Anda di halaman 1dari 24

Mata kuliah: Ekologi Tumbuhan

LAPORAN CRITICAL BOOK REPORT

“Theoritical Ecology Principles and Applications”, “Dasar-Dasar Ekologi,


Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu Lingkungan”
Dan
“Dasar-Dasar Konservasi ”

OLEH :
KELOMPOK 5
NAJIHAH FAKHIRAH SIREGAR (4163141031)
NIA AMRIZA SAGALA (4161141038)
PUTRA FAHLEVI (
QISTHY ADHA FAJRIATI (
WIDIA ULAN PUTRI (
BIOLOGI DIK 2016 C

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam seisinya dan juga
manusia dengan berbagai kemampuan dan intelektual sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan critical book report mengenai Biologi Konservasi pada buku
“Theoritical Ecology Principles and Applications”, “Dasar-Dasar Ekologi, Menopang
Pengetahuan Ilmu-Ilmu Lingkungan” dan “Dasar-Dasar Konservasi”.

Laporan ini ditulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah sekaligus pembimbing pada penulisan
laporan ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah


Ekologi Tumbuhan berkat bimbingannya penulis mampu menyelesaikan laporan tepat
pada waktunya. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua dan
teman-teman, karena tanpa dorongan mereka, penulis tidak akan termotivasi untuk
menyelesaikan laporan ini.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
agar kedepannya penulis dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada.

Penulis berharap mudah – mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Universitas Negeri Medan.

Medan, 09 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................1

BAB II ISI
2.1 Identitas Buku................................................................................................2
2.2 Ringkasan Buku I...........................................................................................3
2.3 Ringkasan Buku II .........................................................................................9
2.4 Ringkasan Buku III........................................................................................11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Review Buku I .....................................................................................16


3.2 Hasil Review Buku II ....................................................................................17
3.3 Hasil Review Buku III....................................................................................18

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................19
4.2 Saran ..............................................................................................................20

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Sejumlah kawasan taman dan kawasan lindung terestrial lainnya yang didirikan di
seluruh dunia selama 100 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang mendekati
eksponensial sama halnya dengan taman laut. Ini adalah bukti pengakuan yang berkembang
tentang pentingnya mempertahankan sistem alam di seluruh dunia. Namun, pada saat yang
sama, populasi manusia yang terus bertambah dan keinginan semua orang untuk hidup yang
lebih sejahtera telah menghasilkan laju deforestasi dan konversi habitat yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Yang menyertai perubahan ini adalah penyebaran spesies asing yang
invasif (termasuk penyakit baru organisme) ke hampir seluruh bagian dunia.

Untuk mengetahui secara mendalam biologi konservasi diperlukan penjelasan dan


pembahasan yang lebih serta jelas. Atas latar belakang inilah penulis mengkaji dua buah buku
secara kritis dan mendalam sehingga penulis dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
eologi tumbuhan dan biologi konservasi dan dapat mempermudah penulis untuk mempelajari
kajian berikutnya dalam bidang ekologi tumbuhan.

Dengan hasil yang akan diperoleh dari tugas ini, kami berharap dengan kelebihan
yang lebih dominan dibandingkan kekurangan dalam suatu buku yang kami kritik. Sehingga
dapat diketahui oleh orang lain dan dapat dijadikan referensi untuk tugas-tugas yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana inti sari atau ringkasan dari bab 13,14 dan 15 pada buku 1 (buku
utama)?
2. Bagaimana inti sari atau ringkasan dari buku 2 (buku pembanding)?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kedua buku tersebut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui inti sari dari bab 13,14 dan 15 pada buku 1 (buku utama)
2. Mengtahui inti sari atau ringkasan dari buku 2 (buku pembanding)
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua buku tersebut

1
BAB II
ISI

2.1 Identitas buku


A. Buku I
Judul Buku Theoritical Ecology Principles and
Applications
Penulis Robert M. May dan Angela R. McLean
Penerbit Oxford UniversityPress
Tahun Terbit 2007
Tempat Terbit New York
Tebal Buku 257 halaman

B. Buku II
Judul Buku Dasar-Dasar Ekologi, Menopang
Pengetahuan Ilmu-Ilmu Lingkungan
Penulis Sambas Wirakusumah
Penerbit UI Press
Tahun Terbit 2003
Tempat Terbit Jakarta
Tebal Buku 153 halaman

C. Buku III

Judul Buku Dasar-Dasar Konservasi


Penulis Dr.E.K.S.Harini Muntasib,M.S. dan
Ir.Burhannudin May’ud,M.S.
Penerbit UNIVERSITAS TERBUKA
Tahun Terbit 2003
Tempat Terbit Jakarta

2
2.2 Ringkasan Buku I
a. CHAPTER 13: Biologi Konservasi: Masalah Yang Belum Terpecahkan Dan
Implikasi Kebijakannya

Setiap upaya untuk mengukur sepenuhnya krisis keanekaragaman hayati saat ini
menjadi sangat sulit karena kurangnya pengetahuan kita tentang spesies yang terdapat di
bumi kita. Sebagai contoh, kita tidak tahu dalam urutan besarnya jumlah spesies yang
sekarang hadir di Bumi (Mei, 1988, 1992; Novotny et al., 2002); perkiraan berkisar dari 3
hingga lebih dari 30 juta spesies, yang hanya 1,5-1,8 juta telah dijelaskan hingga saat ini.

Bab ini membahas tentang ilustrasi dan menyarankan kawasan darurat yang muncul
dalam biologi konservasi di mana teori dapat memberikan wawasan yang berharga ke dalam
masalah dunia nyata. Masalah yang kami dibahas dimulai dari yang sangat spesifik (misalnya
apakah populasi beruang grizzly di sekitar Taman Nasional Yellowstone dalam bahaya
kepunahan?) ke yang sangat umum (misalnya apa hubungan antara perubahan penggunaan
lahan dan hilangnya pelayanan ekosistem?). Ini signifikan, karena ini menunjukkan luasnya
peluang yang menunggu ahli teori tertarik untuk mengatasi masalah yang diterapkan.

Model populasi-viabilitas-analisis yang paling sederhana hanya mempertimbangkan


tingkat kelahiran dan kematian spesies yang dianggap berada dalam bahaya kepunahan. Jadi,
kita bisa menulis ekspresi sederhana untuk populasi B1 beruang grizzly Yellowstone dari
waktu ke waktu, yaitu:

Di mana s adalah kelangsungan hidup tahunan beruang, b adalah fekunditas tahunan


mereka, dan l adalah tingkat tahunan peningkatan populasi. Kelangsungan hidup (viabilitas)
dan fekunditas tidak bergantung pada iklim dan sumber daya makanan, namun
ketergantungan pada spesies lain dalam ekosistemnya dan kerentanannya terhadap variasi
faktor lingkungan lain yang menentukan kelangsungan hidup. Atau, fekunditas dan
kelangsungan hidup dapat menurun karena isolasi genetik. Data kualitas terbaik yang tersedia
untuk analisis viabilitas populasi adalah data yang dikumpulkan dari studi radiotelemetri.
Teknik ini banyak digunakan dalam penelitian satwa liar; memang, pertama kali digunakan
oleh Frank dan Lance Craighead untuk mempelajari grizzlies di Yellowstone (Craighead et
al., 1969, 1995). Radiotelemetri memungkinkan beruang untuk dimonitor dengan sedikit
campur tangan manusia. Hal ini juga mempermudah para ilmuwan untuk memindahkan
betina untuk memantau jumlah dan kelangsungan hidup anak-anaknya.

3
Conservasi International, misalnya, berfokus pada kedua hotspot; wilayah yang
menyimpan sejumlah besar spesies endemik dan telah mengalami kehilangan habitat
substansial, dan area padang gurun yang kaya spesies seperti Amazon. World Wildlife Fund
menargetkan 238 ekoregion terestrial, diidentifikasi melalui serangkaian metrik yang terkait
dengan kekayaan spesies, endemisme, kehadiran fenomena ekologi atau evolusi langka, dan
ancaman (Olson dan Dinerstein, 1998). Masalah pemilihan lokasi di dalam kawasan
membahas masalah utama efisiensi dalam perencanaan konservasi: pilih kumpulan situs yang
melindungi sejumlah besar elemen konservasi (misalnya spesies, tipe habitat) dengan biaya
terendah. Pendekatan awal menangani masalah ini dengan algoritma stepwise (Kirkpatrick,
1983; Margules et al., 1988).

Keuntungan potensial dari set situs yang optimal adalah mudah: menurut definisi,
memperoleh semua situs dalam set seperti itu adalah cara yang paling efisien untuk
memenuhi tujuan konservasi sesuai dengan batasan dan kriteria yang digunakan. Secara
tradisional, teoritis bekerja pada pemilihan lokasi mengasumsikan dunia statis: jaringan
cadangan diidentifikasi, dan kemudian semua situs di jaringan tersebut diperoleh untuk
perlindungan secara bersamaan. Namun dalam prakteknya, jaringan cadangan sering
diperoleh selama beberapa tahun.

Kebutuhan untuk membuat jaringan cadangan terutama bermula dari laju cepat di
mana habitat alami dikonversi ke penggunaan lain. Habitat ini paling sering dikonversi dari
negara asli atau hampir murni ke tanah pertanian, dan kemudian ke lahan terdegradasi, jika
mereka gagal mempertahankan pertanian, atau ke pembangunan perumahan, lapangan golf,
atau kota. Durasi relatif waktu yang diperlukan untuk pulih dan durasi waktu yang digunakan
di bawah pertanian setara dengan durasi infektivitas dan resistensi pada model penyakit
infeksi SIR (rentan, infeksi, dan tahan); di sini mereka menentukan jumlah ekuilibrium tanah
di bawah pertanian, A, dalam pemulihan, U, murni (dan pulih), F, dan ukuran populasi
manusia yang didukung oleh pertanian, P.

4
The system settles asymptotically to the following equilibrium
conditions:

Dua pendekatan manajemen yang berbeda dapat diadopsi untuk mengurangi tingkat
kepunahan: di mana kemungkinan tambalan di bentang alam dapat dihubungkan kembali
dengan melindungi lahan yang mungkin berfungsi sebagai koridor untuk penyebaran spesies
kunci yang jika tidak akan punah. Alternatif lain, kehilangan habitat dapat dikurangi dengan
secara eksplisit mengakui ketergantungan ekonomi manusia pada layanan yang disediakan
oleh habitat alami.

Meskipun sulit diukur, layanan ekosistem merupakan faktor penting dalam


mempertimbangkan dampak perubahan penggunaan lahan. Dalam bagian ini kami
menyajikan sebuah model yang mengeksplorasi bagaimana pertimbangan nilai ekonomi
tanah asli mengubah harapan kami akan pertumbuhan lahan yang dikonversi. Model ini
dikembangkan dalam tiga langkah. Yang pertama adalah menentukan bagaimana barang dan
jasa yang dihasilkan oleh penurunan tanah murni sebagai jumlah habitat asli menyusut. Yang
kedua adalah menggambarkan bagaimana bagian lanskap yang dimodifikasi menghasilkan
barang dan jasa. Total barang dan jasa yang dihasilkan, NRV, adalah jumlah dari kedua
bagian ini. Dalam banyak kasus, penurunan awal nilai tanah akan terbalik karena penggunaan
lahan baru mendominasi lanskap. Sayangnya, kesalahan itu mahal; dua kali lipat sehingga
biaya pemulihan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan. Jika
pengembang mendiskon masa depan, layanan yang dipasok oleh habitat murni tidak akan
pernah dapat dipulihkan setelah konversi berjalan melampaui ambang ekonomi kritis di mana
biaya restorasi melebihi nilai potensial yang didiskon di masa depan.

5
b. CHAPTER 14: Perubahan Iklim Dan Biologi Konservasi

Perubahan iklim dan penggunaan lahan kemungkinan akan memaksa banyak spesies
bergeser melampaui batas-batas kawasan lindung yang ada. Kawasan lindung secara historis
telah menjadi pusat strategi konservasi dan secara luas dipandang sebagai alat yang sangat
efektif untuk melestarikan keanekaragaman hayati, terutama ketika dikelola dengan baik
(Lawler et al., 2003; Chape dkk., 2005; Hannah et al., 2005) . Kawasan lindung akan tetap
menjadi alat konservasi yang penting di masa depan karena kawasan yang dilindungi terus
meningkat di seluruh dunia sementara habitat yang tidak terganggu terus menurun
(Sanderson et al., 2002).

Daerah yang dilindungi tetap di tempat sementara rentang spesies bersifat dinamis,
yang mengarah ke kemungkinan nyata bahwa perubahan global akan mengubah komposisi
spesies di daerah-daerah tersebut (Scott et al., 2002; Burns et al., 2003; Gambar 14.4).
Dampak perubahan iklim pada efektivitas taman akan bervariasi secara regional (Suffling dan
Scott, 2002), mempersulit upaya untuk bergantung pada mereka untuk melindungi
keanekaragaman hayati. Perubahan penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung (misalnya
Wiersma dan Nudds, 2001) juga dapat memperluas ancaman yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim (Pyke et al., 2005). Tantangan-tantangan ini tampak besar di cakrawala
untuk strategi konservasi berdasarkan kawasan lindung.

Konservasi keanekaragaman hayati dalam dunia yang dinamis akan membutuhkan


strategi baru yang melampaui metode pemilihan cadangan statis (Pyke et al, 2005).
Perencanaan konservasi harus secara eksplisit menjelaskan respon spesies individual terhadap
perubahan iklim serta pola saat ini (Hannah et al., 2002a). Pergeseran dari pendekatan
konservasi reaktif menjadi proaktif diperlukan untuk menilai bagaimana, di mana, dan kapan
ancaman di masa depan akan mempengaruhi persistensi spesies (Bomhard et al., 2005).

c. CHAPTER 15: Pertanyaan yang tidak terjawab dan mengapa hal tersebut
penting
 Pertumbuhan populasi manusia
Secara umum, manusia telah ada untuk beberapa ratus ribu tahun (Deevey, 1960;
Cohen, 1995). Untuk dasarnya selama ini, mereka adalah kelompok kecil pemburu-
pengumpul, dengan populasi manusia total yang diperkirakan secara beragam sekitar 5–20
juta orang. Terkait dengan pertumbuhan penduduk yang besar perubahan pola urbanisasi,
pada tahun 1700, sekitar 10% dari populasi dunia tinggal di kota-kota. Namun, bentuk

6
piramida profil usia di sebagian besar dunia memberi momentum untuk pertumbuhan
penduduk, seperti itu bahwa bahkan jika tingkat kesuburan tetap di bawah kesatuan populasi
manusia akan terus tumbuh di seluruh abad ini, mencapai 9 milyar sekitar 2050. Dan pada
dasarnya semua orang akan hidup di kota-kota, mengambil fraksi perkotaan pada tahun 2050
hingga 67%.

 Skala dampak manusia

Dampaknya pertmbuhan manusia tidak pada skala global. Diperkirakan bahwa


manusia sekarang mengambil penggunaannya sendiri, langsung atau tidak langsung, antara
25 dan 50% dari semua produktivitas primer terestrial bersih (angka yang biasa dikutip
adalah 40% mungkin lebih lagi, The Worldwide Fund for Nature (WWF, 2004) telah
menyajikan perkiraan, negara demi negara, dari jejak ekologis kemanusiaan (EF). EF untuk
negara tertentu didefinisikan sebagai area yang produktif secara biologis diperlukan untuk
menghasilkan makanan dan kayu untuk dikonsumsi. memberi ruang untuk infrastruktur, dan
untuk menyerap karbon dioksida yang dipancarkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
Dengan demikian diperkirakan, EF diekspresikan dalam ‘Unit area’. Tanda yang paling jelas
bahwa aktivitas manusia sekarang berada pada skala yang menyaingi proses alami serta
perubahan iklim.

Siapa yang bisa memperkirakan apakah hutan tropis lenyap lebih cepat? Pertanyaan
ini pasti patut mendapat perhatian, karena hutan ekuatorial memiliki contoh ciptaan yang luar
biasa daripada ekosistem lainnya, dan karena pepohonan merupakan bagian penting dari
sistem bumi untuk membersihkan kelebihan karbon dioksida dari atmosfer. Saat ini, sekitar
1,6 juta spesies tumbuhan dan hewam telah dinamai dan dicatat. Saat ini, spesies baru sedang
diidentifikasi sekitar 15.000-20.000 per tahun, sedangkan di saat yang sama sinonim dari
spesies tersebut sedang diselesaikan di sekitar 3000–5000 setiap tahun, atau kira-kira 15.000
spesies setiap tahun.

Jika kita tidak tahu berapa banyak spesies yang telah diidentifikasi, apalagi peran
fungsional mereka dalam ekosistem, kita jelas tidak dapat mengatakan banyak tentang berapa
banyak spesies yang cenderung menjadi punah abad ini. Berdasarkan Red List IUCN pada
tahun 2004, sekitar 20% dari spesies mamalia terancam punah, 12% burung, 4% reptil, 31%
amfibi, 3% ikan, dan 31% dari 980 spesies yang diketahui dari gymnospermae (IUCN, 2004).
Mungkin mengejutkan, kita masih bisa mengatakan beberapa hal yang relatif tepat tentang
tingkat kepunahan saat ini dan kemungkinan kepunahan dalam kaitannya dengan tingkat rata-

7
rata yang terlihat selama sekitar 550-juta tahun dalam catatan fosil (May et al., 1995; Mei,
1999). Untuk spesies burung dan mamalia (total sekitar 14.000).

Sebaliknya, mengingat bahwa kepunahan telah menjadi nasib 98%, dan mungkin
lebih banyak, dari semua eukariota, mengapa Kepunahan Massal yang akan datang akan
menjadi perhatian kita? Saya pikir alasannya dapat dibobol di bawah tiga judul yang luas,
masing-masing mengajukan agenda untuk penelitian.

Harus diakui bahwa perhatian konservasi sering difokuskan pada spesies individu
untuk alasan tertentu baik itu sentimental, atau praktis untuk kontribusinya terhadap
pendapatan turis atau pertimbangan ekonomi lainnya, atau keduanya terlepas dari signifikansi
evolusi spesies. Saya akan menyimpulkan dengan kembali ke ketegangan-ketegangan ini di
antara realitas-realitas yang menghambat politik, ekonomi, sosial, atau lainnya dan aspirasi
untuk mengoptimalkan pelestarian warisan evolusi kita.

Saat ini informasi tentang perilaku dan ekologi hanya diketahui kurang dari 5% dari
semua spesies hewan yang teridentifikasi (Raven, 2004). Jadi tidak mengherankan jika belum
kita belum bisa memprediksi dampak pada ekosistem lokal atau regional dari hilangnya
spesies sebagai konsekuensi dari gangguan habitat, atau eksploitasi berlebihan, atau
pengenalan spesies asing, atau kombinasi dari gangguan tersebut.

Argumen etis sederhananya: kita memiliki tanggung jawab untuk mewariskan kepada
generasi masa depan sebuah planet yang kaya keajaiban alam seperti yang kita warisi.
Pertimbangan pemanfaatan yang mendesak mendorong kita untuk melestarikan spesies
individu, banyak dari mereka belum tercatat apalagi dipelajari, Secara luas pertimbangan
pemanfaatan mengkhawatirkan tentang pelestarian ekosistem yang bergantung pada
pelayanannya. Pada tahun 2000, populasi dunia, kekayaan (diukur dengan PDB), konsumsi
energi, dan masukan karbon dioksida ke atmosfer dipartisi di antara tiga dunia: kaya
(terutama negara-negara OECD), negara transisi, dan negara miskin . Amati bahwa dunia
kaya, dengan 13% populasi global, memiliki lebih dari separuh PDB global dan juga
mengkonsumsi kira-kira setengah energi dan menghasilkan kira-kira setengah input gas
rumah kaca. selama ribuan tahun sejak pertanian diciptakan, jawaban yang dibentuk oleh
proses evolusi untuk masalah membangun masyarakat manusia yang kompleks tetapi stabil
adalah untuk mendukung persetujuan dalam hierarki otoriter, dengan kekakuannya yang
bersamaan. Jika demikian, keadaan kita saat ini adalah ilustrasi yang tidak biasa dari Teori
Fundamental Fisher, dengan tegangan yang melekat antara adaptasi dan adaptabilitas

8
2.2 Ringkasan Buku II
a. Telaah Ekologik Lingkungan Fisik Organisme Hidup
Biosfir tempat organisme itu hidup terdiri dari 2 komponen utama, yaitu komponen-
komponen hidup (biotik) dan (abiotik). Kehidupan tergantung dari dunia fisik, tetapi
bersamaan dengan itu dunia fisik juga sangat di pengaruhi oleh organisme kehidupan. Tanpa
proses fotosintesis atmosfer dunia sekarang ini tidak akan mengandung oksigen: begitu juga
dalam tanah, danau, dan lautan tidak akan terdapat oksigen.

1. Lingkungan iklim
Pada hakikatnya iklim merupakan pergerakan masa-masa udara yang akan
berinteraksi apabila masa-masa itu bertemu. Di wilayah iklim sedang, perbedaan-
perbedaan front itu terjadi karena perbedaan suhu. Radiasi matahari merupakan
sumber energi atmosfer. Distribusi di seluruh dunia bukan karena di kendalikan oleh
iklim itu sendiri, karena unsur-unsur iklim memiliki arti ekologi yang penting.

Radiasi sinar ultraviolet (UV) sangat berbahaya bagi manusia. Sinar itu terdiri dari
tiga radiasi. Radiasi UV menyebabkan warna kulit manusia lebih gelap mengubahnya
menjadi cokelat, tidak membakar tetapi dapat mempengaruhi kulit-kulit bagian dalam.
Radiasi UVB membakar kulit apabila berlebihan, dan merupkan sebab utama
melanoma (sel-sel penghasil pigmen). Secara khusus sangat berbahaya bagi cacing,
amfibi dan hewan-hewan yang halus karena kulitnya tidak terlindungi.

2. Gas-gas rumah kaca


Sebagai akibat polusi industri dari pembakaran minyak dan gas bumi, juga
terjadinya kerusakan hutan akibat tujuan komersial yang berlebihan, kadar C02
atmosfer meningkat dan menciptakan apa yang di sebut pengaruh rumah kaca.
Gelombang-gelombang cahaya panjang (panas) yang di pantulkan permukaan bumi
meningkat jumlahnya di atmosfer dari sebelumnya. Akibatnya, suhu bumi sedikit
demi sedikit meningkat, yang di perkirakan sebesar 2-6 derajat C. pada abad XX
tanpa menguraikan lebih jauh berbagai akibatnya bagi manusia.

3. Suhu tinggi
Pola-pola global suhu dan curah hujan itu sejalan saja dengan variasi radiasi
matahari pada lintang-lintang yang berbeda. Iklim cenderung basah dan panas
sepanjang khatulistiwa, dan dingin serta kering menuju kutup. Yang menjadi
perhatian ialah pengaruh langsung suhu terhadap organisme hidup.

9
4. Suhu rendah (dingin)
Pada saat hewan tumbuhan membeku, es yang terbentuk di dalam sel-sel. Dapat
merusak dinding-dinding sel, sama saja dengan membunuh organisme. Banyak
spesies yang hidup di daerah-daerah dengan musim dingin (winter) dan dapat
bertahan dari kebekuan atau dapat bertoleransi terhadap lingkumgannya itu. Hewan
memiliki kulit-kulit tebal, bulu dan atau lapisan lemak di bawah kulitnya atau
tubuhnya mengecil dan berbentuk bulat untuk mengurangi luas permukaan tumbuhan
tubuh guna membatasi kehilangan panas.

5. Curah hujan dan kelembapan.


Ketersediaan air merupakan faktor sangat besar bagi distribusi kehidupan
tumbuhan. Diwilayah tropik dengan curah hujan tinggi yang sangat kaya dalam
jumlah individu dan spesiesnya, tumbuhnya vegetasi sangat cepat walaupun nutrisi
terbatas.

6. Oksigen
Kalau oksigen tidak ada, akan merupakan masalah bagi hewan hewan tingkat
tinggi, karena tentu saja tanpa oksigen mereka tidak bisa bertahan walaupun terdapat
pengecualian bahwa hewan-hewan ada yang masih bisa hidup. Kendatipun ditemukan
data bahwa organisme dapat hidup dalam ketiadaan oksigen dari sebagian masa
hidupnya, seperti terjadi pada organisme-organisme kawah gunung berapi di afrika,
tentu saja itu merupakan pengecualian yang jarang terjadi.

b. Interaksi Populasi Dengan Lingkungan Fisiknya


1. Elemen-elemen esensial lingkungan fisik organisme
Pertumbuhan dan penyebaran populasi tidak hanya tergantung dari unsur-
unsurnya yang terlalu sedikit serta intensitasnya terlalu rendah, tetapi juga di btasi oleh
unsur-unsur itu yang terlalu banyak dan atau intensitasnya terlalu tinggi. Demikian juga
dengan penambahan unsur arsen pada makanan manusia, yang dalam jumlah sedikit
sekali di perlukan, dan jika di tinggalkan menjadi racun.Apa yang kemudian berkembang
dalam mengkaji tumbuh serta pemyebaran populasi selanjutnya di kaitkan dengan
kombinasi kaidah-kaidah lybebig – blackman serta teori batasan-batasan toleransi selford.

2. Energi dan lingkungan


Pada semua interaksi populasi dengan lingkungannya terjadilah pertukaran energi.
Pada peristiwa interaksi itu sadar atau tidak para pakar ekologi pada kenyataannya telah

10
berhasil mengisolasikan salah satu bentuk pertukaran energi barang kali di sebabkan
nilai-nilainya lebih tinggi dari bentuk-bentuk lain yag telah di hitung. Inilah energi yang
terjadi dengan kadar yang tinggi bagi populasi agar mampu mendorong proses kehidupan,
baik dalam ebergi radiasi bagi autorop atau energi kimia bagi heterotrop.
3. Faktor-faktor iklim
Pengaruh iklim spesifik pada faktor-faktor tertentu sepertri populasi
sesungguhnya merupakan pengaruh perpaduan suhu dan kelembapan. Suhu di bawah
naungan tertinggi di laporekan kadang kadang terjadi sampai 55 derajat C.

2.3 Ringkasan Buku III


a. Faktor Faktor Penyebab Kepunahan Dan Kelangkaan Sumber Daya Alam
Hayati

 Peningkatan populasi manusia dan konsumsi sumber daya


 Pengurangan jenis tanaman pertanian,kehutanan,dan perkebunan.
 Segala sesuatu hanya mengutamakan kepentingan ekonomi.
Beberapa alasan yang mendorong sumber daya hayati kurang atau tidak bernilai adalah :
a. Banyak sumber daya hayati yang diambil atau dikonsumsi langsung oleh masyarakat
tanpa masuk pasar,seperti kayu bakar,obat-obatan,sayuran,dan berbagai bahan
makanan lain
b. Sesuai pasal 33 UUD 45 bahwa ‘’Bumi,air dan kekayaan alam adalah milik negara’’
menjadikan masyarakat kurang menghargai karena bukan milik pribadi tetapi hanya
mau memanfaatkan saja
c. Apabila mengambil sumber daya hayati dan alam,yang dihargai hanya tenaga untuk
mengambilnya,sumber daya hayatinya sendiri tidak dihargai.

 Sumber daya hayati belum dihargai semestinya.


 Kurangnya pengetahuan dan cara penerapan.
 Sistem hukum dan kelembagaan yang merangsang pengambilan sumber daya alam
hayati secara tidak lestari.
 Peningkatan pendapatan secara cepat
 Sikap Antroposentrisme.

11
b. Mekanisme Terjadinya Kepunahan Keanekargaaman Hayati
1. Kerusakan dan perubahan habitat
Bila hal ini terjadi secara terus menerus dan tidak ada waktu untuk
memperbaiki,maka akan terjadi kepunahan keanekaragaman hayati.demikian pula
berbagai tempat hidup (habitat) berbagai SDA hayati akan ikut berubah dan menjadi
hilang.

2. Introduksi spesies/jenis.
Pada jenis yang dikenal banyak menghasilkan secara ekonomi akan banyak dijual
belikan dan dimasukkan ke suatu neara/kawasan.jadi terjadi introduksi jenis yang belum
cocok dengan habitat yang baru dengan jenis-jenis lain.

3. Eksploitasi/pengambilan sumber daya hayati berlebihan.


Hal ini akan mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati.pengambilan
kayu,tumbuhan obat,buah hutan,dan lain sebagainya.

4. Pencemaran tanah,Air dan Udara.


Pencemaran udara dari kendaraan bermotor,dari cerobong asap pabrik dan
sebagainya akan mencemarkan udara dan berpengaruh terhadap tumbuhan dan dan satwa.

5. Perubuhan iklim global


Keadaan ini akan berpengaruh pula terhadap kehidupan binatang maupun
tumbuhan serta mikroorganisme dan dengan demikian akan memusnahkan
keanekaragaman hayati.

6. Perkembangan industri pertanian kehutanan


Keadaan ini menyebabkan banyak hutan-hutan diubah menjadi kawasan
pertanian,sehingga banyak merusak keanekaragaman hayatinya.indusrti kehutanan
berkembang pesat juga akan memerlukan pasokan bahan yang tinggi.dengan demikian
perubahan SD hayati akan mempercepat kepunahannya.

7. Perubahan kondisi fisik perairan


Keadaan ini akan mengakibatkan perubahan fisik sungai-sungai sehingga akan
mempercepat kepunahan jenis pada habitat perairan.

12
c. Penentuan Kawasan Konservasi,Kawasan Suaka Alam,Dan Kawasan
Pelestarian Alam.

Tindakan khusus yang perlu dilakukan adalah perlu ditetapkannya kawasan yang
dilindungi karena :

a. Tetap terpeliharanya contoh wilayah alami yang penting dan dapat mewakili suatu
bentuk ekosisitem atau bentang alam tetentu.
b. Terjaganya keanekaragaman boilogis dan fisik
c. Tetap lestarinya plasma nutfah.
d. Memelihara stabilitas linkungan wilayah sekitar.
e. Memelihara kapasitas produktif ekosistem.
f. Menyediakan kesempatan bagi berlansungnya penelitian dan pemantauan spesies
ekosistem alami dalam kaitan dengan pembangunan manusia.
g. Menyediakan kesempatan bagi terselenggaranya pendidikan tentang pelestarian
linkungan untuk masyarakat.
h. Menyediakan lokasi bagi pengemabangan rekreasi dan wisata.
Kawasan konservasi adalah suatu kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk
melindungi,mengawetkan keanekaragaman hayati.menurut UU NO.5 tahun 1990 kawasan
konservasi dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kawasan Suaka Alam
2. Kawasan Pelestarian Alam.

d. Kriteria Penentuan Kawasan Konservasi.


1. Keanekaragaman,keadaan ini penting terutama untuk menentukan stabilitas dan
menjamin keanekaragaman genetik yang tinggi,makin tinggi keanekaragaman
hayati di suatu kawasan,maka kawasan itu makin stabil.

2. Keperwakilan,kawasan tersebut mempunyai jenis-jenis baku sebagai ciri


daerah/kawasan disekitarnya.

3. Keaslian,kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi harus memiliki


jenis/spesies tumbuhan atau satwa atau ekositem yang asli,artinya belum ada
campur tangan manusia untuk mengelola jenis atau ekosistem tadi.

13
4. Keefektifan,hal ini berkaitan dengan luas dan bentuk kawasan tersebut,seperti
adanya batas-batas alam (sungai,pantai dsb) sehingga akan memudahkan
pengawasan dan pengamanan serta penetapan batas-batas kawasan.

5. Kekhasan,kawasan tersebut memiliki sifat-sifat khas yang tidak di tentukan oleh


daerah lain,baik kekhasan umum biotik (flora dan fauna nya) maupun
fisiknya(iklim,bentang alam dan sumber daya lainnya).

6. Taman Nasional,kawasan yang relatif luas tidak terganggu yang mempunyai nilai
alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian yang tinggi,potensi rekreasi
besar,mudah dicapai oleh pengungjung dan mempunyai manfaat yang jelas bagi
wilayah tersebut.

7. Cagar alam,umumnya kecil,habitat sangat rapuh bila terganggu,mempunyai nilai


kepentingan yang tinggi,keunikan alam merupakan habitat dari spesies langka.

8. Suaka marga satwa,umumnya berukuran luas,dengan habitat stabil yang relatif


utuh serta memiliki kepentingan pelestarian mulai sedang sampai tinggi.

9. Taman wisata,kawasan alami dengan lansekap yang kecil atau tempat yang
menarik dan mudah dicapai pengunjung,nilai pelestariannya rendah atau tidak akan
terganggu oleh kegiatan pengunjung dan pengelola yang berorientasi reaksi.

10. Taman buru.habitat alam atau semi alam yang berukuran sedang sampai
besar.dan memiliki potensi satwa yang boleh diburu,apabila ada minat untuk
berburu,tersedianya fasilitas buru yang memadai dan lokasinya memiliki
kepentingan dan nilai pelestarian yang rendah dan tidak akan terancam oleh
kegiatan berburu atau memancing.

11. Hutan lindung,kawasan alami atau hutan tanaman yang berukuran sedang sampai
besar,pada lokasi-lokasi dengan kelerengan yang curam,mudah tererosi dan
tanahnya mudah terbasuh oleh hujan.

e. Kriteria Spesies Terancam Punah (Yang Perlu Dilindungi).

1. Spesies dengan distribusi geografis terbatas (sempit),jika ditemukan atau


terdapat di satu atau beberapa tempat wilayah georafis yang sempit,dan seluruh
aktivitas dipengaruhi oleh manusia maka spesies-spesies nya itu dapat punah.

14
2. Spesies yang terdiri dari satu atau beberapa populasi, apabila satu populasi dari
suatu spesies dapat mudah punah secara lokal karena adanya gempa
bumi,kebakaran,penyakit,maupun akibat kegiatan manusia.
3. Spesies yang mempunyai ukuran populasi kecil,spesies yang memiliki ukuran
populasi kecil lebih mudah menjadi punah oleh demografis dan lingkungan serta
hilangnya keanekaragaman genetik bila dibandingkan dengan populasi yang besar.
4. Spesies yang ukuran populasinya menurun,suatu populasi biasanya mempunyai
arah terus ( meningkat),sehingga jika terjadi keadaan sebaliknya yakni populasi
menunjukkan penurunan jumlah individunya,spesies itu akan punah,keuali jika
penyebab penurunan dapat diketahui dan diperbaiki.
5. Spesies dengan densitas (kepadatan) rendah,memiliki jumlah individu yang
sedikit persatuan luas akan memiliki populasi yang kecil didalam
fragmen(habitatnya) jika wilayahnya di potong-potong oleh kegiatan manusia.
6. Spesies yang memerlukan wilayah jelajah ( home range) luas.
7. Spesies yang memiliki kemampuan menyebar dengan baik.
8. Psesies yang dijumpi pada lingkungan yang stabil

15
BAB III
PEMBAHASAN

1.1 Hasil Review Buku I

Berdasarkan review yang telah dilakukan pada buku “Theoritical Ecology Principles
and Applications” dengan bab “Biologi Konservasi: Masalah Yang Belum Terpecahkan Dan
Implikasi Kebijakannya, Perubahan Iklim Dan Biologi Konservasi, dan Pertanyaan yang
tidak terjawab dan mengapa hal tersebut penting” memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan berdasarkan indikator-indikator berikut, diantaranya:

 Kelebihan
Keterkaitan judul dengan isi, buku tersebut telah membahas materi sesuai dengan
judul yang disajikan. Seperti dapat kita lihat pada bab Biologi Konservasi: Masalah Yang
Belum Terpecahkan Dan Implikasi Kebijakannya yang membahas tentang pendahuluan yaitu
alasan mengapa perlnya membahas materi tersebut serta latar belakangnya, selanjutnya
tentang melindungi populasi individu dan spesies. Dalam hal ini penulis langsung
memberikan contoh kasus beruang grizzly di Yellowstone. Sub bab selanjutnya yaitu
membangun jaringan cadangan, kerusakan habitat, dan layanan ekosistem. Setekah itu
penulis membahas tentang Perubahan Iklim Dan Biologi Konservasi efek perubahan iklim
terhadap jumlah spesis, penyebaran, habitat, hingga konservasi dalam perubahan iklim.
Terakhir, buku ini membahas tentang pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dan apa
pentingnya. Dengan demikian, buku telah menyajikan pembahasan yang berkaitan dengan
judulnya. Selain itu, urutan pembahasan yang demikian menunjukkan kegayutan antar
elemen yang artinya tiap sub bab saling berhubungan sehingga pembaca dapat memahami
materi dari umum-khusus.

Penulis selalu menyajikan pendahuluan di awal bab yang berisi latar belakang
masalah penulisan materi, mengapa materi itu penting, tujuan mempelajari materi tersebut,
serta pokok-pokok bahasan materi yang akan dipelajari. Selain itu, penulis juga selalu
membuat kesimpulan di akhir pembahasan bab yang mampu memudahkan pembaca dalam
merangkum materi yang telah dipelajari.

Data pendukung pada buku ini berupa grafik-grafik dan gambar-gambar yang
mendukung materi untuk tercapainya pembahasan materi ini dengan sempurna yaitu gambar
peta penyebaran spesies berdasarkan iklim. Kemudian pada buku ini gambar yang dimuat
juga diberi keterangan yang jelas dari tujuan pencantuman gambar pendukung itu sendiri.

16
Tata letak tabel/gambar pada buku tersebut juga dapat dikatakan “baik”. Penulis
menyediakan gambar pendukung tepat dalam satu halaman yang sama dengan pembahasan
gambarnya. Gambar-gambar tersebut juga disertai keterangan. Hal tersebut dapat membuat
konsentrasi pembaca tetap fokus pada bacaannya. Namun, terdapat beberapa grafik yang
tidak diletakkan tepat setelah pembahasan gambar tersebut. Jika gambar atau grafik
diletakkan jauh dari pembahasannya ataupun pada halaman yang berbeda apalagi tanpa
disertai keterangan, maka hal ini mampu membuat konsentrasi ataupun fokus pembaca buyar.

Sumber referensi pada buku ini dinilai baik dan update berdasarkan tahun terbitnya
buku. Penulis selalu menambahkan catatan kaki pada beberapa konsep dan materi yang
mampu memperkuat materi tersebut. Pada halaman paling belakang buku, juga tidak
tercantum halaman khusus untuk daftar pustaka.

 Kelemahan
Sistematika/tata bahasa yang digunakan di buku tersebut secara umum sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan yang baik dan benar. Akan tetapi, jika dibandingkan
dengan buku kedua dan ketiga buku pertama menggunakan bahasa yang lebih sulit dipahami
mengingat buku pertama merupakan buku terbitan luar negeri. Sehingga bahasa yang
digunakan lebih sulit dipahami.

Materi yang disajikan lebih banyak membahas tentang aplikasi/penerapannya ekologi


salah satunya integrasi ilmu-ilmu sosial dibandingkan konsep ekologi itu sendiri. Selain itu,
buku ini membahas ekologi hewan, sehingga penulis memberikan contoh-contoh kasus
ekologi pada hewan.

3.2 Hasil Review Buku II


 Kelebihan
Keterkaitan judul dengan isi, pada buku “Dasar-Dasar Ekologi” kami hanya
mereview bab “Telaah Ekologik Lingkungan Fisik Organisme Hidup”. Buku tersebut telah
membahas materi sesuai dengan judul yang disajikan. Pertama, penulis membahas tentang
komponen lingkungan organisme, interaksi populasi dengan lingkungan fisiknya serta faktor-
faktor iklim yang berpengaruh terhadap populasi. Dengan demikian, buku telah menyajikan
pembahasan yang berkaitan dengan judulnya. Selain itu, urutan pembahasan yang demikian
menunjukkan kegayutan antar elemen yang artinya tiap sub bab saling berhubungan
sehingga pembaca dapat memahami materi dari umum-khusus.

17
Materi yang disajikan cukup lengkap dibandingkan buku pertama. Pada buku kedua
ini, penulis lebih membahas tentang konsep ekologinya dibanding aplikasi ekologi. Selain itu,
contoh-contoh kasus yang diberikan juga masih dalam rung lingkup tumbuhan. Berbeda
dengan buku I yang mengambil kasus pada hewan.

Data pendukung pada buku ini berupa gambar-gambar dan diagram sehingga para
pembaca memahami apa maksud dari teori yang telah di paparkan pada buku dasar-dasar
ekologi ini.

Tata letak tabel/gambar pada buku tersebut dinilai “baik”. Penulis menyediakan
beberapa gambar pendukung dalam satu halaman yang sama dengan pembahasan gambarnya.
Hal tersebut dapat membuat konsentrasi pembaca tetap fokus pada bacaannya. Tata letak
gambar yang terlalu jauh dari pembahasan mampu membuat konsentrasi ataupun fokus
pembaca buyar.

 Kelemahan
Sistematika/tata bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah
ketatabahasaan yang baik dan benar. Namun, penulis terlalu banyak menggunakan
pengulangan kata serta bertele-tele sehingga pembahasanya sulit untuk di fahami.

3.3 Hasil Review Buku III

 Kelebihan
Keterkaitan judul dengan isi, pada buku “” kami hanya mereview bab “”. Buku
tersebut telah membahas materi sesuai dengan judul yang disajikan. Selain itu, urutan
pembahasannya menunjukkan kegayutan antar elemen yang artinya tiap sub bab saling
berhubungan sehingga pembaca dapat memahami materi dari umum-khusus.Didalam buku
tersebut bahasa yang digunakan,adalah bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca

Sistematika/tata bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah


ketatabahasaan yang baik dan benar. Buku tersebut memberikan penjelasan yang
singkat,padat dan jelas. Buku tersebut memiliki penjelasan dan disertai dengan contoh
sehingga pembaca lansung paham dengan apa yang dibacadari buku tersebut

 Kelemahan
Data pendukung pada buku ini dinilai kurang. Pada buku belum disertai dengan
gambar-gambar yang berwarna sehingga lebih menarik untuk di baca dan para pembaca
memahami apa maksud dari teori yang telah di paparkan pada buku dasar-dasar ekologi ini.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Buku pertama membahas tentang ilustrasi dan menyarankan kawasan darurat yang
muncul dalam biologi konservasi di mana teori dapat memberikan wawasan yang berharga ke
dalam masalah dunia nyata. Model kelangsungan hidup populasi yang digunakan untuk
memandu kebijakan untuk spesies yang terancam terus menjelaskan struktur dan fungsi
metapopulasi. Sebaliknya, teori metapopulasi telah sangat berpengaruh dalam biologi
konservasi. Bab ini juga melibatkan integrasi ilmu-ilmu sosial, terutama ekonomi, menjadi
solusi bagi masalah ekologi. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap distribusi populasi
dan penggunaan lahan kemungkinan akan memaksa banyak spesies bergeser melampaui
batas-batas kawasan lindung yang ada. Selain itu, juga membahas tentang biologi konservasi
terkait perubahan iklim. Perencanaan konservasi harus secara eksplisit menjelaskan respon
spesies individual terhadap perubahan iklim serta pola saat ini. Terakhir membahas tentang
permasalahan terkait pertumbuhan populasi manusia, dampak skala manusa, jumlah spesies,
tingkat kepunahan, serta pertimbangan pemanfaatan.

Buku kedua membahas tentang telaah ekologi lingkungan fisik organisme hidup
meliputi iklim, gas-gas rumah kaca, suhu, curah hujan dan kelembaban, oksigen, serta
interaksi populasi dengan lingkungan fisiknya. Buku ketiga membahas tentang...

Berdasarkan review yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa buku I
dan buku II memiliki keterkaitan antara judul dengan isi. Sistematika/tata bahasa yang
digunakan pada buku I, II, dan buku III sudah sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan
yang baik dan benar. Data pendukung pada buku I dan II berupa gambar dan grafik yang
disertai keterangan. Tata letak tabel/gambar pada buku I dan II dinilai “baik”, penulis
menyediakan gambar pendukung tepat dalam satu halaman yang sama dengan pembahasan
gambarnya. Sumber referensi pada buku I dinilai dinilai baik dan update berdasarkan tahun
terbitnya buku.

Ketiga buku dinilai bagus dan cocok dijadikan sebagai sumber referensi bagi yang
menekuni bidang Ekologi Tumbuhan, khususnya dalam bidang konservasi biologi. Buku I
lebih membahas tentang aplikasi dan penerapan ekologi sedangkan buku II dan III membahas
tentang konsep ekologi.

19
4.2 Saran
. Pada buku I sebaiknya penulis juga menambahkan materi konsep ekologi secara
jelas, meskipun temanya tentang aplikasi dan penerapannya, sehingga pembaca lebih mudah
memahami prinsip penerapan ekologi Pada buku II, sebaiknya penulis menggunakan bahasa
yang singkat, padat, dan jelas sehingga pembaca lebih mudah dan cepat mendapatkan konsep
materi yang dibahas. Pada buku III sebaiknya penulis menambahkan data-data pendukung
baik berupa gambar, grafik, dan lainnya yang mampu menguatkan materi dan meningkatkan
pemahaman pembaca. Hal-hal yang demikian akan mampu meningkatkan kualitas dari buku
itu sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

M. May, Robert., R. McLean, Angela. 2007. Theoritical Ecology Principles and


Applications. New York: Oxford UniversityPress.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi, Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu


Lingkungan. Jakarta: UI Press.

Muntasib,Harini dan Burhanuddin Masy’ud,.2003.Dasar-Dasar Konservasi.Jakarta:


Universitas Terbuka.

21

Anda mungkin juga menyukai