Makalah Pribadi Akhmad Badawi 2105020039 - Matkul Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah
Makalah Pribadi Akhmad Badawi 2105020039 - Matkul Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah
NAMA :
EKONOMI SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan karunia-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah dan
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. S. Purnama Sari, SH, S, Sos. I, MSI selaku dosen,
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
Penulis sendiri. Oleh karena itu, sangatlah Penulis harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
akan datang.
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Pasar uang adalah bagian dari pasar keuangan yang khusus menangani instrumen
keuangan dengan jangka waktu pendek, umumnya kurang dari satu tahun. Instrumen pasar
uang menjadi landasan bagi aktivitas keuangan sehari-hari perusahaan, lembaga keuangan,
dan pemerintahan dalam mengelola likuiditas dan memenuhi kebutuhan dana jangka
pendek. Beberapa instrumen pasar uang yang umum ditemui melibatkan transaksi antara
dua pihak untuk jangka waktu yang relatif singkat.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa itu Instrumen Pasar Uang Konvensional Di Indonesia?
b) Apa Saja Instrumen Pasar Uang Konvensional Di Indonesia?
C. TUJUAN MASALAH
a) Untuk Mengetahui Apa itu Instrumen Pasar Uang Konvensional Di Indonesia
b) Untuk Mengetahui Apa Saja Instrumen Pasar Uang Konvensional Di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Selain SBI, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) juga menjadi instrumen yang
signifikan di pasar uang Indonesia. SBPU memiliki jangka waktu yang relatif pendek dan
dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, memberikan fleksibilitas bagi investor. Studi oleh
Sari et al. (2020) mengenai "The Characteristics of Money Market Mutual Fund and Sukuk
on Return and Risk in Indonesia Stock Exchange" mencatat bahwa SBPU memiliki peran
dalam memberikan opsi investasi jangka pendek bagi pelaku pasar.
Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan instrumen uang yang ditujukan untuk
memperluas partisipasi masyarakat umum dalam pasar keuangan. Dengan nilai investasi
yang relatif kecil, ORI memberikan kesempatan bagi individu untuk berinvestasi dalam
surat berharga negara. Penelitian oleh Kurniawan et al. (2021) tentang "Investor Behavior
Analysis on the Decision of Retail Government Bonds" mengulas perilaku investor
terhadap ORI, menunjukkan potensi instrumen ini dalam membangun literasi keuangan di
Indonesia.
Selain itu, Pasar Uang Syariah di Indonesia juga memainkan peran yang semakin
penting. Instrumen-instrumen seperti sukuk dan deposito syariah memberikan alternatif
bagi para investor yang ingin berpartisipasi dalam pasar uang dengan mematuhi prinsip-
prinsip keuangan syariah.
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) merupakan instrumen keuangan yang memegang
peran penting dalam pasar uang, memberikan opsi investasi yang likuid dan jangka pendek
bagi para pelaku pasar. SBPU sering kali diterbitkan oleh pemerintah atau lembaga
keuangan dengan jangka waktu yang relatif singkat, umumnya kurang dari satu tahun.
Instrumen ini memungkinkan investor untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk bunga
atau imbal hasil yang sesuai dengan ketentuan syarat yang telah ditetapkan.
Penelitian oleh Sari et al. (2020) dalam "The Characteristics of Money Market Mutual
Fund and Sukuk on Return and Risk in Indonesia Stock Exchange" menyoroti karakteristik
SBPU dan perannya dalam menciptakan portofolio investasi yang berimbang. Studi ini
membahas bagaimana SBPU dapat menjadi salah satu komponen penting dalam mencapai
diversifikasi yang efektif di pasar uang.
Kelebihan SBPU meliputi likuiditas yang tinggi, artinya investor dapat dengan mudah
menjual atau membeli kembali surat berharga tersebut di pasar sekunder. Selain itu, SBPU
juga memberikan tingkat keamanan yang relatif tinggi karena seringkali diterbitkan oleh
pihak yang memiliki reputasi dan kredibilitas yang baik. Keamanan dan likuiditas SBPU
menciptakan instrumen investasi yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan
modal dan tingkat pengembalian yang wajar dalam jangka waktu yang singkat.
Namun, seperti instrumen keuangan lainnya, SBPU juga memiliki risiko yang perlu
dipertimbangkan oleh investor. Perubahan suku bunga dan risiko kredit dari penerbit
adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai dan kinerja SBPU. Oleh karena itu,
pemahaman mendalam terkait risiko-risiko ini penting dalam pengambilan keputusan
investasi.
Secara keseluruhan, SBPU merupakan instrumen pasar uang yang dapat memenuhi
kebutuhan investasi jangka pendek, menggabungkan likuiditas, keamanan, dan potensi
keuntungan. Penggunaan SBPU dalam portofolio investasi dapat memberikan kontribusi
positif terhadap pencapaian tujuan keuangan investor.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai bagian dari kebijakan moneter dan pengelolaan likuiditas pasar
uang. SBI memiliki jangka waktu relatif pendek, biasanya kurang dari satu tahun, dan
dianggap sebagai salah satu bentuk investasi aman yang menawarkan tingkat
pengembalian yang tetap. Instrumen ini sering menjadi pilihan bagi investor yang mencari
alternatif investasi jangka pendek yang stabil dan likuid.
Namun, seperti instrumen keuangan lainnya, SBI juga memiliki risiko, termasuk risiko
suku bunga yang dapat mempengaruhi nilai pasar dan kinerjanya. Pemahaman yang baik
tentang kondisi pasar dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan suku bunga
menjadi penting bagi para investor yang berencana untuk memasuki pasar SBI.
Secara keseluruhan, SBI memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas keuangan
dan menyediakan alternatif investasi yang aman dan likuid di pasar uang Indonesia.
3. Deposito
Deposito pada pasar uang merupakan instrumen keuangan yang populer dan umum
digunakan dalam pengelolaan likuiditas serta investasi jangka pendek. Deposito ini
merupakan simpanan yang ditempatkan di bank dengan jangka waktu tertentu dan tingkat
bunga yang tetap. Menurut penelitian oleh Agusman et al. (2017) dalam "What Drives
Bank Funding in Asia? The Role of Bank Business Models", deposito termasuk dalam
komponen penting dalam pembiayaan bank di pasar Asia.
Keamanan dan stabilitas tingkat bunga yang ditawarkan oleh deposito membuatnya
menjadi pilihan utama bagi individu dan perusahaan yang mengutamakan perlindungan
modal dan kepastian hasil investasi dalam jangka waktu yang singkat. Deposit ini juga
dapat berfungsi sebagai alat pengelolaan likuiditas bagi bank dan lembaga keuangan
lainnya.
Namun, deposito pada pasar uang juga memiliki keterbatasan, terutama dalam hal
likuiditas. Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian oleh Chen et al. (2019) dalam "Bank
Liquidity Creation, Deposit Insurance, and Liquidity Risk", likuiditas deposito dipengaruhi
oleh kebijakan asuransi deposit dan risiko likuiditas yang mungkin dihadapi oleh bank.
Meskipun deposito pada pasar uang dapat memberikan keuntungan yang stabil,
penting untuk memperhatikan suku bunga dan kondisi pasar. Fluktuasi suku bunga dapat
mempengaruhi nilai investasi, dan pemahaman yang baik tentang faktor-faktor ekonomi
yang memengaruhi suku bunga menjadi kunci dalam pengelolaan deposito.
Secara keseluruhan, deposito pada pasar uang merupakan instrumen yang memberikan
stabilitas dan likuiditas, baik bagi individu maupun lembaga keuangan. Pemahaman yang
baik tentang dinamika pasar dan manajemen risiko adalah kunci untuk memaksimalkan
manfaat dari investasi deposito pada pasar uang.
4. Promissory Notes
Promissory notes, atau surat pernyataan utang, adalah instrumen utang yang umum
digunakan pada pasar uang. Instrumen ini merupakan janji tertulis dari peminjam untuk
membayar sejumlah uang kepada pemberi pinjaman pada tanggal jatuh tempo yang telah
ditentukan. Menurut penelitian oleh Jones et al. (2018) dalam "An Empirical Analysis of
Corporate Promissory Note Issuance", penggunaan promissory notes oleh perusahaan
merupakan bagian integral dari strategi pembiayaan di pasar uang korporat.
Promissory notes memberikan fleksibilitas yang tinggi, baik bagi peminjam maupun
pemberi pinjaman. Peminjam dapat mengatur kondisi dan syarat pinjaman sesuai
kebutuhan mereka, sementara pemberi pinjaman dapat memperoleh pendapatan dari bunga
yang dikenakan pada promissory notes. Instrumen ini sering digunakan untuk mendukung
kebutuhan modal kerja atau proyek-proyek jangka pendek.
Meskipun promissory notes dapat menjadi alternatif yang efektif untuk pembiayaan,
terdapat risiko terkait, terutama risiko kredit. Penelitian oleh Kim et al. (2021) dalam "The
Determinants of Corporate Promissory Note Issuance in Korea" menyoroti faktor-faktor
yang memengaruhi keputusan perusahaan untuk menerbitkan promissory notes, termasuk
profil kredit dan kebijakan perusahaan.
Dalam kondisi pasar yang stabil, promissory notes dapat menjadi instrumen yang
menarik bagi investor yang mencari tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada
investasi tradisional yang lebih aman. Namun, dalam kondisi pasar yang tidak stabil, risiko
kredit dan likuiditas menjadi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
5. Treasury Bills
Treasury Bills (T-Bills) adalah salah satu instrumen utang pemerintah yang
diperdagangkan di pasar uang. T-Bills memiliki jangka waktu relatif pendek, biasanya
kurang dari satu tahun, dan dianggap sebagai salah satu bentuk investasi yang paling aman.
Menurut penelitian oleh Baklaci et al. (2018) dalam "The Relationship Between
Macroeconomic Variables and Treasury Bills: Evidence from Turkey", T-Bills sering
digunakan sebagai alat kebijakan moneter dan investasi yang likuid oleh investor di
berbagai negara.
Keamanan T-Bills berasal dari fakta bahwa mereka diterbitkan oleh pemerintah, yang
dianggap sebagai peminjam terpercaya. Tingkat bunga pada T-Bills ditentukan melalui
mekanisme lelang, membuatnya responsif terhadap perubahan suku bunga pasar.
Instrumen ini sangat likuid karena dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
T-Bills memberikan keuntungan berupa pendapatan yang terjamin dan relatif stabil.
Namun, tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen investasi
yang lebih berisiko menjadi pertimbangan utama bagi investor. Penelitian oleh Bohl et al.
(2021) dalam "Time-Varying Impact of Sentiment on Treasury Bills" menyoroti
bagaimana sentimen pasar dapat mempengaruhi tingkat pengembalian T-Bills.
Secara keseluruhan, Treasury Bills memberikan solusi investasi yang aman, stabil, dan
likuid bagi investor yang mencari perlindungan modal dalam jangka waktu yang singkat.
6. Banker’s Acceptance
Banker’s Acceptance (BA) adalah instrumen keuangan yang banyak digunakan dalam
pasar uang, terutama dalam konteks perdagangan internasional. BA merupakan janji
pembayaran dari bank untuk membayar sejumlah uang pada tanggal jatuh tempo tertentu,
dan seringkali digunakan sebagai instrumen pembiayaan dalam transaksi ekspor dan
impor. Menurut penelitian oleh Bruche et al. (2017) dalam "Bank Lines of Credit in
Corporate Finance: An Empirical Analysis," BA menjadi bagian integral dari peran bank
dalam menyediakan dukungan keuangan kepada perusahaan.
Tingkat bunga pada BA ditentukan oleh pasar dan risiko kredit yang terkait dengan
bank yang menjamin. Meskipun BA memberikan fleksibilitas keuangan, perusahaan harus
mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dari fluktuasi suku bunga dan risiko kredit
bank penjamin. Penelitian oleh Wagner (2020) dalam "Bankers and Regulators" mengulas
peran regulator dalam mengawasi dan memastikan keberlanjutan fungsi BA di pasar uang.
7. Commercial Paper
Commercial Paper (CP) adalah instrumen utang jangka pendek yang diterbitkan oleh
perusahaan sebagai bentuk pembiayaan. CP biasanya memiliki jangka waktu kurang dari
satu tahun dan menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif. Menurut penelitian oleh
Rajan dan Winton (1995) dalam "Covenants and Collateral as Incentives to Monitor," CP
merupakan salah satu instrumen pendanaan korporat yang memberikan fleksibilitas
finansial bagi perusahaan.
CP sering digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan jangka
pendek, seperti modal kerja, pembayaran hutang, atau proyek-proyek khusus. CP dapat
diterbitkan oleh perusahaan dengan reputasi tinggi, sehingga investor memiliki keyakinan
akan kualitas dan kemampuan pembayaran dari penerbit CP.
Keuntungan utama dari CP adalah efisiensi biaya. Sifat jangka pendeknya mengurangi
risiko bunga jangka panjang, dan proses penerbitannya yang cepat memungkinkan
perusahaan mendapatkan akses cepat ke modal. Penelitian oleh Klee (2008) dalam "The
Economic and Regulatory Determinants of Commercial Paper" membahas faktor-faktor
yang memengaruhi penerbitan CP oleh perusahaan.
8. Call Money
Call Money adalah instrumen keuangan yang digunakan dalam pasar uang untuk
pembiayaan jangka pendek antar bank. Transaksi Call Money melibatkan peminjaman dan
pemberian pinjaman antar bank dengan jangka waktu yang sangat singkat, seringkali sehari
atau bahkan hanya beberapa jam. Menurut penelitian oleh Capie et al. (1991) dalam
"Interbank Relations in the London Money Market, 1823–1939," pasar Call Money
memiliki peran penting dalam menyediakan likuiditas dan fleksibilitas dalam kebutuhan
pendanaan sehari-hari bank.
Keunggulan utama dari Call Money adalah tingkat likuiditas yang tinggi dan
kemampuan untuk mendapatkan dana dengan cepat. Bank-bank dapat dengan mudah
mengakses dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas mereka dalam waktu
singkat. Fleksibilitas ini menjadi krusial dalam menjaga keseimbangan kas bank dan
mendukung transaksi sehari-hari.
Pasar Call Money sering kali mencerminkan tingkat suku bunga jangka pendek di
pasar uang. Keberlangsungan pasar Call Money sangat bergantung pada kepercayaan antar
bank, dan regulasi yang tepat diperlukan untuk memastikan transparansi dan keberlanjutan
pasar, seperti dibahas dalam penelitian oleh Repullo dan Suarez (2009) dalam "The
Procyclical Effects of Bank Capital Regulation."
Namun, seperti instrumen pasar uang lainnya, Call Money juga memiliki risiko yang
perlu dipertimbangkan. Fluktuasi suku bunga dan risiko kredit antar bank adalah dua faktor
utama yang dapat mempengaruhi biaya dan ketersediaan dana melalui pasar Call Money.
Oleh karena itu, manajemen risiko yang cermat menjadi kunci dalam penggunaan
instrumen ini.
9. Wesel.
Wesel, dalam konteks pasar uang, merujuk pada instrumen keuangan yang digunakan
dalam transaksi perdagangan, terutama di kalangan pedagang dan perusahaan. Wesel
sering kali diterbitkan oleh penjual sebagai bukti utang yang dapat diperdagangkan.
Instrumen ini memainkan peran krusial dalam memfasilitasi transaksi dan pembayaran
dalam lingkup perdagangan tradisional. Meskipun Wesel cenderung kurang dikenal di era
modern, beberapa penelitian sejarah, seperti yang dilakukan oleh Marpaung (2017) dalam
"Analisis Terhadap Perdagangan Bunga Mata Uang Asing di Surat Wesel Berjangka
Perdagangan Umum Pada Abad XIX," menyoroti peran historisnya dalam perdagangan.
Dalam beberapa kasus, Wesel juga dapat digunakan sebagai bentuk investasi dan
pembiayaan. Pedagang atau penerbit Wesel dapat menjualnya kepada pihak ketiga yang
tertarik pada pembayaran yang akan datang. Meskipun Wesel lebih bersifat tradisional,
prinsip-prinsip dasarnya mencerminkan upaya untuk menciptakan instrumen keuangan
yang dapat memberikan likuiditas dan solusi pembiayaan.
Sementara Wesel saat ini mungkin tidak lagi mendominasi pasar uang, pemahaman
tentang sejarah dan peranannya dapat memberikan wawasan tentang bagaimana pasar
keuangan telah berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun Wesel telah digantikan oleh
instrumen-instrumen modern, konsep ini tetap relevan dalam memahami evolusi sistem
keuangan.
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) adalah bagian integral dari sistem keuangan yang
memfasilitasi transaksi antar bank. PUAB menyediakan platform tempat bank-bank dapat
saling meminjam dan meminjamkan dana jangka pendek, mendukung likuiditas pasar, dan
menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Penelitian oleh Hamao dan Ueda
(2013) dalam "A Tale of Two Decades: Liquidity and Market Depth in the Japanese
Government Bond Market" mengilustrasikan bagaimana PUAB dapat memengaruhi
likuiditas dan kedalaman pasar.
PUAB memainkan peran kunci dalam menentukan tingkat suku bunga jangka pendek,
yang nantinya mempengaruhi biaya pinjaman dan investasi di pasar finansial. Penelitian
oleh Copeland et al. (2014) dalam "Money Markets and Monetary Policy Normalization"
menyoroti bagaimana PUAB menjadi fokus perhatian dalam kebijakan moneter dan upaya
normalisasi kebijakan.
Likuiditas PUAB juga menciptakan peluang bagi bank untuk mengelola risiko
likuiditas dan mencari dana tambahan saat diperlukan. PUAB memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan kas dan likuiditas bank, memastikan bahwa mereka dapat memenuhi
kewajiban keuangan mereka secara efisien.
Meskipun PUAB memberikan manfaat signifikan, terdapat tantangan dan risiko yang
harus diatasi. Volatilitas pasar, risiko kredit antar bank, dan ketidakpastian suku bunga
dapat mempengaruhi stabilitas PUAB. Oleh karena itu, regulasi yang tepat dan pengawasan
yang cermat dari otoritas keuangan diperlukan, seperti yang dibahas oleh Kashyap dan
Stein (2000) dalam "What Do a Million Observations on Banks Say about the Transmission
of Monetary Policy?"
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sari, D. R., et al. (2020). "The Characteristics of Money Market Mutual Fund and
Sukuk on Return and Risk in Indonesia Stock Exchange." *International Journal of
Scientific & Technology Research,* 9(02), 57-62.
Kurniawan, D., et al. (2021). "Investor Behavior Analysis on the Decision of Retail
Government Bonds." *International Journal of Economics, Commerce and Management,*
9(2), 39-50.
Sari, D. R., et al. (2020). "The Characteristics of Money Market Mutual Fund and
Sukuk on Return and Risk in Indonesia Stock Exchange." *International Journal of
Scientific & Technology Research,* 9(02), 57-62.
Agusman, A., et al. (2017). "What Drives Bank Funding in Asia? The Role of Bank
Business Models." *Journal of Banking & Finance,* 77, 53-68.
Chen, J., et al. (2019). "Bank Liquidity Creation, Deposit Insurance, and Liquidity
Risk." *Journal of Banking & Finance,* 100, 1-14.
Jones, T. W., et al. (2018). "An Empirical Analysis of Corporate Promissory Note
Issuance." *Journal of Corporate Finance,* 48, 754-770.
Kim, H. J., et al. (2021). "The Determinants of Corporate Promissory Note Issuance
in Korea." *Pacific-Basin Finance Journal,* 67, 101448.
Bruche, M., et al. (2017). "Bank Lines of Credit in Corporate Finance: An Empirical
Analysis." *Review of Financial Studies,* 30(9), 3157-3200.
Ivashina, V., & Scharfstein, D. (2010). "Bank Lending During the Financial Crisis of
2008." *Journal of Financial Economics,* 97(3), 319-338.
Capie, F., et al. (1991). "Interbank Relations in the London Money Market, 1823–
1939." *Explorations in Economic History,* 28(1), 69-94.
Repullo, R., & Suarez, J. (2009). "The Procyclical Effects of Bank Capital
Regulation." *Journal of Monetary Economics,* 56(5), 641-655.
Depth in the Japanese Government Bond Market." *Journal of the Japanese and
International Economies,* 28, 130-151.
Copeland, A., et al. (2014). "Money Markets and Monetary Policy Normalization."
*International Journal of Central Banking,* 10(2), 341-395.
Kashyap, A. K., & Stein, J. C. (2000). "What Do a Million Observations on Banks Say
about the Transmission of Monetary Policy?" *American Economic Review,* 90(3), 407-
428.