Al Quran
Al Quran
malaikah (Pemimpin para malaikat). Ketika Al-Qur’an turun di kota Makkah dan Madinah, maka
jadilah kota tersebut sebagai tempat paling suci bagi umat. Ketika Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jadilah beliau sebagai sayyidul anbiya’ (pemimpin
para nabi). Ketika Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadan, maka jadilah bulan tersebut sebagai
sayyidul asyhur (bulan paling utama). Dan ketika Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatulqadar,
maka jadilah malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Pertanyaannya kemudian adalah
bagaimana pula jika Al-Quran itu ada di hati kita?
Syekh Syamsuddin Al-Barmawi menjelaskan tentang maksud hadis di atas dengan berkata,
“Bahwa sebaik-baik manusia yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah mereka yang hanya
mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, bukan selainnya. Karena, apabila sebaik-baik ‘kalam’
adalah ‘kalam’ Allah Ta’ala, maka begitu pula dengan sebaik-baik manusia setelah para nabi adalah
mereka yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an.” (Lihat Kitab Al-Lami’ As-Shabih Bi Syarhi Al-
Jami’ As-Shahih, Nomor 13: 129 )
Oleh karenanya, hal pertama kali yang wajib kita yakini adalah bahwasanya Al-Qur’an adalah
kalamullah sebagaimana firman-Nya,
“Alif lam ra, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu.” (QS. Hud: 1)
Bagaimana perasaan kita jika membaca kalimat-kalimat yang bersumber langsung dari Allah Ta’ala
Rabbul ‘Alamin?! Di dalamnya terdapat petunjuk bagi umat manusia. Bukankah dengan hanya
mendengarnya saja, seorang yang beriman hatinya akan bergetar?!
ِإَميانًا َلى ِهِّب ا ُت ا آ ِه َل ِإَمَّنا اْل ِم وَن اَّلِذي ِإَذا ُذِك الّل ِج َل ُلو ِإَذا ُتِل
َو َر ْم َع َد َز
ْي ْم َي ُه ْتُه ْم َع ْتَر ُه َو ْت ُق ُبُه ْم َو َي َن ُم ْؤ ُن
َيَتَوَّك ُلوَن
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati
mereka bergetar. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah
karenanya. Dan mereka bertawakal hanya kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)
Selain itu, kita perlu menyadari bahwa Allah Ta’ala telah memberikan anugerah kepada kita berupa
kemudahan-kemudahan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, jemput dan
ambillah anugerah itu dan jadilah ahli Al-Qur’an!
َو َلَقْد َي َّسْر َن ا ٱْلُقْر َء اَن ِللِّذ ْك ِر َفَه ْل ِمن ُّم َّد ِك ٍر
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar:17)
Maka, mengenal Al-Qur’an melalui jalan pemahaman para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum
adalah bagian dari cara agar kita tidak jauh dari Al-Qur’an.
Kedua: Kemaksiatan
Saudaraku, sadarilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita jalan terbaik, mudah, dan
terjangkau untuk menuju keridaan-Nya. Yaitu, dengan meninggalkan segala hal yang dilarang, dan
mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Perhatikanlah kalimat pertama pada hadis di atas! Larangan adalah yang terlebih dahulu diucapkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya, tidak ada tawar-menawar dalam kemaksiatan sekecil
dan sebesar apapun jenisnya. Sementara untuk perintah, kita diminta untuk melaksanakan sesuai
kemampuan kita.
Oleh karenanya, mohonlah pertolongan kepada Allah Ta’ala agar diberikan kekuatan untuk menjaga
diri dari segala perbuatan maksiat. Sehingga dengannya kita lebih dimudahkan untuk dapat
berinteraksi dengan kalamullah (Al-Qur’an).
Terhadap kemaksiatan yang dapat menghalangi ikhtiar kita, hal yang perlu kita lakukan adalah
menyibukkan diri dengan berbagai macam aktivitas ketaatan kepada Allah Ta’ala. Jauhi lingkungan
yang berpotensi membawa kita kepada jurang kemaksiatan.
Namun, apabila kita saat ini sedang terjatuh dalam bermaksiat kepada Allah, segeralah bertobat dan
bertekadlah untuk tidak mengulangi. Yakinlah bahwa Allah Ta’ala Maha Pengampun dan akan
memberikan jalan terbaik bagi kita untuk kehidupan dunia dan akhirat.