Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK RIVIEW

Mata Kuliah :

Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu :
Tapi Rumondang Siregar, SE.,M.Acc

Disusun Oleh:

Kelompok 5
Natasya Febivalen Naibaho (7193220028)

Shofy Mazaya Siregar (7193520033)

Zefanya Christina Sinaga (7193520035)

Felicia Martha Hazel Sitorus (7193520021)

Bella Tasya Syilvia (7193520028)

Nadriana (7193520062)

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkatnya kita masih diberikan kesehatan hingga pada saat ini, sehingga dalam kesempatan
ini kita masih diberikan kelancaran dan dibukakan pintu pikiran dalam proses pembuatan
tugas Critical Book Report yang merupakan salah satu tugas wajib dalam mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik, dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Tapi Rumondang Siregar, SE.,M.Acc
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Dan kami juga menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu baik melalui materi maupun dorongan hingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Tugas Critical Book ini kami susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua khususnya Akuntansi Sektor Publik. Kami menyadari bahwa tugas
Critical Book Report ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dalam
tugas ini.Oleh karena kami minta maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman
kami yang terbatas dan kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan tugas Critical Book Report yang akan datang menjadi lebih baik.

Medan, 20 April 2021

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

1.4. Identitas Buku ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Ringkasan Buku Utama ................................................................................................... 3

2.2. Ringkasan Buku Pembanding ....................................................................................... 12

2.3. Kelebihan, Kekurangan dan Perbandingan Kedua Buku .............................................. 21

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 22

3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 22

3.2. Saran .......................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Critical Book Report adalah suatu tugas yang dimana mahasiswa diminta untuk
membandingkan 2 buku yang dimana berguna untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari kedua buku tersebut. Dalam tugas critical book report kali ini saya ditugaskan dosen
mata kuliah akuntansi untuk membandingkan 2 buku pengantar akuntansi yang membahas
topic tentang Ukuran Penyebaran Data.

Akuntansi Sektor Publik adalah suatu mata kuliah wajib di semester IV yang
dipelajari oleh mahasiswa. Dimana Akuntansi Sektor Publik ini menjelaskan mengenai
Anggaran sektor publik, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) ,
Pencatatan Akuntansi di sektor pemerintahan, dan lain sebagainya.

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tapi dari setiap
buku yang berjudul sama pasti ada yang lebih mencolok untuk digunakan. Oleh karena itu
kita perlu membangdingkan buku tersebut jika kita menginginkan salah satu buku dengan
buku lain yang memiliki judul dan topik pembahasan yang sama karena ketika kita
membandingkan sebuah buku dengan teliti, maka kita akan tahu buku mana yang lebih layak
kita gunakan.

Bukan hanya membandingkan, seperti yang kita ketahui bahwa setiap buku memiliki
kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Oleh karena itu, kita juga perlu mengkritik
buku tersebut, baik itu dari kelemahan maupun kelebihan buku. Dengan melakukan ini, maka
si penulis akan dapat memperbaharui bukunya agar lebih baik lagi dan berusaha membuat
pembaca meminati buku karangannya.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana dengan identitas buku utama dan buku yang akan dibandingkan?
2. Apa isi ringkasan buku utama dan buku pembanding?
3. Apa kelebihan serta kelemahan pada buku utama dan buku pembanding?

1
1.3.Tujuan Penulisan

1. Memaparkan identitas buku utama dan buku yang akan dibandingkan


2. Menerangkan ringkasan dari buku utama dan buku pembanding
3. Mengetahui perbandingan pada buku utama dan buku pembanding

1.4.Identitas Buku
• Buku Utama

Judul Buku : Teori,Konsep,dan Aplikasi Akuntansi


Sektor Publik
Pengarang : 1. Abdul Halim
2. Muhammad Syam Kusufi
Penerbit : Salemba Empat

Tahun Terbit : 2014

Kota Terbit : Jakarta Selatan

• Buku Pembanding

Judul Buku : Akuntansi Sektor Publik


Pengarang : 1. Haryanto, SE, M.Si, Ak.
3. Drs. Sahmuddin, M.Si, Ak.
4. Drs. Arifuddin, M.Si, Ak.
Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Tahun Terbit : 2007
Kota terbit : Semarang
ISBN : 978.979.704.560.9

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ringkasan Buku Utama

Standar Akuntansi Dalam Akuntansi Sektor Publik Atau Daerah

Prinsip akuntansi yang muncul bersama (GAAP) karena peran akuntansi menyajikan
informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Secara khusus GAD pembantuan
akuntansi yang menyajikan informasi kepada pihak di luar organisasi Selain itu, informasi
tersebut juga berguna untuk pihak internal organisasi. Menurut Fee dan Warren (1990)
informasi akuntansi keuangan yang disajikan sesuai dengan GAAP memang ditujukan
kepada pihak luar (eksternal) tetapi juga berguna bagi manajemen untuk mengarahkan
operasi perusahaan. Perusahaan menambah berbagai lapora. Yang diperlukan yang tidak
harus diatur oleh GAAP yang dibutuhkan oleh manajemen. Akuntansi yang diselenggarakan
untuk menghasilkan informasi kepada pihak eksternal disebut juga dengan akuntansi
keuangan, sedangkan akuntansi yang difokuskan diri pada penyajian laporan untuk tujuan
pengambilan keputusan internal organisasi disebut akuntansi manajemen. Miller dkk. (1985)
menyatakan ada tiga kelompok orang yang berpartisipasi dalam akuntansi keuangan, yaitu
pengguna (user), penyaji (preparer), dan auditor (auditon). Pengguna adalah orang yang
mengandalkan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi atau kredit.
Dalam kelompok ini termasuk investor. Kreditur, analis keuangan, dan lain-lain. Penyaji
adalah pihak yang menyusun dan menerbitkan laporan keuangan yaitu manajemen. Auditor
adalah pihak yang melakukan pemeriksan laporan keuangan untuk menyatakan pendapat atas
kewajarannya. Pihak ketiga yang bertanggung jawab dalam akuntansi keuangan yang
memiliki kepentinga yang berbeda-beda atas penyajian laporan keuangan. Persepsi masing-
masing pihak yang terlibat juga berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan satu aturan yang
disepakati u dapat dijadikan pegangan bagi pengguna, penyaji, dan auditor. Di sini arti
penting dan belakang prinsip akuntansi yang tepat (GAAP).

Standar Akuntansi Sektor Publik Atau Pemerintahan Di Indonesia

Menurut Sinaga, standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus diacu dalam
penyajian laporan keuangan dalam kerangka kerangka prinsip akuntansi umum. Standar
tersebut penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat mendukung dan dapat

3
membandingkan serta tidak menyesatkan. Standar akuntansi di sektor swasta lebih
berkembang di sektor pemerintah.

Standar akuntansi sektor publik atau pemerintah di Indonesia yaitu Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), sebagai sumber dari PP Nomor 24 Tahun 2005, dan Pernyataannya.
Pemerintahan (SAP) diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisai
Nirlaba. Sektor publik dalam pengelolaan keuangannya menggunakan dualisme standa yaitu
SAP yang digunakan untuk pengelolaan sektor publik di pemerintahan sebagai kekayaan
negara yang tidak berwenang. Sedangkan kekayaan negara yang dikuasai yang dikela oleh
BUMN atau BUMD atau pihak lain tetap menggunakan SAK demi menjaga pers, pemerintah
untuk langsung mengembangkan dan membentuk iklim ekonomi yang sehat.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan (SAP)

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pertama kali yang diterbitkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditentukan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. SAP ini telah lama ditunggu. Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 105 Tahun 2000 pada pasal 35 secara tegas telah menyebutkan bahwa
penatausahaan dan.pertanggung jawaban keuangan daerah berpedoman pada standar
akuntansi keuangan pemerintah daerah yang Berusaha Nomor 105 Tahun 2000 tersebut telah
berlaku sejak 1 Januari 2001 tetapi standar yarɛ dimaksud baru dapat terealisasi dengan
terbitnya SAP ini. UU Nomor 1 Tahun 2004 juga menyebutkan arti penting standar
akuntansi pe. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa SAP merupakan jawaban atas
penantian adanya pelaporan keuangan baru yang memerlukan unum. dapur merintahan
bahkan memuat mengenai Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) sebagai
penyusun SAP yang diaturnya dengan keputusan presiden.

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual, pemberi manfaat
lebih baik bagi pemangku kepentingan (stakeholders), untuk pengguna dan pemeriksa
laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan
dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan
izin yang diperoleh. Selain mengubah basis SAP dari yang Las menuju akrual menjadi
akrual, PP Nomor 71 Tahun 2010 mendelegasikan perubahan terhadap PSAP diatur dengan

4
peraturan menteri keuangan. Perubahan terhadap PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai
dengan dinamika pengelolaan keuangan negara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan
SAP oleh KSAP tetap harus melalui proses penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan
dari BPK.

Sistematika SAP

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor
71 Tahun 2010 terdiri atas Kerangka Konseptual (KK) Akuntansi Pemerintahan dan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). PSAP terdiri atas 12 (dua belas)
pernyataan, yaitu:

• PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan;


• PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Berbasis Kas;
• PSAP 03: Laporan Arus Kas;
• PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan;
• PSAP 05: Akuntansi Persediaan;
• PSAP 06: Akuntansi Investasi;
• PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap;
• PSAP 08: Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan;
• PSAP 09: Kewajiban Akuntansi;
• PSAP 10: Koreksi 1, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
• PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian; dan PSAP
• 12: Laporan Operasional (LO).

Basis Akuntansi

SAP Berbasis Akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah SAP yang mengakui
pendapatan-LO, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan keuangan berbasis akrual,
serta mengakui pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran dasar yang ditetapkan dalam APBN atau APBD. Yaitu basis kas. Jadi, sebenarnya
SAP tidak menganut basis akrual secara penuh tetapi bass modifikasian, yaitu akrual
modifikasian.

5
Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan transaksi pada saat hak untuk memperolea
pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara
Daerah atau oleh laporan pelaporan dan beban laporan pada saat kewajiban yang
mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dan Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau entitas pelaporan .penerimaan
dan penerimaan pembiayaan pada saat diterima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah
atau oleh entitas pelaporan. Serta belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan pada saat
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah.

Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi

Entitas akuntansi menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah unit pada pemerintahan yang
anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang mengatur akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. Entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut peraturan
peraturan-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan adalah badan masing-
masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah
pusat sendiri, yaitu laporan keuangan laporan keuangan seluruh kementerian / lembaga yang
ada di Kementerian Keuangan. Sedangkan, pada pemerintah daerah yang menjadi pelaporan
adalah seluruh pemerintah provinsi dan seluruh pemerintah kabupaten dan kota, sehingga
akan terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di Indonesia, yang semuanya akan menyusun
laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.

Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010

SAP membahas informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan, bagaimana
menetapkan, mengukur, melaporkannya. Oleh karena itu, SAP pembantuan penyajian pos-
pos yang harus disajikan dalam laporan keuangan seperti surat, piutang,aset tetap, dan
seterusnya. Laporan kcuangan pokok yang wajib diisi dan disajikan oleh entitas pelaporan
menurut SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu berikut.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2. Neraca
3. Laporan Arus Kas (LAK)
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

6
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Psak) Nomor 45 Tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba termasuk laporan
posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas dan laporan arus kas untuk
suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi likuiditas yang
diberikan dengan cara sebagai berikut.

1. Menyajikan berdasarkan urutan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan tanggal


jatuh tempo.
2. Mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh temponya
termasuk kepemilikan aset, pada catatan atas laporan keuangan.

Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan
ada atau tidaknya aset yang diatur oleh penyumbang, yaitu secara permanen, terikat secara
temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari kesalahan permanen au
temporer Proposal dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau
dalam catatan laporan keuangan.

Laporkan Aktivitas

Laporan aktivitas, menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset
lain (kewajiban) atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak berlaku,
kecuali jika digunakan sebagai dasar. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan
beban secara bruto. Namun demikian, pendapatan investasi dapat disajikan secara neto
dengan beban beban-beban yang terkait, seperti beban beban dan beban investasi, dalam
catatan atas laporan keuangan. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi engenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti kelompok
program jasa utama dan aktivitas pendukung.

7
Peningkatan Standar Akuntansi Internasional

Peningkatan standar akuntansi internasional dalam Baharuddin dan Sinaga. International


l'ublic Sector Accounting Standards Board (1PSASB) merupakan penyusun standar akuntansi
internasional untuk sektor publik di bawah International Federation of Acountants (IFAC).
Revisi ke-11 standar tersebut dimuat dalam draf publikasian (exposture draft – ED) Nomor
26. Di samping melakukan revisi terhadap standar yang ada, IPSASB juga menerbitkan tiga
ED lain. ED Nomor 25 memuat informasi mengenai otoritas dalam paragraf-paragraf dalam
IPSAS. Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi standar akuntansi internasional
sektor publik (IPSAS) dengan standar akuntansi internasional sektor komersial (IAS / IFRS).
Sehagaimana pengaruh dalam latar belakang ED 26, bahwa revisi terhadap IPSAS dilakukan
ada konvergensi dengan IAS yang diterbitkan tahun 2003. Usaha konvergensi ini telah terjadi
sejak 2003 melalui General Improvements Project. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
anggota IFAC dimintakan masukan atas draf publikasian (exposure draft – ED) yang
dikeluarkan oleh IPSASB. Revisi IPSAS sangat penting bagi sektor publik di Indonesia.
Revisi tersebut akan mengikat dalam penyajian aporan keuangan sektor publik di Indonesia
jika nanti disahkan menjadi standar meskipun tetap memperhatikan Indonesia. Oleh karena
itu, agar IPSAS mengakomodasi kepentingan kita, maka perlu diberi masukan lewat
komentar atas ED yang diterbitkan oleh IPSASB. Pemberian masukan ini juga terkait untuk
menampilkan pemikiran- pemikiran dari Indonesia di forum internasional dalam bidang
akuntansi khususnya sektor publik.

Proses peningkatan standar oleh IPSASB

Pada tahun 2003 melalui proyek Perbaikan Umum, IASB menerbitkan tevisi IAS. Project
General Improvements bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi alternatif.
Pengulangan-pengulangan yang tidak perlu (redundansi), dan juga kontlik dalam IAS itu
sendiri. Proyek juga berhubungan dengan isu konvergensi dan berbagai peningkatan lainnya.
Tujuan dari revisi IPSAS yang diterbitkan kali ini adalah agar IPSAS sesuai dengan IAS yang
diterbitkan tahun 2003 tersebut. Tentu saja kalimat terakhir memancing pertanyaan. Jika
IAS berubah apakah nanti IPSAS juga harus mengikuti? Jika ya sampai kapan? Apakah
tidak mungkin bahwa IAS yang mengikuti IPSAS?

8
Sistematika IPSAS

Setelah Revisi Sampai dengan saat ini, IPSAS terdiri atas 20 pernyataan standar yaitu IPSAS
nomor 1 sampai dengan nomor 20. Revisi yang dilakukan atas 11, yang dimuat dalam ED)
26, tidak akan menghilangkan pernyataan yang ada. Revisi hanya mengubah mengubah isi
dari pernyataan yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi, dari ED lainnya yaitu F.D 25, ED
27, dan ED 28 jika disetujui akan muncul dua pernyataan standar baru. ED 25 “persamaan
otoritas paragraf” tidak akan menghasilkan atau dituangkan dalam bentuk standar baru.
Perubahan yang terjadi hanya pada pengantar IPSAS (Pengantar IPSAS). ED 27 dan ED 28
yang akan membatalkan standar baru. Dengan demikian, jika ED 27 dan ED 28 kemudian
disahkan maka IPSAS terdiri atas 22 pernyataan standar.

Basis Akuntansi keuangan dan anggaran

Basis akuntansi yang digunakan dalam seluruh standar yang dikeluarkan oleh IPSAS adalah
basis akrual. Dalam Glosarium Buku Pegangan IPSAS 2003 misalnya dapat dilihat definisi
dasar akrual tetapi definisi dasar kas tidak dicantumkan. Kemudian dalam ruang lingkup
(scope) IPSAS 1 baik yang lama maupun yang diuraikan dalam revisi ini, IPSAS diterapkan
untuk penyajian laporan keuangan berbasis akrual. Penyajian laporan keuangan sektor publik
harus terkait dengan anggarannya. Penyajian laporan keuangan di sektor publik menuntut
penyajian anggaran. Hal ini sesuai dengan ciri sektor publik sebagai organisasi yang tidak
mencari laba khas tipe B (Tipe B nirlaba) menurut penggolongan R. N. Anthony (dalam
Rowan Jones dan Maurice P., 2000: 130). Anggaran termasuk pendapatan dan belanja.
Pertanyaannya adalah apakah anggaran juga mempermasalahkan dasar akuntansi dalam
penyajian laporan keuangan? ED 27 menyajikan hal yang menarik dalam hubungan basis
akuntansi dalam penyajian laporan keuangan dan penyajian informasi anggaran dalam
laporan keuangan untuk tujuan umum. Jika dalam IPSAS sebelumnya menggunakan basis
akrual maka dalam ruang lingkup ED 27 ini basis dianut dua, yaitu basis akrual dan juga
basis kas. Sebagaimana dinyatakan dalam paragraf 2 “Entitas yang menyiapkan dan
menyajikan laporan keuangan bertujuan umumi di bawah dasar akuntansi akrual atau kas
sesuai dengan ...” Selanjutnya dalam paragral dinyatakan sebagai dasar akrual yang
digunakan maka harus dibaca berkaitan dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis kas
maka standar harus dibaca dalam konteks IPSAS basb kas (The Cash Basis IPSAS,
“Financial Reporting Under the Cash Basis of Accounting). Unikiy” lagi bahwa
pembandingan antara anggaran dengan realisasi dapat dilakukan dengan baik anggaran

9
disajikan dengan basis yang sama maupun yang berbeda dengan basis untuk penyajian
lapora keuangan untuk tujuan umum.

Standar Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Komersial: Harus Konvergen atau
Paralel?

Saat ini ada dua jenis organisasi atau sektor yang berimplikasi pada penyusunan standar
akuntansi. Satu jenis organisasi atau sektor adalah sektor komersial atau yang disebut juga
dengan sektor bisnis, sektor privat, atau sektor yang mencari laba (profit motive or seek
organization). Sektor yang lain adalah sektor sosial atau yang disebut juga dengan sektor
publik atau organisasi yang tidak mencari laba. Pengertian privat dan publik sebenarnya
memiliki pengertian dan konsep yang sangat luas yang dikembangkan dalam berbagai bidang
seperti ekonomi, politik, administrasi publik, sosiologi, dan lain-lain. Sektor bisnis berbeda
dari sektor pemerintah dan organisasi nirlaba. Granof (1998: 3-8) catat ada 12 hal yang
membedakan pemerintah dan organisasi nirlaba dengan bisnis yaitu:

1. Berbeda dalam misi;


2. Anggaran, bukan pasar yang mengatur;
3. Pengeluaran dapat mendorong pendapatan;
4. Anggaran, bukan laporan tahunan adalah dokumen keuangan yang paling signifikan;
5. Anggaran mendorong akuntansi dan pelaporan keuangan;
6. Perlu menjamin ekuitas antar periode:
7. Pendapatan tidak menunjukkan permintaan barang atau jasa;
8. Tidak ada kaitan langsung antara pendapatan dan biaya;
9. Aset modal mungkin tidak menghasilkan pendapatan atau menghemat biaya;
10. Sumber daya mungkin dibatasi;
11. Tidak ada kepentingan kepemilikan yang berbeda;
12. Sedikit perbedaan antara akuntansi dan pelaporan internal dan eksternal.

“Salah satu ciri ekonomi yang membedakan dari sebuah lembaga sosial adalah bahwa
modal ekuitasnya telah disumbangkan. Artinya, sumber modal ekuitas tidak memiliki
kepentingan propreatary di dalamnya. Sebaliknya, modal ekuitas suatu bisnis telah
diinvestasikan, Yaitu, penyedia modal mempertahankan kepentingan propreatary melalui
kepemilikan saham atau cara lain.Dalam kasus seperti itu, investor mengharapkan untuk

10
merealisasikan keuntungan ekonomi, baik dalam bentuk dividen atau melalui apresiasi nilai
kepentingan yang mereka miliki. . “

Dari pendapat atas, sangat jelas menemukan organisasi bisnis dan sosial. Dalam
terminologi akuntansi, modal yang ada dalam kelompok ekuitas neraca organisasi sosial
adalah modal donasi. Sedangkan, organisasi bisnis, modal dalam kelompok ekuitas berupa
modal saham atau bentuk lainnya yang diharapkan akan dapat memberikan
ketidakseimbangan bagi para pemodal.

Berdasarkan sumber keuangan, organisasi yang mencari laba (profit oriented) dan organisasi
Tipe A Nirlaba Sumber utama keuangannya adalah pendapatan dari hasil penjualan. Artinya,
produk organisasi telah diuji oleh pasar. Dengan demikian, selisih pendapatan dan biaya
menjadi ukuran kinerja. Di sisi lain, organisasi Tipe B Nirlaba, endapatan berasal dari non-
pendapatan seperti pajak hanya menunjukkan ukuran kinerja yang sempit. Yang juga harus
diukur adalah apa yang seharusnya dibelanjakan tanpa memandang apakah pasar akan
menerima atau tidak. Dalam organisasi Tipe B Nirlaba karena catatannya tidak berasal dari
penjualan barang dan jasa maka ada batasan-batasan yang harus diikuti. Dalam hal seperti ini
adalah suatu kesalahan jika dana digunakan untuk tujuan lain dari yang seharusnya. Sistem
akuntansi harus dikembangkan untuk jenis-jenis batasan batasan maka digunakan akuntansi
dana (akuntansi dana). Oleh karena laba sangat penting bagi perusahaan yang berorientasi
pada laba dan Tipe A Nirlaba maka akun-akun yang disajikan merupakan akun final yang
merupakan instrumen utama akuntabilitas keuangan. Untuk Tipe B Nirlaba, akun-akun final
memang penting dalam menjelaskan bagaimana uang dibelanjakan. Hal yang sama
pentingnya adalah anggaran, karena anggaran menentukan jumlah yang dapat dipungut.
Artinya anggaran sangat penting dalam akuntabilitas keuangan dan juga berarti bahwa akun-
akun final disertakan untuk tujuan pembandingan informasi anggaran.

Hal lain yang perlu ditambahkan adalah mengenai definisi sektor publik yang dianut oleh
IFAC. Apakah sektor publik termasuk organisasi nirlaba di luar pemerintah? Apakah
perusahaan negara atau daerah termasuk dalam sektor publik? Dalam Handbook of IPSAS
Edisi 2003, halaman 10 skema “sektor publik mengacu pada pemerintah nasional, pemerintah
daerah, dan entitas pemerintah terkait (mis. Instansi, dewan, komisi, dan perusahaan)”.
Definisi atau penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup sektor publik yang
berada dalam IPSAS adalah pemerintah tidak termasuk organisası nirlaba lainnya.

11
2.2. Ringkasan Buku Pembanding

Akuntansi Keuangan Daerah : Akuntansi Skpd

Lingkup Akuntansi keuangan Daerah

keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan keuangan daerah
yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah khususnya yang berkenaan dengan akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban
mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu antara lain UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Mengacu pada peraturan perundang-undangan seperti yang disebutkan diatas, sistem


akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh:

1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja Pengelola keuangan
daerah (SKPKD)
2. Pejabat keuangan daerah satuan kerja perangkat daerah.pada satuan perangkat kerja
daerah.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri dari empat (4) Prosedur
Akuntansi

a) Prosedur Akuntansi penerimaan Kas


Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan
penerimaan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau pada Satuan Kerja

12
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang dapat dilaksanakan secara manual maupun
terkomputerisasi.
b) Posedur akuntansi pengeluaran kas
Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan
pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau pada Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang dapat dilaksanakan secara manual
maupun terkomputerisasi.
c) Prosedur akuntansi selain kas
Prosedur akuntansi selain Kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
transaksi dan/atau kejadian selain kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dan/atau pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang dapat
dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.
d) Prosedur akuntansi aset
Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
transaksi dan/atau kejadian aset pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau
pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang dapat dilaksanakan secara
manual maupun terkomputerisasi.

Akuntansi Keuangan SKPD

Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang
mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di
lingkungan satuan kerja. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, terdapat dua jenis satuan
kerja, yaitu :

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


b. SatuanKerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Kegiatan akuntansi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) meliputi pencatatan atas:

13
a. Pendapatan,
b. Belanja,
c. Aset, dan
d. Selain Kas.

Proses pencatatan akuntansi pada SKPD tersebut dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) berdasarkan dokumen-dokumen
sumber dari bendahara dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD). PPK-SKPD
melakukan pencatatan transaksi pendapatan pada jurnal penerimaan kas, transaksi belanja
pada jurnal pengeluaran kas belanja serta transaksi aset dan selain kas pada jurnal umum.
Secara berkala, PPK-SKPD melakukan posting pada buku besar dan secara periodik
menyusun Neraca Saldo sebagai dasar pembuatan Laporan Keuangan, Yang terdiri dari
laporan realisasi anggaran naraca dan catatan laporan keuangan anggaran.Secara berkala,
PPK-SKPD melakukan posting pada buku besar dan secara periodik menyusun Neraca Saldo
sebagai dasar Laporan Keuangan, Terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.

Akuntansi Anggaran SKPD

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


menyatakan bahwa akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan. Akuntansi anggaran diselenggarakan oleh PPK-SKPD setelah
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) disahkan, dengan jurnal sebagai
berikut:

Kode rekening Uraian Debit Kredit

X.X.X.X.X. Entitas pendapatan defisit XXX

XXX

X.X.X.X.X. Apropriasi Belanja surplus XXX

XXX

14
Jurnal atas transaksi tersebut akan menjadi laporan dalam kolom anggaran di Laporan
Realisasi Anggaran (LRA). Dalam melakukan akuntansi anggaran, SKPD tidak boleh
melakukan akuntansi anggaran. Namun harus dikelola dalam sebuah sistem yang sedemikian
rupa sehingga nilai mata anggaran untuk setiap kode rekening muncul dalam buku besar,
neraca saldo dan laporan realisasi anggaran.

Pendapatan Akuntansi SKPD

Akuntansi dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan


bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Akuntansi pendapatan SKPD dilakukan hanya untuk mencatat pendapatan asli daerah yang
berwenang dalam SKPD. PPK-SKPD (berdasarkan dokumen SPJ penerimaan dan
lampirannya), mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal "Kas di Bendahara
Penerimaan" di Debet dan "Akun Pendapatan sesuai jenisnya" di kredit. Berikut disajikan

15
beberapa contoh jurnal standar pencatatan akuntansi pendapatan yang dilaksanakan oleh
SKPD. Kode rekening yang digunakan pada seluruh jurnal standar akuntansi mengacu pada
kode rekening Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pendapatan Akuntansi Skpd Dan Jurnal Kololari

Jurnal kololari bertujuan untuk menjembati transaksi APBD (pendapatan, belanja dan
pembiayaan) yang berpengaruh terhadap pos Neraca (aset, kewajiban dan ekuitas dana) atau
jurnal kololari yang berfungsi jurnal pendamping atau jurnal ikutan untuk setiap transaksi pos
APBD ( pendapatan, belanja, dan pembiayaan) yang mempengaruhi pos Neraca (aset,
kewajiban dan ekuitas dana). Dalam praktek pencatatan akuntansi yang akan dilakukan oleh
SKPD, setiap transaksi / jurnal pendapatan lain-lain PAD akibat dari penjualan aset tetap
akan selalu diikuti dengan pencatatan jurnal kololari atas penurunan aset tetap.

Contoh 1: Diterima hasil penjualan kekayaan daerah berupa penjualan kendaraan bermotor
sebesar Rp10 Juta. Harga Perolehan kendaraan tersebut Rp 20 Juta. Jurnal yang dilakukan
sebagai berikut:

Kode rekening Uraian Debit Kredit

3.2.4.......... Kas di kas daerah RK pusat 10.juta

3.8.5......... Pendapat lain PAD 10.juta

Jurnal Kololari – Pengakuan Penurunan Aset Tetap Alat-alat Angkutan Darat Kendaraan Bermotor:

Kode rekening Uraian Dwbit Kredit

7.4.3.5.... Diinvestasikan dalam aset tetap 20.juta

4..4.5.3..... Aset tetap alat-alat akunt kendaraan 20 .juta


bermotor

Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar SKPD sesuai dengan
kode rekening pendapatan. Di akhir periode tertentu, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo
yang ada di tiap buku besar ke dalam Neraca Saldo.

16
Dokumen Yang Digunakan Pada Akuntansi Pendapatan Skpd

Dokumen yang digunakan pada akuntansi pendapatan SKPD, terdiri atas:

1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), yang merupakan dokumen yang dibuat oleh
PPKD untuk menetapkan Pajak Daerah atas Wajib Pajak
2. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), yang merupakan dokumen yang dibuat oleh
Pengguna Anggaran untuk menetapkan Retribusi atas Wajib Retribusi.
3. Surat Tanda Bukti Pembayaran, yang merupakan dokumen yang diselenggarakan
Bendahara Penerimaan atas penerimaan pembayaran dari pihak ketiga.
4. Surat diselenggarakan Bendahara penerimaan pada SKPD untuk penerimaan penerimaan
daerah. 5. Bukti Transfer, yang merupakan dokumen atau atas bukti transfer penerimaan
daerah.
5. Nota Kredit Bank, yang merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang masuk ke rekening kas daerah.
6. Bukti Penerimaan Lainnya, yang merupakan dokumen atau bukti lainnya sebagai dasar
penerimaan.
7. Buku jurnal penerimaan kas, yang diselenggarakan oleh PPK-SKPD untuk mencatat dan
menggolongkan Tanda Setoran (STS), yang merupakan dokumen yang merupakan
catatan yang semua transaksi dan / atau kejadian yang berhubungan dengan penerimaan
kas / pendapatan.
8. Buku besar, yang merupakan catatan yang dikelola oleh PPK- SKPD untuk mencatat
peringkasan (posting) atas setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, belanja,
pendapatan dan pembiayaan.
9. Buku besar pembantu, yang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh PPK-SKPD
untuk mencatat transaksi-transaksi dan / atau kejadian yang berisi rincian akun buku
besar. Buku besar pembantu sebagai alat uji silang dan kelengkapan informasi akun
tertentu jika yang perlu.

Akuntansi Belanja SKPD

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang


kewenangan Pemda. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pengklasifikasian belanja daerah dibagi
menurut fungsi, urusan pemerintahan, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek
dan rincian belanja. Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan

17
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga dapat dikembangkan
untuk keperluan pengendalian manajemen dengan cara yang mendukung kegiatan belanja
tersebut. Akuntansi belanja pada satuan kerja dilakukan oleh PPK-SKPD. Akuntansi belanja
pada satuan kerja ini termasuk akuntansi belanja UP (uang persediaan) / GU (ganti uang
persediaan) / TU (tambahan uang persediaan), dan akuntansi belanja LS (langsung).

Akuntansi Belanja LS (Langsung)

Belanja LS yang dimaksud adalah Belanja LS Gaji & Tunjangan dan Belanja LS Barang &
Jasa. Dalam belanja konteks LS, akuntansi asumsi bahwa dana SP2D dari BUD diterima
oleh pihak ketiga / pihak lain yang telah ditetapkan. PPK-SKPD menerima SP2D dari Kuasa
BUD melalui Pengguna Anggaran. Berdasarkan SP2D terkait, PPK-SKPD mencatat
transaksi belanja dengan menjurnal “Belanja sesuai kode rekening transaksinya” di debit dan
“Kas di Kas Daerah (RK Pusat)” di kredit. Berikut disajikan beberapa contoh jurnal standar
pencatatan akuntansi belanja LS yang dilaksanakan oleh SKPD. Kode rekening yang
digunakan pada seluruh jurnal standar akuntansi belanja LS mengacu pada kode rekening
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Contoh 1: Jurnal Pencatatan Pembayaran belanja modal

Nomor rekening Uraian Debit Kredit

3.4.5.2.6.7.5.3 Belanja Modal Pengadaan Tanah Kantor XXX

3.4.2.5.7.8.9.5 Kas di Kas Daerah (RK Pusat) XXX

Akuntansi Belanja Skpd Dan Jurnal Kolari

Jurnal kololari bertujuan untuk menjembati transaksi APBD (pendapatan, belanja dan
pembiayaan) yang berpengaruh terhadap pos Neraca (aset, kewajiban dan ekuitas dana) atau
jurnal kololari yang berfungsi jurnal pendamping atau jurnal ikutan untuk setiap transaksi pos
APBD ( pendapatan, belanja, dan pembiayaan) yang mempengaruhi pos Neraca (aset,
kewajiban dan ekuitas dana).

18
Dalam praktek pencatatan akuntansi yang akan dilakukan oleh SKPD, setiap jurnal
Pencatatan Pembayaran Belanja Modal akan selalu diikuti dengan pencatatan jurnal kololari
atas aset tetap. Berikut contoh laporan jurnal standar Pencatatan Pembayaran Belanja Modal

Contoh Kasus:

Pada tanggal 7 Februari 2007 PPK-SKPD Dinas Pendidikan menerima SPJ Pengeluaran
beserta lampirannya dari Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan. Dari SPJ dan
lampirannya tersebut diketahui bahwa selama bulan Januari 2007, Dinas Pendidikan telah
melakukan transaksi belanja sebagai berikut: 2 Januari 2007 Dinas Pendidikan menerima
SP2D atas pembayaran gaji Rp 20.000.000, - Rp 5.000.000, - Rp 5.000.000, - 3 Januari 2007
Dinas Pendidikan menerima uang sebesar Rp.3.500.000, - bulan Januari dengan rincian: Gaji
Pokok Tunjangan Keluarga Tunjang Jabatan atas pencairan SP2D UP. Dinas Pendidikan
membeli alat tulis senilai Rp 1.000.000, - dengan kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat
dan Rp.200.000, - untuk kegiatan Pengadaan Meubeler. 8 Januari 2007 rincian
Rp.800.000.000, - untuk 10 Januari 2007 Dinas Pendidikan membeli materai / benda pos
dalam rangka obat-obatan berharga kegiatan surat menyurat bahan Rp.200.000, - 16 Januari
2007 Dibayar Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah Rp.1.050 .000, - untuk Kegiatan
Pengadaan Meubeler. Dari transaksi ini, PPK-SKPD Dinas Pendidikan akan mencatat jurnal
sebagai berikut:

Tgl No rekening Uraian Debit Kredit

4 4.6.8.4.9 Gaji Pokok 20 .000.000

19
3.6.8.9 Tunjangan Keluarga 5.000.000

5.7.2.8 Tunjangan Jabatan 5.000.000

2.6.9.3 Kas di Kas Daerah (RK Pusat) 30.000.000

5 5.7.5.9.3 Kas di Bendahara 3.500.000

2.3.4.3..2 Pengeluaran Kas Daerah (RK Pusat) 3.500.000

8 7.5.9.6.8 Belanja ATK 10.000.00

6.7.9.4.0 Kas di bendahara pengeluaran 10.000.000

12 4.7.8.4.7 Belanja matrei/benda pos 200.000

16 9.7.4.0.5 Kas di bendahara pengeluaran 20.000

2.4.5.674 Belanja Perjalanan Dinas 1.050.000

Dalam Daerah

Kas di Bendahara 1.050.000

Pengeluaran

Akuntansi Aset SKPD

Prosedur akuntansi aset pada SKPD termasuk pencatatan dan pelaporan akuntansi atas
perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan perubahan, dan penyusutan terhadap aset
tetap yang dikuasai / digunakan SKPD. Transaksi-transaksi tersebut secara garis besar
digolongkan dalam 2 kelompok besar transaksi, yaitu:

a. Penambahan nilai Aset Tetap


b. Pengurangan nilai Aset Tetap

Akuntansi Selain Kas SKPD

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD termasuk proses mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi
atau kejadian di samping kas. Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi: Koreksi 1
Pencatatan kesalahan kesalahan terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah

20
diposting ke buku besar. Pengakuan Aset, Kewajiban / Utang, dan Ekuitas merupakan
pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh SKPD. Pengakuan aset sangat
terkait dengan belanja modal yang dilakukan oleh SKPD.

2.3. Kelebihan, Kekurangan dan Perbandingan Kedua Buku


• Buku Utama
Kelebihan :
1. Memiliki sampul yang menarik, sehingga pembaca tertarik untuk memiliki serta
mempelajarinya
2. Tulisan dan ukuran buku juga menarik
3. Di dalam buku juga materinya lengkap dengan jurnal akuntansi serta siklus
pencatatan akuntansi sektor publik

Kekurangan
1. Terdapat beberapa bahasa yang sulit dimengerti.
2. Tulisan terkadang memiliki kesalahan.

• Buku Pembanding
Kelebihan :
1. Memiliki sampul yang menarik, sehingga pembaca tertarik untuk memiliki serta
mempelajarinya
2. Memiliki materi yang cukup lengkap dan dilengkapi juga dengan jurnalnya

Kekurangan :
1. Terdapat beberapa bahasa yang sulit dimengerti
2. Tulisan terkadang memiliki kesalahan penulisan.

• Perbandingan Kedua Buku


1. Materi yang disajikan dalam buku utama lebih lengkap dibandingkan buku
pembanding.
2. Di buku utama juga terdapat penjelasan atau teori nya sehingga pembaca juga bisa
mengikuti dengan baik. Berbeda dengan buku pembanding yang hanya memiliki
sedikit teori

21
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Kedua buku yang kami bandingkan diatas sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing dalam menjelaskan setiap materi yang dibahas. Buku ini juga masih dapat
digunakan untuk mempelajari Akuntansi Sektor Publik dan lebih baik lagi jika buku ini
didampingkan sehingga ketika kita ingin mempelajari mengenai Akuntansi Sekor Publik,
disetiap kekurangan buku yang satu dapat dilengkapi dengan kelebihan buku yang satunya
lagi.

3.2.Saran

Dalam critical book report ini masih terdapat beberapa kekurangan dari penjelasan tiap
materi dalam setiap buku sehingga diharapkan bagi penulis untuk lebih memperhatikan hal
ini dan dapat memperbaikinya. Karena ketika sudah diperbaiki maka ilmu yang didapat dari
buku ini pun lebih banyak lagi dan buku-buku diatas menjadi pilihan mahasiswa untuk
dijadikan sumber pengetahuan dan pedoman dalam belajar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Halim.Abdul, Muhammad Syam Kusufi. 2014. Teori, Konsep ,dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik. Jakarta Selatan. Salemba Empat.

Haryanto, SE, M.Si, Ak. Drs. Sahmuddin, M.Si, Ak. Drs. Arifuddin, M.Si, Ak.2007.
Akuntansi Sektor Publik. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

23

Anda mungkin juga menyukai