Anda di halaman 1dari 26

PASAR MODAL

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pasar Modal dan Uang

SAKINAH QALBY
202102174

SEKOLAH TINGGI EKONOMI WIRA BHAKTI MAKASSAR


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 11 Juni 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 0
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 0
C. Tujuan ………………………………………………………………………… 0
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar Modal ………………………………………………………… 3
B. Sejarah Pasar Modal Indonesia ……………………………………………….. 4
C. Manfaat Pasar Modal Indonesia ………………………………………………. 6
D. Fungsi dan Peluang Pasar Modal Indonesia ……………………………………. 7
E. Produk – Produk Pasar Modal…………………………………………………… 9
F. Dasar – Dasar Hukum Pasar Modal …………………………………………… 11
G. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal………………………………………….. 12
H. Pelaku Pasar Modal ……………..……………………………………………… 14
I. Tantangan Pasar Modal Indonesia ……………………………………………… 15
J. Lembaga Penunjang Pasar Modal ……………………………………………….. 18
K. Profesi Penunjang Pasar Modal………………………………………………….. 18
L. Asosiasi – Asosiasi Pasar Modal ………………………………………………. 18
M. Contoh Kasus Pasar Modal……………………………………………………… 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 22
B. Saran …………………………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 23

III
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Dalam fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki
kelebihandana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh
keuntungan (return), sedangkan perusahaan (issuer) dapat memanfaatkan dana tersebut
untuk kepentingan investasi tanpa menunggu tersedianya dana operasional perusahaan.
Dalam fungsi keuangan, pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh keuntungan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi
yang di pilih.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan
yang menggunakan institusi ini sebagai media untuk menyerap investasi dan media
untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual pasar modal telah menjadi pusat
saraf finansial (financial nerve centre) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan
perekonomian modern tidak mungkin dapat eksis tanpa adanya pasar modal yang
tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Selain itu, pasar modal
juga dijadikan sebagai salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu negara.
Sebagai contoh, pemerintah dapat menerbitkan obligasi untuk membangun
infrastruktur jalan raya, membangun rumah sakit, transportasi umum, membangun
bendungan, bandar udara, dan infrastruktur sosial lainnya. Hal ini tentu akan mendorong
penciptaan kekayaan negara dan tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik.
Pasar modal Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang yang dalam
perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum serta
kondisi ekonomi global dan pasar modal dunia. Pengaruh makroekonomi tidak
mempengaruhi kinerja perusahaan secara seketika melainkan secara perlahan dan dalam
jangka waktu yang panjang. Sebaliknya harga saham akan terpengaruh dengan seketika
oleh perubahan faktor makro ekonomi tersebut karena para investor lebih cepat bereaksi.
Ketika perubahan makro ekonomi itu terjadi, para investor akan memperhitungkan

1
dampaknya baik yang positif maupun yang negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa
tahun ke depan, kemudian mengambil keputusan membeli, menjual atau menahan saham
yang bersangkutan.
Oleh karena itu harga saham lebih cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan
variabel makroekonomi daripada kinerja perusahaan yang bersangkutan. Indeks harga
saham gabungan sebagai indikator perkembangan pasar modal Indonesia yang sekarang
bernama Bursa Efek Indonesia (BEI) membuktikan bahwa kondisi makroekonomi dan
kondisi ekonomi global menyebabkan IHSG mengalami pergerakan yang sangat terkait
dengan keadaan tersebut.Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG
adalah kondisi politik dan keamanan negara. Tulisan ini membahas tentang sejarah,
perkembangan dan tantangan pasar modal Indonesia dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pasar modal ?
2. Bagaimana sejarah adanya pasar modal di Indonesia ?
3. Apakah manfaat, fungsi dan peluang pasar modal di Indonesia ?
4. Apa saja yang termasuk produk-produk pasar modal ?
5. Apakah dasar hukum tentang pasar modal ?
6. Bagaimanakah mekanisme perdagangan pasar modal ?
7. Siapa saja pelaku yang terlibat pasar modal ?
8. Apakah yang menjadi tantangan pasar modal di Indonesia ?
9. Apa saja lembaga dan profesi penunjang pasar modal ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pasar modal
2. Untuk mengetahui sejarah adanya pasar modal Indonesia
3. Untuk mengetahui manfaat dari pasar modal, fungsi dan peluang pasar modal di
Indonesia
4. Untuk mengetahui produk-produk pasar modal
5. Untuk mengetahui dasar hukum pasar modal
6. Untuk mengetahui mekanisme perdagangan pasar modal
7. Untuk mengetahui pelaku pasar modal
8. Untuk mengetahui hal yang menjadi tantangan pasar modal di Indonesia
9. Untuk mengetahui lembaga dan profesi penunjang pasar modal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal


Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
terorganisasi tempat efek-efek di perdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal “sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Pasal modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan
dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dan
merupakan pasar yang abstrak. Instrument pasar uang biasanya terdiri dari berbagai jenis
surat berharga jangka pendek seperti deposito, commercial papper, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha
atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal
(investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham,
obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan

3
dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument.
Pasar modal terdiri dari :
 Pasar primer yaitu pasar untuk surat-surat beharga yang baru diterbitkan,dana
berasal dari arus penjualan sekuritas baru dari pembeli sekuritas kepada perusahaan
yang menerbitkannya.
 Pasar sekunder yaitu terjadi jual beli sekuritas yang ada.
B. Sejarah Pasar Modal Indonesia
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi
dimulai pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh
Verreninging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung
sejak 1880. Pada tahun 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek
di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat
setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang Belanda di Batavia yang
dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda
mulai membangun perkebunan secara besar besaran di Indonesia. Sebagai salah satu
sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para
penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang
penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar
itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah
mengadakan persiapan akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging
voor den Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Efek yang
diperdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan
Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belada. Bursa Batavia dihentikan pada perang
dunia pertama dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan menambah jangkauan
aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Aktivitas ini
terhenti pada perang dunia kedua.
Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada
tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini
menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Di dahului dengan
diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak

4
ditetapkan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun
penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek
(PPUE) yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank
Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri
Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956.
Para pembeli obligasi kebanyakan warga negara Belanda, baik perorangan maupun
badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar
negeri terutama dengan Amsterdam.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di
bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap
Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan
banyak warga negara Belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebut makin
parah sejalan dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia dengan Belanda
mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua
perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undang – undang Nasionalisasi No. 86
Tahun 1958. Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan
Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan Bursa Efek Indonesia untuk
memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia,
termasuk semua efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah
perdagangan efek di Indonesia.
Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan
Pelaksana Pasar Modal, institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Untuk
merangsang perusahanmelakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak
perseroan sebesar 10% - 20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go
public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar midal tidak
dikenakan pajak pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti, dan
pajak kekayaan atas nilai saham/ bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan
perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan pasar
modal antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah
dikeluarkan Paker 24 Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar
modal meliputi pokok-pokok:
a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%
b. Diperkenalkan bursa parallel

5
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang
sebelumnya dipungut oleh bapepam
d. Investor asing boleh membeli saha di perusahaan yang go public
e. Saham boleh diterbitkan atas unjuk
f. Batas Fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum ditiadakan
g. Proses emisi di Bapepam selambat – lambatnya 30 hari sejak dilengkapinya
persyaratan.
Melalui keputusan Kementrian Keuangan No. 1055/KMK.013/1989, pemerintah
semakin menggiatkan pasar modal di Indonesia dengan membuka peluang bagi investor
asing dengan batas kepemilikan maksimum 49%. Pemerintah pun merubah Bursa Efek
Jakarta sebagai perusahaan swasta sedangkan BAPEPAM yang sebelumnya sebagai
penyelenggara bursa, maka kini hanya menjadi regulator perdagangan di pasar modal.
Pemerintah juga membentuk lembaga-lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, dan
manajer investasi.
Pada bulan Agustus 1997 krisis moneter yang melanda negara Asia seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Singapura menyebabkan penurunan
nilai mata uang negara-negara Asia terhadap Dollar Amerika. Untuk menstabilkan
Rupiah, Bank Indonesia pada saat itu menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Tingginya suku bunga berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak lagi
tertarik menanam dananya di Pasar Modal, karena total return yang dihasilkan lebih kecil
dari bunga deposito. Akibatnya harga-harga saham di pasar modal mengalami penurunan
drastis. Kemerosotan pasar saham ditunjukkan oleh IHSG yang turun dari 750,83 poin
pada tanggal 8 Juli 1997 menjadi 278,95 poin pada tanggal 28 September 1998. IHSG
mulai mengalami peningkatan pada bulan Oktober 1998 menembus angka diatas 300
poin.
Pada tahun 2007 akhirnya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
digabungkan menjadi Bursa Efek Indonesia. Pasca krisis moneter tersebut, pasar modal
Indonesia secara umum mengalami perkembangan yang signifikan. Bahkan pada tahun
2009 pasar modal Indonesia merupakan yang terbaik di ASEAN dan menempati peringkat
ke-2 di Asia Pasifik meskipun beberapa kali mengalami fluktuasi yang cukup berat seperti
saat krisis global tahun 2008.
C. Manfaat Pasar Modal
a. Bagi Emiten

6
1. Jumlah dana yang dapat dihimpum dalam jumlah besar
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
3. Tidak ada convenant sehingga menagemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana atau perusahaan
4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil
b. Bagi Investor
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi
2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki / memegang saham dan bunga
yang mengambang bagi pemenang obligasi
3. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument yang
mengurangi resiko
D. Fungsi dan Peluang Pasar Modal Indonesia
a. Fungsi pasar modal di Indonesia
Pasar modal suatu negara memiliki fungsi berikut ini:
1. Sebagai sarana penambah modal bagi usaha
Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar
modal. Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan-
perusahaanlain, lembaga, atau oleh pemerintah.
2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan
Setelah jangka waktu tertentu, sahamsaham yang telah dibeli akan
memberikan deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para
pembelinya (pemiliknya). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal
dapat dianggap sebagai sarana pemerataan pendapatan.
3. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka
produktivitas perusahaan akan meningkat.
4. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja
Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya
industri lain yang sberdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.
5. Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara
Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan
dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini
akan meningkatkan pendapatan negara.

7
6. Sebagai indikator perekonomian negara
Aktivitas dan volume penjualan /pembelian di pasar modal yang semakin
meningkat (padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan
berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya.
b. Peluang pasar modal di Indonesia
Untuk meningkatkan kinerja pasar modal di Indonesia secara berkesinambungan,
para pemangku kebijakan sudah seharusnya memanfaatkan peluang yang ada pada
perekonomian Indonesia. Salah satu peluang yang perlu dimanfaatkan oleh para
pemangku kebijakan pasar modal adalah meningkatnya golongan kelas menengah di
Indonesia. Pertumbuhan populasi kelas menengah di Indonesia relatif tinggi. Pada tahun
2003, ada 81 juta penduduk Indonesia yang termasuk kelas menengah (37,7% dari total
penduduk). Pada tahun 2012, jumlah populasi kelas menengah di Indonesia mencapai
134 juta penduduk atau sekitar 56,5% dari total penduduk (Bank Dunia, dalam Majalah
SWA). Secara definitif, kelas menengah (middle class atau consuming class) merupakan
golongan masyarakat yang mampu melakukan aktifitas konsumsi dan investasi. Bahkan
pada tahun 2030, Indonesia diprediksikan akan memiliki 135 juta orang yang masuk
dalam golongan kelas menengah (consuming class), 113 juta orang yang masuk dalam
golongan tenaga kerja berketrampilan, dan lebih hebatnya lagi, Indonesia diprediksikan
akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia (Riset McKinsey 2012,
dalam presentasi Direktur Pengembangan Bisnis BEI, Friderica Widyasari Dewi, di
FEUI).
Sayangnya, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tidak didukung oleh
pengetahuan berinvestasi di pasar modal yang memadai. Sebuah riset monthly middle
class monitoring pada majalah pemasaran terkemuka di Indonesia (Majalah Marketeers)
mengungkapkan bahwa mayoritas kelas menengah di Indonesia melakukan investasi
jangka pendek, namun hanya segelintir orang saja yang melakukan investasi jangka
panjang di pasar modal. Bahkan, pada riset mengenai tipe investasi yang dimiliki oleh
kelas menengah Indonesia pada tahun 2012 (n=600) mengungkap fakta bahwa kelas
menengah ini hanya melakukan investasi sebesar 5,5% pada instrumen saham dan
obligasi di pasar modal. Persentase lainnya tersebar pada rekening tabungan (87, 3%),
properti (49,5%), asuransi dengan manfaat investasi (48,8%), tabungan berencana
(24,2%), emas (20%), deposito berjangka (19,5%), asuransi (19%), dan perhiasan

8
(7,8%). Eksistensi dan potensi meningkatnya kelas menengah sebaiknya dapat
dimanfaatkan para pemangku kebijakan untuk menciptakan daya tarik pasar modal
sebagai sarana berinvestasi kepada masyarakat kelas menengah. Dengan demikian,
Indonesia dapat mentransformasi masyarakatnya dari saving society menjadi investing
society. Hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya perekonomian Indonesia
di masa mendatang.
Untuk meningkatkan peranan pasar modal dan pemberdayaan kelas menengah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomiIndonesia, ada beberapa kebijakan yang
perlu diimplementasikan. Pertama, pembenahan peraturan dan penegakan Undang-
Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 sesuai dengan perkembangan praktik pasar
modal saat ini. Kedua, pemberdayaan investor lokal (dalam hal ini dapat juga dilakukan
pemberdayaan kelas menengah dengan melakukan persuasi untuk berinvestasi di pasar
modal). Ketiga, peningkatan edukasi pasar modal kepada perusahaan-perusahaan.
Keempat, pemberian insentif bagi perusahaan go public. Kelima, peningkatan likuiditas
pasar modal dan pengembangan instrumen serta pasar derivatif. Dengan upaya
peningkatan kinerja dan peran pasar modal dalam mendukung pendanaan proyek
perusahaan swasta dan pemerintah, maka perekonomian Indonesia akan terus tumbuh
dan mampu menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia di tahun 2030.
E. Produk – Produk Pasar Modal
Produk-produk investasi yang ditawarkan kepada investor di pasar modal adalah :
1. Reksa dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan
sebagai modal berinvestasi. Melalui dana reksa ini nasihat investasi yang baik “jangan
menaruh semua telur dalam satu keranjang” bisa dilaksanakan. Pada prinsipnya investasi
pada reksa dana adalah melakukan investasi yang menyebar pada sejumlah alat investasi
yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
2. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan menabung. Imbalan
yang akan diperoleh dengan kepemilikan saham adalah kemampuannya memberikan
keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi

9
saham biasa sangat besar, tetapi tergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya.
Bila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan
para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar pula. Karena laba
yang besar tersebut menyediakan dana yang besar untuk didistribusikan kepada
pemegang saham sebagi dividen. Saham memberikan kemungkinan penghasilan yang
tidak terhingga. Sejalan dengan itu, risiko yang ditanggung pemilik saham juga relatif
paling tinggi. Investasi memiliki risiko yang paling tinggi karena pemodal memiliki hak
klaim yang terakhir, bila perusahaan penerbit saham bangkrut. Secara normal, artinya
diluar kebangkrutan, risiko potensial yang akan dihadapi pemodal hanya dua, yaitu tidak
menerima pembayaran dividen dan menderita capital loss. Keuntungan lainnya adalah
capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli. Ada kaidah-
kaidah yang harus dijalankan untuk mendapat capital gain. Salah satunya adalah
membeli saat harga turun dan menjual saat harga naik.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa.
Disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham
biasa. Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap
seperti bunga obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak
pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen
yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan dalam
pembagian dividen, dan lain sebagainya.
Pilihan untuk berinvestasi pada saham preferen didorong oleh keistimewaan alat
investasi ini, yaitu memberikan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan kemungkinan
keuntungan tersebut lebih besar dari suku bunga deposito apabila perusahaan penerbit
mampu menghasilkan laba yang besar, dan pemegang saham preferen memiliki
keistimewaan mendapatkan dividen yang dapat disesuaikan dengan suku bunga.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang
menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan
yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya memiliki obligasi sama persis dengan
memiliki deposito berjangka. Hanya saja obligasi dapat diperdagangkan. Obligasi
memberikan penghasilan yang tetap, yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah
yang tetap pada waktu yang telah ditetapkan. Obligasi juga memberikan kemungkinan

10
untuk mendapatkan capital gain, yaitu selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian. Kesulitan untuk menentukan penghasilan obligasi disebabkan oleh sulitnya
memperkirakan perkembangan suku bunga. Padahal harga obligasi sangat tergantung
dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunjukkan kecenderungan
meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian. Disamping menghadapi risiko
perkembangan suku bunga yang sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi
risiko kapabilitas (capability risk), yaitu pelunasan sebelum jatuh tempo. Sebelum
obligasi ditawarkan di pasar, terlebih dahulu dibuat peringkat (rating) oleh badan yang
berwenang. Rating tersebut disebut sebagai credit rating yang merupakan skala risiko
dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu
obligasi bagi pemodal. Keamanan ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk membayar
bunga dan melunasi pokok pinjaman.
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya
obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh
pemegang waran. Namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki
pasar baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
6. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan
emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini
berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang
saham. Right issue dapat diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena
kemampuannya memberikan penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi
dengan modal yang lebih rendah. Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah
dari saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak untuk membeli saham,
maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan
pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right
issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.
F. Dasar – Dasar Hukum Pasar Modal
 UU RI no. 8 1995 tentang pasar modal
 UU RI no 40 2007 tentang perseroan terbatas (PT)
 UU RI no 24 2002 tentang surat utang negara ( perubahan PP no 45 th 1995)

11
 Peraturan BAPEPAM dan LK
 Peraturan bursa efek Indonesia
 Peraturan kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
 Peraturan Kliring penjamin efek Indonesia (KPEI)

G. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal


Sebelum dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu investor harus menjadi
nasabah di perusahaan Efek atau kantor broker. Di BEI terdapat sekitar 120 perusahaan
Efek yang menjadi anggota BEI. Pertama kali investor melakukan pembukaan rekening
dengan mengisi dokumen pembukaan rekening. Di dalam dokumen pembukaan rekening
tersebut memuat identitas nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keadaan
keuangan) serta keterangan tentang investasi yang akan dilakukan.
Nasabah atau investor dapat melakukan order jual atau beli setelah investor disetujui
untuk menjadi nasabah di perusahaan Efek yang bersangkutan.
Umumnya setiap perusahaan Efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk
mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut layak
melakukan jual beli saham. Jumlah deposit yang diwajibkan bervariasi; misalnya ada
yang mewajibkan sebesar Rp 25 juta, sementara yang lain mewajibkan sebesar Rp 15
juta dan seterusnya. Pada dasarnya tidak ada batasan minimal dan jumlah dana untuk

12
membeli saham. Dalam perdagangan saham, jumlah saham yang dijual-belikan
dilakukan dalam satuan perdagangan yang disebut dengan lot. Di Bursa Efek Indonesia,
satu lot berarti 500 saham dan itulah batas minimal pembelian saham. Lalu dana yang
dibutuhkan menjadi bervariasi karena beragamnya harga saham yang tercatat di Bursa.
Misalnya harga saham XYZ Rp 1.000, maka dana minimal yang dibutuhkan
untuk membeli satu lot saham tersebut menjadi ( 500 dikali Rp 1.000) sejumlah Rp
500.000. Sebagai ilustrasi lain, jika saham ABC harga per sahamnya Rp 2.500 maka
dana minimal untuk membeli saham tersebut berarti ( 500 dikali Rp 2.500) sebesar
Rp.1.250.000,-. Di BEI, transaksi dilakukan pada hari-hari tertentu yang disebut Hari
Bursa.
Dilihat dari prosesnya, maka urutan perdagangan saham atau Efek lainnya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menjadi nasabah di perusahaan efek
Pada bagian ini, seseorang yang akan menjadi investor terlebih dahulu menjadi
nasabah atau membuka rekening di salah satu broker atau Perusahaan Efek. Setelah
resmi terdaftar menjadi nasabah, maka investor dapat melakuka kegiatan transaksi.
2. Order dari nasabah
Kegiatan jual beli saham diawali dengan instruksi yang disampaikan investor kepada
broker. Pada tahap ini, perintah atau order dapat dilakukan secara langsung dimana
investor datang ke kantor broker atau order disampaikan melalui sarana komunikasi
seperti telpon atau sarana komunikasi lainnya.
3. Diteruskan ke Floor Trader.
Setiap order yang masuk ke broker selanjutnya akan diteruskan ke petugas broker
tersebut yang berada di lantai bursa atau yang sering disebut floor trader.
4. Masukkan order ke JATS
Floor trader akan memasukkan (entry) semua order yang diterimanya kedalam sistem
komputer JATS. Di lantai bursa, terdapat ratusan terminal JATS yang menjadi sarana
entry order-order dari nasabah. Seluruh order yang masuk ke sistem JATS dapat
dipantau baik oleh floor trader, petugas di kantor broker dan investor. Dalam tahap
ini, terdapat komunikasi antara pihak broker dengan investor agar dapat terpenuhi
tujuan order yang disampaikan investor baik untuk beli maupun jual. Termasuk pada
tahap ini, berdasarkan perintah investor, floor trader melakukan beberapa perubahan
order, seperti perubahan harga penawaran, dan beberapa perubahan lainnya.
5. Transaksi Terjadi (matched).

13
Pada tahap ini order yang dimasukkan ke sistem JATS bertemu dengan harga yang
sesuai dan tercatat di sistem JATS sebagai transaksi yang telah terjadi (done), dalam
arti sebuah order beli atau jual telah bertemu dengan harga yang cocok. Pada tahap
ini pihak floor trader atau petugas di kantor broker akan memberikan informasi
kepada investor bahwa order yang disampaikan telah terpenuhi.
6. Penyelesaian Transaksi (settlement)
Tahap akhir dari sebuah siklus transaksi adalah penyelesaian transaksi atau sering
disebut settlement. Investor tidak otomatis mendapatkan hak-haknya karena pada
tahap ini dibutuhkan beberapa proses seperti kliring, pemindahbukuan, dan lain-lain
hingga akhirnya hak-hak investor terpenuhi, seperti investor yang menjual saham
akan mendapatkan uang, sementara investor yang melakukan pembelian saham akan
mendapatkan saham. Di BEI, proses penyelesaian transaksi berlangsung selama 3
hari bursa. Artinya jika melakukan transaksi hari ini (T), maka hak-hak kita akan
dipenuhi selama 3 hari bursa berikutnya, atau dikenal dengan istilah T + 3.

H. Pelaku Pasar Modal


a) Emiten dan Perusahaan Republik (Bab IX)
Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1955
 Pasal 70, Pernyataan pendaftaran
 Pasal 78, Prospektus dan Pengumuman
 Pasal 80, Tanggu Jawab atas Informasi yang tidak benar atau menyesatkan
b) Pemodal di Pasar Modal
 Perorangan
 Intitusi
 Domestik
 Asing
c) Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan sebagai:
 Perantara perdagangan efek
Adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk kepentingan
sendiri atau pihak lain
Kewajiban :
- Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan transaksi untuk
kepentingan sendiri

14
- Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau menjual
Efek wajib mempethatikan keadaan keuangan dan maksud serta tujuan investasi
dari nasabah
- Membubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesanan nasabah pada formulir
pemesana
- Membantu mengelola dana bagi kepentingan para pemodal
 Penjamin emisi efek
Adalah pihak yang membuat kontrak Emiten untuk melakukan penawaran umum
bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek
yang tidak terjual
Kewajiban :
- Mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan Emisi
- Mengungkapkan dalam prospektus adanya hubungan afiliasi atau hubungan lain
yang bersifat material antara Perusahaan Efek dan Emiten
 Manajer investasi
Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio Efek untuk para nasabah
atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Tugas :
- Mengadakan riset
- Menganalisa kelayakan investasi
- Mengelola dana portofolio
 Penasehat Investasi
Adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai penjualan atau
pembeli Efek dengan memperoleh imbalan jasa.
Tugas :
- Memberikan nasehat kepada pihak lain
- Melakukan riset
- Membuat rekomendasi
- Memberikan analisa di bidang Efek dengan memperoleh imbalan tertentu
- Wajib memelihara segala catatan yang berhubungan dengan nasehat yang
diberikan

15
I. Tantangan Pasar Modal Indonesia
Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan integrasi ekonomi, maka kinerja pasar
modal sangat tergantung dari kinerja ekonomi nasional, regional, dan internasional. Laju
pertumbuhan pasar modal turut ditentukan oleh berbagai indikator makro ekonomi
seperti laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, dan besaran indikator makro lainnya.
Hal ini menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan pasar modal ke depan karena akan
menentukan sejauh mana tingkat laju pertumbuhan pasar modal. Beberapa indikator
ekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja pasar modal antara lain: tingkat suku bunga,
laju inflasi, dan nilai tukar. Perkembangan ekonomi regional baik di kawasan Amerika,
Eropa, dan Asia. Berpengaruh terhadap ekonomi dunia. Demikian pula krisis surat utang
yang melanda negara di Uni Eropa seperti Yunani, Portugal, Italia dan lain-lain dapat
berdampak buruk bagi kawasan ekonomi lainnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
Jepang yang masih lesu seiring dengan badaitsunami di khawatirkan turut memperlemah
kinerja ekonomi di kawasan Asia Pergerakan dana untuk kegiatan investasi tidak
mengenal surut walaupun ekonomi sedang mengalami penurunan. Artinya aktivitas pasar
modal di seluruh dunia akan terus mencari peluang portfolio investasi yang mampu
memberikan return yang lebih baik. Blessing in disguise, lesunya ekonomi di suatu
kawasan terkadang menjadi ‘berkah’ bagi kawasan ekonomi di belahan dunia lain. Salah
satu tantangan kinerja pasar modal adalah pertumbuhan transaksi di pasar sekunder.
Pasar saham di Indonesia mengalami pertumbuhan kinerja yang sangat baik dan hal ini
dapat dilihat dari pertumbuhan indeks harga saham. Ketika kasus subprime tahun 2008,
indeks harga saham mengalami penurunan yang sangat tajam bahkan hampir menyentuh
level 1.100. Untuk itu di perlukan suatu sweetener agar pasar sekunder tetap terus
bergairah dalam bertransaksi, Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di
dunia, maka peningkatan pemodal lokal menjadi salah satu faktor yang turut memperkuat
daya tahan pasar sehubungan dengan volatilitas aliran dana yang bersifat jangka pendek.
Dengan basis pemodal lokal yang besar dan kuat, maka pasar modal Indonesia
lebih siap menghadapi ‘guncangan’ pasar. Untuk itu, edukasi dan sosialisasi merupakan
medium yang harus terus ditumbuhkembangkan. Peningkatan impelementasi Good
Governance dan Etika Bisnis juga harus terus dilakukan. Sejarah membuktikan bahwa
pengabaian implementasi good governance berdampak pada penurunan kinerja, reputasi,
hingga krisis. Betapa besar biaya yang harus dibayar setiap kali berhadapan dengan
krisis, baik krisis perbankan tahun 97/98, krisis subprime 2008, dan krisis lain dengan
dimensi berbeda dan dengan skala yang lebih kecil.

16
Namun, semua pihak harus menyadari bahwa good governance merupakan kunci
bagi keberlangsungan (sustainability) bisnis keuangan dan pasar modal. Selain itu, dalam
konteks lain, juga berhadapan dengan risiko reputasi terkait dengan beberapa beberapa
persoalan di perbankan seperti pembobolan dana nasabah dan lain-lain. Intinya adalah
bagaimana implementasi good governance melalui penerapan manajemen risiko dan
penegakan aturan sehingga bisnis keuangan mengedepankan etika bisnis.
Pasar modal Indonesia sebagai pasar modal kategori emerging market di
hadapkan pada tantangan-tantangan berikut ini:
1. Masih minimnya investor domestic
Saat ini jumlah investor dalam negeri sudah mencapai 363.000 orang, namun
rasionya dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang
masih sangat kecil. Investor domestik dapat mencegah anjloknya pasar modal saat
adanya penarikan modal secara besar-besaran (capital reversals) dari investor asing.
2. Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kinerja bagus masih
relatif sedikit
Saat ini, jumlah emiten yang terdaftar di pasar modal Indonesia sudah mencapai
462 perusahaan. Angka ini memang besar tapi tidak setara dengan instrumen investasi
yang ada. Untuk itu pasar modal Indonesia masih memerlukan lebih banyak emiten
berkualitas, tidak hanya sekadar menjadi perusahaan terbuka dan mendapatkan modal
dari publik.
3. Produk investasi pasar modal masih terbatas.
Tantangan yang ada salah satunya diversifikasi produk investasi. Investasi saham
dan SBN kini masih mendominasi, meski terdapat pula obligasi korporasi. Alternatif
investasi seperti derivatif juga masih terbatas.
4. Sistem aturan yang belum sinkron.
Keberadaan pasar modal tidak lepas dari industri jasa keuangan. Kedepan dengan
hadirnya OJK BEI memerlukan sinkronisasi aturan, karena industri pasar modal akan
bersinggungan dengan industri perbankan dan jasa keuangan non baik lainnya. Aturan
yang ada disinkronkan. Sekarang masih terpisah-pisah hingga sulit koordinasi.
5. Masih banyak jebakan emiten gorengan.
Kenaikan saham menjadi pendorong naiknya IHSG, tapi yang patut di perhatikan

adalah masih ditemui banyak saham berstatus 'gorengan'. OJK berniat memerangi hal

ini karena saham gorengan merupakan investasi yang tidak sehat mengingat

17
pergerakannya bersifat semu. Saham naik dan turun didorong oleh pihak-pihak yang

saling terkait atau sama.

J. Lembaga Penunjang Pasar Modal


1. Biro Administrasi Efek (EFEK)
BAE adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan
pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek (UU Pasar
Modal No 8 Tahun 1995 Pasal 48).
2. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain
berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden , bunga, dan hak
lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya (UU Pasar Modal Tahun 1995 Pasal 44)
3. Wali amanat
Kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum dan pihak
lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah ( UU Pasar Modal No 8 Tahun
1995 BAB VI Pasal 50)
4. Pemeringkat Efek
Pemeringkat efek adalah penilaian kemampuan membayar kembali surat hutang.
K. Profesi Penunjang Pasar Modal
Berdasarkan UU pasar modal th 1995 BAB VIII pasal 64 :
 Akuntan : laporan keuangan audit dan pendapat akuntan
 Konsultan hukum : laporan legal audit dan pendapat konsultan hukum
 Penilai :laporan hasil penilaian dan pendapat nilai
 Notaris : legalisasi dokumen perusahaan
 Profesi lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
L. Asosiasi – Asosiasi Pasar Modal
 APEI : Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia
 IPEI : Ikatan Pialang Efek Indonesia
 AWP2EI : Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia
 AWPE2I : Asosiasi Wakil Penjamin Emisi Efek Indonesia

18
 AWMII : Asosiasi Wakil Mangaer Investasi Indonesia
 APRBI : Asosiasi Pengelolaan Reksadana Indonesia
 HIMDASUN : Himpunan Pedagang Surat Utang Negar
 HKHPM : Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal
 IAI : Ikatana Akuntan Indonesia
 Ikatan Notaris Indonesia
 Panitia Standar Profeso Pasar Modal
M. Contoh Kasus Pasar Modal
1. Kasus bank century, kasus menjual reksadana tanpa izin
Salah satu reksadana yang dijual oleh Bank Century merupakan reksadana
‘bodong’, alias reksadana yang dibuat tanpa seizin Bapepam. Reksadana yang
bermasalah ini dijual dengan nama Investasi Dana Tetap Terproteksi dan dikeluarkan
oleh PT. Antaboga Delta Sekuritas. Hebatnya lagi, produk ini kabarnya sudah dijual
sejak tahun 2001. Kini dikabarkan bahwa bahwa Rp 1 Triliun – Rp 1,5 Triliun milik
nasabah bank Century terkena masalah seputar produk ini. Per 30 September 2008, PT.
Antaboga Delta Sekuritas tercatat sebagai salah satu pemegang saham terbesar Bank
Century (dengan total kepemilikan 7,44%).
Salah satu pemilik Bank Century yang didakwah menggelapkan dana nasabah
yaitu Robert Tantular hanya divonis 4 tahun penjara dan denda Rp 50 miliar. Dengan
demikian disampaikan majelis hakin Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kamis ( 10
September 2009). Vonis ini dijatuhkan majelis hakim lebih rendah dari pada tuntutan
jaksa sebelumnya yakni 8 tahun penjara. Majelis hakim memvonis lebih ringan karena
Robert tak melakukannya sendirian, dua warga asing pemilik Bank Century masih buron
yakni Al-warraq Hesham Talaat Muhammad Rizvi dan Besheer Ali Rafat, sedangkan
adik Robert, Dewi Tantular yang diduga terlibat dalam pencurian uang deposito nasabah
Bank Centuryjugaburon.
Tiga dakwaan menjerat Robert Tantular, pertama Robert dianggap menyalahgunakan
kewenangan memindahbukuan dan mencairkan dana deposit valas sebesar US $ 18 juta
tanpa izin pemilik dana Budi Sampurno, kedua mengucurkan kredit kepada PT Wibowo
Wadah Rejeki Rp 121 miliar dan PT Accent Inveshindo Rp 60 miliar, ketiga melanggar
Letter Of Commitmen dengan tidak mengembalikan surat-surat berharga Bank Century
diluar negeri dan menambah modal bank dengan BI pada 15 Oktober 2008 dan 16
November 2008.

19
Kasus ini terjadi awal 2001 Bank Century telah menjual produk reksadana
Berlian dan Dicretionary Fund kepada para nasabahnya. pada waktu itu Bank Century
menawarkan program bank yaitu simpanan dengan jangka waktu tiga bulan atau enam
bulan dengan harga bunga sebesar 12-13 persen /tahun, berupa reksa dana atau investasi
dana dana tetap terproteksi tanpa dikenakan pajak.
Januari 2005, Bank Century membuat surat edaran tentang reksa dana Berlian. Isi
surat menyebutkan bahwa PT Antaboga Delta Sekuritas sebagai agen. penjual reksa dana
dan PT Bank Century sebagai sub-sub agen penjual reksa dana Berlian. surat edaran
Bank Century sebagai sub agen penjualan reksa dana Berlian mulaidiberlakukan.
Aktivitas, penjualan investasi Bank Century ini diketahui oleh BI, sehingga pada 24
April 2005 BI meminta badan pengawas pasar modal (BAPEPAM) memeriksa PT
Antaboga Delta Sekuritas, dimana terdakwa Robert Tantular sebagai
pemegangsahamnya.
Antaboga pun diduga bukan menjadi agen penjual, melainkan bertindak sebagai investasi
dengan menjual produk reksa dana melalui Bank Century.
11 Agustus 2005, Bapepam memberikan sanksi berupa peringatan tertulis kepada
Antaboga dan mengingatkan Bank Century, tetapi peringatan tidak dihiraukan oleh Bank
Century  dan tetap melanjutkan aktivitas penjualan investasi dengan
meniadakanlogoCentury. Ketika jatuh tempo akhir 2008 banyak nasabah yang tidak
dapat menarik kembali dana yang telah diinvestasikan sebesar Rp 4 miliar pada Bank
Century karena investasi bohong.
2. Batavia Air, kasus penggelapan Dana
Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena "force majeur".
Batavia Air menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation
(ILFC) untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi persyaratan
untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC
mengajukan somasi atau peringatan. Namun akrena maskapai itu tetap tidak bisa
membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak
dapat dioperasikan untuk menutup utang.
Seharusnya, kuasa hukum Batavia Air harusnya mengajukan "counter" agar tidak
dipailitkan dalam lima hari setelah ada gugatan pailit. "Karena itu tidak dilakukan oleh

20
Batavia, maka kita mau tidak mau menyidangkan perkara pailit," ujarnya. dari bukti-
bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya utang oleh Batavia
Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan putusan pailit. Ada
beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan itu adalah adanya bukti
utang, tidak adanya pembayaran utang, serta adanya kreditur lain.
Dari semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal 2ayat1Undang-Undang
Kepailitan terpenuhi. Jika menggunakan dalil "force majeur" untuk tidak membayar
utang, Batavia Air harus bisa menyebutkan adanya syarat-syarat kondisi itu dalam
perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat membuktikannya. Batavia Air pun diberi
kesempatan untuk kasasi selama 8 hari. "Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap,"
ujarnya.
Kegiatan operasional Batavia Air kemudian akan dialihkan kepada kurator.
Batavia Air sempat disebut-sebut menolak dicabutnya gugatan pailit itu. Hal tersebut
menjadi tanda tanya bagi pengadilan. "Mengapa mereka menolak untuk
dicabut?"ujarnya.
Menurut Bagus, Batavia Air pasrah dengan kondisi ini. Artinya, kata dia, Batavia Air
sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun
menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi
di dunia penerbangan.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti
(saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Pasal modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan
dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dan
merupakan pasar yang abstrak. Instrument pasar uang biasanya terdiri dari berbagai jenis
surat berharga jangka pendek seperti deposito, commercial papper, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi
dimulai pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh
Verreninging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung
sejak 1880. Pada tahun 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek
di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat
setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
B. Saran
Demikian isi makalah yang kami buat ini semoga bermanfaat bagi kita semua,
terutama bagi kami, adapun harapan kami para kawan-kawan dapat memberikan
masukan yang bermanfaat baik berupa kritik maupun saran, agar makalah kami
selanjutnya dapat berkembang lagi, dan dapat memberika banyak manfaat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohd Salsiah, Norman Mohd Salleh, and Mohamat Sabri Hasan. Ownership Structure
and Earning Management in Malaysia Listed Company: The Size Effect. Asian Journal of
Business and Accounting, 1 (2) : 89-116, 2008.

Ardison, Kym Marcel M. Antonio Martinez and Fernando Galdi. The Effect of Leverage on
Earning Management in Brazil, Advanced in Scientific and Applied Accounting, 5 (3): 305-
324, 2012.

Beneish, M. D. Earnings Management: A Perspective. Kelley School of Business. Indiana


University, 2001.

Darmadji, Tjiptono & Hendy M Fachruddin. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta : Salemba Empat, 2000.

Dede, Abdul Fatah. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) Di Indonesia, Jakarta :


Al-‘Adalah, 2011.

Sholihin, Ahmad Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT
Gramedia, 2010.

Jogiyanto, Hartono. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE, 2014.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana, 2008.

Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta:
Ekonisia, 2012.

Umam, Khaerul. Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal Syariah. Bandung : Pustaka
Setia, 2013.

Yuliana, Indah. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN Maliki Press, 2010.

23

Anda mungkin juga menyukai