhan tidak terjadi
peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas, dan distribusi pendapatan. Di
samping itu pertumbuhan ekonomi juga sangat penting untuk mempersiapkan perekonomian
menjalani tahapan kemajuan selanjutnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-
faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.

Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan
tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara,
namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang luas. Beberapa ahli ekonomi seperti
Schumpeter dan Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih lazim antara istilah perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara
terbelakang sedang pertumbuhan mengacu pada masalah negara maju.
BUKU UTAMA

REKSADANA

Pengertian Reksa Dana

63
Reksa Dana (mutual funds) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, untuk
selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio Efek oleh manajer investasi. Dari sisi
peraturan BAPEPAM, Reksadana Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis

kategori (Pratomo dan Nugraha, 2009: 68-75), yaitu:

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) didefinisikan sebagai reksa dana yang melakukan investasi
100% pada Efek pasar uang.

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam
Efek bersifat hutang.

Reksa Dana Saham (RDS) adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari portofolio yang dikelolanya ke dalam Efek bersifat ekuitas (saham).

Reksa Dana Campuran (RDC) dapat melakukan investasinya baik pada efek hutang maupun
ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel.

Tolok Ukur

Reksa dana indeks pasar merupakan indikator kerja untuk suatu jenis instrumen atau portofolio
tertentu. Di Indonesia ada beberapa indeks saham yang digunakan untuk mengukur indeks pasar,
misalnya IHSG, LQ45, JII dan Indeks Sektoral. Penggunaan tolok ukur dalam pengukuran kinerja
reksa dana dimaksudkan untuk membandingkan apakah kinerja reksa dana yang dikelola manajer
investasi dapat “mengalahkan” (outperform) pasar atau justeru “kalah” (underperform)” dari
pasar. Dalam membandingkan suatusuatu tolok ukur, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jenis instrumen, perpajakan, serta periode waktu yang sama (Pratomo dan Nugraha, 2009: 197).
Untuk instrumen obligasi seperti reksa dana pendapatan tetap, sebaiknya menggunakan Indeks
Obligasi sebagai tolok ukurnya. Ini dikarenakan reksa dana pendapatan tetap memiliki portofolio
yang sebagian besar investasinya sama dengan jenis instrumen dari indeks obligasi.

Reksa dana adalah salah satu produk yang diperdagangkan di pasar modal. Reksa dana juga
merupakan salah satu bentuk portofolio yang diterbitkan secara resmi oleh suatu perusaahaan
melalui penawaran umum pada Pasar Perdana, kemudian diperdagangkan di bursa efek untuk
reksa dana yang bersifat closed-end fund dan reksadana yang bersifat open-end fund akan
64
diperdagangkan melalui Manajer Investasi.

Reksa Dana Dilihat dari Portofolio Investasinya

Pembagian reksadana ini didasarkan pada komposisi aset yang membentuk reksa dana tersebut,
tingkat pengembalian yang dihasilkan, dan tingkat risiko yang dimiliki oleh masing-masing reksa
dana (Pratomo dan Nugraha, 2009:55). Jenis-jenis reksa dana berdasarkan Peraturan BAPEPAM
Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Terbuka
diklasifikasikan dalam (4) empat kategori berdasarkan portofolio investasinya: (a) Saham; (b)
Pendapatan tetap; (c) Campuran; dan (d) Pasar uang.

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya
minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:
151). Reksa dana ini, bersifat lebih stabil, yaitu reksa dana yang berinvestasi pada instrumen fixed
income yang berkualitas baik, seperti sertifikat deposito, Commercial Paper (CP), dan sertifikat
obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
pemerintah, dan lain-lain. Instrumen-instrumen tersebut memberikan tingkat suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan tabungan Bank namun tetap bersifat konservatif. Reksa dana
berpendapatan tetap cocok untuk orang yang ingin berinvestasi jangka pendek atau yang tidak
ingin mengambil resiko akan kehilangan sebagian nilai investasinya. Namun anda tidak dapat
berharap akan mendapatkan keuntungan yang besar apabila mempertimbangkan tingkat inflasi
pertahun.

Penilaian Kinerja Reksa Dana

Kinerja reksa dana dapat diukur dengan hanya menghitung berdasarkan laba total saja (total
return) atau yang lebih baik lagi adalah dengan melibatkan juga pengukuran risiko. Pengukuran
kinerja dengan melibatkan faktor risiko memberikan informasi yang lebih mendalam bagi
investor tentang sejauh mana suatu hasil atau kinerja yang diberikan oleh Manajer Investasi
dikaitkan dengan risiko yang diambil untuk mencapai kinerja tersebut.

Ada 3 (tiga) metode pengukuran kinerja reksa dana dengan memasukkan unsur risiko yang sering
digunakan (Pratomo dan Nugraha, 2009: 204-207), yaitu:

Metode Sharpe Pengukuran; dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut premium
atas risiko atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja

65
yang dihasilkan oleh reksa dana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free
rate). Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium terhadap standar deviasi.
Metode Sharpe dihitung dengan menggunakan rumus (Pratomo dan Nugraha, 2009: 204).

Metode Treynor Pengukuran; Dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium, seperti
halnya yang dilakukan Sharpe, namun dalam metode Treynor digunakan pembagi beta (β) yang
merupakan risiko berfluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Beta dalam konsep Capital Asset
Pricing Model (CAPM) merupakan risiko sistematik (juga merupakan risiko pasar atau market
risk). Metode Treynor dihitung dengan menggunakan rumus (Pratomodan Nugraha, 2009: 205).

Metode Jensen; Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan faktor beta (β) dalam
mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas pengembangan Capital Asset
Pricing Model (CAPM). Pengukuran dengan metode Jensen menilai kinerja Manajer Investasi
berdasarkan atas seberapa besar manajer investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai positif alfa, semakin baik
kinerjanya (Pratomo dan Nugraha, 2009: 206).

Model Evaluasi Kinerja

Investor yang membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang
berlangsung. Dalam pasar yang sedang (bullish market) urutan pilihan akan jatuh pada Reksa
Dana Saham, Reksa Dana Campuran, dan Reksa Dana Pendapatan Tetap. Dalam pasar yang
sedang lesu (bearish market) pilihan utama jatuh pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT),
Reksa Dana

Campuran (RDC), dan Reksa Dana Saham (RDS). Dalam kondisi pasar yang tidak ekstrim atau
bearish, maka yang tepat untuk dipilih adalah reksa dana campuran karena reksa dana ini lebih
fleksibel komposisi investasinya terhadap kondisi pasar yang cenderung berubah-ubah; Manajer
Investasi dapat mengubah-ubah kebijakan komposisi investasi disesuaikan dengan keadaan pasar
yang sedang berlangsung.

Setelah ditetapkan suatu jenis reksa dana yang akan dijadikan investasi, tahap berikutnya adalah
memilih satu atau beberapa reksa dana dari seluruh reksa dana yang ada dalam suatu reksa dana
tertentu. Misalnya, memilih 3 reksa dana dari 12 reksa dana saham yang ada di Bursa Efek. Untuk
memilih reksa dana yang dimaksud, terdapat 4 (empat) model pemilihan objektif yang dikenal,
yaitu: (a) Treynor’s model; (b) Sharpe’s model; (c) Jeansen’s model, dan (d) Treynor and Black’s
66
model.

BUKU PEMBANDING

BAB 12

REKSADANA

12.1 Pengertian Reksadana

Perkembangan pasar modal nasional menawarkan perkembangan instrumen keuangan, sehingga


memberikan ruang diverisifikasi dalam investasi. Satu diantara sekian banyak instrumen alternatif
investasi adalah reksadana. Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi disamping
deposito, obligasi atau saham.

Reksadana sering disebut “ Mutual Fund”, memiliki makna “ saling menguntungkan”, reksadana
juga sering disebut dengan istilah “ Danareksa”. Danareksa adalah suatu perusahan investasi
dengan nama “PT Danareksa” yang merupakan BUMN dibawah Departemen keuangan.

Reksadana di Indonesia mulai muncul sekitar tahun 1970-an, yaitu sejak PT. Danareksa didirikan
pada tahun 1977 bersamaan dibuka kembali dibidang instrumen bursa efek Jakarta. Tujuan
didirika PT Danareksa adalah untuk meramaikan dan mengembangkan bidang instrumen pasar
modal serta memacu perkembangan reksadana di Indonesia.

Menurut undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjtnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Dari defenisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam penegrtian reksadana yaitu:

Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi

Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi dan

Manajer investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakay investor.

Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yan ditempatkannya pada surat
berharga dan merealisasikan izin dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi. Pengelola
reksadana dapat berupa. Perusahaan efek, dimana umumnya membentuk devisi atau PT
tersendiri yang khusus menangani reksadana.

67
Disamping manajer investasi memiliki kewajiban sebagaimana tersebut diatas, juga terdapat
larangan yang tidak boleh dilanggar sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam-LK, antara
lain:

Memiliki saham/unit penyertaan untuk kepentingan dan atas nama pihak lain

Memungut komisi atau biaya dari reksadana lebih tinggi dari komisi atau biaya yang dipungut
oleh perantara perdagangan efek yang tidak terafilitasi, dalam hal manajer investasi atau
afiliasinya bertindak sebagai perantara perdagangan efek.

Menerima imbalan dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat
memengaruhi manajer investasi yang bersangkutan atau pihak afiliasinya untuk membeli atau
menjual efek untuk reksadana.

Memebeli efek yang tidak melalui penawaran umu (IPO), kecuali untuk efek pasar uang

Membeli efek yang sedang ditawarkan dalam penawaran umum dimana manajer investasi
bertindak sebagai penjamin emisinya.

12.2 Sejarah Singkat Reksadana di Indonesia

Perkembangan pasar modal tak dapat dihindarkan munculnya inovasi baru dibidang keuangan
dalam rangka memfasilitasi investasi. Wujud perkembangan instrumen keuangan tersebut seperti
munculnya reksadana di Amerika saat itu. Reksadana muncul pada tahun 1924 bernama
Massachusetts Investors Trust yang diterbitkan tanggal 21 Maret 1924. Perkembangan reksadana
saat itu tidak sebagaimana diperkirakan.

Sebagaimana karakter industri lain, industri keuanganpun mengalami pasang surut. Pada tahun
1929, pasar modal mengalami kelesuan sehingga bursa saham jauh. Implikasinya, pertumbuhan
industri reksadana saat ini juga menjadi melambat.

Index pertama kali reksadana diperkenalkan oleh Joh Bogle pada tahun 976 dengan nama first
Index Investment Trust, yang sekarang dikenal dengan bernama Vanguard 500 Index Fund yang
merupakan reksadana dengan dana kelola tersebsar yang mencapi 100 triliun US Dollar.

12.3 Proses Investasi Pada Reksadana

Proses investasi oleh investor ke dalam berbagaimana diversifikasi instrumen keuangan,


dikelompokkan kedalam dua cara yaitu:
68
Investasi secara langsung, yaitu dengan menghubungi bank atau pialang untuk bertransaksi
langsung ke dalam deposito, sertifikat bank indonesia, obligasi dan saham.

Ask the expert melalui reksadana yaitu dnegan memanfaatkan jasa manajer investasi, suatu
perusahaan dengan izin badan pengawas pasar moadl, yang secara profesional akan menyediakan
jasa pengelolaan portofolio investasi bagi nasabah.

Untuk cara pertama, investor dapat secara langsung lewat kemampuan memanfaat dana yang
dimiliki untuk berinvestasi kedalam berbagai instrumen keuangan, baik dipasar uang maupun
pasar modal. Jika pemilik dana berinvestasi sendiri kedalam berbagai instrumen keuangan
terdapat beberapa persyaratan yang perlu dimiliki khususnya investasi obligasi dan saham, antara
lain:

Pengetahuan dan kemampuan menganalisis masing-masing jenis instrumen investasi, serta


menganalisis perusahaan penerbit

Kemampuan menganalisis kondisi makro-ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja masing-


masing instrumen.

Memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi, seperti informasi bursa untuk emantau harga-
harga instrumen serta berita-berita berkaitan dengan kondisi pasar investasi.

12.4 Keuntungan Reksadana Bagi Pemodal

Berinvestasi di reksadana memberikan keuntungan, termasuk bagi mereka yang memiliki dana
sedikit dan tidak banyak mnegetahui tentang investasi di instrumen keuangan. Beberapa
keuntungan tersebut, anataralain:

Dikelola oleh Ahlinya

Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang telah berpengalaman di dunia pasar modal.

Sarana investasi yang praktis dan fleksibel

Dengan berinvestasi di reksadana, anda cukup menyetorkan dana dan biarkan manajer investasi
yang menyusun investasi anda.

Investasi yang terjangkau

Dengan reksadana, dana yang ada di reksadana, maka akses untuk melakukan diverifikasi

69
investasi semakin besar.

Resiko yang lebih minimal

Dengan besarnya dana yang ada di reksadana maka akses untuk melakukan diverifikasi investasi
semakin besar.

Terjaganya likuiditas anda

Anad dapat mencairkan kembali investasi anda setiap haru bursa, yaitu hari kerja yang telah
ditetapkan sesuai kalender bursa efek indonesia.

Transparansi dalam berinvestasi

Seluruh informasi reksadana selalu transparan.

Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal, karena yang
menentukan aset-aset apa saja.

Efisiensi waktu

Dengan investasi pada reksadana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi
profesional, maka pemodal tidak perlu memantau kinerja investasinya.

12.5 Resiko Reksadana Bagi Pemodal

Sementara itu, berinvestasi di reksadana juga terdapat resiko-resiko yang akan terjadi. Resiko-
resiko yang ada dalam berinvestasi di reksadana, antara lain:

Resiko berkurangnya jumlah unit penyertaan anda

Resiko ini merupakan resiko utama dalam berinvestasi di reksadana. Berkurangnya jumlah unit
penyertaan resiko ini merupakan resiko utama dalam berinvestasi fluktuasi dari harga aset-
aset pada reksadana tersebut.

Resiko Kredit

Resiko kredit adalah resiko yang timbul pada efek utang dan instrumen pasar uang karena
penerbit utang-utang tersebut tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar
utangnya atau yang disebut dengan wanprestasi.

Resiko Likuiditas

70
Resiko likuiditas adalah resiko dimana manajer investasi tidak dapat dengan segera melunasi
transaksi penjualan kembali unit pernyartaan reksadana anda.

Resiko Wanprestasi

Resiko ini menyangkut adanya ketidakmampuan pihak pengelola reksadana atau pihak terkait
dengan reksadana.

12. 6 Jenis Reksadana

Sebagai instrumen investasi, reksadana memiliki keuntungan dan resiko, sehingga terdapat letak
pertamggung jawaban terhadap berbagai kemungkinan. Terlebih, reksadana operasinya
menghimpun dana sehingga operasinya sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan para pemilik
dana, sehingga kepentingan harus terlindungi. Bentuk hukum yang mengikat kedua pihak
mendasari pengelompokkan reksadana, yaitu pihak penerbit dan pihak investor.

Pembagian reksadana dilihat dari segi bentuk hukum

Dilihat dari berdasarkan bentuk hukum yang mendasari bentuk operasional-nya, reksadana dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu:

Reksadana berbentuk persero

Reksadana berbentuk KIK

Reksadana yang berbentuk perseroan adalah emiten menerbitkan saham sehingga disebit emiten
yang melakukan kehiatan usaha dengan menghimpun dana dari masyarakat dengan cara menjual
saham, dan selanjutnya dana yang telah terkumpul dari penjualan saham tersebut diinvestasikan
pada berbagai jenis efek diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.

Sedangkan reksadana kontrak investasi kolektif (KIK) adalah instrumen penghimpun dana
dengan penerbitan unit pernyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut
diinvestasikan pada bagian jenis yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Dengan
demikian jelas perbedaannya, yaitu jika reksadana berbentuk perseroan menghimpun dana
melalui penjualan saham, sedangkan reksadana kontrak investasi kolektif (KIK) menghimpun
dana melalui penjualan unit penyertaan.

Reksada berbentuk perseroan

Reksadana yang berbentuk perseroan mengumpulkan dana dari masyarakat dengan cara
71
menerbitkan saham yang dapat diperjual belikan oleh masyarakat permodal. Sebagaimana
dijelaskan UUPM No 8/1995 pasal 21 bahwa pengelola reksadana baik berbentuk peseroan
maupun kontrak investasi kolektif dilakukan oleh manajer investasi atas dasar kontrak.

Sebagai pihak yang mengelola dana dari investor dengan kepercayaan yang dimiliki, reksadana
melakukan :

Reksadana dilarang menerima dana atau memberikan pinjaman secara langsung

Reksadana dilarang membeli saham atau unit penyertaan reksadana lainnya

Pembatasan investasi reksadana diatur lebih lanjut oleh Bapepam.

Reksadana Tertutup

Reksadana tertutup yang berbentuk perseroan, merupakan perseroan terbatas yang didirikan
dengan maksud tujuan usaha adalah reksadana dan mendapa izin dari Bapepam.

Saham reksadana tertutup ini harus diterbitkan nilai nominal. Proses jaul-beli saham ini dapat
dilakukan Over-The Counter atau bursa efek. Sehingga transaksii saham reksadana tertutup ini
sama dengan saham perusahaan publik lainnya.

Karakteristik reksadana tertutup antara lain adalah hanya menjual saham reksadana kepada
investor samapi batas jumlah modal dasar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan.
Jika reksadana bermaksud menjual saham melebihi dari modal dasar, maka reksadana harus
terlebih dahulu mengubah atau meningkatkan jumlah modal dasar yang ditetapkan dalam
anggaran dasarnya.

Reksadana bentuk KIK (contractual Type)

Reksadana yang berbentu KIK memiliki karakter berbeda dengan reksadana terbuka dan tertutup
yang berbentuk perseroan lain. Reksadana jenis ini tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan
unit penyertaan. Kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dan bank
kustodian yang mengikat unit penyertaan dimana manajer investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio investasi kolektif fan kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif.

Reksadana kontrak investasi kolektif bertujuan untu menghimpun dana dari masyarakat yang
72
kemudia dana tersebut diinvestasikan oleh manajer investasi dalam instrumen efek pasar modal.

12.7 Unit Penyertaan

Sesungguhnya kita dapat memperoleh pengetahuan tentang cara menghitung banyaknya unit
pernyertaan investasi. Rumus untuk menghitung unit peyertaan adalah sebagai berikut:

Investment
UP =
NAV (1+ FEE )

Dimana :

UP = Banyaknya unit penyertaan

Investmen = Uang yang akan diinvestasikan

Fee = Biaya transaksi penjualan

NAV = Net Asset Value Reksadana

12. 8 Redemption

Redemption adalah penjualan atas reksadana. Hal ini terjadi manakala investor yang memegang
reksadana dana kontrak investasi kolektif ingin menjual kepemilikan penyertaan dalam reksadana
tersebut dapat menjual kepala manajer investasi.

Dalam redemption mengenal biaya transaksi penjualan kembali yang biasa. Sesungguhnya sejak
awal telah ada strategis untuk mempertahankan agar investor melepas atau menjual kembali
unit penyertaannya dalam waktu yang singkat.

Jenis Reksadana Dilihat dari Portofolio Investasi

Reksadana pasar uang

Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jetuh tempo
kurang dari 1 tahun.

Reksadana pendapatan tetap

Reksadana jenis ini melakukan investasi pada efek bersifat utang sekurang-kurangnya
80%dari aktiva kelolanya.

73
Reksadana Saham

Reksadana jenis ini melakukan investasi pada efek/saham sekurang kurangnya 80% dari
aktiva kelolanya.

Reksadana Campuran

Reksadana jenis ini melakukan investasi pada efek bersifat ekuitas/saham dan efek bersifat
utang.

Jenis Reksadana Dilihat dari Tujuan Investasi

Growth Funds

Reksadana yang menekankan pada upaya mengajar pertumbuhan nilai dana. Reksadana jenis ini
biasanya menginvestasikan dananya pada saham.

Income Funds

Reksadana ini lebih mengutamakan pendapatan konstan. Alokasi investasinta pada efek utang
atau obligasi.

Safety Funds

Reksadana ini lebih mengutamakan keamanan dari pada pertumbuhan. Reksadana ini umumnya
mengalokasikan dananya di pasar uang, seperti deposito berjanagka, sertifikat deposito dan
surat utang jangka pendek.

KRITIKAN:

Pada bab ini sama sama menjelaskan mengenai reksadana dan memiliki kriteria
oembahasannya masing masing sehingga ketika kita membacanya dapat memahaminya
secara rinci Karen perpaduan mereka merupakan penyempurnaan materi dari reksadana.
Mengenai pengertian dan sub bab lain pada materi ini mengandung arti yang sama meskipun
dikutip dari ahli yang berbeda namun tujuannya tetap sama.

74
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU


KELEBIHAN BUKU :
BUKU UTAMA
1. Dilihat dari aspek tampilan buku seperti pemilihan warna cover buku sudah cukup lumayan
bagus
2. Dilihat dari aspek tata letak (layout) , serta tata tulis, dan penggunaan font, juga sudah
memenuhi criteria buku, sehingga buku mudah dibaca dan dipahami.
3. Dilihat dari aspek isi buku, menurut saya isi buku sudah memaparkan dan menjabarkan
dengan cukup jelas sesuai dengan judul bab serta penulisan. Terdapat contoh-contoh
penghitungan dan table penilaian sehingga lebih mudah di mengerti
4. Dilihat dari aspek tata bahasa, buku tersebut menggunakan bahasa baku yang jelas
5. Memamparkan table - table pembahasan

BUKU PEMBANDING
1. Penyampaian pengertian- pengertian Multimedia pembelajaran dan jenisnya
lumayan jelas
2. Secara keseluruhan setiap bab membahas tentang pasar Modal
3. Cover dan bentuk buku ini cukup menarik, sehingga para pembaca akan suka untuk
membacanya.
4. Ada pembahasan pasar modal dan pemilihan investasi yang baik..
5. Buku ini Manjelaskan tentang bagaimana cara berinvestasi dan produk dari pasar
modal.

KEKURANGAN BUKU :
BUKU UTAMA

1. Kekurangan buku ini dari sudut pandang pembaca yang tidak menarik dari buku ini adalah
warna tinta cetakan bebera lembar isi buku kurang bagus, jadi terlihat seperti buku copy-an.
2. Kertas yang digunakan buku ini juga kurang menarik karena menggunakan kertas buram
3. Kertas yang digunakan buku ini juga terlalu tipis.
75
BUKU PEMBANDING
1. Pendahuluannya terlalu banyak sehingga pembaca sudah bosan hanya dengan
melihat pendahuluannya saja.
2. Penulisan kurang rapi

3. Terlalu banyak paragraph

4. Kata pengantar sebanyak 5 lembar/halaman, terlalu berlebihan.

5. Terlalu banyak kesalahan dalam menulis kata (typo)

6. Banyak kalimat penting yang tersembunyi (tidak ditandai atau di bold)

76
BAB IV

PENUTUP
4.1. KESIMPULAN

Terlepas dari kekurangan buku-buku diatas, buku ini sudah sangat bagus dengan
pengkajian yang sangat luas dan mendalam serta menggunakan banyak teori-teori ahli serta
fakta-fakta empiri juga terdapat contoh-contoh yang mudah dipahami. Untuk itu buku diatas
sangat layak dijadikan sebagai pedoman dan sebagai referensi bagi mahasisiwa terlebih
yang ingin memperdalam ilmu mengenai Evaluasi Hasil Belajar. Tidak terkecuali sebagai
sumber belajar dikelas.

4.2. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan, yaitu diharapkan kedepannya akan


diterbitkan buku yang mengkaji materi yang sama dengan memperhatikan fakta-fakta dan
gejala-gejala lingkungan terbaru serta memenuhi kekurangan-kekurangan yang dipaparkan
diatas sehingga akan hadir buku yang lebih lengkap dan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nor. 2017. Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis Investasi Di Instrumen Keuangan Pasar
Modal. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Nasir, H. Mohamad. 2016. Pasar Modal. Jakarta: GRAHA ILMU
Sudirman. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Gorontalo : Sultan Amai Press. ISBN:
978-979-155-877-3
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai