QURANPOIN.COM | 0
HIDUP MESRA DENGAN AL-QURAN
Alif laam miin; Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; sebagai petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 1-2)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran). (QS. An-Nisaa: 174)
Dan Kami turunkan Al-Quran sebagai penawar (penyembuhan) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang dzalim selain kerugian. (QS Al-Isra : 82)
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.
(QS Al-Hasyr : 21)
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran (diingat dan
dipahami), maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran (mempelajari dan
memahami). (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32 dan 40)
QURANPOIN.COM | 1
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Al-Quran sebagai sumber petunjuk, cahaya dan rahmat bagi kaum muttaqin,
merupakan salah satu kunci utama yang paling efektif untuk membuka pintu-pintu
perubahan dan perbaikan dalam diri pribadi dan kehidupan ummat serta masyarakat
beriman.
Dan hal itu hanya bisa terwujud melalui adanya pola interaksi dan hubungan yang
baik dan harmonis dengan Kitabullah ini. Semakin dekat dan harmonis hubungan
seseorang atau suatu masyarakat dengan Al-Quran, maka akan semakin terbukalah
pintu-pintu perubahan dan perbaikan dalam kehidupan orang dan masyarakat
tersebut.
Dan Ramadhan adalah momentum yang paling tepat dan kondusif untuk
membangun dan meningkatkan keharmonisan hubungan dan interaksi dengan
wahyu terakhir dari Allah ini.
Bahkan barangkali sebagian kita merasa dan menyadari, sebelum Ramadhan kurang
akrab dengan Al-Quran sehingga seakan-akan berseteru dengannya (karena
kurang sering menyapanya), maka bulan ini salah satu waktu paling tepat untuk
berdamai dengannya.
Dan perlu diingat bahwa, yang butuh berdamai adalah kita, dan sama sekali bukan
Al-Quran, apalagi Allah Taala. Jadi ketika kita sampai berseteru dengan
Kalamullah ini, maka kita sendirilah yang akan merugi dunia akhirat dengan kerugian
yang sebesar-besarnya.
Sedangkan yang harus kita lakukan dalam rangka mengakrabkan diri dan
mengharmoniskan hubungan dengan Al-Quran, adalah dengan berkomitmen untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
QURANPOIN.COM | 2
1. MEMPERBAHARUI (TAJDID) KUALITAS IMAN KEPADA AL-QURAN
Tidak cukup dalam mengimani Al-Quran ini misalnya dengan hanya mengetahui atau
mengakui bahwa Al-Quran itu wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya
shallallahu alaihi wasallam.
Sebab jika iman kepada Al-Quran hanya sebatas itu, tentu tidak berbeda dengan
yang dilakukan oleh banyak orang kafir sejak dahulu kala, dimana banyak diantara
mereka, khususnya para tokoh dan ulama Ahli Kitab dan sebagian tokoh musyrik
Quraisy, yang mengetahui dan mengakui bahwa Al-Quran adalah benar-benar
wahyu Allah.
Dan iman kita kepada Kitabullah yang harus senantiasa kita evaluasi dan perbaharui,
seharusnya meliputi seluruh muatan dan konsekuensinya, yakni:
QURANPOIN.COM | 3
Perlu diketahui dan diingat bahwa, bentuk, tingkat dan kualitas penyikapan dan
interaksi seseorang terhadap Al-Quran, adalah ditentukan oleh bentuk, tingkat dan
kualitas keimanan serta pemahamannya terhadapnya.
QURANPOIN.COM | 4
2. MENJADIKAN AL-QURAN SEBAGAI WIRID
Wirid disini berarti aktivitas yang kita lakukan secara kontinyu dan terjadwal.
Sebagian wirid Qurani tersebut bisa jadi dilakukan setiap hari, seperti membacanya,
mendengarkannya, dan menjadikannya dzikir. Bisa jadi pula beberapa wirid Qurani
yang lain tidak dilakukan setiap hari, tetapi yang jelas kontinyu dan terjadwal.
Sebagaimana seseorang menjadikan baca koran sebagai wirid hariannya, seperti itu
pula minimal seseorang menjadikan Al-Quran sebagai wirid hariannya. Bahkan, porsi
membaca Al-Quran semestinya lebih banyak daripada porsi membaca koran.
Dan untuk menjadikan Al-Quran sebagai wirid dengan berbagai bentuknya yang
akan disebutkan, kita harus telah mampu menjadikannya sebagai hamm (kepedulian,
perhatian dan kesibukan utama pikiran) kita.
Dan salah satu alat ujinya adalah, jika dalam waktu-waktu senggang seperti di
kendaraan, di ruang-ruang tunggu, di sela-sela kesibukan, dan semacamnya, yang
pertama kali kita ingat untuk mengisinya dan menyibukkan diri dengannya adalah Al-
Quran (baik dengan membacanya, mendengarkannya, maupun yang lainnya), selain
tentu juga dzikir, maka berarti benar ia telah menjadi hamm kita.
Namun jika yang lebih diingat oleh salah seorang dari kita adalah yang lainnya,
seperti nasyid misalnya, atau apalagi melamun dan lain-lain semacamnya, maka
berarti Al-Quran masih belum menjadi hamm-nya, yang berarti juga belum menjadi
wirid utamanya!
Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
Kelak akan dikatakan kepada ahli (pembaca) Al Qur`an; Bacalah dan naiklah,
bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membacanya ketika di dunia dulu, karena
sesungguhnya tempatmu(kedudukanmu/derajatmu) ada pada akhir ayat yang kamu
baca. (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Abu Isa (At-Tirmidzi) berkata; Hadits ini
hasan shahih).
Orang yang membaca Al-Quran dengan mahir akan bersama para malaikat mulia.
Adapun orang yang membaca Al-Quran secara terbata-bata serta berat dalam
membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah (bin Masud) Yahya (seorang perawi) berkata: sebagian Hadits ini
dari Amru bin Murrah berkata (yakni Ibnu Masud); Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda kepadaku: Bacakanlah Al Quran kepadaku! Aku berkata;
Bagaimana aku membacakan kepada Engkau, padahal Al Quran diturunkan kepada
Engkau? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang
lain. Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisaa hingga tatkala sampai
ayat; Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan
seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) (An Nisa; 41),
beliau berkata; Cukup. Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis).
(HR. Muttafaq alaih).
Wirid mendengarkan ini juga sangat ditekankan kepada para wanita pada saat
mereka sedang sangat disibukkan oleh urusan rumahnya atau pada saat sedang
berhalangan, sehingga menurut pendapat jumhur ulama tidak mungkin
membacanya langsung.
Dengan demikian, pada saat berhalangan pun seorang wanita tetap akan memiliki
wirid yang bisa menjadi penjaga dirinya.
Dengan sering mendengarkan Al-Quran, juga kita akan lebih mudah menghafalnya.
QURANPOIN.COM | 7
C. Wirid Menghafal (Wirdul-Hifdz)
Kita harus memiliki jadwal menghafal Al-Quran, apakah setiap tiga hari sekali,
sepekan sekali dan sebagainya. Sebagai generasi yang mencintai Al-Quran, sudah
semestinya kita berusaha seoptimal mungkin untuk bisa menghafal ayat-ayat Al-
Quran.
Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Jagalah oleh
kalian Al Qur`an ini (dengan banyak membaca dan mengulang-ulang hafalannya),
karena demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sungguh ia lebih
cepat hilangnya daripada unta dari tambatannya. (HR. Muttafaq alaih).
Ayat-ayat Al-Quran tidaklah sekedar untuk dilafalkan huruf-hurufnya. Lebih dari itu,
ayat-ayat yang kita baca dengan lisan hendaknya berusaha kita pahami, kita hayati
dan kita renungkan.
Dengan demikian, ayat-ayat yang kita baca tidak hanya keluar dari tenggorokan dan
mulut kita tetapi juga masuk kedalam hati kita, mencerahkan pikiran dan
mempertebal iman yang ada dalam dada.
Dan dalam hal tadabbur Al-Quran ini ada tiga hal yang penting diperhatikan, yaitu:
pertama, yang pertama kali harus dimiliki oleh setiap kita, adalah semangat ingin
memahami makna, isi dan kandungan Kalamullah yang ibarat surat khusus dari Allah
kepada kita semua, hamba-hamba-Nya yang beriman dan yang dipilih (lihat QS.
Faathir: 32).
Kedua, dalam melakukan upaya tadabbur, yang tentu saja berkait langsung dengan
masalah penafsiran Al-Quran, harus dilakukan secara bertahap sesuai kondisi dan
kapasitas keilmuan dan tingkat pemahaman setiap kita; dan ketiga, tetap harus
QURANPOIN.COM | 8
berhati-hati dengan senantiasa berkomitmen pada kaidah-kaidah baku Ahlus-Sunnah
wal-Jamaah dalam penafsiran Al-Quran, serta hanya merujuk kepada para ahli tafsir
mutamad (terpercaya) dan kitab-kitab tafsirnya yang mutabar (diakui).
Ketika seseorang kurang atau bahkan sama sekali tidak bisa mentadabburi ayat-ayat
Al-Quran dengan memahami maknanya, termasuk ayat-ayat dan surat-surat yang
sudah ribuan kali dibaca minimal dalam shalat (seperti Al-Fatihah dan surat-surat
pendek), mungkin saja ia beralasan dan berkilah karena tidak memahami bahasa
Arab atau karena menuduh bahasa Al-Quran sulit!
Tentu saja itu tidak benar sama sekali. Karena jujur, faktanya sebenarnya adalah
karena ia belum atau tidak pernah benar-benar berniat dan berazam atau sungguh-
sungguh berusaha! Bukankah Allah telah menjamin dan menjanjikan untuk
memudahkan Al-Quran ini bagi siapa saja yang mau berusaha mengambil pelajaran
darinya? (lihat QS. Al-Qamar yang telah dikutip dimuka).
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan (menghayati dan mentadabbui) ayat-ayat-Nya dan supaya
orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran (ibrah). (QS. Shaad: 29)
Meskipun keseluruhan ayat-ayat Al-Quran adalah dzikir, akan tetapi yang terutama
dimaksudkan disini adalah melakukan wirid dengan ayat-ayat dzikir yang
dikhususkan, seperti Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, tiga ayat
terakhir Surah Al-Baqarah, dan sebagainya.
Kita melakukannya pada setiap pagi dan petang, setiap seusai shalat fardhu, dan
sebagainya, sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh Sunnah Nabi saw.
QURANPOIN.COM | 9
3. MENGIKUTI, MENGAMALKAN, BERAKHLAQ, BERHUJJAH DAN BERHUKUM
DENGAN AL-QURAN
Apapun yang diperintahkan oleh Al-Quran harus kita laksanakan, dan apapun yang
dilarang oleh Al-Quran harus kita tinggalkan. Jangan sampai kita membaca Al-Quran
akan tetapi pada saat yang sama kita menginjak-injaknya karena menyalahi apa yang
dinyatakan didalamnya.
Demikian pula hendaknya kita berakhlaq dengan akhlaq Al-Quran. Ketika Aisyah
ditanya tentang akhlaq Rasulullah, beliau mengatakan,Akhlaq beliau adalah Al-
Quran. Ini artinya Rasulullah benar-benar mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari ajaran akhlaq yang dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Quran. Ajaran akhlaq
dalam Al-Quran telah terinternalisasi dalam diri beliau.
Dan Al-Quran ini adalah Kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah dia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (QS. Al-Anaam: 155)
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa: 59)
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. Kami
mendengar, dan kami patuh. dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(QS. An-Nuur: 51).
QURANPOIN.COM | 10
Dari Saad bin Hisyam bin Amir, dia berkata; saya mendatangi Aisyah seraya berkata;
Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku mengenai akhlak Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam! (Aisyah) Berkata; Akhlak beliau adalah Al Quran,
bukankah engkau telah membaca Al Quran pada firman Allah Azza wajalla, WA
INNAKA LAALA KHULUQIN AZHIM (Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki
akhlak yang agung). (HR. Ahmad, Muslim, An-Nasaa-i, Abu Dawud, Ibnu majah dan
Ad-Darimi).
Kita tidak boleh merasa cukup dengan diri kita sendiri. Apa yang sudah kita ketahui
mengenai Al-Quran hendaknya kita ajarkan dan kita dakwahkan kepada orang lain.
Dari Utsman radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau
bersabda: Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al
Qur`an dan mengajarkannya. (HR. Muslim)
QURANPOIN.COM | 11